HASIL TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.) VARIETAS DEWATA 162 PADA DOSIS PUPUK KANDANG AYAM DAN JARAK TANAM
YANG BERBEDA
RAHMA FAUZIYAH NUR 1710401066
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG
2023
ii
HASIL TANAMAN GANDUM (Triticum aestivum L.) VARIETAS DEWATA 162 PADA DOSIS PUPUK KANDANG AYAM DAN JARAK TANAM
YANG BERBEDA
RAHMA FAUZIYAH NUR 1710401066
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agroteknologi
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG
2023
iii
iv
PERSEMBAHAN
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat sampai pada tahap ini.
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
Orang tua, kakak, adik dan keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan secara moril maupun materi
Ibu Siti Nurul Iftitah, S.P., M.P. selaku dosen pembimbing akademik (PA) dan pembimbing Skripsi
Bapak Dr. Agus Suprapto, S.P., M.P., IPM., selaku dosen pembimbing Skripsi Sahabatku Uswah, Umi, Dyah, Heny dan Laili
Wahyu, Indi, Annisa, Ratna, Mahdalina, Kharisma, Rizma, Laras, Widi, Villa, Maya dan teman-teman seperjuangan agroteknologi B 2017 yang tidak dapat
saya sebutkan satu per satu
Almamaterku, Universitas Tidar, Magelang.
MOTTO
“ This too, shall pass ”
v INTISARI
Hasil Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) Varietas Dewata 162 pada Dosis Pupuk Kandang Ayam dan Jarak Tanam yang Berbeda
Rahma Fauziyah Nur
email: [email protected]
Pemberian pupuk kandang ayam dan jarak tanam yang tepat merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil tanaman gandum.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dosis pupuk kandang ayam dan jarak tanam terhadap hasil tanaman gandum varietas dewata 162. Penelitian dilakukan pada tanggal 5 Desember 2021 sampai dengan 3 Maret 2022 di Desa Plumbon, Kecamatan Selopampang, Kabupaten Temanggung dengan ketinggian tempat 420 m dpl. Penelitian menggunakan percobaan faktorial (4 x 3) yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dan terdiri dari dua faktor perlakuan. Faktor pertama yaitu dosis pupuk kandang ayam yang terdiri dari 10; 20; 30 dan 40 ton/ha. Faktor kedua yaitu jarak tanam 10 cm x 10 cm, 15 cm x 10 cm dan 20 cm x 10 cm. Hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam, perlakuan yang berpengaruh nyata dan berpengaruh sangat nyata diuji lanjut dengan Orthogonal polynomial untuk faktor pertama dan Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk faktor kedua. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk kandang ayam dosis 10 ton/ha memberikan hasil tertinggi pada berat 1.000 biji kering dan indeks panen. Jarak tanam 20 cm x 10 cm memberikan hasil tertinggi pada jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif dan jumlah biji per malai. Kombinasi dosis pupuk kandang ayam dan jarak tanam tidak memberikan pengaruh pada hasil tanaman gandum.
Kata kunci : dosis, gandum, jarak tanam, pupuk kandang ayam
vi ABSTRACT
Wheat Crop Yield (Triticum aestivum L.) Dewata 162 Variety at Different Dosages of Chicken Manure and Plant Spacing
Rahma Fauziyah Nur
email: [email protected]
Application of chicken manure and plant spacing is one of the efforts that can be made to increase the yield of wheat. This study aims to determine the effect of doses of chicken manure and plant spacing on wheat yields of the Dewata 162 variety. The research was conducted on 5 December 2021 to 3 March 2022 in Plumbon Village, Selopampang District, Temanggung Regency with an altitude of 420 m asl. The study used factorial experiment (4 x 3) which was arranged in a Completely Randomized Block Design and consisted of two treatment factors.
The first factor was the dose of chicken manure which consists of 10; 20; 30 and 40 tons/ha. The second factor was the spacing of 10 cm x 10 cm, 15 cm x 10 cm and 20 cm x 10 cm. The results of the study were analyzed using variance, the treatments with significant and highly significant effects were further tested with Orthogonal polynomials for the first factor and Least Significant Difference (LSD) for the second factor. The results showed that the chicken manure at a dose of 10 tons/ha gave the highest yield on the weight of 1.000 dry seeds and the harvest index. The plant spacing of 20 cm x 10 cm gives the highest results in terms of number of tillers, number of productive tillers and number of seeds per panicle. The combination of chicken manure dosage and planting distance had no effect on wheat yields.
Keywords: chicken manure, dosage, plant spacing, wheat
vii
viii RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Desember 1999 di Jepara, Jawa Tengah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Jupri dan Ibu Suriyah.
Penulis mengawali pendidikan dasar pada tahun 2005 di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Mabadil Huda Banjaran, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara dan diselesaikan pada
tahun 2011. Pendidikan lanjutan tingkat pertama dimulai pada tahun 2011 dan diselesaikan pada tahun 2014 di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Hasyim Asy’ari, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara. Penulis melanjutkan pendidikan di Madrasah Aliyah (MA) Hasyim Asy’ari, Kecamatan Bangsri, Kabupaten Jepara dengan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada tahun 2014 dan diselesaikan pada tahun 2017.
Penulis diterima di Universitas Tidar pada tahun 2017 melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) dan diterima di Program Studi S1 Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Tidar. Penulis aktif dalam organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGRO) selama dua periode, yaitu tahun 2017-2018 dan tahun 2018-2019.
Penulis berkesempatan menjadi penerima beasiswa Bidikmisi pada tahun 2017-2021. Penulis pernah mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di UPT Laboratorium Taman Anggrek Borobudur Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang pada tahun 2021. Penulis dapat dihubungi melalui surel [email protected].
ix KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta penyusunan skripsi yang berjudul Hasil Tanaman Gandum (Triticum Aestivum L.) Varietas Dewata 162 pada Dosis Pupuk Kandang Ayam dan Jarak Tanam yang Berbeda. Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak, oleh karena itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1 Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tidar,
2 Dr. Agus Suprapto, S.P., M.P., IPM., Dosen Pembimbing I/Ketua Penguji, 3 Siti Nurul Iftitah, S.P., M.P., Dosen Pembimbing II/Sekretaris Penguji, 4 Ir. Murti Astiningrum, M.P., Anggota penguji,
5 Segenap dosen yang telah berkenan memberikan ilmu kepada penulis selama belajar di Fakultas Pertanian Universitas Tidar,
6 Orang tua, kakak, adik, keluarga besar, sahabat dan teman-teman seperjuangan selama menempuh pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Tidar,
7 Bapak Ahmad Rifaudin dan keluarga, Ibu Sri Hastuti, S.T., M.T., IPP., serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam melaksanakan penelitian maupun penulisan skripsi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat sebagai penambah wawasan ilmu pengetahuan dan memperkaya informasi di bidang pertanian, khususnya tanaman gandum.
Magelang, September 2023
Penulis
x DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL... i
HALAMAN JUDUL... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
PERSEMBAHAN... iv
INTISARI... v
ABSTRACT... iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS... vii
RIWAYAT HIDUP... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv I PENDAHULUAN...
1.1 Latar Belakang...
1.2 Rumusan masalah...
1.3 Tujuan...
1.4 Manfaat...
1.5 Hipotesis...
1 1 2 3 3 3 II TINJAUAN PUSTAKA...
2.1 Tanaman Gandum...
2.2 Pupuk Kandang Ayam...
2.3 Jarak Tanam...
4 4 6 7 III METODE PENELITIAN...
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian...
3.2 Alat dan Bahan...
3.3 Metode Penelitian ...
9 9 9 9 IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...
4.1 Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Ayam terhadap Hasil Tanaman Gandum...
4.2 Pengaruh Jarak Tanam terhadap Hasil tanaman Gandum...
4.3 Interaksi Dosis Pupuk Kandang Ayam dan Jarak Tanam terhadap Hasil Tanaman Gandum...
15 16 22 26
xi V KESIMPULAN DAN SARAN...
