TATA KATA BAHASA INDONESIA (Tugas Makalah Mata Kuliah Bahasa Indonesia)
Dosen Pengampu:
1. Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd 2. Dr. Munaris, M.Pd
Oleh:
Ridwan Syukri NPM 2323053007
M. Nazali Romadhon. H NPM 2323053010
Dhea Ovita NPM 2323053008
Risna Estuning Putra NPM 2323053022 Fitri Handayani NPM 2323053015
MAGISTER KEGURUAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia yang berjudul Tata Kata Bahasa Indonesia tepat pada waktunya. Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia dan menambah wawasan bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nurlaksana Eko Rusminto, M.Pd dan Dr. Munaris, M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Bandar Lampung, November 2023
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 1
1.3 Tujuan Penulisan ... 2
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Tata Kata Bahasa Indonesia ... 3
2.2 Kata Dasar ... 3
2.3 Kata Turunan ... 4
2.2.1 Pengimbuhan ... 4
2.2.2 Pungulangan……… 23
2.2.3 Pemajemukan ………. 26
2.4 Problematika dan Pembentukan Kata Bahasa Indonesia……… 27
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ... 31 DAFTAR PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakatdituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakanmedia tersebut secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa, disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik dan benar. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) adalah sub materi dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam mengatur etika berbahasa secara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut dapat di sampaikan dan di fahamisecara komprehensif dan terarah.
Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapatdigunakan dalam keseharian Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesiadapat digunakan secara baik dan benar.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Penggunaan Kata Dasar?
2. Bagaimana Penggunaan Kata Turunan?
3. Bagaimana Penggunaan Pengimbuhan Kata?
4. Bagaimana Penggunaan Pengulangan Kata?
5. Bagaimana Penggunaan Pemajemukan Kata?
6. Bagaimana Problematika Pembentukan Kata Bahasa Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Penggunaan Kata Dasar?
2. Mengetahui Penggunaan Kata Turunan?
3. Mengetahui Penggunaan Pengimbuhan Kata?
4. Mengetahui Penggunaan Pengulangan Kata?
5. Mengetahui Penggunaan Pemajemukan Kata?
6. Mengetahui Problematika Pembentukan Kata Bahasa Indonesia?
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tata Kata Bahasa Indonesia
Tata kata (morfologi) berasal dari kata morf yaitu bentuk dan logos yaitu ilmu, jadi tata kata yaitu ilmu mengenai bagaimana membentuk kata dengan benar.
Mulyana (2007:5) menyatakan bahwa istilah "Morfologi" diturunkan dari bahasa Inggris morphology, artinya cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang susunan atau bagian-bagian kata secara gramatikal. Sementara itu, menurut Suhardi (2008: 23) morfologi sebagai salah satu cabang ilmu bahasa mengkaji masalah-masalah yang terkait dengan struktur kata. Dalam buku tata bahasa Indonesia, butir-butir yang dibicarakan dalam morfologi adalah masalah pembentukan kata dalam rangka penjenisan kata atau kelas kata, masalah bentuk dan jenis afiks, dan masalah makna afiks.
Jadi, tata kata Bahasa Indonesia adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan/kelas dan arti kata. Kata adalah suatu unit dari suatu Bahasa yang mengandung arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata merupakan Bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Tujuan tata kata (morfologi) adalah untuk memperkaya kosa kata. Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi: kata dasar, kata turunan, kata ulang dan kata majemuk.
2.2 Kata Dasar
Kata dasar merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna, kata tersebut belum mengalami penambahan atau perubahan bentuk yang mengakibatkan perubahan makna. Dengan pengertian lain bahwa kata dasar ialah kata yang belum di beri imbuhan dan kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar. Kata dasar merupakan jenis kata yang
dapat berdiri sendiri dan tersusun atas morfem atau gabungan morfem. Kata dasar juga mempunyai sejumlah ciri-ciri, yaitu:
1. Merupakan satuan paling kecil dan mempunyai makna sendiri.
2. Dasar dari pembentukan kata, baik itu kata yang memiliki imbu han atau yang merupakan kata turunan.
3. Jika mendapat tambahan atau imbuhan, maka kata dasar akan mengalami perbedaan makna.
4. Kumpulan dari kata dasar dapan menjadi suatu kesatuan kalimat tanpa perlu dibubuhi imbuhan.
Kata dasar terdiri dari dua jenis, yaitu kata dasar tunggal dan kata dasar kompleks.
1. Kata Dasar Tunggal
Kata dasar tunggal atau monomorfenis merupakan kata dasar yang hanya terdiri atas satu morfem. Contoh kata dasar tunggal yaitu, api, air, rumah, badai, bulan, puisi, aksara, mobil, radio, dll.
2. Kata Dasar Kompleks
Kata dasar kompleks adalah kata dasar yang mempunyai dua morfem atau lebih. Kata dasar kompleks terjadi jika sebuah kata dasar mengalami beberapa proses, seperti pemberian imbuhan, atau mengalami reduplikasi (perulangan kata). Contoh kata dasar kompleks yaitu, bersantai, memakai, melarang, berkemah, berkemas, dedaunan, kupu-kupu, bolak-balik, dll.
2.3 Kata Turunan
Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata – kata yang telah beruba bentuk dan makna. Perubahan ini dikarenakan kata – kata tersebut telah diberi imbuhan yang berupa awalan (afiks), akhiran (sufiks), sisipan (infiks), dan awalan – akhiran (konfiks). Contohnya adalah menanam, berlari, tertinggal, dan lain – lain.
2.3.1 Pengimbuhan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, imbuhan berarti bubuhan (yang berupa awalan, sisipan, akhiran) pada kata dasar untuk membentuk kata baru; afiks. Imbuhan berasal dari kata dasar imbuh.
