• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tajuk Rencana Saatnya Mencermati Caleg

N/A
N/A
keperawatanlubuklingau

Academic year: 2023

Membagikan "Tajuk Rencana Saatnya Mencermati Caleg "

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1. Tajuk Rencana Saatnya Mencermati Caleg

Pastikan caleg yang kelak terpilih menjadi anggota DPR dan DPD benar-benar mampu menjalankan tugas secara berintegritas.

Ketua KPU Hasyim Asy’ari menjelaskan perihal daftar calon tetap (DCT) Pemilu 2024 di Jakarta, Jumat (3/11/2023). KPU menetapkan 9.917 orang masuk ke DCT anggota DPR dan 668 orang masuk DCT anggota DPD.

Ketua KPU Hasyim Asy’ari menjelaskan perihal daftar calon tetap (DCT) Pemilu 2024 di Jakarta, Jumat (3/11/2023). KPU menetapkan 9.917 orang masuk ke DCT anggota DPR dan 668 orang masuk DCT anggota DPD.

Komisi Pemilihan Umum telah menetapkan calon tetap anggota legislatif untuk Pemilu 2024. Saatnya mulai mencermati mereka lebih detail agar tak salah pilih.

Sebanyak 9.917 calon anggota legislatif atau caleg akan memperebutkan 580 kursi Dewan Perwakilan Rakyat pada pemilu mendatang. Ini berarti, setiap kursi DPR diperebutkan 17,1 caleg. Secara kuantitas, kontestasi itu bakal lebih ketat dibandingkan dengan pemilu sebelumnya.

Pada Pemilu 2019, ada 7.968 caleg yang memperebutkan 575 kursi DPR atau setiap 13,86 caleg memperebutkan satu kursi. Adapun di Pemilu 2014, sebanyak 560 kursi DPR diperebutkan 6.608 caleg atau tiap kursi diperebutkan 11,8 caleg.

Jika perebutan kursi DPR semakin ketat, hal sebaliknya terjadi di Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Ada 668 caleg yang bersaing memperebutkan 152 kursi DPD di pemilu mendatang, atau tiap kursi DPD diperebutkan 4,4 orang.

Pada Pemilu 2019, sebanyak 807 caleg memperebutkan 136 kursi DPD (tiap kursi diperebutkan 5,9 caleg) dan pada Pemilu 2014 ada 945 caleg yang memperebutkan 132 kursi atau tiap kursi diperebutkan 7,16 caleg.

(2)

Makin sedikitnya caleg yang memperebutkan kursi DPD ini perlu dikaji mendalam. Kajian ini tentu juga terkait bagaimana menjaga eksistensi lembaga DPD yang merupakan bagian dari produk reformasi 1998.

Di sisi lain, semakin ketatnya perebutan kursi DPR dapat mengindikasikan tetap dan bahkan makin menariknya posisi di lembaga itu, baik dalam bidang pengawasan, legislasi, maupun penyusunan anggaran negara. Saat ini, hampir semua seleksi untuk menjadi pimpinan lembaga negara, kecuali seperti untuk menjadi presiden, wakil presiden, dan anggota DPD, adalah melalui DPR.

Pemilu menjadi momentum untuk mengevaluasi kerja para wakil rakyat.

Di saat yang sama, DPR semestinya juga menjadi lembaga negara yang anggotanya banyak berinteraksi secara langsung dengan rakyat. Adalah bagian tugas mereka untuk menyerap, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi rakyat.

Terkait hal itu, penting untuk memastikan caleg yang kelak terpilih menjadi anggota DPR dan juga DPD adalah yang benar-benar mampu menjalankan tugasnya secara berintegritas. Pemilu menjadi momentum untuk mengevaluasi kerja para wakil rakyat tersebut. Mereka yang selama ini kinerjanya banyak dikeluhkan atau berkasus sudah sepantasnya tak dipilih kembali. Di saat yang sama, caleg baru yang tak punya rekam jejak yang jelas juga jangan dipilih.

