PEMANFAATAN HASIL ASESMEN NASIONAL DALAM PROGRAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DASAR DI DKI JAKARTA
SRI SULASTRI DAN SODIYAH
BPMP Provinsi DKI Jakarta Received :
Revised : Accepted :
Oktober 20, 2022 November 18, 2022 November 18, 2022
Abstract: In carrying out the evaluation of the education system, the local government is accompanied by the UPT at the Director General of PAUD, Dikdas, and Dikmen. The objectives of this study are: obtaining educational problems that need to be prioritized and the root of the problem based on indicators in education report cards, and obtaining an activity program. The method used is a qualitative research method with a literature study approach. The conclusion of the study at the elementary school level was that there were educational problems in numeracy skills, character gaps, and a climate of diversity. At the junior high school level, the problems found were character gaps, and the APM for SMP/MTs/Package B/SMPLB. The root problems found at the elementary level are: character gaps between regions, religious and cultural tolerance, inclusive attitudes; support for religious and cultural equality, quality of learning, instructional leadership, school safety climate gaps, diversity climate gaps, inclusiveness climate, inclusiveness climate gaps, school community participation, proportion of use of school resources for quality improvement, use of ICT for budget management, and proportion utilization of the APBD for education. The root problems found at the junior high school level were: gender disparities, regional disparities, NER of students with disabilities, quality of learning, refl ection and improvement of learning by teachers, instructional leadership, inclusiveness climate, participation of school residents, proportion of use of school resources for quality improvement, utilization of ICT for budget management, and the proportion of APBD utilization for education.
Abstrak: Dalam melaksanakan evaluasi sistem pendidikan pemerintah daerah didampingi oleh UPT pada Dirjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen. Hasil evaluasi sistem pendidikan pemerintah daerah digunakan sebagai bahan penyesuaian kebijakan dan program untuk meningkatkan ketersediaan, mutu, kebermaknaan dan pengelolaan pendidikan. Tujuan penelitian ini adalah:
diperolehnya permasalahan pendidikan yang perlu mendapat prioritas dan akar masalahnya berdasarkan indikator dalam rapor pendidikan, dan diperolehnya program kegiatan berdasarkan Permendagri nomor 59 tahun 2021. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Fokus penelitian ini adalah melakukan pengolahan dan analisis rapor pendidikan yang menghasilkan permasalahan, akar masalah, dan rekomendasi program peningkatan mutu bagi pemerintah daerah. Simpulan penelitian pada jenjang SD diperoleh permasalahan pendidikan pada kemampuan numerasi, kesenjangan karakter, dan iklim kebhinekaan. Pada jenjang SMP permasalahan yang ditemukan adalah kesenjangan karakter, dan APM SMP/MTs/Paket B/SMPLB. Akar masalah yang terdapat pada jenjang SD adalah:
kesenjangan karakter antarwilayah, toleransi agama dan budaya, sikap inklusif; dukungan atas kesetaraan agama dan budaya, kualitas pembelajaran, kepemimpinan instruksional, kesenjangan iklim keamanan sekolah, kesenjangan iklim kebinekaan, iklim inklusivitas, kesenjangan iklim inklusivitas, partisipasi warga sekolah, proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan mutu, pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran, dan proporsi pemanfaatan APBD untuk pendidikan. Akar masalah yang ditemukan pada jenjang SMP adalah: kesenjangan antarkelompok gender, kesenjangan antarwilayah, APM murid disabilitas, kualitas Pembelajaran, refl eksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru, kepemimpinan instruksional, iklim inklusivitas, keterlibatan siswa sekolah, proporsi penggunaan sumber daya sekolah untuk peningkatan mutu, penggunaan TIK untuk pengelolaan anggaran dan proporsi penggunaan APBD untuk pendidikan.
: Kata kunci:
utilization, results of national assessments, and quality improvement programs pemanfaatan, hasil asesmen nasional, dan program peningkatan mutu (*) Corresponding Author: [email protected], [email protected]
How to Cite: Sulastri, S., Sodiyah, (2022). Pemanfaatan hasil asesmen nasional dalam program peningkatan mutu pendidikan dasar di DKI Jakarta. Jurnal Lingkar Mutu Pendidikan, 19 (2), 97-110. https://doi.org/10.54124/jlmp.v19i2.93
https://doi.org/10.54124/jlmp.v19i2.93 p.ISSN 1979-3820 e.ISSN 2809-3933
Avalilable online at https://jlmp.kemdikbud.go.id/index.php/jlmp/index
PENDAHULUAN
Standar kompetensi untuk menuntaskan satuan pendidikan pada tingkat dasar menitikberatkan pada: (1) mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia; (2) penanaman karakter sesuai nilai-nilai pancasila; dan (3) meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa untuk mengikuti pendidikan menengah (Kemdikbudristek, Standar Nasional Pendidikan, 2022).
Evaluasi sistem pendidikan oleh pemerintah daerah dilaksanakan berdasarkan profi l pendidikan daerah. Pemerintah daerah melakukan evaluasi sistem pendidikan dengan tujuan untuk perluasan akses dan peningkatan mutu layanan pendidikan di daerah agar sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan dan program pendidikan. Evaluasi sistem pendidikan oleh pemerintah daerah dilaksanakan melalui:
(1) melakukan identifi kasi masalah pendidikan yang diperlukan agar mendapat prioritas berdasarkan indikator dalam profi l pendidikan daerah; dan (2) melakukan pendalaman hasil identifi kasi masalah pendidikan agar mendapatkan akar masalah dan merumuskan langkah perbaikan.
Dalam melaksanakan evaluasi sistem pendidikan, Pemerintah daerah didampingi oleh UPT pada Dirjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen, dalam hal ini adalah BPMP DKI Jakarta. Provinsi menggunakan hasil evaluasi sistem pendidikan kota sebagai bahan untuk menyesuaikan kebijakan dan program untuk meningkatkan ketersediaan, kualitas, relevansi dan manajemen pendidikan sesuai dengan mandatnya. (Kemdikbudristek, Evaluasi Sistem Pendidikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Terhadap Pendidikan Anak Usia Dinia, Pendidikan Dasar, dan Pendididkan Menengah, 2022).
Kenyataan yang terjadi terkait dengan asesmen nasional dapat diperoleh dari beberapa penetian yang sudah dilakukan. Hasil penelitian kesiapan peserta didik dan guru di Malang pada asesmen nasional menghasilkan simpulan sebagai berikut. Kelompok peserta didik menujukkan bahwa 46,6%
peserta didik memahami mengenai asesmen nasional. Hasil penelitian kelompok guru menyatakan bahwa 75% guru memahami mengenai asesmen nasional (Rokhim, 2021).
Hasil survei calon guru mataram menunjukkan bahwa pengetahuan calon guru tentang AN kurang, hanya 51% calon guru yang mengetahuinya dengan baik dan benar. Hanya 28% yang mengetahui dengan benar dan tepat tentang pihak atau peserta AN. Pengetahuan tentang format soal dalam AN, 48% menjawab (Novita, 2021).