Artinya, tambahan tidak banyak. Imbuhan mendapat surfiks atau akhiran -an di akhir. Dalam Bahasa Indonesia, imbuhan juga disebut sebagai afiks yang menjadi unsur penting dalam mengubah bentuk kata, jenis kata dan maknanya. Kata imbuhan adalah bunyi yang ditambahkan pada sebuah kata dasar, baik di awal, di akhir, di tengah atau gabungan di antara ketiganya untuk membentuk kata baru, sehingga berhubungan dengan kata pertama.
Imbuhan berfungsi untuk mengubah kata dasar menjadi kata benda, kata sifat hingga kata kerja. Misalnya, kata dasar “batu” bisa menjadi kata sifat bila mendapatkan imbuhan mem- atau “membatu”. Berikut ini beberapa fungsi imbuhan yang harus dipahami, antara lain:
1. Membentuk Kata Benda
Kata benda adalah kata yang mengaku pada benda, manusia, binatang dan konsep. Kata benda ini sangat penting dalam sebuah kalimat, karena digunakan sebagai subjek. Adapun ciri-ciri kata benda, biasanya berfungsi sebagai subjek, obejk dan pelengkap bila predikatnya kata kerja, diikuti kata sifat dan tidak bisa diingkatkan dengan kata tidak. Kata imbuhan yang biasanya dibutuhkan untuk mengubah kata dasar menjadi kata benda, seperti pen-, pe-, per-, ke-, -isme, -wan, -sasi, -tas, pen-an, pe-an, per-an, dan ke-an. Misalnya, perkantoran (per-an) dan wartawan (-wan). Contoh kata benda dalam sebuah kalimat adalah:
a. Makanan yang dimasak itu untuk korban gempa.
b. Pria tampan itu seorang pelukis terkenal di Indonesia.
c. Andi membawa banyak makanan untuk perbekalan selama perjalanan.
2. Membentuk Kata Kerja
Kata kerja adalah kata yang digunakan untuk menjelaskan suatu perbuatan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang. Kata kerja memiliki ciri-ciri, meliputi fungsi Utama sebagai predikat, bermakna sebagai proses atau keadaan, bermakna sebagai keadaan
dan tidak bisa digabungkan dengan adverbial. Imbuhan yang biasanya digunakan untuk membentuk kata kerja, seperti me-, mem-, ber-, per-, ter-, di, -kan, ter-kan, dan di-i. Misalnya, menari, berkuda atau bernyanyi. Contoh kata kerja dalam sebuah kalimat, sebagai berikut:
a. Ibu membakar sampah di belakang rumah.
b. Budi memukul Anton dengan sangat keras.
c. Pak Raden berlari setiap pagi.
3. Membentuk Kata Sifat
Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang digunakan untuk mengubah kata benda atau kata ganti sehingga membuatnya menjadi lebih spesifik. Kata sifat bisa menjelaskan tentang kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas dan menekankan suatu kata.
Kata sifat memiliki ciri-ciri yang bisa mempermudah pemahaman, seperti bisa ditambahkan dengan kata keterangan pembanding, kata keterangan penguat, bisa diulang dan bisa diingkari dengan kata tidak. Imbuhan yang biasanya digunakan untuk membentuk kata sifat, meliputi –i, -wi,-iah, ter-, -er, -al, -ik, dan –is. Misalnya, agamis, manusiawi, duniawi atau ilmiah. Contoh kata sifat dalam sebuah kalimat, seperti:
a. Anton adalah orang yang sangat tidak manusiawi dengan pembantunya.
b. Citra merupakan murid terpandai di kelasnya.
c. Aderai adalah petinju terkuat di antara rekan-rekannya.
4. Membentuk Kata Bilangan
Kata bilangan adalah kata yang digunakan untuk menghitung jumlah wujud (orang, binatang atau barang), urutan dalam suatu rangkaian angka. Posisi kata bilangan biasanya sebelum kata benda untuk memberikan keterangan yang berhubungan dengan jumlah. Jenis-jenis kata bilangan meliputi kolektif, distributif, klitika, tak tentu, ukuran, tingkat dan pecahan. Kata bilangan ini
juga sering disalahartikan sebagai kata keterangan atau kata sifat karena fungsinya yang hampir sama dalam sebuah kalimat.
Padahal, kata bilangan cukup spesifik menggunakan satuan jumlah atau angka. Sedangkan imbuhan yang biasa digunakan untuk membentuk kata bilangan, seperti se-, ke, ber- dan masih banyak macamnya. Misalnya, ketiga, sepuluh, berlima, kedua dan lainnya. Contoh kata bilangan dalam sebuah kalimat, adalah sebagai berikut:
a. Sepuluh peserta dalam penelitian kecil ini dipantau selama enam bulan.
b. Tahun ini, anak pertama saya akan ulang tahun kedua.
c. Ketiga anak Ibu Santoso kuliah di luar negeri.
5. Membentuk Kata Keterangan
Kata keterangan adalah kata yang digunakan untuk memberikan keterangan dalam suatu kalimat, baik keterangan tempat, waktu, alat, sebab akibat dan lainnya. Kata keterangan ini berfungsi memberi penjelasan mengenai kata sebelum atau sesudahnya dalam satu kalimat. Tapi, perlu diingat kalau kata keterangan ini berisi satu kata, bukanlah bentuk frasa maupun klausa. Imbuhan yang biasanya digunakan untuk membentuk kata keterangan, meliputi di, se-nya ; -nya ; -an. Misalnya, sepertinya, habis- habisan, seindah-indahnya dan lainnya. Contoh kata keterangan dalam suatu kalimat, seperti:
a. Faisal menjadi juara pertama lomba lari di sekolah.
b. Raisa membeli baju baru untuk lebaran kemarin.
c. Ibu Naufal akan sangat bangga seandainya anaknya menang lomba matematika.