Terkait hal itu, keberanian para caleg dan juga partai politik untuk membuka rekam jejak para calegnya kepada publik menjadi penting. Saat ini, masih ada caleg dan parpol yang belum melakukannya dan hal itu patut menjadi bagian pertimbangan untuk memilih mereka pada pemilu mendatang.

Sistem proporsional terbuka pada Pemilu 2024 memberi peluang bagi pemilih untuk mencoblos caleg yang benar-benar dikehendaki. Sistem itu juga memungkinkan caleg dengan nomor urut bawah untuk terpilih asalkan punya cukup suara. Maka, ini saatnya untuk lebih serius mencermati para caleg itu agar kelak kita tak salah memilih wakil kita.

(3)

7. Patgulipat Dana Hibah Friday, 27 January 2023 - 18:42

Pada pertengahan Desember 2022 lalu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan Operasi Tangkap Tangan terhadap Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur Sahat Tua Simanjuntak. Politisi Partai Golkar ini diduga menerima suap sebesar Rp 5 miliar karena memuluskan pengurusan dana hibah untuk proyek infrastruktur pedesaan yang disalurkan melalui kelompok masyarakat (Pokmas).

Sahat merupakan salah satu pengusul alokasi dana hibah bersama para anggota DPRD Jawa Timur lain. Usulan itu kemudian ditindaklanjuti Pemerintah Provinsi dengan merealisasikan anggaran dana hibah sebesar Rp 7,8 triliun. Namun dibalik usulan tersebut diduga ada skenario untuk mencari keuntungan dengan modus “ijon” atau kelompok masyarakat harus memberikan komitmen fee 10%-20% dari alokasi yang dana hibah yang disalurkan.

Ditengah proses hukum yang sedang berjalan di KPK, tentu banyak pertanyaan yang muncul, salah satunya apakah kasus korupsi dana hibah hanya akan menjerat Sahat atau juga melibatkan anggota DPRD lain termasuk pihak eksekutif?

Jika merunut kronologi perencanaan dana hibah provinsi Jawa Timur, sebenarnya dengan mudah publik bisa menerka siapa saja yang terlibat. Misalnya dengan mengusut dan memeriksa siapa saja anggota DPRD yang mengusulkan, dibahas dengan siapa saja dan memverifikasi kepada para Pokmas sebagai penerima, apakah jumlahnya sesuai dan memang layak menerima alokasi dana hibah.

DPRD memang memiliki kewenangan atau hak budgeting untuk terlibat dalam setiap pembahasan anggarannya bersama eksekutif. Namun bercermin pada kasus di Jawa Timur ini, kewenangan itulah yang diduga disalahgunakan untuk

(4)

mengatur siapa saja yang bisa mendapatkan dana hibah, berapa jumlah alokasi

yang akan didapatkan serta dimana saja akan

didistribusikan. Penyalahgunaan wewenang tersebut kemudian diakhiri dengan meminta komitmen fee atau ijon dari para Pokmas.

Mengambil Untung dari Dana Hibah

Fakta menunjukan jika dana hibah seringkali menjadi sasaran para pemburu rente.

Hal ini setidaknya tergambar dari hasil pemantauan ICW selama 5 tahun terakhir dimana ada 8 kasus terkait korupsi dana hibah yang melibatkan anggota DPRD di berbagai wilayah di Indonesia, diantaranya Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Barat dan Kalimantan Barat. Sedangkan modus yang sering digunakan yaitu, pemotongan anggaran, laporan fiktif, penggelembungan harga atau mark up, penggelapan dan penyalahgunaan anggaran.

Selain menjadi sasaran rente, dana hibah juga bisa dimanfaatkan secara politik baik oleh anggota legislatif daerah maupun pihak eksekutif. Pada situasi menjelang pesta demokrasi, dana hibah dapat digunakan sebagai dana politik untuk meraup suara, misalnya membiayai tim sukses atau dana hibah disalurkan di daerah pemilihan (dapil) dan mengklaim sebagai prestasi atau uang pribadi kandidat

Kasus dana hibah yang diduga dijadikan alat politik pernah terjadi di Provinsi Banten pada saat Pilgub tahun 2011. Menurut hasil pemantauan ICW, setidaknya ada beberapa modus terkait penyelewengan dana hibah di provinsi ini, diantaranya lembaga penerima hibah fiktif, pengulangan alamat lembaga penerima hibah, pemotongan dana hibah, serta aliran dana hibah kepada lembaga yang dipimpin kerabat Gubernur Banten. Dalam kasus ini potensi kerugian negara mencapai Rp. 34,9 miliar atau 30% dari total dana hibah yang disalurkan.