Hasil penelitian yang diperoleh di SD Surakarta menyebutkan bahwa evaluasi nasional tidak didasarkan pada kemampuan mengelola materi sesuai kurikulum seperti pada ujian nasional, tetapi tujuannya untuk merefl eksi dan meningkatkan mutu Pendidikan sama sekali (Rohim, 2021).
Penelitian yang dilakukan di jenjang SD di Malang menghasilkan bahwa literasi dan numerasi serta karakter sebagai muatan materi dalam kebijakan Kementerian bukanlah sesuatu yang baru dalam pendidikan kita. Namun implementasinya saja yang belum optimal (Yuliandari, 2020).
Penelitian mengenai pemahaman asesmen bagi guru di Maluku memberikan hasil sebagai berikut.
Tingkat pemahaman mengenai apa itu asesmen nasional dan instrumen-instrumennya seperti AKM, survei karakter dan survei lingkungan belajar masih belum setara antara para guru, kepala sekolah, siswa dan orang tua (Rijoly, 2021).
Penelitian di dalam analisis AKM dalam pelaksanaannya di semua jenjang menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah sebagai pengganti ujian nasional dapat diterima oleh semua pihak, baik kepala sekolah, siswa, dan guru (Hasanah, 2021).
Penelitian yang dilakukan di jenjang SMA di Kupang memberikan hasil bahwa terdapat beberapa pertanyaan dalam survei lingkungan yang belajar dinilai terlalu sensitif untuk dipertanyakan sebab dianggap mengaduk-aduk privasi satuan Pendidikan (Ere, 2021).
Hasil penelitian Pusat Penelitian, Badan Keahlian DPR RI terkait asesmen nasional memberikan hasil sebagai berikut. Asesmen nasional menjadi cermin atau potret layanan dan kinerja setiap sekolah untuk selanjutnya secara bersama-sama dapat dilakukan refl eksi guna mempercepat perbaikan mutu pendidikan (Yulia, 2021).
Berdasarkan tuntutan standar kompetensi lulusan pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah serta tugas BPMP dalam melaksanakan pemetaan mutu pendidikan yang diemban serta evaluasi sistem pendidikan oleh pemerintah pusat yang harus dikawal maka perlu dilakukan sebuah
penelitian terkait dengan hasil asesmen nasional. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya terkait dengan asesmen nasional, baik dari segi kebijakan, pemahaman, maupun persepsi dari komponen yang ada di dunia pendidikan maka penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Hasil Asesmen Nasional dalam Program Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar di DKI Jakarta” perlu untuk dilakukan.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) permasalahan pendidikan apakah yang dapat diidentifi kasi yang perlu mendapat prioritas dan akar masalahnya berdasarkan indikator dalam rapor pendidikan daerah; dan (2) program kegiatan apakah yang dapat dipilih berdasarkan program kegiatan yang terdapat pada Permendagri nomor 59 tahun 2021. Tujuan penelitian ini adalah: (1) diperolehnya permasalahan pendidikan yang perlu mendapat prioritas dan akar masalahnya berdasarkan indikator dalam profi l pendidikan daerah; dan (2) diperolehnya program kegiatan berdasarkan program kegiatan yang terdapat pada Permendagri nomor 59 tahun 2021.
Manfaat penelitian ini bagi Balai Penjaminan Mutu Penjaminan Mutu (BPMP) adalah: (1) dapat melakukan tugasnya dalam pemetaan mutu pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar (Dikdas), pendidikan menengah Dikmen, dan pendidikan masyarakat, serta (2) dapat mewakili Dirjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen dalam mendampingi pemerindah daerah melaksanakan evaluasi sistem pendidikan di tingkat provinsi. Manfaat penelitian ini bagi pemerintah daerah adalah: (1) pemerintah daerah dapat mengetahui permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas berdasarkan rapor pendidikan; (2) pemerintah daerah mengetahui akar masalah dan rekomendasi program perbaikan sebagai acuan sebelum melakukan perencanaan program tahunan.
Kajian teori yang mendukung penelitian ini adalah hakikat asesmen nasional, hakikat rapor pendidikan sebagai hasil asesmen nasional, dan hakikat tugas BPMP provinsi DKI Jakarta sebagai UPT Dirjen PAUD, Dikdas dan Dikmen. Evaluasi nasional merupakan evaluasi terhadap sistem pendidikan dasar dan menengah yang dilakukan oleh kementerian. Penilaian nasional bertujuan untuk mengukur: hasil belajar kognitif, hasil belajar non-kognitif dan kualitas lingkungan belajar pada satuan pendidikan. Hasil belajar kognitif meliputi keterampilan membaca dan matematika. Hasil belajar kognitif diukur dengan penilaian kompetensi minimum. Hasil belajar non-kognitif meliputi sikap yang mendasari nilai-nilai pada profi l siswa Pancasila. Hasil belajar nonkognitif diukur dengan studi karakter. Kualitas lingkungan belajar satuan pendidikan meliputi: suasana aman, suasana inklusi dan keberagaman serta pembelajaran di satuan pendidikan. Kualitas lingkungan belajar satuan pendidikan diukur dengan survei lingkungan belajar. Profi l mahasiswa pancasila antara lain: beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berpikir kritis, mandiri, kreatif, bekerja sama dan memiliki keragaman global (Kemdikbudristek, Asesmen Nasional, 2021).
Rapor pendidikan adalah suatu platform yang sebagai pengembangan lebih lanjut dari rapor mutu sebelumnya, memberikan informasi pelaporan hasil evaluasi sistem pelatihan. Dalam kebijakan evaluasi sistem pendidikan yang baru, lebih ditekankan pada mutu pendidikan dan orientasinya pada sistem yang terintegrasi. Rapor pendidikan mengukur indikator yang dibuat berdasarkan masukan, proses dan hasil pelatihan. Indikator tersebut berasal dari standar nasional Pendidikan. Satuan Pendidikan tidak memasukkan data ke dalam aplikasi, tetapi data berasal dari beberapa sistem dan sumber informasi yang ada seperti Dapodik, SIMPKB, AN, BPS dan sumber lain yang relevan.
Rapor Pendidikan dapat digunakan sebagai acuan sebelum melakukan perencanaan anggaran tahunan. Provinsi dapat melihat data rapor pendidikan antarwilayah, yaitu seluruh kabupaten yang ada di provinsi tersebut, sedangkan kabupaten/kota tidak dapat melihat data antarwilayah. Rapor pendidikan dapat diakses melalui laman situs https://raporpendidikan.kemdikbud.go.id/ di peramban desktop maupun ponsel pintar. Data mutu pembelajaran diperoleh dari AN yang didapat dari sumber dari Pusat Asesmen Pendidikan. Data pengelolaan satuan pendidikan yang partisipatif, transparan, dan akuntabel didapatkan dari: (1) asesmen nasional (Pusat Asesmen Pendidikan), (2) aplikasi sumber daya sekolah (SIPLah dan ARKAS), dan SIPBOS sebelum tahun 2021 serta (3) Biro Perencanaan.