Adapun jenis-jenis kata Imbuhan antara lain:
1. Imbuhan Berdasarkan Posisinya
Kata berimbuhann adalah kata yang mengalami proses afiksasi.
Menurut Putrayasa (2008:7) jenis-jenis afiksasi dapat dibagi atas
lima jenis yakni prefiks (awalan), infiks (sisipan), sufiks (akhiran), konfiks”.
a. Prefiks (awalan )
Prefiks atau awalan ialah suatu unsur yang secara struktural diikatkan di depan sebuah kata dasar atau bentuk dasar.
1) Prefiks ber-
Prefiks ber- juga dapat mengalami perubahan bentuk.
Terdapat tiga bentuk yang dapat terjadi jika prefiks ber- dilekatkan pada bentuk dasar. Ketiga bentuk tersebut adalah be-, ber-, dan bel-.
Kaidah perubahan bentuk prefiks ber- adalah sebagai berikut:
Bentuk
a) Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditempatkan pada bentuk dasar yang bermula dengan fonem /r/ atau bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/.
b) Prefiks ber- berubah menjadi ber- ( tidak mengalami perubahan) jika ditempatkan pada bentuk dasar yang suku pertamanya tidak bermula dengan fonem /r/ atau suku pertamanya tidak mengandung /er/
c) Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika dilekatkan pada bentuk dasar ajar. Ber + ajar = belajar
Fungsi
Fungsi prefiks ber- adalah membentuk kata-kata yang termasuk ke dalam golongan kata kerja.
Arti
Terdapat beberapa arti yang didukung oleh prefiks ber- meskipun demikian makna prefiks bersetelah bersentuhan dengan bentuk dasar dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Prefiks ber- mengandung arti mempunyai atau memiliki.
Contohnya : bernama, beristri, beribu.
b) Mempergunakan atau memakai sesuatu yang disebut dalam kata dasar. Contohnya: berkereta, berbaju, bersepeda
c) Mengerjakan sesuatu atau mengadakan sesuatu.
Contohnya: bersawah, berkedai, berkuli.
d) Memperoleh atau menghasilkan sesuatu. Contohnya : bertelur, bersiul, beranak.
e) Berada pada keadaan sebagai disebut dalam kata dasar.
Contohnya bermalas, beramairamai, bergegas-gegas.
f) Jika kata dasarnya adalah kata bilangan atau kata benda yang menyatakan ukuran, bermengandung arti himpunan. Contohnya : bersatu, berdua.
g) Menyatakan perbuatan yang tidak transitif. Contohnya : berjalan, berkata, berdiri, berubah.
h) Menyatakan perbuatan mengenai diri sendiri atau refleksif. Contohnya : berhias, bercukur, berlindung.
i) Menyatakan perbuatan berbalasan atau resipirok.
Contohnya : berkelahi, bertinju, berpukulan.
j) Jika dirangkai di depan sebuah kata yang berobjek, ber - mengandung arti mempunyai pekerjaan tersebut.
Contohnya : berkedai nasi, bermain mata, bermain bola.
2) Prefiks meN-
Dalam pembentukan kata, prefiks meN- mengalami perubahan bentuk sesuai dengan kondisi morfem yang mengikutinya. N (kapital) pada prefiks meN- tidak bersifat bebas, namun akan berubah bentuknya sesuai dengan morfem yang mengikutinya. Prefiks meN- dapat berubah menjadi me-, mem-, men-, meny-, meng-, menge-.
Perubahan bentuk itu disebut alomorf dari prefiks meN-.
Kaidah perubahannya ialah sebagai berikut:
a) Prefiks meN- menjadi meng- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /k/, /g/, /h/, /kh/ dan semua vokal.
meN- + ambil mengambil meN- + ikat mengikat meN- + ukur mengukur meN- + olah mengolah meN- + eratkan mengeratkan meN- + kalahkan mengalahkan meN- + gulung menggulung meN- + harap mengaharap meN- + khusus mengkhusus
Fonem /k/ mengalami peluluhan, khusus pada kata kaji, apabila diikuti prefiks meN seharusnya berubah menjadi mengaji, tetapi untuk membedakan makna antara, 1) memperdalam pengetahuan tentang agama Islam dengan makna, 2) memikirkan secara mendalam bentuk meN- + kaji menjadi mengaji untuk (1) dan mengkaji untuk (2).
b) Prefiks meN- berubah menjadi me- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ny/, /ng/ /r/, /y/ dan /w/.
meN + latih melatih meN- + makan memakan meN- + namai menamai meN- + nyatakan menyatakan meN- + nganga menganga meN- + ramaikan meramaikan meN- + yakinkan meyakinkan meN- + wariskan mewariskan
c) Prefiks meN- berubah menjadi men- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /d/ dan /t/, fonem /t/ mengalami peluluhan.
meN- + dulang mendulang meN- + tepis menepis
d) Prefiks meN- berubah menjadi mem- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /b/, /p/ dan /f/, fonem /p/ mengalami peluluhan.
meN- + bantah membantah meN- + padukan memadukan meN- + fitnah memfitnah
e) Prefiks meN- berubah menjadi meny- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /c/, /j/, /s/ dan /sy/, fonem /s/ mengalami peluluhan.
meN- + caci mencaci meN- + jawab menjawab meN- + saring menyaring meN- + syaratkan mensyaratkan
f) Prefiks meN- berubah menjadi menge- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku satu.
meN- + tik mengetik meN- + bom mengebom meN- + cek mengecek meN- + pel mengepel meN + rem mengerem
Prefiks meN- berfungsi untuk membentuk kata kerja, baik transitif maupun intransitif.