Berbagai kasus yang terjadi menunjukan jika dana hibah sangat rawan penyimpangan, tidak hanya oleh legislatif daerah tetapi juga eksekutif karena keduanya memiliki kewenangan masing-masing. Patut diketahui Peraturan Pemerintah (PP) 12 tahun 2019 tentang pengelolaan keuangan daerah mengatur soal pemberian hibah harus atas usulan tertulis kepada kepala daerah. Kemudian tata cara penganggaran, pelaksanaan dan penatausahaan, pelaporan dan

(5)

pertanggungjawaban serta monitoring dan evaluasi hibah diatur lebih lanjut dengan peraturan kepala daerah.

Itu artinya dalam hibah Jawa Timur, KPK harus mengembangkan proses hukumnya ke pihak eksekutif, sehingga berbagai penggeledahan ruang kantor Gubernur, Wakil Gubernur, Sekretaris Daerah dan Perangkat daerah yang relevan terkait dana Hibah Infrastruktur ini merupakan langkah yang tepat.

Nuansa Intervensi terhadap Proses Hukum

Ditengah merosotnya kredibilitas KPK akibat persoalan etik Komisionernya, langkah Operasi Tangkap Tangan (OTT) terhadap politisi daerah patut diapresiasi.

Ironisnya Pemerintah melalui Luhut Binsar Pandjaitan justru menyatakan sebaliknya, menganggap OTT tidak bagus dan terkesan merusak citra negara Indonesia. Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) ini lebih mendorong penerapan pencegahan oleh KPK bisa lebih maksimal salah satunya dengan sistem yang terdigitalisasi.

Perkembangan teknologi misalnya digitalisasi proses pengadaan, perizinan atau pembayaran pada satu sisi memang dapat meningkatkan efisiensi waktu dan biaya bahkan mencegah transaksional. Namun bukan berarti tidak ada celah korupsi dalam sistem yang terdigitalisasi karena operator sistem adalah manusia juga yang pada titik tertentu bisa diintervensi oleh atasan yang telah disuap. Untuk itu, upaya penindakan misalnya dengan OTT tetap harus dilakukan jika teknologi bisa disiasati oleh para pelaku korupsi.

Para pejabat pemerintah seharusnya lebih arif untuk menyikapi proses hukum sebuah kasus yang sedang berjalan agar tidak terkesan mengintervensi kerja penegak hukum dalam menangani perkara. Seharusnya Pemerintah termasuk Menko Marves yang harus lebih giat memperkuat sistem pencegahan di internal K/L/PD, karena jika korupsi masih terjadi berarti sistem pencegahan termasuk digitalisasi belum berjalan optimal.

8. Jalan Rusak dan Darurat Pengawasan Korupsi Infrastruktur Monday, 29 May 2023 - 20:37

(6)

Korupsi Infrastruktur

Ruang publik masih diramaikan dengan pemberitaan perihal jalan rusak di daerah.

Setelah Lampung, jalan rusak di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Jambi menyusul menyita perhatian. Jalan dengan lubang menganga lebar pada dasarnya dapat kita temui di banyak daerah. Persoalan yang tidak asing ini terjadi bukan hanya karena kurangnya anggaran pembangunan jalan, melainkan juga korupsi.

Dari Sosial Media ke Kunjungan Presiden

Berawal dari kritik warga atas buruknya kualitas jalan di Lampung yang direspon arogan oleh pejabat daerah setempat, topik “jalan rusak” viral di sosial media.

Pemerintah dinilai tidak becus membangun jalan dan juga antikritik. Padahal, kritik atas jalan yang rusak parah tersebut adalah kritik berdasar. Jalan adalah fasilitas publik yang diakses warga sehari-hari. Baik dan buruknya kualitas jalan dapat dirasakan dan dilihat secara nyata oleh warga.