5.1 Kesimpulan...
5.2 Saran...
28 28 28 DAFTAR PUSTAKA... 29 LAMPIRAN-LAMPIRAN... 34
xii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 F Hitung Seluruh Parameter Pengamatan ... 15
2 Pengaruh Jarak Tanam terhadap Jumlah Anakan Per Rumpun ... 23
3 Pengaruh Jarak Tanam terhadap Jumlah Anakan Produktif ... 24
4 Pengaruh Jarak Tanam terhadap Jumlah Biji Per Malai ... 25
xiii DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Uji Orthogonal Polynomial Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
Ayam terhadap Berat Biji Kering Per Rumpun ... 17 2 Uji Orthogonal Polynomial Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
Ayam terhadap Berat 1.000 Biji Kering ... 18 3 Uji Orthogonal Polynomial Pengaruh Dosis Pupuk Kandang
Ayam terhadap Indeks Panen ... 20
xiv DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Jumlah Anakan Per Rumpun... 34
2 Jumlah Anakan Produktif ... 35
3 Panjang Malai ... 36
4 Jumlah Biji Per Malai ... 37
5 Berat Biji Kering Per Rumpun ... 38
6 Transformasi √x + 1 Berat Biji Kering Per Rumpun ... 39
7 Berat Biji Kering Per m2 ... 40
8 Transformasi √x + 1 Berat Biji Kering Per m2 ... 41
9 Berat 1.000 Biji Kering ... 42
10 Indeks Panen ... 43
11 Transformasi √x + 1 Indeks Panen ... 44
12 Perhitungan Penggunaan Pupuk ... 45
13 Perhitungan Kebutuhan Benih ... 48
14 Deskripsi Gandum Varietas Dewata 162 ... 50
15 Foto-Foto Kegiatan di Lapangan... 51
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gandum merupakan tanaman serealia dan termasuk komoditas pangan yang paling banyak diproduksi di dunia. Gandum dikonsumsi dalam bentuk tepung gandum atau tepung terigu yang diolah menjadi aneka produk makanan. Indonesia merupakan salah satu negara pengimpor gandum terbesar, kebutuhan gandum dalam negeri yang tinggi menyebabkan impor gandum terus meningkat setiap tahunnya (Sumarno dan Mejaya, 2016).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2022), impor gandum di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 9,35 juta ton. Kebutuhan gandum yang tinggi dan terus meningkat, membuka peluang bagi usaha pengembangan produksi gandum di Indonesia.
Di Indonesia, budidaya tanaman gandum telah dikembangkan di beberapa daerah antara lain Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Selatan, tetapi tanaman gandum masih belum dapat bersaing dengan komoditas lain. Budidaya tanaman gandum belum dapat memberikan keuntungan yang layak bagi petani, karena produksi atau hasil tanaman gandum masih rendah (Sembiring dkk., 2016). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil tanaman gandum yaitu dengan pemupukan dan pengaturan jarak tanam.
Pemupukan bertujuan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh secara optimal dan memberikan hasil serta mutu yang baik. Pupuk kandang merupakan bahan yang banyak diaplikasikan ke tanah, terdiri dari campuran kotoran dan sisa pakan ternak. Keuntungan dari pemberian pupuk kandang diantaranya dapat memperbaiki aerasi, meningkatkan daya pegang air tanah dan merangsang aktivitas mikroorganisme yang dapat meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman (Rajiman, 2020). Pupuk kandang dapat berasal dari kotoran ayam, sapi,
2 kerbau, kambing dan babi. Pupuk kandang ayam memiliki kadar hara fosfat (P) yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pupuk kandang lainnya, karena dalam kotoran ayam tercampur sisa-sisa makanan dan sekam sebagai alas kandang yang dapat menyumbangkan tambahan hara pada pupuk kandang ayam (Hartatik dan Widowati, 2006).
Pengaturan jarak tanam dapat menghindari terjadinya tumpang tindih antar tajuk tanaman dan memberikan ruang bagi akar serta tajuk tanaman untuk berkembang (Kumalasari dkk., 2017). Jarak tanam yang optimal sangat mempengaruhi populasi tanaman, efisiensi penggunaan cahaya matahari, menekan pertumbuhan hama dan penyakit, serta mengurangi persaingan tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara (Rajagukguk dkk., 2017).
Jarak tanam yang terlalu sempit atau terlalu lebar dapat mempengaruhi pertumbuhan dan dapat berdampak pada hasil tanaman, sehingga perlu diketahui jarak tanam yang tepat pada budidaya tanaman gandum. Untuk meningkatkan hasil tanaman gandum, maka perlu dilakukan penelitian tentang dosis pupuk kandang ayam dan jarak tanam yang digunakan.
1.2 Rumusan Masalah
Tanaman gandum merupakan salah satu sumber pangan, sumber karbohidrat dan sumber protein bagi masyarakat Indonesia. Permintaan terhadap gandum terus meningkat setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya kebutuhan gandum oleh masyarakat. Tanaman gandum telah dikembangkan dan dibudidayakan di beberapa daerah di Indonesia, tetapi gandum yang dihasilkan masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan gandum dalam negeri. Upaya untuk meningkatkan hasil tanaman gandum yaitu dengan melakukan budidaya secara tepat. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan pemberian pupuk kandang ayam dan pengaturan jarak tanam. Pupuk kandang ayam dapat digunakan untuk menambah hara, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pengaturan jarak tanam yang sesuai akan mengoptimalkan hasil dari tanaman, sehingga perlu dilakukan
3 penelitian tentang dosis pupuk kandang ayam dan jarak tanam yang tepat untuk tanaman gandum.
1.3 Tujuan
1. Memahami pengaruh dosis pupuk kandang ayam terhadap hasil tanaman gandum (Triticum aestivum L.) varietas Dewata 162,
2. Memahami pengaruh jarak tanam terhadap hasil tanaman gandum (Triticum aestivum L.) varietas Dewata 162,
3. Memahami interaksi dosis pupuk kandang ayam dan jarak tanam terhadap hasil tanaman gandum (Triticum aestivum L.) varietas Dewata 162.
1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan penulis mengenai dosis pupuk kandang ayam dan jarak tanam yang tepat pada budidaya tanaman gandum (Triticum aestivum L.) varietas Dewata 162,
2. Dasar pertimbangan bagi masyarakat dan salah satu informasi dalam membudidayakan tanaman gandum (Triticum aestivum L.) varietas Dewata 162 dengan dosis pupuk ayam dan jarak tanam yang tepat.
1.5 Hipotesis
Diduga penggunaan dosis pupuk kandang ayam 20 ton/ha dan jarak tanam 20 cm x 10 cm didapatkan hasil tanaman gandum tertinggi.
4 II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Gandum
Tanaman gandum merupakan tanaman serealia yang termasuk dalam famili poaceae atau lebih dikenal sebagai Gramineae (rumput-rumputan).
Menurut Azrai dkk. (2016), klasifikasi tanaman gandum yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Klassis : Monocotyledoneae Ordo : Poales
Familia : Poaceae Genus : Triticum
Spesies : Triticum aestivum L.
Tanaman gandum memiliki sistem perakaran serabut, ada dua jenis perakaran pada tanaman gandum, yaitu akar yang tumbuh dan berkembang dari awal perkembangan biji atau disebut akar primer (seminal root) dan akar yang berkembang saat terjadi pembentukan anakan yang disebut akar sekunder (nodal root) (Kirby, 2002).
Batang tanaman gandum berbentuk silinder, berongga dan diameter batang semakin mengecil pada bagian ruas atas. Jumlah batang tanaman gandum dipengaruhi oleh kedalaman penyemaian, kerapatan tanaman, faktor genetik dan faktor lingkungan (Tiwari and Shoran, 2010).
Daun tanaman gandum rata-rata berukuran 5-10 cm, tersusun atas pelepah daun, helai daun, aurikel dan ligula. Pelepah daun melekat pada buku dan menutupi batang. Pada ujung pelepah daun terdapat helai daun yang memiliki permukaan licin dan terdapat sedikit bulu tipis. Pada pertemuan antara daun dan pelepah terdapat aurikel yang berbentuk kurva dan melekat pada dasar setiap helai daun. Ligula merupakan struktur membran tipis yang
5 melekat pada batang, berfungsi mencegah air hujan, debu dan serangga masuk ke dalam pelepah dan batang (Andriani dan Isnaini, 2016).