Selain fungsi tersebut, prefiks meN- memiliki arti yang telah dibagi ke dalam fungsi intransitive dan fungsi transitif.
a. Intransitif
a) Mengerjakan sesuatu perbuatan atau gerakan:
menyanyi, menari, mengembara, mendidih, merangkak.
b) Menghasilkan atau membuat sesuatu hal: menguak, meringkik, menyalak.
c) Jika kata dasarnya menyatakan tempat, kata yang mengandung meN- memiliki arti menuju ke arah:
menepi, meminggir, melaut.
d) Berbuat seperti, berlaku seperti, atau menjadi seperti:
merajalela, membabi buta, membatu, menghutan, menyemak.
e) Jika kata dasarnya ialah kata sifat atau kata bilangan, memiliki arti menjadi: meninggi, merendah, memutih, menghitam.
f) Variasi lain dari meN- + kata bilangan adalah menyatakan membuat untuk kesekian kalinya, terutama dalam beberapa ungkapan seperti: menujuh hari, meniga hari.
b. Transitif
a) Melakukan suatu perbuatan: menulis, menikam, mencium, menyiksa, membuang.
b) Mempergunakan atau bekerja dengan apa yang terkandung dalam kata dasar: menyabit, memarang, menyapu.
c) Membuat atau menghasilkan apa yang disebut dalam kata dasar: menyambal, menggulai.
3) Prefiks peN Prefiks
peN- memiliki bentuk sebagai berikut:
a. prefiks pen- berubah menjadi peng- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /k/, /g/, /h/, /kh/ dan semua vokal. Fonem /k/ mengalami peluluhan.
peN- + ambil pengambil peN- + ikat pengikat peN- + ukur pengukur peN- + olah pengolah peN- + eja pengeja
peN- + kalahkan mengalahkan peN- + gulung penggulung peN- + harap pengharap peN- + khianat pengkhianat
b. Prefiks peN- berubah menjadi pe- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /l/, /m/, /n/, /ny/, /ng/, /r/, /y/ dan /w/.
peN + latih pelatih peN- + makan pemakan peN- + namai penamai peN- + nyanyi penyanyi peN- + ngigau pengigau peN- + ramal peramal peN- + yakin peyakin peN- + waris pewaris
c. Prefiks peN- berubah menjadi pen- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /d/ dan /t/.
Fonem /t/ mengalami peluluhan.
peN- + datang pendatang peN- + tanam penanam
d. Prefiks peN- berubah menjadi pem- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /b/, /p/ dan /f/.
Fonem /p/ mengalami peluluhan.
peN- + bantah pembantah peN- + pukul pemukul peN- + fitnah pemfitnah
e. Prefiks peN- berubah menjadi peny- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /c/, /j/, /s/.
Fonem /s/ mengalami peluluhan.
peN- + caci pencaci
peN- + jawab penyjawab (ditulis penjawab) peN- + saring penyaring
f. Prefiks peN- berubah menjadi penge- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku satu.
peN- + tik pengetik peN- + bom pengebom peN- + cek pengecek peN- + pel pengepel peN + rem pengerem
Selain bentuk di atas, prefiks peN- juga memiliki fungsi.
Sebagian besar kata-kata yang berprefiks peN- adalah golongan kata benda. Dengan demikian fungsi utama dari prefiks peN- adalah membentuk kata benda. Akan tetapi terdapat prefiks peN- yang termasuk ke dalam golongan kata sifat. Seperti pada kata penakut, pemalas, pemarah.
Kata-kata tersebut dapat menduduki fungsi sebagai kata benda, tetapi juga dapat berfungsi sebagai kata sifat.
Misalnya pada contoh “ia seorang penakut” dan “ ia sangat penakut”. Kalimat pertama ialah golongan kata benda sedangkan kalimat kedua ialah golongan kata sifat.
Fungsi prefiks peN- ialah sebagai berikut:
a. Menyatakan orang yang biasa melakukan tindakan yang tersebut pada kata dasar.
Misalnya: pembaca, pengarang, pembela, pencukur.
b. Menyatakan alat yang dipakai untuk melakukan tindakan yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya:
pemotong, pemukul, penggaris, penjahit.
c. Menyatakan memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya: pemalas, pemalu, pemarah, periang.
d. Menyatakan yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya: pengeras, penguat, pendingin, penghalus.
e. Menyatakan memiliki sifat berlebihan yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya: pemalu, penakut, pengasih, pemurah, pemberani.
f. Menyatakan yang biasa melakukan tindakan yang berhubungan dengan benda yang tersebut pada bentuk dasar. Makna tersebut terdapat pada kata-kata berafiks peN yang bentuk dasarnya berupa kata benda. Misalnya:
pelaut, penyair, penganggrek, pengusaha.
4) Prefiks ter- dan di-
Prefiks ter- mempunyai alomorf ter- dan tel-, bentuk ter- hanya terjadi pada kata-kata tertentu seperti telanjur dan telentang sedangkan prefiks di- tidak pernah mengalami perubahan bentuk ketika dilekatkan dengan bentuk lain.