Kekuatan sosial media atas kasus ini membuat Presiden Jokowi beserta Menteri Pembangunan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan jajarannya turun langsung menikmati sensasi berkendara di jalan rusak. Tidak hanya menyidak jalan rusak di Lampung, rombongan Presiden juga melakukan aksi serupa di jalan rusak yang menjadi keluhan warga di Sumatera Utara dan Jambi. Warga di daerah lain pun beramai-ramai mengeluhkan kondisi jalan yang tak jauh beda di daerahnya.

Langkah Presiden Jokowi banyak diapresiasi. Terlebih, presiden menjanjikan perbaikan jalan dari anggaran pemerintah pusat. Solusi tersebut dinilai solusi konkret menjawab persoalan. Namun, komitmen dan alokasi anggaran saja tidak cukup. Bak ada gula ada semut, pembangunan berada di bawah ancaman korupsi.

(7)

Transparansi dan pengawasan pembangunan mulai dari tahap perencanaan menjadi satu hal yang penting.

Anggaran Besar, Korupsi Besar

Pemerintah pusat dan daerah mengalokasikan anggaran pembangunan jalan yang cukup besar dari tahun ke tahun. Sebagaimana disebutkan Menteri Keuangan Sri Mulyani, pemerintah pusat menganggarkan Rp 203,5 triliun untuk pembangunan jalan daerah dan nasional dalam APBN 2023. Pembangunan terbesar dilakukan di Pulau Sumatera, yaitu mencapai Rp 71,5 triliun atau 35% dari anggaran pembangunan jalan. Anggaran itu untuk membangun jalan tol maupun non-tol dan mencakup biaya pembebasan lahan hingga pembangunan jalan dan jembatan.

Alokasi anggaran besar untuk pembangunan jalan bukan hanya terjadi pada tahun ini. Tahun-tahun sebelumnya, pemerintah pusat juga mengalokasikan anggaran puluhan miliar dari APBN. Demikian pula pemerintah daerah dalam APBD.

Proyek pembangunan jalan tidak pernah absen dari agenda pembangunan nasional-daerah. Pemerintah Provinsi Lampung, misalnya, mengalokasikan lebih dari Rp 650 miliar untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan. Masalahnya, pembangunan jalan tidak lepas dari persoalan korupsi.

Inventarisir Indonesia Corruption Watch (ICW) atas penindakan kasus korupsi setiap tahunnya menemukan masih tingginya jumlah kasus dan kerugian negara akibat korupsi Pengadaan Barang/ Jasa (PBJ), khususnya pembangunan infrastruktur. Sebanyak 250 dari 579 (43%) kasus korupsi yang ditindak aparat penegak hukum sepanjang 2022 berkaitan dengan PBJ, dimana. 58% diantaranya merupakan PBJ infrastruktur, termasuk pembangunan jalan dan jembatan.

Korupsi infrastruktur diyakini lebih tinggi di lapangan dibanding angka penindakan yang dilakukan penegak hukum.

Salah satu kasus korupsi jalan dengan nilai kerugian negara tertinggi terjadi di Lampung Selatan. Pada 2022 lalu, Kepolisian Daerah Lampung menyidik kasus korupsi pengadaan Jalan Ir. Sutami Ruas Tanjung Bintang-Sribhawono tahun anggaran 2018-2019. Dari nilai kontrak Rp 143 miliar, kerugian negara disebut melebihi Rp 29 miliar. Kasus ini sekaligus menunjukkan kondisi kronik korupsi infrastruktur karena kerugian negara mencapai 20,3% dari nilai kontrak.

(8)

Korupsi dalam pembangunan berdampak signifikan pada kualitas pembangunan.

Sudah banyak contoh kasus di mana ada pembangunan mangkrak dan pembangunan berkualitas rendah akibat korupsi. Adapula pembangunan fiktif atau pembangunan yang ada anggaran dan pelaporannya, namun tak terlihat wujud hasilnya. Korupsi pembangunan juga berdampak pada kesejahteraan dan keselamatan warga. Bangunan sekolah yang tidak kokoh akan beresiko roboh dan membahayakan warga sekolah. Jalan yang dipenuhi lubang lebar akan sangat membahayakan pengendara.