Tanaman gandum dapat menghasilkan anakan, yang mulai tumbuh saat daun ketiga telah berkembang sempurna dan daun keempat muncul dari batang utama. Jumlah anakan yang dihasilkan tergantung pada berbagai faktor seperti populasi tanaman, waktu tanam, nutrisi dan mineral yang diperoleh tanaman (Kirby, 2002).
Bunga tanaman gandum merupakan bunga majemuk yang tersusun dalam malai. Pada setiap malai terdapat beberapa spikelet dan setiap spikelet terdiri dari beberapa bunga tunggal (floret). Bunga tunggal (floret) dibungkus oleh dua buah sekam yang disebut lemma dan palea. Lemma merupakan sekam paling luar dari bunga tunggal, ujung dari lemma umumnya mempunyai bulu (awn). Palea merupakan sekam yang terletak di atas lemma dan umumnya memiliki tekstur yang lebih lembut dari lemma (Anderson dan Garlinge, 2000). Lemma dan palea tersusun saling berhadapan, memiliki struktur keras, berwarna hijau sampai keunguan saat masih muda dan berwarna putih, cokelat, merah atau hitam saat masak fisiologis, keduanya menyelimuti bagian reproduksi bunga (Andriani dan Isnaini, 2016).
Biji gandum merupakan biji berkeping satu dan keras, yang terdiri dari 3 % embrio dan skutellum (germ), 14 % lapisan dedak/bekatul (bran) dan 83 % endosperma (endosperm) dari total berat biji. Skutellum memiliki ketebalan 2,5-3 mm yang menyelimuti embrio dan memisahkan embrio dari endosperma. Skutellum berfungsi sebagai tempat sekresi enzim-enzim yang dibutuhkan biji saat berkecambah dan mengabsorbsi gula dari hasil pemecahan pati pada endosperma. Embrio tersusun dari calon tunas (plumule) dan calon akar (radicule) (Andriani dan Isnaini, 2016). Lapisan dedak/bekatul terdiri dari lima lapisan yaitu epidermis, epikarp, endokarp, testa dan aleuron.
Endosperma merupakan bagian terbesar dari biji gandum yang banyak mengandung pati, protein, gluten dan air (Suarni, 2016).
Tanaman gandum dapat tumbuh dengan baik pada daerah dingin. Suhu optimum yang dibutuhkan oleh tanaman gandum berkisar antara 20-25 °C,
6 sedangkan suhu tanah minimum yang dibutuhkan berkisar antara 2-4 °C.
Di Indonesia, tanaman gandum dapat berproduksi dengan baik pada ketinggian tempat > 1.000 meter di atas permukaan laut (m dpl), atau dataran rendah dengan suhu < 25 °C dan kelembaban yang rendah (Aqil dkk., 2016).
Pada dataran menengah, tanaman gandum cocok dikembangkan pada daerah dengan ketinggian diatas 400 m dpl (Simanjuntak, 2002). Curah hujan optimum bagi tanaman gandum yaitu berkisar antara 350-1.250 mm/tahun.
Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman gandum yaitu tanah yang bertekstur sedang/medium. Tanaman gandum dapat tumbuh dengan baik pada tanah andosol, regosol, latosol dan alluvial dengan pH 6-7 (Aqil dkk., 2016).
2.2 Pupuk Kandang Ayam
Pupuk kandang merupakan pupuk organik yang terdiri dari campuran kotoran dan sisa pakan ternak, yang digunakan untuk memasok bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Rajiman, 2020).
Nilai pupuk kandang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, makanan hewan yang bersangkutan, fungsi hewan tersebut sebagai pembantu pekerjaan atau dibutuhkan dagingnya saja, jenis atau macam hewan dan jumlah serta jenis bahan makanan yang digunakan sebagai alas kandang. Atas dasar karakteristik pakan dan usaha ternaknya, maka kandungan hara dalam masing-masing pupuk kandang relatif berbeda satu dengan lainnya.
Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang diantaranya unsur makro nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), serta unsur mikro sulfur (S) dan besi (Fe) (Sutarman dan Miftakhurrohmat, 2019).
Pupuk kandang dari ayam atau unggas memiliki unsur hara yang lebih besar daripada jenis ternak lain, karena kotoran padat tercampur dengan kotoran cair atau urinenya (Rai, 2018). Pupuk kandang ayam lebih baik dalam meningkatkan kesuburan tanah dan mengandung unsur hara lengkap (makro dan mikro). Unsur hara yang terkandung dalam pupuk kandang ayam terutama unsur makro N, P dan K bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.
Unsur N dibutuhkan untuk pertumbuhan vegetatif, unsur K untuk
7 memperkuat batang dan unsur P untuk meranggsang pembungaan dan pembuahan, pertumbuhan akar dan pembentukan biji (Nurhidayat dkk., 2020). Hasil dari analisis laboratorium di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, pupuk kandang ayam mengandung unsur N 2,46 %, P 1,35 %, K 1,96 %, C-Organik 24,20 %, kadar air 22,60 % dan C/N rasio 9,83. Pemberian pupuk kandang ayam memberikan respon yang baik pada pertumbuhan dan hasil tanaman. Hasil penelitian Togay et al. (2013), diketahui bahwa pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 10 ton/ha menghasilkan tinggi tanaman, jumlah biji per malai, indeks panen, berat 1.000 biji dan kandungan protein tertinggi pada tanaman gandum. Hasil penelitian Taurisa (2012), diketahui bahwa tinggi tanaman dan jumlah anakan tertinggi tanaman gandum diperoleh pada pemberian dosis pupuk kandang ayam sebanyak 20 ton/ha.
Kelebihan dari pupuk kandang ayam yaitu cepat terdekomposisi, mengandung unsur makro dan mikro yang lengkap dan mikroorganisme yang terdapat dalam pupuk kandang ayam mampu menguraikan tanah menjadi lebih baik, sehingga pupuk kandang ayam baik dalam meningkatkan kesuburan tanah (Silalahi dkk., 2018). Berdasarkan hasil penelitian Simanjuntak (2012), diketahui bahwa pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis 30 ton/ha dapat meningkatkan tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, luas daun, umur berbunga, panjang tongkol, berat jagung pipil per plot dan berat 100 biji tanaman jagung. Penggunaan pupuk kandang ayam dengan dosis 40 ton/ha dapat diperoleh jumlah anakan, jumlah malai, jumlah spikelet per m2 dan jumlah spikelet per malai yang lebih tinggi pada tanaman gandum (Zubaidi dkk., 2021).
2.3 Jarak Tanam
Pengaturan jarak tanam bertujuan memberi ruang tumbuh pada tiap-tiap tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Jarak tanam berkaitan dengan ruang atau tempat tanaman tumbuh dan berkembang, menentukan efisiensi pemanfaatan ruang tumbuh dan mempermudah tindakan budidaya
8 lainnya. Jarak tanam yang terlalu rapat akan terjadi persaingan dalam memperoleh unsur hara, air, sinar matahari dan tempat untuk berkembang (Raja, 2019). Persaingan yang ketat pada jarak tanam yang sempit dengan kerapatan tanaman tinggi akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat (Setiawan dan Suparno, 2018).
Jarak tanam lebar dapat memperbaiki pertumbuhan individu tanaman, tetapi apabila terlalu lebar dapat memberikan peluang berkembangnya gulma yang akan berdampak negatif karena dapat terjadi persaingan antara gulma dengan tanaman. Dampak lain dari jarak tanam yang terlalu lebar yaitu menyebabkan berkurangnya pemanfaatan unsur hara oleh tanaman karena sebagian cahaya akan jatuh ke permukaan tanah dan unsur hara akan hilang karena penguapan serta pencucian (Erawati dan Hipi, 2016). Hasil penelitian Kumar et al. (2015), diketahui bahwa jarak tanam 10 cm x 10 cm meningkatkan jumlah anakan efektif, hasil jerami dan hasil gabah tanaman gandum. Menurut Suwarti dan Syafrudin (2016), jarak tanam yang sesuai untuk tanaman gandum dapat mengoptimalkan jumlah anakan yang muncul, sehingga dapat tercapai populasi dan hasil tanaman yang maksimal.