Kedua prefiks tersebut sama-sama berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif. Kata kerja pasif ialah kata kerja yang subjeknya dikenai Tindakan sedangkan kata kerja aktif adalah kata kerja yang subjeknya sebagai pelaku tindakan. Walaupun kedua prefiks tersebut sama-sama berfungsi untuk membentuk kata kerja pasif namun keduanya memiliki perbedaan sebagai berikut:
a) Pasif ter- sangat mementingkan tindakan sehingga pada umumnya pelaku Tindakan tidak disebutkan. Hal tersebut berbeda dengan pasif di- yang masih memperhatikanpelaku tindakannya.
b) Pada umumnya pasif ter- lebih mengemukakan hasil tindakan atau lebih mengemukakan aspek prefektif.
Berbeda dengan pasif di- yang lebih mengemukakan berlakunya tindakan.
c) Pasif ter- menyatakan ketidaksengajaan dan ketiba- tibaan sedangkan pasif dimenyatakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja.
d) Pasif ter- menyatakan kemungkinan sedangkan pasif di- tidak demikian.
Prefiks di- memiliki arti menyatakan suatu tindakan pasif sedangkan prefiks ter- memiliki arti sebagai berikut:
a) Menyatakan aspek prefektif. Misalnya: terjepit, terbagi, terikat, dan sebagainya.
Kerajaan Mataram yang sudah sangat susut ini, kini terbagi menjadi empat Kerajaan yaitu, Yogyakarta, Pakualaman, Surakarta dan Mangkunegara.
b) Menyatakan ketidaksengajaan. Misalnya: terpijak berarti tidak sengaja dipijak.
c) Menyatakan ketiba-tibaan. Misalnya: terbangun, terperosok, teringat, tertidur, terduduk.
d) Menyatakan suatu kemungkinan, yang pada umumnya didahului dengan kata negasi tidak dan tak. Misalnya:
tak ternilai : tidak dapat dinilai tak terselami : tidak dapat diselami
e) Menyatakan makna paling. Makna tersebut terdapat pada prefiks ter- yang memiliki bentuk dasar berupa kata sifat. Misalnya:
tertinggi : paling tinggi
terluas : paling luas 5) Prefiks per-
Prefiks per- sangat berkaitan erat dengan prefiks ber-, jika kata kerjanya ber-, awalan bertidak pernah ditemukan dalam bentuk meN-, kata bendanya menjadi per-. Misalnya, kata tanpa yang dilekati prefiks ber- akan berubah menjadi bertapa dan tidak pernah ditemukan bentuk meN- pada kata tersebut. Tidak ada kata menapa, sehingga kata bendanya ialah pertapa (pada kitab lama ditemukan kata pertapa, tidak pernah ditemukan kata petapa). Kelas kata benda perluluh menjadi pe-.
Selain membentuk kata benda, prefiks per- juga berfungsi membentuk kata kerja kausatif. Misalnya, perbesar, perkecil, percantik. Dengan demikian, prefiks per- berfungsi membentuk kata benda dari kata kerja berprefiks ber- dan juga membentuk kata kerja kausatif.
Prefiks per- hanya memiliki satu makna, yaitu menyatakan kausatif. Kausatif yang dibentuk dengan prefiks per- memiliki variasi sebagai berikut:
a) Apabila bentuk dasarnya berupa kata sifat, kausatif yang terbentuk berarti membuat jadi lebih. Misalnya:
perbesar, pertinggi, percantik.
b) Apabila bentuk dasarnya berupa kata bilangan, kausatif yang terbentuk berarti membuat jadi. Misalnya: perdua, pertiga, perempat.
c) Apabila bentuk dasarnya berupa kata benda, kausatif yang terbentuk berarti membuat jadi atau menganggap sebagai. Misalnya: peristri, perbudak, pertuan.
6) Prefiks kePrefiks
ke- berfungsi membentuk kata benda, dan memiliki arti sebagai berikut:
a) Yang di-. Misalnya: ketua, kehendak, kekasih.
b) Menyatakan kumpulan. Misalnya: kedua, ketiga, keempat.
c) Menyatakan urutan. Misalnya: ranking dua.
7) Prefiks se-
Prefiks se- pada umumnya melekat pada bentuk dasar yang berupa (1) kata benda seperti serumah, sebuah, seminggu dan (2) kata sifat seperti setinggi, sebaik, seindah.
Arti prefiks se- ialah:
a) Menyatakan satu makna. Misalnya: serombongan, sebuah, semalam, sehari.
b) Menyatakan makna seluruh. Misalnya: sedunia, seisi rumah, sekampung.
c) Menyatakan makna sama. Misalnya: sepohon kelapa berarti sama dengan pohon kelapa.
d) Menyatakan makna setelah. Misalnya: sesampainya berarti setelah ia sampai.
8) Prefiks serapan
Prefiks serapan tersebut antara lain:
a) Pra : yang mendahului atau sebelumnya. Misalnya:
prasejarah, prasangka.
b) Tuna : tidak sempurna atau kurang. Misalnya: tunanetra, tunarungu.
c) Maha : besar. Misalnya: mahasiswa
d) Pramu : petugas analoginya dari pramugari. Misalnya:
pramuria, pramuniaga.
e) Non : tidak. Misalnya: nonaktif, nonteknis.
f) Swa : sendiri. Misalnya: swasta, swadaya.
b. Infiks
Infiks yang terdapat dalam bahasa Indonesia ialah –el-, -em-, - er-. Infiks berfungsi untuk membentuk kata-kata baru dan biasanya jenis kata tidak berbeda dengan kata dasarnya. Arti infiks ialah sebagai berikut:
1) Menyatakan banyak dan bermacam-macam. Misalnya tali- temali, gigi- gerigi, gunung- gemunung.
2) Menyatakan intensitas atau frekuensi. Misalnya: gulung – gemulung, guruh _ gemuruh
3) Mempunyai sifat atau memiliki hal yang disebut dalam kata dasar dan dapat pula berati melakukan.
