• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab atas Akta Jual Beli Palsu dan Kuasa Cacat Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tanggung Jawab atas Akta Jual Beli Palsu dan Kuasa Cacat Hukum"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

Yang kami maksud dengan kekuatan bukti eksternal adalah kemampuan tindakan itu sendiri untuk membuktikan dirinya sebagai tindakan yang kredibel. Sebagaimana dikemukakan di atas, kekuatan pembuktian ekstrinsik tidak ada pada dokumen yang dibuat di bawah tangan. Kekuatan alat bukti didasarkan pada benar atau tidaknya keterangan orang yang menandatangani akta itu.

Suatu akta autentik membuktikan bahwa apa yang dinyatakan dan dimuat di dalamnya merupakan gambaran yang sebenarnya mengenai keinginan atau keinginan para pihak yang diungkapkan dalam akta itu oleh atau dihadapan seorang pejabat yang mempunyai wewenang untuk menjalankan jabatannya. Suatu dokumen privat tidak mempunyai nilai pembuktian formal kecuali jika penandatangan dokumen tersebut mengakui keaslian tanda tangannya. Kebenaran formil ini mengikat para pihak, ahli waris dan pihak-pihak yang memperoleh haknya.

Berdasarkan alat bukti formil itu, maka suatu akta otentik membuktikan bahwa pejabat yang bersangkutan telah menyatakan secara tertulis apa yang tercantum dalam akta itu, dan terlebih lagi, kebenaran apa yang diutarakan pejabat itu dalam akta itu adalah apa yang dipelajarinya dan dibuktikannya di sana. Kekuatan alat bukti formal ini didasarkan pada benar atau tidaknya pernyataan orang yang menandatangani akta tersebut. Dalam suatu akta autentik, pejabat yang membuat akta itu menyatakan secara tertulis bahwa dalam akta itu tercantum sesuatu hal sebagaimana yang tercantum di dalamnya.

Sepanjang berkaitan dengan besarnya kekuatan pembuktian suatu akta autentik, terdapat perbedaan antara keterangan Notaris yang dimuat dalam akta dengan keterangan para pihak yang tercantum di dalamnya.

Sanksi Terhadap Penghadap Atas Jual beli dengan Menggunakan Identitas Palsu

Membuat surat palsu (membuat surat valselijk opmaaken palsu) adalah membuat surat yang isinya palsu seluruhnya atau sebagian. Sedangkan perbuatan pemalsuan (vervaksen) suatu surat adalah perbuatan mengubahnya dengan cara apapun oleh orang yang tidak berhak atas surat itu, sehingga menjadikan sebagian atau seluruh isinya berbeda atau berbeda dengan isi surat aslinya. Beberapa surat yang menjadi subjek tindak pidana adalah surat yang menyatakan keyakinan lebih besar terhadap kebenaran isinya.

Menyerang kepercayaan masyarakat terhadap isi surat-surat tersebut dianggap mengancam kepentingan umum masyarakat luas.111. Biasanya surat yang dikenai tindak pidana Pasal 269 diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. Mengenai jenis surat yang diberikan sesuai dengan ketentuan undang-undang tentang pemberian izin kepada orang asing untuk masuk dan bertempat tinggal di Indonesia, seperti paspor.

Sedangkan bahan adalah bahan yang digunakan untuk membuat surat palsu atau surat palsu, misalnya tinta dan kertas.124. 1) “Barangsiapa membuat akta palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan suatu hak, kewajiban atau pembebasan utang, atau yang dimaksudkan sebagai alat bukti sesuatu dengan maksud untuk menggunakan akta itu atau menyuruh orang lain untuk menggunakannya.” menggunakan seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsukan, diancam Penggunaan ini dapat mengakibatkan kerugian karena pemalsuan dokumen, dengan ancaman hukuman penjara paling lama enam tahun.Perbedaan antara membuat surat palsu dan memalsukan surat terletak pada adanya /penampilan surat yang isinya tidak sesuai.