Hasil penelitian Verma et al. (2019), diketahui bahwa tinggi tanaman dan
berat kering tanaman padi tertinggi diperoleh pada jarak tanam 15 cm x 10 cm. Penggunaan jarak tanam 20 cm x 10 cm memberikan hasil
tertinggi pada berat brangkasan kering, jumlah batang per meter persegi, jumlah malai per meter persegi dan jumlah biji per meter persegi tanaman gandum (Zubaidi dkk., 2018).
III METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 5 Desember 2021 sampai 3 Maret 2022 di Desa Plumbon, Kecamatan Selopampang, Kabupaten Temanggung dengan ketinggian tempat 420 m dpl.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu cangkul, tugal, sprayer, tali rafiah, sabit, karung, timbangan analitik, meteran, penggaris dan alat tulis. Bahan yang digunakan yaitu benih gandum varietas Dewata 162, pupuk kandang ayam, pupuk Urea, pupuk SP 36, pupuk KCl, insektisida Kapper 36 EC, fungisida Dithane M-45 80 WP dan fungisida Vicure 300 EC.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Rancangan percobaan
Penelitian dilaksanakan di lahan dengan menggunakan percobaan faktorial (4 x 3) yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL). Penelitian ini terdiri dari dua faktor perlakuan dan diulang tiga kali sebagai blok. Faktor tersebut yaitu:
a. Dosis pupuk kandang ayam (D), terdiri dari:
D1 : 10 ton/ha D2 : 20 ton/ha D3 : 30 ton/ha D4 : 40 ton/ha
b. Jarak tanam (J), terdiri dari:
J1 : 10 cm x 10 cm J2 : 15 cm x 10 cm J3 : 20 cm x 10 cm
10 sehingga diperoleh dua belas kombinasi perlakuan, yaitu:
D1JI D2J1 D3J1 D4J1
D1J2 D2J2 D3J2 D4J2
D1J3 D2J3 D3J3 D4J3
Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam. Uji lanjut apabila kedua perlakuan hasilnya berbeda nyata menggunakan Orthogonal polynomial untuk faktor pertama dan Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk faktor kedua.
3.3.2 Pelaksanaan penelitian 1. Persiapan lahan
Lahan yang akan digunakan untuk menanam gandum diolah terlebih dahulu, pengolahan dilakukan secara bertahap sebanyak dua kali. Pengolahan pertama dilakukan untuk membalik atau membongkar tanah menjadi gumpalan-gumpalan tanah.
Pengolahan kedua bertujuan untuk memecah bongkahan tanah dan meratakan tanah. Pengolahan kedua dilakukan seminggu setelah pengolahan tanah pertama. Pada pengolahan kedua, dilakukan pembuatan bedengan (petak) dengan ukuran 2,1 m x 1,6 m dengan jumlah 36 petak. Tanah pada tiap-tiap petak kemudian dicampurkan dengan pupuk kandang ayam sesuai dosis perlakuan, yaitu 10 ton/ha atau 3,36 kg/petak, 20 ton/ha atau 6,72 kg/petak, 30 ton/ha atau 10,08 kg/petak dan 40 ton/ha atau 13,44 kg/petak.
Setelah aplikasi pupuk, tanah didiamkan selama tujuh hari sebelum dilakukan penanaman.
2. Persiapan benih
Benih yang digunakan yaitu benih yang terbebas dari hama penyakit, dilakukan dengan merendam benih dalam air, benih yang tenggelam dipisahkan dan digunakan sebagai bahan tanam.
11 3. Penanaman
Penanaman dilakukan dengan cara membuat lubang tanam menggunakan tugal sedalam ± 2-3 cm, setiap lubang tanam diisi 2 benih kemudian ditutup dengan tanah. Jarak tanam sesuai
dengan perlakuan, yaitu 10 cm x 10 cm, 15 cm x 10 cm dan 20 cm x 10 cm.
4. Pemeliharaan a. Pemupukan
Pupuk yang digunakan yaitu pupuk Urea, SP 36 dan KCl dengan dosis pupuk N sebanyak 110 kg/ha, P sebanyak 60 kg/ha dan K sebanyak 70 kg/ha (lampiran 14). Pupuk diberikan setengah dosis saat tanaman berumur 14 hst, sisanya diberikan saat tanaman berumur 30 hst. Pemberian pupuk dilakukan dengan menebar pupuk disekitar tanaman, kemudian ditutup dengan tanah.
b. Pengairan
Pengairan dilakukan sesuai dengan kondisi lahan, apabila hujan maka tidak perlu diairi tetapi apabila tidak ada hujan maka pengairan dilakukan dengan dialiri air dari irigasi sampai bedengan cukup lembab.
c. Penyulaman
Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang mati dan tidak sehat, menggunakan tanaman cadangan.
Tanaman cadangan yang digunakan memiliki umur yang sama dan pertumbuhannya seragam. Penyulaman dilakukan saat tanaman gandum berumur 12 hst sebanyak 47 tanaman.
d. Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara mekanik dengan mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman gandum. Tujuan penyiangan yaitu untuk mengendalikan pertumbuhan gulma, sehingga tidak terjadi persaingan antara tanaman gandum
12 dengan gulma. Penyiangan dilakukan 3 hari sekali dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di sekitar tanaman gandum.
Gulma yang banyak tumbuh di sekitar tanaman gandum yaitu rumput teki (Cyperus rotundus), rumput belulang (Eleusin indica), krokot (Portula oleracea), babadotan (Ageratum conyzoides) dan ciplukan (Physalis angulata).
e. Pengendalian hama
Hama yang menyerang tanaman gandum yaitu belalang (Valanga nigricornis), walang sangit (Leptocorisa oratorius), kepik hijau (Nezara viridula), kutu aphid (Aphidoidae) dan ulat grayak (Spodoptera litura). Pengendalian hama dilakukan secara mekanik dan secara kimiawi. Pengendalian secara mekanik dilakukan pada hama ulat grayak, dengan mematikan hama secara langsung. Pengendalian secara kimiawi dilakukan pada hama belalang, walang sangit, kepik hijau dan kutu aphid, dengan menyemprotkan insektisida Kapper 36 EC dosis 1 ml/L pada pagi hari sebanyak dua kali pada saat tanaman gandum berumur 23 dan 37 hst.
Penyakit yang menyerang tanaman gandum yaitu penyakit scab yang disebabkan oleh jamur Fusarium spp..
Pengendalian penyakit dilakukan secara kimiawi dengan penyemprotan fungisida Dithane 2 g/L saat tanaman berumur 54 hst dan fungisida Vicure 300 EC dosis 1 ml/L saat tanaman gandum berumur 63 dan 65 hst.
5. Panen
Tanaman gandum dipanen pada 88 hst, dengan ciri- ciri tanaman siap panen yaitu biji gandum telah bernas, batang dan daun mengering serta menguning. Pemanenan dilakukan menggunakan sabit dengan cara memotong batang tanaman dari pangkalnya.
13 3.3.3 Parameter pengamatan
Pengamatan dilakukan pada masing-masing kombinasi perlakuan.
Jumlah tanaman contoh yang diamati yaitu sepuluh tanaman per petak, dengan parameter yang diamati meliputi:
1. Jumlah anakan per rumpun (batang)
Dilakukan dengan menghitung jumlah anakan yang tumbuh disekitar batang utama saat akhir penelitian.
2. Jumlah anakan produktif (batang)
Jumlah anakan produktif diperoleh dengan menghitung anakan yang telah menghasilkan malai saat akhir penelitian.
3. Panjang malai (cm)
Pengukuran panjang malai dilakukan dari pangkal sampai ujung malai pada saat setelah panen menggunakan penggaris.
4. Jumlah biji per malai (butir)
Jumlah biji per malai dihitung pada setiap malai pada tanaman sampel yang telah dipanen.
5. Berat biji kering per rumpun (g)
Biji gandum yang telah dipanen, dikeringkan di bawah sinar matahari selama 4 hari, sampai berwarna cokelat keputih-putihan, kemudian biji ditimbang menggunakan timbangan digital.