Awasi Pembangunan Infrastruktur

Korupsi patut dilihat sebagai benalu pembangunan. Agenda pemerintah untuk pembangunan dan agenda pencegahan serta pengawasan korupsi semestinya berjalan satu paket. Jika pencegahan korupsi lemah, pembangunan akan tidak optimal. Penguatan agenda anti korupsi bukan untuk menjegal atau menghambat pembangunan, melainkan untuk menjaga pembangunan.

Selain dari sisi pemerintah, upaya menjaga pembangunan dari korupsi perlu menjadi perhatian publik. Semangat mengkritisi hasil PBJ dan menelusuri proses PBJ perlu dilakukan terus menerus. Informasi PBJ dapat diakses di situs pemerintah, seperti Sistem Informasi Rencana Umum Pengadaan (SiRUP) dan Layanan Pengadaan Secara Elektrinik (LPSE). ICW juga mengembangkan platform yang mempublikasi informasi PBJ dengan disertai analisis resiko korupsi, Opentender.net. Beragam situs ini dapat publik manfaatkan untuk mengawasi PBJ. Dengan begitu, ruang sempit untuk pemerintah dan penyedia PBJ melakukan korupsi akan menyempit seiring dengan menguatkan gerakan publik mengawal pembangunan.

9. Kelangkaan Minyak Goreng: Sesat Kebijakan Menyengsarakan Rakyat, Menguntungkan Korporasi Sawit

Monday, 21 March 2022 - 19:17

(9)

Gambar oleh ICW

Masalah kelangkaan dan lonjakan harga minyak goreng muncul sejak akhir tahun 2021. Kendati pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk mengatasinya, namun hingga Maret 2022 kelangkaan minyak goreng masih tetap ditemukan. Ada kebijakan pemerintah yang mendorong kelangkaan namun menguntungkan korporasi sawit.

Semenjak permasalahan minyak goreng muncul, pemerintah sedikitnya telah mengeluarkan tiga kebijakan dalam waktu berdekatan. Kebijakan tersebut antara lain mengatur subsidi minyak goreng menggunakan dana perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) Minyak Goreng Sawit, dan Domestic Market Obligation (DMO) atau kewajiban perusahaan untuk memasok produksi bagi pasar dalam negeri. Seluruhnya diatur melalui Peraturan Menteri Perdagangan.

Sedikitnya terdapat tiga kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Pertama, mensubsidi minyak goreng kemasan dengan dana perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Kedua, yaitu Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 1 Tahun 2022 tentang Penyediaan Minyak Goreng Kemasan Sederhana Untuk Kebutuhan Masyarakat Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit yang kemudian diubah menjadi Permendag Nomor 3 Tahun 2022, dan Permendag Nomor 6 Tahun 2022 tentang Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) Minyak Goreng Sawit.

(10)

Akan tetapi kebijakan tersebut belum mampu menjawab permasalahan. Pada Maret 2022 antrian minyak goreng masih terjadi. Sebelumnya, bahkan ada dugaan terdapat penimbunan di berbagai tempat. Alih-alih mencari akar permasalahan, pemerintah justru mencurigai warga melakukan penimbunan minyak goreng.

Selain kebijakan yang telah disebutkan, terdapat kebijakan pemerintah yang diduga secara langsung ataupun tidak langsung memicu kelangkaan serta kenaikan harga minyak goreng. Kebijakan tersebut adalah Program Mandatori Biodiesel 30% (B30). Program tersebut diatur melalui Peraturan Menteri ESDM No.32 tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga BBN sebagai bahan bakar.

Program B30 berbentuk insentif bagi pengusaha yang mencampur biodiesel dengan BBM jenis solar melalui program B30. Insentif didapat dari negara melalui BPDPKS dan telah berlangsung sejak Januari 2020. Akan tetapi program tersebut mendorong pengusaha untuk mengalihkan produksi CPO dari industri pangan ke biodiesel, sehingga timbul masalah dalam produksi minyak goreng.