Rincian data yang diperoleh dari rapor pendidikan adalah komponen-komponen sebagai berikut:
(1) nama dan defi nisi indikator; (2) angka capaian; (3) label capaian serta defi nisinya; (4) rentang nilai;
serta (5) waktu pembaruan data. Beberapa perbedaan data antara yang dimiliki satuan pendidikan dan pemerintah daerah adalah: (1) indikator yang diperoleh dinas merupakan nilai rata-rata dari satuan pendidikan yang merupakan wilayah kewenangan dinas; (2) beberapa indikator tidak berlaku
untuk satuan pendidikan, contohnya angka partisipasi kasar (APK) yang merupakan nilai agregasi dari suatu daerah (Kemdikbudristek, Buku Saku Rapor Pendidikan Indonesia untuk Daerah, 2022).
Perencanaan berbasis data (PBD) adalah perencanaan yang didasarkan pada data rekam pendidikan satuan pendidikan, program pendidikan, lembaga pendidikan dan kotamadya. Tujuan perencanaan data adalah perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan secara terus menerus.
Tujuan perencanaan data adalah untuk meningkatkan pengeluaran anggaran secara efektif dan bertanggung jawab sesuai dengan kebutuhan dinas dan satuan pendidikan.
Satuan pendidikan dan pemerintah daerah dapat melakukan refl eksi diri dengan menganalisis data dalam Rapor Pendidikan, mengidentifi kasi akar masalah, dan menyusun rencana kegiatan dalam rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS) atau rencana kegiatan pemerintah daerah (RKPD) untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Data yang digunakan dalam Perencanaan Berbasis Data berasal dari data Rapor Pendidikan (Kemdikbudristek, Buku Saku Rapor Pendidikan Indonesia untuk Daerah, 2022).
Tahapan dalam melakukan PBD adalah (1) mengidentifi kasi masalah berdasarkan indikator yang ditampilkan di dalam Rapor Pendidikan; (2) melakukan refl eksi akar masalah berdasarkan capaian, pemerataan, dan proses pembelajaran di satuan pendidikan dan pemerintah daerah; serta (3) melakukan pembenahan melalui perumusan kegiatan dalam bentuk rencana kegiatan dan anggaran satuan pendidikan (BOS dan BOP) dan pemerintah daerah (APBD). Tahapan PBD dapat dicermati pada gambar berikut ini.
Gambar 1. Tahapan Perencanaan Berbasis Data
Balai Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) provinsi DKI Jakarta adalah unit pelaksana teknis (UPT) setingkat eselon III.a di bidang penjaminan mutu pendidikan. Unit pelaksana teknis ini bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD, Dikdas dan Dikmen). Dalam melaksanakan tugasnya BPMP memiliki tujuh fungsi diantaranya dalam pelaksanaan pemetaan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan masyarakat (Kemdikbudristek, 2022).
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di provinsi DKI Jakarta pada bulan April–Juli 2022. Objek penelitian adalah rapor pendidikan provinsi DKI Jakarta tahun 2021 pada pendidikan dasar yaitu jnjang SD dan SMP.
Subjek penelitian ini adalah pejabat di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta atau yang mewakilinya. Pada jenjang SD dan SLB, terdapat Kasi Kelembagaan Bidang SD dan PKLK, Kasi Kurikulum dan Penilaian Bidang SD dan PKLK, serta Kasi Peserta Didik dan Pengembangan Karakter Bidang SD dan PKLK. Pada jenjang SMP terdapat Kasi Kelembagaan Bidang SMP, Kasi Kurikulum dan Penilaian Bidang SMP, serta Kasi Peserta Didik dan Pengembangan Karakter Bidang SMP. Fokus penelitian ini adalah melakukan pengolahan dan analisis rapor pendidikan bagi pemda sebagai hasil asesmen nasional 2021 yang menghasilkan permasalahan, akar masalah, dan rekomendasi program peningkatan mutu bagi pemerintah daerah provinsi DKI Jakarta.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2012). Digunakan jenis penelitian kualitatif karena penelitian bermaksud untuk mengolah dan menganalisis data rapor pendidikan bagi pemda sebagai hasil asesmen nasional 2021.
Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan, dimana referensi yang didapatkan berasal dari rapor pendidikan bagi pemda hasil asesmen nasional 2021. Ciri khusus studi kepustakaan antara lain: berhadapan langsung dengan teks atau data angka bukan dengan lapangan atau saksi mata, siap pakai, artinya peneliti tidak harus pergi kemana-mana, kecuali hanya berhadapan langsung dengan sumber data sekunder, dan terakhir adalah kondisi data di perpustakaan tidak dibagi oleh ruang dan waktu.
Defi nisi konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Asesmen nasional bertujuan untuk mengukur: AKM pada kompetensi literasi dan numerasi, survei karakter pada sikap berlandaskan profi l pelajar Pancasila, dan survei lingkungan belajar pada iklim keamanan, iklim inklusifi tas dan kebinekaan, serta proses pembelajaran. Rapor Pendidikan adalah platform yang menyediakan data laporan hasil evaluasi sistem pendidikan diantaranya hasil asesmen nasional yang pemanfaatannya dapat dijadikan acuan dalam penyusunan rekomendasi program peningkatan mutu pendidikan.
Defi nisi operational dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Indikator rapor pendidikan dijabarkan dalam lima dimensi, yaitu dimensi A (mutu dan relevansi hasil belajar), dimensi B (pemerataan pendidikan yang bermutu), dimensi C (kompetensi dan kinerja GTK), dimensi D (mutu dan relevansi pembelajaran), dan dimensi E (pengelolaan sekolah yang partisipatif, transparan, dan akuntabel). Dalam pemodelan output, proses, dan input rapor pendidikan, dimensi A dan B adalah bagian dari output, dimensi D adalah bagian dari proses, sedangkan dimensi C dan E adalah bagian dari input.