6. Berat biji kering per m2 (g)
Dilakukan dengan menimbang biji per m2 yang telah dikeringkan di bawah sinar matahari selama 4 hari.
7. Berat 1.000 biji kering (g)
Dilakukan dengan menghitung 1.000 biji yang telah kering menggunakan timbangan digital. Pengambilan 1.000 biji dilakukan secara acak dan diulang sebanyak tiga kali.
14 8. Indeks panen
Indeks panen merupakan analisis pertumbuhan tanaman yang menggambarkan pembagian fotosintat atau biomassa tanaman, antara bagian yang dipanen (hasil ekonomi) dengan bagian lainnya.
Menurut Sujinah dkk. (2020), perhitungan Indeks Panen dapat dilakukan berdasarkan rumus:
Indeks Panen = berat kering biji berat kering biomassa
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian dianalisis menggunakan sidik ragam. Berdasarkan analisis tersebut, diperoleh hasil F hitung seluruh parameter yang dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. F hitung seluruh parameter pengamatan Parameter Pengamatan
Perlakuan
D J D x J
Jumlah anakan per rumpun (batang) 1,690ns 9,100** 1,292ns Jumlah anakan produktif (batang) 2,028ns 8,526** 1,318ns
Panjang malai (cm) 4,111ns 4,305ns 1,219ns
Jumlah biji per malai (butir) 1,920ns 11,374** 2,102ns Berat biji kering per rumpun (g) 4,213* 0,103ns 0,111ns Berat biji kering per m2 (g) 1,142ns 0,065ns 0,674ns Berat 1.000 biji kering (g) 4,159* 1,200ns 1,464ns
Indeks panen 4,521* 0,905ns 0,307ns
Keterangan:
* : Berbeda nyata
** : Berbeda sangat nyata ns : Tidak berbeda nyata
D : Dosis pupuk kandang ayam J : Jarak Tanam
D x J : Interaksi dosis pupuk kandang ayam dan jarak tanam
Hasil F hitung pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan dosis pupuk kandang ayam tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah biji per malai dan berat biji kering per m2, berpengaruh nyata terhadap berat biji kering per rumpun, berat 1.000 biji kering dan indeks panen. Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh terhadap panjang malai, berat biji kering per rumpun, berat biji kering per m2, berat 1.000 biji kering dan indeks panen, tetapi berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif dan jumlah biji per malai. Tidak terjadi interaksi antara perlakuan dosis pupuk kandang ayam dengan jarak tanam terhadap seluruh parameter pengamatan yaitu jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah biji per
16 malai, berat biji kering per rumpun, berat biji kering per m2, berat 1.000 biji kering dan indeks panen.
4.1 Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Ayam terhadap Hasil Tanaman Gandum
Berdasarkan F hitung pada Tabel 1 diketahui bahwa pemberian dosis pupuk kandang ayam yang berbeda tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah biji per malai dan berat biji kering per m2. Hal tersebut diduga karena dosis pupuk kandang ayam yang diberikan mampu memenuhi kebutuhan tanaman gandum selama fase pertumbuhan vegetatif dan generatif. Pemberian pupuk kandang ayam pada tanah dapat meningkatkan kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk pertumbuhan, terutama unsur hara makro N, P dan K. Kandungan bahan organik dalam pupuk kandang ayam dapat merangsang aktivitas mikroorganisme, sehingga hara dalam tanah menjadi lebih tersedia.
Mikroorganisme berperan dalam proses dekomposisi bahan organik, dimana pada tahap terakhir proses dekomposisi yang disebut proses mineralisasi akan dilepaskan hara tanaman yang kemudian dapat diserap oleh tanaman. Menurut Rosmarkam dan Yuwono (2018), tingkat akhir dari proses dekomposisi disebut mineralisasi. Bahan organik dalam proses mineralisasi akan melepaskan hara tanaman yang lengkap diantaranya N, P, K, Ca, Mg, S dan hara mikro. Menurut Wawan (2020), bahan organik merupakan penyedia sumber energi bagi aktivitas mikroorganisme sehingga meningkatkan kegiatan organisme, baik mikro maupun makro di dalam tanah. Menurut Satriyo dan Aini (2018), tanaman akan tumbuh dan berproduksi dengan baik tergantung pada pupuk yang diberikan pada tanaman, apabila pupuk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman maka tanaman dapat berproduksi dengan baik.
17 y = 0,0039x2 - 0,1972x + 2,821
R² = 0,9719
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00
0 10 20 30 40
Berat Biji Kering Per Rumpun (g)
Dosis Pupuk Kandang Ayam (ton/ha)
Penggunaan dosis pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap berat biji kering per rumpun, berat 1.000 biji kering dan indeks panen.
a. Berat biji kering per rumpun
Hasil F hitung pada Tabel 1 menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap berat biji kering per rumpun. Hasil rata-rata dan uji Ortoghonal polynomial berat biji kering per rumpun dapat dilihat pada Gambar 1.
Pada uji lanjut Orthogonal polynomial hasil berat biji kering per rumpun, diperoleh persamaan y = 0,0039x2 - 0,1972x + 2,821 dengan nilai R2 = 0,9719. Hasil berat biji kering per rumpun tertinggi diperoleh pada perlakuan pupuk kandang ayam dosis 40 ton/ha yaitu 1,23 g. Hal tersebut diduga karena kandungan P dan K pada pupuk kandang ayam dapat mendukung pembentukan biji pada tanaman.
Unsur P berperan penting dalam berbagai proses metabolisme tanaman terutama pada proses fotosintesis. Meningkatnya proses fotosintesis akan meningkatkan fotosintat yang dihasilkan. Fotosintat kemudian digunakan dalam proses pengisian biji. Unsur K berperan dalam proses pembentukan karbohidrat. Karbohidrat yang terbentuk berasal dari proses asimilasi, yang kemudian diubah menjadi gula dan
Gambar 1. Pengaruh dosis pupuk kandang ayam terhadap berat biji kering per rumpun (g)
18 y = 0,004x2 - 0,2708x + 16,9
R² = 0,6671
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00
0 10 20 30 40
Berat 1.000 Biji Kering (g)
Dosis Pupuk Kandang Ayam (ton/ha)
disalurkan ke jaringan biji, sehingga dapat menambah berat biji.
Menurut Fahrunsyah dkk. (2021), unsur P berperan dalam proses respirasi, fotosintesis, pengaturan fisiologis dan biokimia tanaman serta penyimpanan energi dalam metabolisme tanaman. Menurut Harjadi (2019), unsur K berperan dalam proses asimilasi, meningkatnya proses asimilasi menyebabkan penumpukan karbohidrat yang disimpan dalam jaringan batang dan daun, karbohidrat kemudian diubah menjadi gula dan diangkut ke jaringan biji.
Hasil dari berat biji kering per rumpun tersebut dapat dikatakan sangat rendah, karena dari hasil penelitian Rahmawati dkk. (2021), pemberian pupuk kandang ayam pada tanaman gandum memberikan hasil bobot biji kering per rumpun yang mencapai 22,09 g.
b. Berat 1.000 biji kering
Dosis pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap berat 1.000 biji kering. Hasil rata-rata dan uji Ortoghonal polynomial berat 1.000 biji kering dapat dilihat pada Gambar 2.
Hasil uji lanjut Orthogonal polynomial pada berat 1.000 biji kering, diperoleh persamaan y = 0,004x2 - 0,2708x + 16,9 dan nilai R2 = 0,6671. Pada dosis pupuk kandang ayam 10 ton/ha diperoleh hasil berat 1.000 biji kering tertinggi pada tanaman gandum yaitu
Gambar 2. Pengaruh dosis pupuk kandang ayam terhadap berat 1.000 biji kering (g)
19 14,87 g. Pupuk kandang ayam mampu menyediakan unsur hara selama proses pertumbuan dan perkembangan tanaman, salah satunya dalam proses pengisian biji. Unsur P berperan dalam proses perkembangan akar yang akan mempengaruhi banyaknya air dan hara yang diserap tanaman, sehingga dapat menentukan keberlangsungan proses fotosintesis. Kebutuhan unsur P yang terpenuhi selama proses fotosintesis menyebabkan proses fotosintesis meningkat, sehingga dihasilkan fotosintat yang dapat digunakan dalam proses pengisian biji. Proses pengisian biji yang berjalan dengan baik akan meningkatkan berat biji gandum. Menurut Syafrudin (2016), unsur P berpengaruh terhadap proses fotosintesis pada tanaman yang mempengaruhi proses pengisian dan pemasakan biji. Unsur P berperan dalam perkembangan akar, sehingga tanaman lebih efektif dalam menyerap air dan hara untuk meningkatkan hasil fotosintesis yang dapat mendukung proses pengisian biji.