Misalnya:
patuk – pelatuk turun- temurun gilang – gemilang
c. Sufiks
1) Sufiks –an
Sufiks –an berfungsi untuk membentuk kata benda, memiliki arti sebagai berikut:
a) Menyatakan tempat. Misalnya: pangkalan
b) Menyatakan kumpulan atau seluruh. Misalnya: lautan, daratan.
c) Menyatakan alat. Misalnya: kurungan, timbangan.
d) Menyatakan akibat atau hasil perbuatan. Misalnya:
buatan, hukuman, balasan.
e) Sesuatu yang di… Misalnya: larangan, pantangan, makanan.
f) Menyerupai. Misalnya: anak-anakan, kuda-kudaan.
g) Tiap-tiap. Misalnya: harian, mingguan, bulanan.
h) Sesuatu yang mempunyai sifat. Misalnya: manisan, asinan.
i) Menyatakan intensitas. Misalnya: besaran, kecilan, buah-buahan.
2) Sufiks –kan
Sufiks –kan berfungsi membentuk kata kerja transitif dan memiliki arti sebagai berikut:
a) Menyatakan kausatif. Misalnya: menerbangkan, melemparkan.
b) Menggunakan sebagai alat. Misalnya: menikamkan tombak, memukulkan tongkat.
c) Menyatakan benefaktif. Misalnya: membelikan, meminjamkan.
3) Sufiks -i
Sufiks –I berfungsi untuk membentuk kata kerja transitif dan memiliki arti sebagai berikut:
a) Menyatakan tempat atau arah berlangsungnya peristiwa.
Misalnya: mengelilingi kota, menanyai mereka.
b) Memberi kepada atau menyebabkan sesuatu terjadi.
Misalnya: menghargai jasa orang, menyakiti hati, menyusui anaknya.
c) Menyatakan intensitas. Misalnya: menembaki musuh, melontari.
d) Menyatakan yang berlawanan dengan arti pertama.
Misalnya membului ayam = mencabut bulu ayam, menguliti lembu = mengambil kulit.
4) Sufiks –nya
Berikut merupakan fungsi dari sufiks –nya.
a) Berfungsi untuk mengadakan transposisi jenis kata lain menjadi kata benda. Misalnya: merajalelanya penyakit itu
b) Menjelaskan kata yang berada di depannya. Misalnya:
tamunya belum datang.
c) Menjelaskan situasi. Misalnya: ia belajar dengan rajinnya.
d) Selain itu terdapat beberapa kata tugas yang dibentuk dengan menggunakan akhiran – nya. Misalnya: agaknya, rupanya, sesungguhnya.
d. Konfiks
1) Konfiks ke-an
Konfiks ke-an berfungsi untuk membentuk kata benda dan memiliki arti sebagai berikut:
a. Jika bergabung dengan kata sifat, menyatakan hal atau keadaan. Misalnya: kebaikan, keberanian.
b. Jika bergabung dengan kata dasar kerja, menyatakan tempat dan menyatakan peristiwa sudah terjadi.
2) Konfiks per-an
Konfiks per-an berfungsi untuk membentuk kata benda.
Konfiks per-an menyatakan hasil atau peristiwa apabila bergabung dengan kata dasar sifat. Misalnya, pertinggian, perbesaran, dan sebagainya. Namun konfiks per-an menyatakan segala sesuatu yang berhubungan dengan kata dasar apabila bergabung dengan kata dasar benda.
Misalnya, perhutanan dan pertokoan.
3) Konfiks peN-an
Konfiks peN-an berfungsi untuk membentuk kata benda dan jika bergabung dengan kelas kata kerja, meyatakan hal, cara, hasil dan alat. Misalnya: pembaca, penampilan, penglihatan, pendengaran.
4) Konfiks ber-an
Konfiks ber-an berfungsi untuk membentuk kata kerja dan memiliki arti sebagai berikut:
Jika bergabung dengan kata dasar kerja.
a) Menyatakan berbalasan atau saling. Misalnya:
berpandangan, berpukulan.
b) Menyatakan banyak dan tidak teratur. Misalnya:
berdatangan, bermunculan.
c) Menyatakan berulang-ulang. Misalnya: berloncatan, bergulungan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa afiksasi ialah proses pengimbuhan atau membubuhkan afiks pada bentuk dasar, baik tunggal maupun kompleks.
Pembubuhan afiks berfungsi untuk merubah bentuk dasar kata dan makna kata dasar dari sebuah kata. Sehingga setiap bentuk dasar yang dilekati afiks akan mengalami perubahan bentuk dan makna.
9) Imbuhan Berdasarkan Penggunaannya
Kata imbuhan berdasarkan frekuensi penggunaannya terbagi menjadi dua, yakni imbuhan produktif dan imbuhan tak produktif.
Imbuhan produktif adalah imbuhan yang mempunyai frekuensi penggunaan tinggi, seperti se-, ber-, meng-, peng-, per-, dan lainnya. Sedangkan, imbuhan tak produktif adalah sebuah imbuhan yang mempunyai frekuensi penggunaan rendah, seperti - em, -el, -wati, -is, -er, dan lainnya.