Kisi-kisi instrumen penelitian yang digunakan berasal dari lima dimensi rapor pendidikan yaitu dimensi A, B,C, D, dan E yang dijabarkan pada indikator-indikatornya, baik indikator level 1, level 2, dan level 3 (Kemdikbudristek, Perencanaan Berbasis Data, 2022). Tahapan, dimensi dan indikator level 1 pada kelima dimensi rapor pendidikan dapat ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Dimensi dan indikator level 1 rapor pendidikan
Tahapan Dimensi Indikator Level 1 Rapor Pendidikan Output A. Mutu dan relevansi
hasil belajar
A.1. Kemampuan literasi A.2. Kemampuan numerasi A.3. Karakter
A.4. Penyerapan Lulusan SMK A.5. Pendapatan Lulusan SMK A.6. Kompetensi Lulusan SMK B. Pemerataan
pendidikan yang bermutu
B.1. Kesenjangan literasi B.2. Kesenjangan numerasi B.3. Kesenjangan karakter B.4. APK SD/MI/Paket A/SDLB B.5. APS SD/MI/Paket A/SDLB B.6. APM SD/MI/Paket A/SDLB B.7. APK SMP/MTS/ Paket B/SMPLB B.8. APS SMP/MTS/ Paket A/SMPLB B.9. APM SMP/MTS/ Paket B/SMPLB
B.10.APK SMA/K/MA/ MAK//Paket C/SMALB B.11.APS SMA/K/MA/ MAK/ Paket C/SMALB B.12.APM SMA/K/MA/ MAK/Paket C/SMALB
Tahapan Dimensi Indikator Level 1 Rapor Pendidikan Input C. Kompetensi dan
Kinerja GTK
C.1. Proporsi GTK bersertifi kat C.2. Proporsi GTK penggerak C.3. Pengalaman pelatihan guru C.4. Kualitas GTK penggerak C.5. Nilai UKG
C.6. Kehadiran guru di kelas C.7. Indeks distribusi guru C.8. Pemenuhan Kebutuhan Guru
C.9. Proporsi GTK di SMK yang bersertifi kat kompetensi Proses D. Mutu dan Relevansi
Pembelajaran
D.1. Kualitas pembelajaran (ada komponen khusus SMK) D.2. Refl eksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru D.3. Kepemimpinan instruksional
D.4. Iklim keamanan sekolah
D.5. Kesenjangan iklim keamanan sekolah D.6. Iklim kesetaraan gender
D.7. Iklim kebinekaan D.8. Iklim inklusivitas
D.9. Kesenjangan Iklim kesetaraan gender D.10.Kesenjangan Iklim kebinekaan D.11.Kesenjangan Iklim inklusivitas
D.12.Kesenjangan fasilitas sekolah antar wilayah
D.13.Kesenjangan kebersihan sekolah (termasuk sanitasi) antar wilayah D.14.Kesenjangan bahan dan fasilitas belajar literasi
D.15.Kesenjangan akses dan fasilitas belajar daring D.16.Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran D.17.Link and match dengan Dunia Kerja Input E. Pengelolaan sekolah
yang Partisipatif, Transparan, dan Akuntabel
E.1. Partisipasi warga sekolah
E.2. Proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan mutu E.3. Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran
E.4. Proporsi pemanfaatan APBD untuk pendidikan
Dari dimensi dan indikator dikembangkan pernyataan/pertanyaan yang akan diberikan kepada responden dalam bentuk angket. Setelah responden mengisikan angket, juga akan dilakukan wawancara untuk mengkonfi rmasi jawaban yang sudah diberikan pada angket.
Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumen, angket, dan wawancara, Sedangkan tahapan pengumpulan data dilakukan dengan tahapan berikut: mengakses rapor pendidikan bagi pemda, mengidentifi kasi rapor pendidikan pada indikator yang masih lemah dan memerlukan peningkatan pada dimensi A dan B yang akan menghasilkan permasalahan yang dihadapi pemda, mengidentifi kasi rapor pendidikan pada indikator yang lemah dan memerlukan peningkatan pada dimensi C, D, dan E yang akan menghasilkan seluruh akar permasalahan yang ditemukan berdasarkan data, menganalisis rekomendasi program dari seluruh akar permasalahan yang ditemukan berdasarkan data, melakukan konfi rmasi melalui pengisian angket guna mengetahui akar permasalahan dan rekomendasi yang sebenarnya terdapat di pemerintah daerah, melakukan kajian lebih dalam melalui wawancara guna mengetahui mengapa akar permasalahan terjadi dan apakah rekomendasi yang diidentifi kasi sesuai dengan kondisi nyata di pemerintah daerah, serta membuat kesimpulan berupa permasalahan, akar permasalahan, dan rekomendasi program yang sesuai dengan kondisi pemerintah daerah provinsi DKI Jakarta.
Validasi data dilakukan dengan triangulasi yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data, yaitu studi dokumen, angket, dan wawancara. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan tahapan sebagai berikut: pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, serta penarikan simpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan tujuan penelitian telah diperoleh “permasalahan” dan “akar masalah” pendidikan yang perlu mendapatkan prioritas serta “rekomendasi program dan kegiatan perbaikan”. Permasalahan dan akar masalah diperoleh dari data yang terdapat pada rapor pendidikan. Cara memperolehnya didasarkan pada pengolahan dan analisis rapor pendidikan melalui konsep perencanaan berbasis data. Program dan kegiatan yang menjadi rekomendasi perbaikan diperoleh berdasarkan program dan kegiatan yang terdapat pada Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 59 tahun 2021 tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Kemendagri, 2021).
Permasalahan yang perlu mendapatkan prioritas berdasarkan rapor pendidikan disajikan dalam Tabel 2. Permasalahan tersebut diperoleh dari “indikator prioritas dalam menentukan permasalahan”.
Permasalahan pada rapor pendidikan diperoleh dari nilai dan capaian indikator prioritas yang menunjukkan warna merah dan kuning.
Tabel 2. Menentukan “permasalahan” dari indikator prioritas rapor pendidikan
No Indikator Prioritas
dalam Menentukan Permasalahan
Nilai dan Capaian Jenjang SD
Nilai dan Capaian Jenjang SMP
1 A.1. Kemampuan literasi 1,95 2,07
2 A.2. Kemampuan numerasi 1,69 1,83
3 A.3. Karakter 2,16 2,43
4 B.1. Kesenjangan literasi 2,67 2,67
5 B.2. Kesenjangan numerasi 3,00 3,00
6 B.3. Kesenjangan karakter 2,67 1,67
7 B.4. APK SD/MI/Paket A/SDLB 102,94% -
8 B.6. APM SD/MI/Paket A/SDLB 96,24% -
9 B.7. APK SMP/MTS/ Paket B/SMPLB - 104,98%
10 B.9. APM SMP/MTS/ Paket B/SMPLB - 84,58%
11 D.4 Iklim Keamanan Sekolah 2,44 2,50
12 D.8. Iklim Kebhinekaan 2,24 2,34
Keterangan: - angka menunjukkan nilai - warna menunjukkan capaian
Berdasarkan nilai dan capaian yang tersaji pada Tabel 2 dapat ditunjukkan bahwa permasalahan pendidikan yang terdapat pada jenjang SD adalah: (1) kemampuan numerasi; (2) kesenjangan karakter; dan (3) iklim kebhinekaan. Adapun permasalahan yang terdapat pada jenjang SMP adalah:
(1) kesenjangan karakter; dan (2) APM SMP/MTs/Paket B/SMPLB.