Hasil berat 1.000 biji kering tersebut tergolong rendah, karena berdasarkan deskripsi tanaman (lampiran 16) berat 1.000 biji kering yang mampu dihasilkan oleh tanaman gandum idealnya yaitu 46 g.
Berat 1.000 biji kering yang dihasilkan pada dosis pupuk kandang ayam dosis 20, 30 dan 40 ton/ha lebih rendah, diduga disebabkan oleh adanya penyakit scab yang menyerang tanaman selama penanaman.
Penyakit scab yang menyerang menunjukkan gejala malai memutih, sedikit kehitaman dan malai berwarna putih akibat tertutup miselia cendawan pada bagian permukaannya. Penyakit scab disebabkan oleh cendawan Fusarium spp. yang dapat mengakibatkan terjadinya penurunan berat pada biji. Menurut Muis dan Nonci (2016), penyakit scab yang disebabkan oleh Fusarium spp. merupakan penyakit yang paling merusak di seluruh dunia. Penularan berat dapat menurunkan hasil hingga 50% dan nyata menurunkan kualitas biji.
20 y = 0,0003x2 - 0,0156x + 0,2406
R² = 1
0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 0,12 0,14
0 10 20 30 40
Indeks Panen
Dosis Pupuk Kandang Ayam (ton/ha) c. Indeks panen
Hasil F hitung pada Tabel 1 menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang ayam berpengaruh nyata terhadap indeks panen tanaman gandum. Hasil rata-rata dan uji Ortoghonal polynomial indeks panen dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Pengaruh dosis pupuk kandang ayam terhadap indeks panen
Berdasarkan uji lanjut Orthogonal polynomial, diperoleh persamaan y = 0,0035x2 - 0,0156x + 0,2406 dengan R2 = 1. Hasil indeks panen tertinggi diperoleh pada perlakuan dosis pupuk kandang ayam 10 ton/ha yaitu 0,11. Pada pupuk kandang ayam terdapat unsur N, P dan K yang berperan penting dalam proses fotosintesis tanaman.
Unsur N dapat merangsang pembentukan daun, karena unsur N berperan dalam pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel.
Meningkatnya jumlah daun yang terbentuk dapat meningkatkan proses fotosintesis yang terjadi pada tanaman.Unsur P berperan dalam proses penyerapan air dan unsur hara yang digunakan untuk proses fotosintesis, serta mendistribusikan hasil fotosintesis ke seluruh jaringan tanaman untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kandungan K dalam pupuk kandang ayam berperan penting dalam membuka dan menutupnya stomata. Stomata yang membuka menyebabkan masuknya CO2 ke dalam jaringan tanaman yang
21 dibutuhkan pada proses fotosintesis. Proses fotosintesis yang berjalan dengan sempurna akan menghasilkan fotosintat yang kemudian disalurkan ke jaringan biji, sehingga dapat menambah berat biji.
Menurut Kusuma (2010), pada jaringan meristem, N digunakan untuk melakukan pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel. Menururt Bhoki dkk. (2021), fungsi fosfor, berperan penting dalam proses penyerapan air dan unsur hara dari tanah serta mendistribusikan produk fotosintesis dari daun ke seluruh jaringan tanaman. Menurut Marlina dkk. (2015), unsur K yang mencukupi akan menyebabkan turgor sel meningkat sehingga stomata membuka yang menyebabkan CO2 masuk dan akan memperlancar proses fotosintesis.
Hasil indeks panen yang disebutkan di atas termasuk rendah karena menurut Asefa (2019) , nilai indeks panen tanaman gandum yaitu ± 0,48-0,56. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanaman tidak mampu mentransmisikan asimilat menuju biji secara maksimal.
Indeks panen menggambarkan kapasitas tanaman dalam mengalokasikan asimilat pada bagian reproduksi yang sudah terbentuk, sehingga indeks panen dapat diartikan sebagai kemampuan tanaman untuk mengkonversi total bahan kering menjadi hasil ekonomi. Hasil indeks panen pada penggunaan pupuk kandang ayam dosis 20, 30 dan 40 ton/ha lebih rendah, diduga karena selama penanaman tanaman gandum terserang penyakit scab yang disebabkan oleh cendawan Fusarium spp.. Tanaman menunjukkan beberapa gejala yaitu malai memutih dan berwarna sedikit hitam, serta permukaan malai tertutup oleh miselia cendawan. Penyakit scab menyerang selama masa pembungaan sampai pemasakan malai, menyebabkan berat biji yang merupakan hasil ekonomi tanaman gandum menjadi rendah. Menurut Wahyudin dkk. (2015), nilai indeks panen tergantung pada lama dan laju pertumbuhan sebelum dan sesudah periode pembungaan yang dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan.
22 4.2 Pengaruh Jarak Tanam terhadap Hasil Tanaman Gandum
Hasil F hitung pada Tabel 1 menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam yang digunakan tidak berpengaruh terhadap berat biji kering per rumpun, berat biji kering per m2, berat 1.000 biji kering dan indeks panen. Hal tersebut dikarenakan pada jarak tanam yang berbeda, tidak terjadi persaingan antar tanaman dalam mendapatkan ruang tumbuh, air, unsur hara dan cahaya matahari. Ruang tumbuh yang seimbang dapat memberikan ruang bagi tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Persaingan antar tanaman yang rendah, dapat memberikan peluang yang tinggi bagi tanaman dalam mendapatkan air dan unsur hara. Air dan cahaya matahari berperan penting dalam proses fotosintesis tanaman.
Daun tanaman yang tidak saling menaungi menyebabkan tanaman dapat menerima cahaya matahari dengan intensitas yang relatif sama, sehingga intensitas cahaya matahari yang cukup akan memperlancar proses fotosintesis. Hasil dari proses fotosintesis, kemudian ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman seperti batang, daun dan biji, sehingga dapat meningkatkan hasil dari tanaman gandum. Menurut Setiawan dan Suparno (2018), pengaturan jarak tanam akan mempengaruhi kepadatan populasi, kompetisi dalam penyerapan air dan unsur hara, serta efisiensi penggunaan cahaya matahari. Menurut Reddy et al. (2021), budidaya dengan jarak tanam yang tepat sangat penting untuk memaksimalkan penerimaan dan distribusi cahaya matahari pada tajuk tanaman, serta pemanfaatan cahaya matahari yang efisien pada daun, sehingga mempengaruhi hasil tanaman.
Penggunaan jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif dan jumlah biji per malai.
23 a. Jumlah anakan per rumpun
Tabel 1 menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan per rumpun. Hasil rata-rata dan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) 1% jumlah anakan per rumpun dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Pengaruh jarak tanam terhadap jumlah anakan per rumpun (batang)
Jarak Tanam Rata-rata Notasi
10 cm x 10 cm 12,092 b
15 cm x 10 cm 15,458 a
20 cm x 10 cm 15,583 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 1% = 2,618
Hasil uji lanjut yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada perlakuan jarak tanam 20 cm x 10 cm diperoleh rata-rata jumlah anakan per rumpun terbanyak yaitu 15,58 batang, tidak berbeda dengan jarak tanam 15 cm x 10 cm yaitu 15,46 batang, tetapi berbeda nyata dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm yaitu 12,09 batang. Hal ini dikarenakan pada jarak tanam yang lebih lebar, ruang tumbuh bagi tanaman lebih luas dan kepadatan populasi tanaman rendah, sehingga tingkat persaingan antar tanaman lebih rendah. Pada jarak tanam lebar, tajuk tanaman tidak saling menaungi sehingga tanaman dapat menerima cukup cahaya matahari. Zona perakaran menjadi lebih luas, sehingga meningkatkan penyerapan air dan unsur hara oleh tanaman.