10) Imbuhan untuk Serapan Bahasa Asing
Imbuhan juga ada yang merupakan serapan dari Bahasa asing, seperti -I, -man, -wan, -wati, -iyah, -is, -sasi dan -isme. Imbuhan tersebut di antaranya sebagai berikut:
a. Imbuhan Bahasa Arab
Imbuhan Bahasa Arab fungsinya sebagai pembentuk atau penanda kata sifat, seperti -ah dan -i. Contoh :manusiawi Alamiah, alami, dll.
b. Imbuhan Bahasa Sangsekerta
Imbuhan Bahasa Sanskerta fungsinya sebagai pembentuk kata benda, seperti -man, -wan dan -wati. Contoh imbuhan bahasa Sanskerta: Budiman, wartawan, pragawati.
c. Imbuhan Bahasa Asing
Imbuhan Bahasa Inggris fungsinya sebagai pembentuk kata sifat, seperti -an, -en, -is, -if dan -al. Contoh imbuhan Bahasa Inggris, seperti: imigran, presiden, egois, deskriptif, formal.
2.3.2 Pengulangan
Reduplikasi adalah bentuk pengulangan baik terhadap seluruh bentuk dasar maupun sebagai bentuk dasar atau reduplikasi parsial.
Menurut Ramlan (2009:63) reduplikasi atau proses pengulangan ialah pengulangan bentuk, baik seluruh maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang, sedangkan bentuk yang diulang merupakan bentuk dasar. Jenis – jenis kata ulang (redupikasi) antara lain
1. Kata Ulang Dwipurwa (Sebagian)
Kata ulang dwipurwa disebut juga kata ulang sebagian. Jenis kata ulang ini mengalami perulangan pada sebagian kata dasarnya saja, tidak seluruhnya.Contoh kata ulang dwipurwa atau sebagian adalah sebagai berikut:
a. Rerumputan, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar rumput;
b. Lelaki, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar laki;
c. Tetamu, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasa tamu;
d. Sesama, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar sama.
2. Kata Ulang Dwilingga (Seluruhnya)
Kata ulang dwilingga adalah kata ulang seluruhnya. Jadi, kata ulang yang termasuk dalam dwilingga adalah kata ulang yang bentuk dasarnya mengalami perulangan seluruhnya, tanpa variasi fonem dan afiksasi.Contoh kata ulang seluruhnya atau dwilingga adalah sebagai berikut:
a. Anak-anak, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar anak;
b. Teman-teman, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar teman;
c. Langit-langit, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasarnya adalah langit;
d. Makan-makan, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasarnya adalah makan.
3. Kata Ulang Berimbuhan atau Afiksasi
Sesuai namanya, kata ulang berimbuhan atau afiksasi adalah jenis kata ulang yang bentuk dasarnya mengalami perulangan dan penambahan imbuhan. Penambahan imbuhan tersebut ada yang melekat di depan, ada juga yang melekat di belakang.Contoh kata ulang berimbuhan adalah sebagai berikut:
a. Orang-orangan, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar orang; berlari-lari, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar lari:
b. Tolak-menolak, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar tolak;
c. Turun-temurun, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar turun;
d. Kehitam-hitaman, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar hitam. Sebagai catatan, proses perulangan dan penambahan imbuhan terjadi secara bersamaan, tidak dilakukan secara terpisah.
4. Kata Ulang Berubah Bunyi
Kata ulang berubah bunyi adalah jenis kata ulang yang bentuk dasarnya mengalami perulangan dengan perubahan fonem atau bunyi. Jenis kata ulang ini dibagi lagi menjadi dua, yaitu kata ulang berubah bunyi dengan variasi vokal dan kata ulang berubah bunyi dengan variasi konsonan. Contoh kata ulang berubah bunyi dengan variasi vokal adalah sebagai berikut:
a. Pernak -pernik, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar pernik;
b. serba-serbi, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar serba;
c. warna-warni, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasar warna.
Contoh kata ulang berubah bunyi dengan variasi konsonan adalah sebagai berikut:
a. carut-marut, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasarnya adalah carut.
b. lauk-pauk, hasil dari proses reduplikasi dengan bentuk dasarnya adalah lauk.
Jenis Kata Ulang Berdasarkan Makna yang Terbentuk Pembagian yang kedua adalah jenis kata ulang berdasarkan makna yang terbentuk. Berikut adalah jenis-jenis kata ulang yang berdasarkan makna yang terbentuk.
1. Kata Ulang yang Bermakna Mirip
Contoh kata ulang yang bermakna mirip atau menyerupai, yaitu kehitam-hitaman, kemerah-merahan, dan mobil-mobilan.
2. Kata Ulang yang Bermakna Jamak
Contoh kata ulang yang bermakna jamak atau beragam adalah ibu-ibu, buah-buahan, sayur-mayur, dan dedaunan.
3. Kata Ulang yang Bermakna Saling
Contoh kata ulang yang bermakna saling adalah bersalam- salaman, tolong-menolong, beri-memberi, dan tarik-menarik.
4. Kata Ulang yang Bermakna Kolektif atau Bilangan
Contoh kata ulang yang bermakna kolektif adalah satu -satu, dua-dua, dan tiga-tiga.
5. Kata Ulang yang Bermakna Kegiatan
Contoh kata ulang yang bermakna kegiatan adalah masak- memasak.
6. Kata Ulang yang Bermakna Keadaan
Contoh kata ulang yang bermakna situasi atau keadaan adalah mentah-mentah dan hidup-hidup.
7. Kata Ulang yang Bermakna Superlatif
Contoh kata ulang yang bermakna superlatif adalah setinggi- tingginya, seindah-indahnya, dan sekuat-kuatnya.
8. Kata Ulang Semu
Dalam KBBI, semu berarti tampat seperti asli padahal sebenarnya tidak asli. Jadi bisa dikatakan kata ulang semu adalah kata ulang yang menyerupai dengan kata ulang yang asli.