Dari permasalahan pendidikan kemudian dapat ditentukan akar masalah. Akar masalah yang diperoleh berdasarkan rapor pendidikan disajikan dalam Tabel 3. Akar masalah tersebut didapatkan dari “indikator acuan dalam menentukan akar masalah”. Akar masalah pada rapor pendidikan diperoleh dari nilai dan capaian indikator acuan yang menunjukkan warna merah dan kuning.
Tabel 3. Menentukan “akar masalah” berdasarkan indikator acuan rapor pendidikan
Indikator Acuan dalam Menentukan Akar Masalah Akar Permasalahan Jenjang SD
Akar Permasalahan Jenjang SMP
B.3.1 Kesenjangan Karakter Antarkelompok Gender -0,02 -0.17
B.3.2 Kesenjangan antar kelompok sosial ekonomi status 0,06 0,00
B.3.3 Kesenjangan Karakter Antarwilayah 0,08 0,17
B.9.3 APM Murid Disabilitas - 75.68%
Indikator Acuan dalam Menentukan Akar Masalah Akar Permasalahan Jenjang SD
Akar Permasalahan Jenjang SMP
D.1. Kualitas pembelajaran (ada komponen khusus SMK) 2,00 2,03
D.2. Refl eksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru 2,33 2,16
D.3. Kepemimpinan instruksional 2,08 1,93
D.5. Kesenjangan iklim keamanan sekolah 2,00 3,00
D.6. Iklim kesetaraan gender 2,39 2,35
D.8.1 Toleransi agama dan budaya 2,08 2,06
D.8.2 Sikap Inklusif 1,99 2,47
D.8.3 Dukungan atas kesetaraan agama dan budaya 1,95 1,93
D.8.4 Komitmen kebangsaan 2,93 2,9
D.9. Kesenjangan Iklim kesetaraan gender 2,00 3,00
D.10. Kesenjangan Iklim kebinekaan 2,08 2,04
D.11. Kesenjangan Iklim inklusivitas 2,00 3,00
D.12. Kesenjangan fasilitas sekolah antar wilayah * 4,00
D.13. Kesenjangan kebersihan sekolah (termasuk sanitasi) antar wilayah
* -10
E.1. Partisipasi warga sekolah 2,01 1,98
E.2. Proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan mutu
29,35% 32,16%
E.3. Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran 1,12 0,63
E.4. Proporsi pemanfaatan APBD untuk pendidikan 27,51% 27,51%
Keterangan: angka menunjukkan nilai warna menunjukkan capaian * menunjukkan data belum tersedia
Berdasarkan nilai dan capaian yang tersaji pada Tabel 3 dapat ditunjukkan bahwa akar masalah pendidikan yang terdapat pada jenjang SD adalah: (1) kesenjangan karakter antarwilayah; (2) toleransi agama dan budaya; dan (3) sikap Inklusif; (4) dukungan atas kesetaraan agama dan budaya; (5) kualitas pembelajaran; (6) kepemimpinan instruksional; (7) kesenjangan iklim keamanan sekolah; (8) kesenjangan Iklim Kebinekaan; (9) iklim Inklusivitas; (10) kesenjangan iklim inklusivitas;
(11) partisipasi warga sekolah; (12) proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan mutu; (13) pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran; dan (14) proporsi pemanfaatan APBD untuk pendidikan. Adapun akar masalah yang terdapat pada jenjang SMP adalah: (1) kesenjangan antarkelompok gender; (2) kesenjangan antarwilayah; (3) APM murid disabilitas; (4) kualitas Pembelajaran; (5) refl eksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru; (6) kepemimpinan instruksional;
(7) iklim inklusivitas; (8) partisipasi warga sekolah; (9) proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan mutu; (10) pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran; dan (11) proporsi pemanfaatan APBD untuk pendidikan.
Dengan diperolehnya akar masalah pada setiap jenjang maka program kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan atau membenahi mutu pendidikan dapat dirancang. Program kegiatan tersebut didasarkan pada program kegiatan yang terdapat pada Permendagri nomor 59 tahun 2021 tentang penerapan standar pelayanan minimal (SPM). Pada setiap akar masalah dirancang program kegiatan yang beracuan pada kode subkegiatan, nomenklatur subkegiatan, dan deskripsi kegiatan yang tercantum pada lampiran Permendagri tersebut. Setiap kode subkegiatan dapat menyelesaikan satu atau lebih akar masalah. Maka rancangan program kegiatan yang dapat dibuat berdasarkan kode subkegiatan dapat ditunjukkan pada Tabel 4 untuk jenjang SD dan Tabel 5 untuk jenjang SMP.
Pada jenjang SD berdasarkan rapor pendidikan telah diperoleh 14 akar masalah yang dapat diselesaikan melalui 8 subkegiatan dengan kode dan nomenklatur berdasarkan lampiran Permendagri nomor 59 tahun 2021. Subkegiatan yang dimaksud pada jenjang SD yang dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Merancang “program kegiatan” berdasarkan kode dan nomenklatur subkegiatan pada jenjang SD
Program Kegiatan
Akar Masalah Kode
Subkegiatan
Nomenklatur
Subkegiatan Deskripsi Kegiatan 01.02.2.01.17 Pengadaan Perlengkapan
Peserta Didik
Pengadaan buku teks dan non teks E.4 Proporsi pemanfaatan APBD untuk Pendidikan
01.02.2.01.22 Pengadaaan Alat Praktik dan Peraga Peserta Didik
Pengadaan TIK untuk pembelajaran dan pengelolaan satuan pendidikan
§ D.1 Kualitas Pembelajaran
§ E.4 Proporsi pemanfaatan APBD untuk Pendidikan 01.02.2.01.26 Penyediaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan bagi Satuan Pendidikan Dasar
§ Pengajuan formasi guru ASN sesuai dengan ketentuan perundang- undangan
§ Penyediaan guru pembimbing khusus paling sedikit satu orang pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif
§ B.3.3 Kesenjangan Karakter Antarwilaya
§ E.4 Proporsi pemanfaatan APBD untuk Pendidikan
01.02.2.01.39 Sosialisasi dan Advokasi Kebijakan Bidang Pendidikan
Sosialisasi kepada satuan pendidikan mengenai peningkatan kualitas layanan termasuk pentingnya inklusivitas dan kebinekaan untuk mencegah diskriminasi terhadap ekonomi, gender, fi sik, agama, suku, dan budaya kepada satuan pendidikan paling sedikit satu kali dalam satu tahun ajaran
§ D.8.1 Toleransi Agama dan Budaya yang Mendukung Iklim Kebhinekaan
§ D.8.2 Sikap Inklusif yang Mendukung Iklim Kebhinekaan
§ D.8.3 Dukungan Atas Kesetaraan Agama dan Budaya yang Mendukung Iklim Kebhinekaan
§ D.5 Kesenjangan Iklim Keamanan Sekolah
§ D.9 Kesenjangan Iklim Kebhinekaan
§ D.10 Iklim Inklusivitas
§ D.11 Kesenjangan Iklim Inklusivitas
§ E.1 Partisipasi warga sekolah 01.02.2.01.40 Bimbingan Teknis
Peningkatan Kapasitas Bidang Pendidikan