Cahaya matahari, air dan unsur hara yang terpenuhi akan memperlancar proses fotosintesis, sehingga proses fotosintesis dapat berjalan dengan sempurna. Hasil dari proses fotosintesis yang berjalan dengan baik dapat digunakan oleh tanaman untuk pembentukan anakan. Ketersediaan ruang tumbuh yang cukup bagi tanaman, dapat mendukung perbanyakan anakan menjadi lebih efektif. Menurut Setiawan dan Suparno (2018), jarak tanaman akan mempengaruhi kepadatan efisiensi penggunaan cahaya serta persaingan diantara
24 tanaman dalam penggunaan air dan unsur hara, sehingga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman.
b. Jumlah anakan produktif
Jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah anakan produktif. Hasil rata-rata dan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) 1% jumlah anakan produktif dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh jarak tanam terhadap jumlah anakan produktif (batang)
Jarak Tanam Rata-rata Notasi
10 cm x 10 cm 11,883 b
15 cm x 10 cm 14,967 a
20 cm x 10 cm 15,275 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 1% = 2,560
Pada uji lanjut yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pada perlakuan jarak tanam 20 cm x 10 cm diperoleh rata-rata jumlah anakan produktif terbanyak yaitu 15,28 batang, tidak berbeda dengan jarak tanam 15 cm x 10 cm yaitu 14,97 batang, tetapi berbeda nyata dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm yaitu 11,88 batang. Hal tersebut diduga karena perbedaan jarak tanam pada setiap perlakuan memberikan pengaruh terhadap banyaknya unsur hara, air dan cahaya matahari yang dapat diserap oleh tanaman untuk digunakan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pada jarak tanam yang lebih lebar, tingkat persaingan antar tanaman yang rendah dan ruang tumbuh yang tercukupi selama proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman dapat mendukung proses pembentukan anakan. Kebutuhan cahaya matahari, air dan unsur hara yang terpenuhi karena rendahnya tingkat persaingan antar tanaman, menyebabkan proses fotosintesis dapat berjalan dengan baik. Hasil dari proses fotosintesis tersebut dapat digunakan oleh anakan tanaman untuk pembentukan malai, sehingga anakan yang dihasilkan merupakan anakan produktif. Jumlah anakan produktif dipengaruhi oleh jumlah anakan, semakin banyak anakan yang dihasilkan maka
25 semakin banyak jumlah anakan produktif yang dapat dihasilkan oleh tanaman. Hasil penelitian Vatjarjinanto et al. (2023), diketahui bahwa jumlah anakan memiliki korelasi positif dengan jumlah anakan produktif. Menurut Yetti dan Ardian (2010), jumlah anakan produktif yang dihasilkan merupakan gambaran dari jumlah anakan maksimum yang dihasilkan sebelumnya.
c. Jumlah biji per malai
Hasil analisis menunjukkan perlakuan jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah biji per malai. Hasil rata-rata dan uji lanjut Beda Nyata Terkecil (BNT) 1% jumlah biji per malai dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh jarak tanam terhadap jumlah biji per malai (butir)
Jarak Tanam Rata-rata Notasi
10 cm x 10 cm 35,165 b
15 cm x 10 cm 34,834 b
20 cm x 10 cm 39,495 a
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT taraf 1% = 3,073
Tabel 4 menunjukkan bahwa jarak tanam 20 cm x 10 cm menghasilkan jumlah biji per malai tertinggi yaitu 39,495 butir, berbeda nyata dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm yaitu 35,165 butir, dan jarak tanam 15 cm x 10 cm dengan rata-rata jumlah biji per malai 34,834 butir. Hal ini dikarenakan jarak tanam mempengaruhi ruang tumbuh tanaman. Jarak tanam yang sempit berarti kepadatan populasi tinggi dan berakibat pada tingginya tingkat persaingan antar tanaman, sebaliknya pada jarak tanam yang lebar berarti kepadatan populasi rendah yang berakibat pada rendahnya tingkat persaingan antar tanaman. Pada jarak tanam yang lebih lebar, tingkat persaingan antar tanaman dalam mendapatkan cahaya matahari rendah, karena daun- daun tanaman tidak saling menaungi menyebabkan tanaman dapat menerima cahaya matahari yang cukup. Kebutuhan cahaya matahari yang terpenuhi berpengaruh terhadap proses fotosintesis pada tanaman. Proses fotosintesis dapat berjalan dengan baik apabila unsur-
26 unsur yang diperlukan tersedia, sehingga hasil dari proses fotosintesis dapat digunakan untuk pembentukan biji. Menurut Kuyik dkk. (2013), cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis, sementara fotosintesis merupakan proses yang menjadi kunci berlangsungnya proses metabolisme yang lain di dalam tanaman. Menurut Rahmawati dkk. (2021), semakin banyak hasil dari proses fotosintesis yang terjadi akan menyebabkan jumlah biji yang dihasilkan lebih banyak.
4.3 Interaksi Dosis Pupuk Kandang Ayam dan Jarak Tanam terhadap Hasil Tanaman Gandum
Hasil F hitung pada Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan dosis pupuk kandang ayam dan jarak tanam tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah biji per malai, berat biji kering per rumpun, berat biji kering per m2, berat 1.000 biji kering dan indeks panen. Hal tersebut diduga karena kedua perlakuan tidak saling memberikan pengaruh satu sama lain, tiap perlakuan bekerja sendiri-sendiri dalam memacu pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Unsur N yang terkandung dalam pupuk kandang ayam berperan dalam pembelahan, pembesaran dan pemanjangan sel, sehingga berfungsi untuk pembentukan bagian vegetatif tanaman. Unsur P berperan dalam proses pembentukan biji dan unsur K berperan dalam fungsi biokimia tanaman. Pupuk kandang ayam mampu menyediakan unsur N, P dan K dalam jumlah yang cukup karena pupuk kandang ayam dapat meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan dalam perombakan bahan organik dalam tanah, sehingga dengan ketersediaan unsur hara yang cukup memungkinkan pertumbuhan dan produksi tanaman berlangsung dengan baik. Menurut Widodo dkk.
(2019), unsur N diperlukan tanaman untuk pertumbuhan atau pembentukan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang dan akar. Sementara itu, unsur P mampu memacu dan memperkuat fase generatif serta meningkatkan hasil biji, sehingga menghasilkan berat biji
27 kering per tanaman yang tinggi. Menurut Syafrudin (2016), kalium berperan dalam aktivitas fungsi biokimia pada tanaman seperti mengaktifkan berbagai enzim dan ko-enzim, pembentukan protein, karbohidrat, mengatur dalam membuka dan menutup stomata.
Jarak tanam memiliki peran penting dalam meningkatkan produktivitas tanaman. Pengaturan jarak tanam yang tepat dapat mengoptimalkan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan faktor lingkungan tumbuh, sehingga akan memberikan hasil yang maksimal.
Menurut Hussain et al. (2012), jarak tanam lebar memungkinkan tanaman dapat memanfaatkan sumber daya yang tersedia seperti cahaya, air dan nutrisi atau unsur hara dalam tanah secara efisien, sedangkan pada jarak tanam yang sempit dapat mengakibatkan persaingan antar tanaman yang tinggi. Persaingan antar tanaman dapat dikendalikan dengan melakukan penanaman pada jarak tanam yang sesuai untuk meningkatkan potensi produksi tanaman gandum.