Dalam surat pertama sejak surat itu diterbitkan, sebagian atau seluruh isinya salah atau tidak benar. Namun untuk surat yang kedua harus ada surat yang benar terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan tindakan pemalsuan surat yang benar. Pegawai Negeri Sipil yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk membuat surat dimaksud, misalnya: PPAT, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), Pejabat Catatan Sipil dan lain-lain.

Surat-surat tertentu yang dijadikan bahan tindak pidana adalah surat-surat yang mempunyai nilai kepercayaan lebih tinggi dibandingkan kebenaran isinya. Semakin besarnya keyakinan terhadap kebenaran isi berbagai jenis surat inilah yang dapat meningkatkan ancaman pidana.128. Dalam § 263 muncul di subbagian 1, bahwa barangsiapa menyampaikan surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan hak, kewajiban, atau keringanan utang, atau yang dimaksudkan sebagai alat bukti sesuatu dengan maksud untuk dipergunakan atau menyuruh orang lain untuk menggunakan surat itu, yang baik isinya benar dan tidak dipalsukan, diancam apabila penggunaannya dapat menimbulkan kerugian, akibat pemalsuan dokumen, dengan pidana penjara paling lama enam tahun.

Tindak pidana pemalsuan dokumen sebagaimana dimaksud dalam ketentuan pidana yang diatur dalam Pasal 263 ayat 1 KUHP terdiri dari unsur. Unsur subyektif : dengan tujuan agar surat tersebut digunakan sebagai surat asli dan tidak dipalsukan, atau untuk memperbolehkan orang lain menggunakan surat tersebut. B. Unsur tujuan: 1) barangsiapa membuat atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan hak, kewajiban, atau hapusnya utang, atau surat yang dimaksudkan untuk membuktikan suatu fakta; penggunaannya dapat menyebabkan kerusakan.

Dalam KUHP, Pasal 264 menjelaskan secara rinci tindak pidana pemalsuan, yaitu pada ayat 1 yang menjadikan pemalsuan surat-surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun, bila dilakukan atas dasar surat-surat otentik, surat-surat hutang atau surat utang suatu perusahaan. negara. atau bagian-bagiannya atau juga suatu badan publik, surat kepemilikan atau utang atau surat kepemilikan atau utang suatu persekutuan, yayasan, perseroan atau maskapai penerbangan, cakar, bukti pembagian dividen atau bunga dari salah satu huruf yang dijelaskan pada angka 2 dan 3, atau sertifikat penerimaan yang diterbitkan sebagai pengganti surat, letter of credit atau surat komersial yang dimaksudkan untuk diedarkan.

Referensi

Dokumen terkait

Pemalsuan merupakan kejahatan yang diatur dalam Pasal 263 ayat 1 dirumuskan sebagai membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menerbitkan suatu hak

98 Tugas pokok PPAT dalam membantu pelaksanaan pendaftaran tanah oleh Kepala Kantor Pertanahan ditetapkan dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang

"Adopsi Hukum Asing ke dalam Hukum Nasional (Tinjauan terhadap Perjanjian Bank Syariah)", Jurnal Penelitian Hukum De Jure,

Jual beli apapun itu termasuk jual beli tanah pada hakekatnya adalah suatu perjanjian yang terikat pada pasal 1320 KUH Perdata yaitu mengenai syarat sahnya

Pada rumusan masalah terdapat dua pokok permasalahan yang hendak dibahas yaitu pertama apakah tindakan penerbitan sertifikat baru atas tanah berdasarkan pemalsuan

Pejabat Pembuat Akta Tanah memiliki tugas pokok yang dimana melaksanakan sebagian kegiatan dalam pendaftaran tanah dengan cara membuat akta sebagai alat pembuktian

5 tulisan, sebagaimana yang telah diatur dalam Pasal 1868 KUHPerdata menyatakan sebagai “suatu akta yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh Undang-undang, dibuat oleh atau di hadapan

Tindak Pidana Pemalsuan Surat Kejahatan pemalsuan surat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP diatur dalam ketentuan Pasal 263 ayat 1 dan ayat 2, Pasal 264 ayat 1 dan Ayat 2 dan