§ Peningkatan kualifi kasi dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memenuhi kualifi kasi dan kompetensi yang dipersyaratkan
§ Fasilitasi kepala sekolah atau guru yang belum memiliki sertifi kat guru penggerak untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan guru penggerak
§ Fasilitasi pelatihan/seminar/
lokakarya penguatan kompetensi kepala sekolah dan guru
§ Pembentukan komunitas belajar dan memastikan guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah terlibat aktif dalam komunitas tersebut
§ Fasilitasi pertemuan guru/pendidik dalam wadah berbasis komunitas untuk meningkatkan kualitas layanan paling sedikit satu kali dalam 6 (enam) bulan
D.3 Kepemimpinan intruksional
Program Kegiatan
Akar Masalah Kode
Subkegiatan
Nomenklatur
Subkegiatan Deskripsi Kegiatan 01.02.2.01.48 Pembinaan Penggunaan
Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Pendidikan
Pelatihan TIK untuk pembelajaran dan pengelolaan satuan pendidikan
E.3 Pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran
01.04.2.01.01 Perhitungan dan Pemetaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan bagi Satuan Pendidikan Dasar, PAUD, dan Pendidikan Nonformal/
Kesetaraan
§ Pemetaan dan penataan
penempatan untuk pemerataan PTK paling sedikit satu kali dalam satu tahun
§ Pemetaan kucukupan jumlah pengawas untuk satuan pendidikan
B.3.3 Kesenjangan Karakter Antarwilayah
01.04.2.01.02 Penataan Pendistribusian Pendidik dan Tenaga Kependidikan bagi Satuan Pendidikan Dasar, PAUD, dan Pendidikan Nonformal/Kesetaraan
Distribusi Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang berkualitas untuk pemerataan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
§ B.3.3 Kesenjangan Karakter Antarwilayah
§ E.2 Proporsi Pemanfaatan Sumber Daya Sekolah untuk Peningkatan Mutu
Penempatan lulusan pendidikan dan pelatihan calon pengawas sekolah/
lulusan guru penggerak sebagai pengawas sekolah
D.1 Kualitas Pembelajaran
Berikut ini adalah pembahasan dari setiap subkegiatan yang dapat dilakukan pada jenjang SD untuk mengatasi akar masalah pendidikan yang ada berdasarkan rapor pendidikan.
Nomenklatur subkegiatan pertama adalah “pengadaan perlengkapan peserta didik” yang dilakukan agar dapat menyelesaikan akar masalah belum tercapainya “proporsi pemanfaatan APBD untuk pendidikan”. Deskripsi kegiatan yang dapat dilakukan adalah pengadaan buku teks dan nonteks.
Nomenklatur subkegiatan yang terakhir adalah “penataan pendistribusian pendidik dan tenaga kependidikan bagi satuan pendidikan dasar, PAUD, dan pendidikan nonformal/kesetaraan” yang dilakukan agar dapat menyelesaikan akar masalah belum tercapainya “kesenjangan karakter antarwilayah” dan “proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan mutu”, dan ”kualitas pembelajaran”. Deskripsi kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya adalah “distribusi pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas untuk pemerataan pendidik dan tenaga kependidikan”.
Pada jenjang SMP berdasarkan rapor pendidikan telah diperoleh 8 akar masalah yang dapat diselesaikan melalui 14 subkegiatan dengan kode dan nomenklatur berdasarkan lampiran Permendagri nomor 59 tahun 2021. Subkegiatan yang dimaksud pada jenjang SD yang dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Merancang “program kegiatan” berdasarkan kode dan nomenklatur subkegiatan pada jenjang SMP
Program Kegiatan Akar Permasalahan
Kode Subkegiatan
Nomenklatur
Subkegiatan Deskripsi Kegiatan 01.02.2.02.01 Pembangunan USB (Unit
Sekolah Baru) (SMP)
Penyediaan layanan pendidikan di daerah yang kekurangan daya tampung/wilayah 3T
§ B.3.3. Kesenjangan Karakter Antarwilayah
§ E.4 Proporsi Pemanfaatan APBD untuk Pendidikan
01.02.2.02.02 Penambahan Ruang Kelas Baru (SMP)
Penyediaan layanan pendidikan di daerah yang kekurangan daya tampung/wilayah 3T
§ B.3.3. Kesenjangan Karakter Antarwilayah
Program Kegiatan Akar Permasalahan Kode
Subkegiatan
Nomenklatur
Subkegiatan Deskripsi Kegiatan 01.02.2.02.14 Rehabilitasi Sedang/
Berat Ruang Kelas (SMP)
Penyediaan layanan pendidikan di daerah yang kekurangan daya tampung/wilayah 3T
§ B.3.3. Kesenjangan Karakter Antarwilayah
01.02.2.01.48 Pembinaan Penggunaan Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Pendidikan
Pelatihan TIK untuk
pembelajaran dan pengelolaan satuan pendidikan
§ D.1 Kualitas Pembelajaran
§ D.2 Refl eksi dan Perbaikan Pembelajaran oleh Guru
§ E.3 Pemanfaatan TIK untuk Pengelolaan Anggaran 01.02.2.02.28 Pengadaan Perlengkapan
Siswa (SMP)
Pemberian biaya pendidikan kepada Peserta Didik dan Peserta Didik berkebutuhan khusus dari keluarga tidak mampu sampai lulus
§ B.9.3. APM Murid Disabilitas
01.02.2.02.32 Penyediaan Biaya Personil Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama
Pemberian biaya pendidikan kepada Peserta Didik dan Peserta Didik berkebutuhan khusus dari keluarga tidak mampu sampai lulus
§ B.9.3. APM Murid Disabilitas
§ E.4 Proporsi Pemanfaatan APBD untuk Pendidikan
01.02.2.02.35 Pengadaan Alat Praktik dan Peraga Peserta Didik
Pengadaan TIK untuk
pembelajaran dan pengelolaan satuan pendidikan
§ D.1 Kualitas Pembelajaran
§ D.2 Refl eksi dan Perbaikan Pembelajaran oleh Guru
§ E.3 Pemanfaatan TIK untuk Pengelolaan Anggaran 01.02.2.02.39 Penyediaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan bagi Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
Penyediaan guru pembimbing khusus paling sedikit satu orang pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan inklusif
§ B.9.3. APM Murid Disabilitas
§ D.10 Iklim Inklusivitas
Pengajuan formasi guru ASN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
§ D.10 Iklim Inklusivitas
01.02.2.02.40 Pengembangan Karir Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pada Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama
Penempatan lulusan pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/lulusan guru penggerak sebagai kepala sekolah
§ D.3 Kepemimpinan Instruksional
01.02.2.02.51 Koordinasi, Perencanaan, Supervisi dan Evaluasi Layanan di Bidang Pendidikan (SMP)