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dengan perlakuan dosis pupuk kandang ayam dan jarak tanam yang berbeda dapat disimpulkan bahwa:
1. Perlakuan pupuk kandang ayam dosis 10 ton/ha memberikan hasil tertinggi pada berat 1.000 biji kering dan indeks panen,
2. Perlakuan jarak tanam 20 cm x 10 cm memberikan hasil tertinggi pada jumlah anakan per rumpun, jumlah anakan produktif dan jumlah biji per malai,
3. Tidak terjadi interaksi antara dosis pupuk kandang ayam dengan jarak tanam terhadap seluruh parameter pengamatan.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dosis pupuk kandang ayam yang disarankan untuk budidaya tanaman gandum yaitu 10 ton/ha, dan jarak tanam yang disarankan yaitu 20 cm x 10 cm. Sebaiknya memilih waktu penanaman yang tepat untuk menghindari risiko penyebaran penyakit yang dapat berdampak pada hasil.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, W.K. and J. Garlinge. 2000. The Wheat Book: Principles and Practice.
The Grains Research and Development Corporation. Department of Agriculture. Western Australia.
Andriani, A. dan M. Isnaini. 2016. Morfologi dan Fase Pertumbuhan Gandum.
dalam “Gandum”: Peluang Pengembangan di Indonesia. IAARD Press.
Jakarta.
Aqil, M., M. Yasin, dan A. H. Talanca. 2016. Kesesuaian Lahan dan Pengelolaan Air pada Tanaman Gandum. dalam “Gandum”: Peluang Pengembangan di Indonesia. IAARD Press. Jakarta.
Asefa, G. 2019. The Role of Harvest Index in Improving Crop Productivity: A Review. Journal of Natural Sciences Research. 9(6): 24-28.
Azrai, Mh., N. N. Andayani, dan A. H. Talanca. 2016. Asal Usul dan Taksonomi Gandum. dalam “Gandum”: Peluang Pengembangan di Indonesia.
IAARD Press. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2022. Impor Biji Gandum dan Meslin menurut Negara Asal Utama, 2017-2022. Jakarta. https://ww.bps.go.id/statictable/impor-biji- gandum-dan-meslin-menurut-negara-asal-utama-2017-2022.html. 2023.
Diakses 22 September 2023.
Bhoki, M., J. Jeksen, dan H. D. Beja. 2021. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.). Jurnal Agro Wiralodra. 4(2): 64-68.
Erawati, B. T. R. dan A. Hipi. 2016. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung Hibrida di Kawasan Pengembangan Jagung Kabupaten Sumbawa. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian. 20 Juli 2016. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat: 608-616.
Fahrunsyah, Mulyadi, A. Sarjono, dan S. Darma. 2021. Peningkatan Efisiensi Pemupukan Fosfor pada Ultisol dengan Menggunakan Abu Terbang Batubara. Jurnal Tanah dan Sumber Daya Lahan. 8(1): 189-202.
Harjadi, S. S. 2019. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta.
Hartatik, W. dan L. R. Widowati. 2006. Pupuk Kandang. Balai Penelitian Tanah Departemen Pertanian. Bogor. https://balittanah.litbang.pertanian.go.id.
Diakses 6 April 2021.
30 Hussain, M., Z. Mehmood, M. B. Khan, S. Farooq, D. J. Lee, and M. Farooq.
2012. Narrow Row Spacing Ensures Higher Productivity of Low Tillering Wheat Cultivars. International Journal of Agriculture and Biology. 14(3):
413-418.
Kirby, E. J. M. 2002. Botany of the Wheat Plant. in Bread Wheat: Improvement and Production. Food and Agriculture Organization of the United Nations.
Rome.
Kumalasari, S. N., Sudiarso, dan A. Suryanto. 2017. Pengaruh Jarak Tanam dan Jumlah Bibit pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Hibrida Varietas PP3.
Jurnal Produksi Tanaman. 5(7): 1222-1227.
Kumar, A., R. Raj, S. Dhar and U. C. Pandey. 2015. Performance of System of Wheat Intensification (SWI) and Conventional Wheat Sowing Under Eastern Plain Zone of India. Annals of Agricultural Research New Series.
36(3): 258-262.
Kusuma, M. E. 2010. Pengaruh Dosis Nitrogen dari Tiga Jenis Pupuk Hijau terhadap Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. Media Sains. 2(2): 128- 136.
Kuyik, A. R., P. Tumewu, D.M.F. Sumampow, dan E.G. Tulungen. 2013.
Respons Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata L.) terhadap Pemberian Pupuk Organik. Cocos. 2(4): 1-11.
Marlina, E., E. Anom, dan S. Yoeseva. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Organik terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.) Merill). Jurnal Online Mahasiswa Faperta. 2(1): 1-13.
Muis, A. dan N. Nonci. 2016. Pengelolaan Penyakit Tanaman Gandum.., dalam
“Gandum”: Peluang Pengembangan di Indonesia. IAARD Press. Jakarta.
Nurhidayat, E., Y. Maryani, dan Darnawi. 2020. Pengaruh Pupuk Kandang dan Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata L.) di Lahan Pasir. Jurnal Ilmiah Agroust. 4(2):139-149.
Rahmawati, N. B. A., M. Astiningrum, dan S. N.Iftitah. 2021. Pengaruh Frekuensi Penyiangan dan Macam Pupuk Kandang terhadap Hasil Tanaman Gandum (Triticum aestivum L.) Varietas Dewata 162. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 17(2) : 135 –145.
Rai, I. N. 2018. Dasar-Dasar Agronomi. Pelawa Sari. Bali.
Rajagukguk, N., E. Turmudi, dan M. Handajaningsih. 2017. Pengaruh Kepadatan Populasi terhadap Pertumbuhan dan Hasil Blewah (Cucumis melo L. var.
Cantalupensis). Akta Agrosia. 20(1): 35-42.
31 Raja, H. 2019. Manfaat dari Pengaturan Jarak Tanam pada Tanaman. Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian. Jakarta.
http://cybex.pertanian.go.id. Diakses 12 September 2021.
Rajiman. 2020. Pengantar Pemupukan. Budi Utama. Yogyakarta.
Reddy, J. R., R. Singh, R. K. Singh, and E. Singh. 2021. Performance of Wheat (Triticum aestivum L.) Cultivars under System of Wheat Intensification and Conventional Methods of Sowing. International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences. 10(2): 3389-3394.
Rosmarkam, A. dan N. W. Yuwono. 2018. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius.
Yogyakarta.
Satriyo, M. A. dan N. Aini. 2018. Pengaruh Jenis dan Tingkat Konsentrasi Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Terong (Solanum melongena L.). Jurnal Produksi Tanaman. 6(7) : 1473-1480.
Sembiring, H., Hasnul, dan Diana. 2016. Kebijakan Pengembangan Gandum di Indonesia. dalam “Gandum”: Peluang Pengembangan di Indonesia.
IAARD Press. Jakarta.
Setiawan, I. dan Suparno. 2018. Pengaruh Jarak Tanam dan Pupuk Pelengkap Cair terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium cepa L.) Varietas Thailand. Jurnal Ilmiah Hijau Cendekia. 3(1): 30-34.
Silalahi, M. J., A. Rumambi, M. M. Telleng, dan W. B. Kaunang. 2018. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam terhadap Pertumbuhan Tanaman Sorgum sebagai Pakan. Zootec. 38(2): 286-295.
Simanjuntak, B. H. 2002. Prospek Pengembangan Gandum (Triticum aestivum L.) di Indonesia. Makalah Seminar Nasional Pengembangan Gandum Tahun 2002. 3-5 September 2002. Direktorat Jendral Bina Produksi Tanaman Pangan: 1-8.
Simanjuntak, P. 2012. Respon Tanaman Jagung (Zea mays) terhadap Jarak Tanam dan Pupuk Organik. Methoda. 2(1): 35-43.
Suarni. 2016. Struktur dan Komposisi Biji dan Nutrisi Gandum. dalam
“Gandum”: Peluang Pengembangan di Indonesia. IAARD Press. Jakarta.
Sujinah, A. Hairmansis, P. Sasmita, dan Y. Nugraha. 2020. Hubungan Fenologi Pertumbuhan Tanaman Padi dengan Hasil Gabah, Umur Panen, Biomasa, dan Pengaruh Pemupukan. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan. 4(2):
63-71.
Sumarno dan M. J. Mejaya. 2016. Pertanaman dan Produksi Gandum di Dunia.
dalam “Gandum”: Peluang Pengembangan di Indonesia. IAARD Press.
Jakarta.