Pada tahun 2020, insentif bagi pengusaha mencapai Rp 28,09 triliun. Pada tahun 2021, besaran melonjak hingga Rp 51,95 triliun Sedikitnya 27 korporasi telah menerima insentif tersebut dan berpotensi bertambah di masa yang akan datang.

Insentif bagi Korporasi Besar yang Kerap Bermasalah

Hasil penelusuran Indonesia Corruption Watch (ICW) menemukan sejumlah korporasi tersebut tergabung dalam grup besar perusahaan sawit. Grup tersebut antara lain Wilmar Group, Sinar Mas Group, Apical Group, First Resources, dan Musim Mas Group. Terdapat juga perusahaan yang tergabung dalam Jhonlin Group, yang dikenal sebagai perusahaan batubara.

Sejumlah grup perusahaan tidak terlepas dari rekam jejak kontroversial. Sinar Mas Group pernah disebut-sebut bertanggungjawab atas kebakaran hutan untuk pembukaan lahan perkebunan. Perusahaan yang bertanggungjawab tersebut diduga tergabung dalam Sinar Mas Group melalui Asia Pulp & Paper (APP). APP menguasai 27 perusahaan perkebunan lokal yang mempekerjakan pegawai Sinar Mas. Adapun perusahaan sawit milik Wilmar Group sempat diselidiki oleh Kepolisian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam kebakaran

(11)

hutan dan lahan. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menemukan Wilmar Group paling banyak membakar hutan. Dua eksekutif Wilmar juga pernah dihukum dalam kasus insider trading.

Apical Group merupakan grup perusahaan yang terafiliasi dengan konglomerat Sukanto Tanoto. Royal Golden Eagle (RGE) yang didirikan oleh Sukanto Tanoto membawahi Apical Group. Greenpeace Indonesia menyebut sejumlah kerusakan hutan dan lahan di Indonesia memiliki kaitan dengan operasional bisnis Sukanto Tanoto. Sukanto Tanoto pernah terjerat skandal kasus perpajakan di Indonesia.

Jhonlin Group merupakan grup perusahaan yang terafiliasi dengan konglomerat Haji Isam. PT Jhonlin Agro Jaya adalah perusahaan Jhonlin Group yang memproduksi CPO menjadi Biodiesel. Presiden RI Joko Widodo menghadiri peresmian perusahaan tersebut. Adapun Jhonlin sempat disebut-sebut dalam kasus suap pajak.

Perusahaan sawit yang mendapat insentif terafiliasi dengan orang-orang terkaya se-Indonesia, serta memiliki rekam jejak negatif dalam kebakaran hutan dan lahan juga kasus hukum. Hal tersebut menjadi ironi jika melihat publik mengalami kelangkaan dan lonjakan harga minyak goreng, sementara korporasi tersebut tidak bertanggungjawab atas rekam jejak negatif dan justru berpotensi mendapat keuntungan melalui insentif yang dijamin oleh kebijakan pemerintah.

Referensi

Dokumen terkait

Itu berarti, peluang besar bagi pengusaha perkebunan kelapa sawit, produsen minyak kelapa sawit (CPO), dan produk – produk hilirnya (seperti minyak goreng). Pada tahun –

tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit pada Kementerian Keuangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 542) sebagaimana

Sehubungan dengan pelaksanaan Program Grant Riset Sawit 2022, Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) beserta Komite Penelitian dan Pengembangan BPDPKS telah

Laporan Keuangan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Semester I Tahun Anggaran 2021 ini telah disusun dan disajikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah minyak goreng kelapa merk Muliaco, minyak klentik merk Muliaco, VCO (virgin coconut oil), minyak goreng

Bidang usaha yang dikelola adalah bidang pertanian/perkebunan, dengan komoditi gula tebu, minyak kelapa sawit, kakao, karet, kelapa dan ternak sapi.. Komoditi unggulan yang

Tidak seperti kelapa sawit yang masih menempatkan perluasan areal perkebunan (ekstensifikasi) sebagai strategi pokok untuk pemenuhan kebutuhan industri minyak goreng dan ekspor,

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2018 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit pada Kementerian Keuangan Berita Negara Republik