Pendataan warga negara usia 7-15 tahun yang tidak bersekolah
§ E.1 Partisipasi Warga Sekolah
§ E.4 Proporsi Pemanfaatan APBD untuk Pendidikan
01.02.2.02.52 Sosialisasi dan Advokasi Kebijakan Bidang Pendidikan
§ Sosialisasi kepada satuan pendidikan mengenai peningkatan kualitas layanan termasuk
pentingnya inklusivitas dan kebinekaan untuk mencegah diskriminasi terhadap ekonomi, gender, fi sik, agama, suku, dan budaya kepada satuan pendidikan paling sedikit satu
§ B.3.1 Kesenjangan Karakter Antarkelompok Gender
§ D.10 Iklim Inklusivitas
Program Kegiatan Akar Permasalahan Kode
Subkegiatan
Nomenklatur
Subkegiatan Deskripsi Kegiatan
§ Pemberian layanan pendampingan kepada satuan pendidikan untuk mencegah perundungan kekerasan pada anak paling sedikit satu kali dalam 6 (enam) bulan
§ B.3.1 Kesenjangan Karakter Antarkelompok Gender
01.02.2.02.53 Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Bidang Pendidikan
Pembentukan komunitas belajar dan memastikan guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah terlibat aktif dalam komunitas tersebut
§ B.3.1 Kesenjangan Karakter Antarkelompok Gender
§ E.1 Partisipasi Warga Sekolah
§ E.2 Proporsi Pemanfaatan Sumber Daya Sekolah untuk Peningkatan Mutu
Peningkatan kualifi kasi dan kompetensi bagi pendidik dan tenaga kependidikan yang belum memenuhi kualifi kasi dan kompetensi yang dipersyaratkan
§ D.2 Refl eksi dan Perbaikan Pembelajaran oleh Guru
§ D.3 Kepemimpinan Instruksional
§ E.2 Proporsi Pemanfaatan Sumber Daya Sekolah untuk Peningkatan Mutu
Fasilitasi kepala sekolah atau guru yang belum memiliki sertifi kat guru penggerak untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan guru penggerak
§ D.3 Kepemimpinan Instruksional
Fasilitasi pertemuan guru/
pendidik dalam wadah berbasis komunitas untuk meningkatkan kualitas layanan paling sedikit satu kali dalam 6 (enam) bulan
§ E.1 Partisipasi Warga Sekolah
01.04.2.01.01 Perhitungan dan Pemetaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Satuan PendidikanPAUD, Dasar dan Menengah
Pemetaan dan penataan penempatan untuk pemerataan pendidik dan tenaga
kependidikan paling sedikit satu kali dalam satu tahun
§ E.2 Proporsi Pemanfaatan Sumber Daya Sekolah untuk Peningkatan Mutu
01.04.2.01.02 Penataan Pendistribusian Pendidik dan Tenaga Kependidikan bagi Satuan Pendidikan Dasar, PAUD, dan Pendidikan Nonformal/Kesetaraan
Distribusi pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas untuk pemerataan pendidik dan tenaga kependidikan
§ D.1 Kualitas Pembelajaran
Berikut ini adalah pembahasan dari setiap subkegiatan yang dapat dilakukan pada jenjang SMP untuk mengatasi akar masalah pendidikan yang ada berdasarkan rapor pendidikan.
Nomenklatur subkegiatan pertama adalah “pembangunan USB (Unit sekolah baru)” yang dilakukan agar dapat menyelesaikan akar masalah “kesenjangan karakter antarwilayah” dan belum tercapainya
“proporsi pemanfaatan APBD untuk pendidikan”. Deskripsi kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya adalah “penyediaan layanan pendidikan di daerah yang kekurangan daya tampung/wilayah 3T”.
Nomenklatur subkegiatan yanag terakhir adalah “penataan pendistribusian pendidik dan tenaga kependidikan bagi satuan pendidikan dasar, PAUD, dan pendidikan nonformal/kesetaraan” yang dilakukan agar dapat menyelesaikan akar masalah “kualitas pembelajaran”. Deskripsi kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya adalah “distribusi pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas untuk pemerataan pendidik dan tenaga kependidikan”.
Pembahasan penelitian ini yang terkait permasalahan dan akar permasalahan yang diperoleh dari rapor pendidikan provinsi DKI Jakarta pada jenjang SD dan SMP adalah dalam rangka menguatkan apa yang sudah dilakukan Dinas Pendidikan provinsi DKI Jakarta dalam menganalisis permasalahan dan akar permasalahan pendidikan yang ada. Pembahasan penelitian ini yang terkait dengan program kegiatan yang dirancang untuk mengatasi akar masalah berdasarkan Permendagri nomor 59 tahun 2021 juga dimaksudkan untuk semakin menguatkan keberadaan program kegiatan pemdidikan yang sudah direncanakan dan terlaksana di DKI Jakarta. Dengan demikian recana program kegiatan yang disusun akan sesuai dengan data yang diperoleh pada rapor pendidikan dan sesuai pula dengan program kegiatan yang diamanatkan pada penerapan standar pelayanan minimum yang terdapat pada Permendagri nomor 59 tahun 2021.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan rapor pendidikan provinsi DKI Jakarta, “permasalahan” pendidikan yang terdapat pada jenjang SD ditemukan sebanyak tiga permasalahan dan pada jenjang SMP terdapat dua permasalahan. Permasalahan yang terdapat pada jenjang SD adalah: (1) kemampuan numerasi; (2) kesenjangan karakter; dan (3) iklim kebhinekaan. Adapun “permasalahan” yang terdapat pada jenjang SMP adalah: (1) kesenjangan karakter; dan (2) APM SMP/MTs/Paket B/SMPLB. Permasalahan pada rapor pendidikan diperoleh dari indikator prioritas yang dalam capaiannya masih berwarna kuning dan merah.
Empat belas “akar masalah” ditemukan pada rapor pendidikan provinsi DKI Jakarta pada jenjang SD.
Akar masalah tersebut adalah: (1) kesenjangan karakter antarwilayah; (2) toleransi agama dan budaya;
dan (3) sikap Inklusif; (4) dukungan atas kesetaraan agama dan budaya; (5) kualitas pembelajaran;
(6) kepemimpinan instruksional; (7) kesenjangan iklim keamanan sekolah; (8) kesenjangan Iklim Kebinekaan; (9) iklim Inklusivitas; (10) kesenjangan iklim inklusivitas; (11) partisipasi warga sekolah;
(12) proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan mutu; (13) pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran; dan (14) proporsi pemanfaatan APBD untuk pendidikan. Akar masalah pada rapor pendidikan diperoleh dari indikator acuan yang dalam capaiannya masih berwarna kuning dan merah.
Sebelas “akar masalah” ditemukan pada rapor pendidikan provinsi DKI Jakarta pada jenjang SMP.
Akar masalah tersebut adalah: (1) kesenjangan antarkelompok gender; (2) kesenjangan antarwilayah;
(3) APM murid disabilitas; (4) kualitas Pembelajaran; (5) refl eksi dan perbaikan pembelajaran oleh guru; (6) kepemimpinan instruksional; (7) iklim inklusivitas; (8) partisipasi warga sekolah; (9) proporsi pemanfaatan sumber daya sekolah untuk peningkatan mutu; (10) pemanfaatan TIK untuk pengelolaan anggaran; dan (11) proporsi pemanfaatan APBD untuk pendidikan.
Delapan subkegiatan yang dapat dirancang untuk membenahi akar masalah pendidikan pada jenjang SD adalah: (1) pengadaan perlengkapan peserta didik; (2) pengadaaan alat praktik dan peraga peserta didik; (3) penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan bagi satuan pendidikan dasar; (4) sosialisasi dan advokasi kebijakan bidang pendidikan; (5) bimbingan teknis peningkatan kapasitas bidang pendidikan; (6) pembinaan penggunaan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan; (7) perhitungan dan pemetaan pendidik dan tenaga kependidikan bagi satuan pendidikan dasar, PAUD, dan pendidikan nonformal/kesetaraan; serta (8) penataan pendistribusian pendidik dan tenaga kependidikan bagi satuan pendidikan dasar, PAUD, dan pendidikan nonformal/
kesetaraan.
Empat belas subkegiatan yang dapat dirancang untuk membenahi akar masalah pendidikan pada jenjang SMP adalah: (1) pembangunan USB (unit sekolah baru); (2) penambahan ruang kelas baru;
(3) rehabilitasi Sedang/Berat Ruang Kelas; (4) pembinaan penggunaan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) untuk pendidikan; (5) pengadaan perlengkapan siswa (SMP); (6) penyediaan biaya personil peserta didik SMP; (7) pengadaan alat praktik dan peraga peserta didik; (8) penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan bagi satuan pendidikan SMP; (9) pengembangan karir pendidik dan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan SMP; (10) koordinasi, perencanaan, supervisi dan evaluasi layanan di bidang pendidikan; (11) sosialisasi dan advokasi kebijakan bidang pendidikan;
(12) bimbingan teknis peningkatan kapasitas bidang pendidikan; (13) perhitungan dan pemetaan pendidik dan tenaga kependidikan satuan pendidikan PAUD, dasar dan menengah; serta (14)
penataan pendistribusian pendidik dan tenaga kependidikan bagi satuan pendidikan dasar, PAUD, dan pendidikan nonformal/kesetaraan.
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini ditujukan kepada Dinas Pendidikan provinsi DKI Jakarta dan BPMP provinsi DKI Jakarta. Saran bagi Dinas Pendidikan provinsi DKI Jakarta adalah:
(1) Dinas Pendidikan provinsi DKI Jakarta dapat menindaklanjuti ditemukannya permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas dan akar masalahnya berdasarkan rapor pendidikan; (2) Dinas Pendidikan provinsi DKI Jakarta dapat menindaklanjuti hasil program kegiatan yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan Permendagri nomor 59 tahun 2021 sebagai acuan dalam melakukan rancangan program pemerintah daerah.
Saran bagi BPMP provinsi DKI Jakarta adalah: (1) BPMP provinsi DKI Jakarta dapat menindaklanjuti hasil tugasnya dalam pemetaan mutu pendidikan anak usia dini (PAUD), pendidikan dasar (Dikdas), pendidikan menengah Dikmen, dan pendidikan masyarakat, serta (2) BPMP provinsi DKI Jakarta dapat mewakili Dirjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen dalam mendampingi pemerindah daerah melaksanakan evaluasi sistem pendidikan di tingkat provinsi.
PUSTAKA ACUAN
Ere, R. d. (2021). Evaluasi Pelaksanaan Survei Lingkungan Belajar. Fraktal: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Nusa Cendana, 1-8.
Hasanah, M. d. (2021). Analisis Kebijakan Pemerintah pada Asesmen Kompetensi Minimum sebagai Bentuk Perubahan Ujian Nasional.
Irsyaduta: Jurnal Studi Kemahasiswaan, 1(3), LP3M STIT Al Urwatul Wutsqo, 251-260.
Kemdikbudristek. (2021). Asesmen Nasional. Jakarta: Kemdikbudristek.
Kemdikbudristek. (2022). Buku Saku Rapor Pendidikan Indonesia untuk Daerah. Jakarta: Kemdikbudristek.
Kemdikbudristek. (2022). Evaluasi Sistem Pendidikan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Terhadap Pendidikan Anak Usia Dinia, Pendidikan Dasar, dan Pendididkan Menengah. Jakarta: Kemdikbudristek.
Kemdikbudristek. (2022). Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan dan Balai Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta:
Kemdikbudristek.
Kemdikbudristek. (2022). Perencanaan Berbasis Data. Jakarta: Dirjen PAUD, Dikdas, dan Dikmen.
Kemdikbudristek. (2022). Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Kemdikbudristek.
Kemendagri. (2021). Permendagri RI nomor 59 tahun 2021 tentang Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Jakarta: Kemendagri.
Moleong, L. J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Novita, N. d. (2021). Asesmen Nasional: Pengetahuan dan Persepsi Calon Guru. JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan, 5(1), Lembaga Penelitian dan Pendidikan (LPP) Mandala, 172-179.
PermenPANRB. (2019). Jabatan Fungsional Widyaprada. Jakarta: Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
Rijoly, H. d. (2021). Pemahaman Penerapan AKM bagi guru-guru di Kecamatan Sahalutu Kabupaten Maluku Tengah. Gaba-gaba: JUrnal Pengabdian Masyarakat dalam bidang pendidikan bahasa dan seni, FKIP, Universitas Pattimura, 49-55.
Rohim, D. d. (2021). Konsep Asesmen Kompetensi Minimum untuk Meningkat Kemampuan Literasi dan Numerasi Sekolah Dasar. Varidika:
Jurnal Universitas Muhammadiyah Surakarta, 33(1), 54-62.
Rokhim, D. d. (2021). Analisis Kesiapan Peserta Didik dan Guru pada Asesmen Nasional (Asesmen Kompetensi Minimum, Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar). JAMP: JUrnal Administrasi dan Manajemen Pendidikan, 4(1), FMIPA Universitas Malang, 61-71.
Yulia, I. (2021). Asesmen Nasional Sebagai Pilihan Evaluasi Sistem Pendidikan Nasional. Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah Sosial I, 12(2), 61-71.
Yuliandari, R. d. (2020). Implikasi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter terhadap Pengelolaan Pembelajaran SD. Ibriez:
Jurnal Kependidikan Dasar Islam Berbasis Sains, 5(2), PGMI, UIN Maulana Malik Ibrahim, 203-219.