Walaupun bentuknya menyerupai kata ulang, tetapi kelompok ini tidak memenuhi syarat ciri-ciri kata ulang. Hal ini karena bentuk perulangan jenis ini tidak memiliki bentuk dasar sebagai bentuk linguistik. Sederhananya, kata ulang semu tidak memiliki bentuk dasar yang bisa berdiri sendiri. Contoh kata ulang semu adalah sebagai berikut: Kunang-kunang, Laba-laba, Onde- onde.
2.3.3 Pemajemukan
Menurut Bauer (1988), majemuk adalah leksem baru hasil dari gabungan dua leksem atau lebih. Katamba (1994:291) mengatakan bahwa majemuk adalah kata yang terdiri atas, minimal, dua dasar yang
tiap-tiap dasar dapat berdiri sendiri. Adapun ciri-ciri dari kata majemuk dalah sebagai berikut:
1. Tidak bisa disisipi kata lain. Sebagai contoh kata mata air, tidak bisa disisipi mata pada air atau mata untuk air. Keduanya memiliki makna yang berbeda.
2. Tidak dapat ditukar posisi katanya. Sebagai contoh kata kereta api, tidak dapat ditukar posisi menjadi api kereta. Keduanya memiliki makna yang berbeda.
3. Tidak dapat diperluas atau diberi imbuhan. Sebagai contoh kata kambing hitam, tidak dapat diberi imbuhan menjadi meng- kambing hitam. Namun dapat diimbuhi dengan awalan dan akhiran menjadi meng-kambing hitam-kan.
Jenis kata majemuk sesuai dengan bentuk penulisannya adalah:
1. Kata majemuk senyawa, yaitu apabila tiap unsur kata digabung.
Contoh: matahari, kacamata, segitiga.
2. Kata majemuk tidak senyawa, yaitu apabila tiap unsur kata dipisah. Contoh: mata air, harga diri, kereta api.
Jenis kata majemuk sesuai dengan maknanya adalah:
1. Kata majemuk beridiom, yaitu kata majemuk memiliki makna baru yang berbeda atau melenceng dari makna kata dasarnya.
Contoh: buah hati, angkat kaki.
2. Kata majemuk semi idiom, yaitu kata majemuk yang masih bisa ditemukan makna asli dari kata dasarnya. Contoh: rumah sakit, orang tua.
2.4 Problematika Pembentukan Kata Bahasa Indonesia (dengan Awalan meN-)
Dalam pembentukan kata, prefiks meN mengalami perubahan bentuk sesuai dengan kondisi morfem yang mengikutinya. Pada prefiks meN tidak bersifat bebas, tetapi akan mengalami perubahan bentuk sesuai dengan inisial morfem yang mengikutinya. Prefiks meN dapat berubah menjadi me, mem-. men-, meny, meng, menge-. Keenum bentuk perubahan prefiks meN- tersebut
disebut alomorf dari prefiks meN-, kaidah perubahan meN- tersebut disebut adalah sebagai berikut.
1. Prefiks meN- berubah menjadi meng jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /k/. /g/. /h/, /kh/ dan semua vokal (a,i,u,c.o.).
2. Khusus pada bentuk dasar kaji jika mendapat prefiks meN seharusnya berubah menjadi mengaji, tetapi untuk membedakan makna antar makna (1) memperdalam pengetahuan tentang agama islam dengan belajar pada seorang guru agama dan makna (2) memilikikan secara mendalam, bentuk meN kaji menjadi mengaji untuk (1) dan mengkaji untuk (2).
3. Prefiks meN-, berubah menjadi me- jika diikuti oleh bentuk dasar yang mula bermula dengan fonem //. /m/, /n/, /ny/, //. it.ly/, dan /w/
4. Prefiks meN- berubah menjadi men- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /d/ dan . fonem /t/ mengalami peluluhan.
5. Prefiks meN berubah menjadi mem- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /b/, /p/. //. fonem /p/ mengalami perubahan.
6. Prefiks meN- berubah menjadi meny- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bermula dengan fonem /e/, /, /s/ dan /sy. Fonem /s/mengalami perubahan.
7. Prefiks meN-berubah menjadi menge- jika diikuti oleh bentuk dasar yang bersuku satu.
Fonem /k, p, t, s/ pada awal kata dasar luluh jika mendapat awalan meng- dan peng-.
Secara khusus akan membahas mengenai kaidah pada fonem /k, p, t, s/ yang pada kata dasar mengalami peluluhan jika dirangkaikan dengan imbuhan meng- dan peng- baik disertai akhiran atau pun tidak. Bandingkan contoh di bawah ini.
meng- + kupas → mengupas meng- + potong → memotong meN- + tatap → menatap meng- + sontek → menyontek
Bentukan kata menyolok, mencontoh dan menyubit, dalam hal ini tidak tepat karena bentuk dasar kata-kata tersebut adalah colok, contoh, dan cubit, yang
masing-masing berawal dengan fonem /c/. Dalam bahasa Indonesia, fonem /c/ pada awal kata dasar tidak luluh jika dirangkaikan dengan awalan meng-.
Dengan demikian, bentuk kata-kata tersebut yang tepat adalah mencolok, mencontoh, dan mencubit. Berikut ini beberapa contoh lain penggunaan fonem /c/ tidak luluh.
meng- + cuci → mencuci meng- …-i + cinta → mencintai
Gugus konsonan /pr/, /st/, /sk/, /tr/, /sp/, /kr/, dan /kl/ pada awal kata dasar juga tidak luluh jika dirangkaikan dengan awalan meng-. Beberapa contoh dapat diperhatikan di bawah ini.
meng- + produksi → memproduksi meng-…-kan + stabil → menstabilkan meng-…-kan + skema → menskemakan meng- + tradisi → mentradisi meng-…-i + sponsor → mensponsori meng- + kritik → mengkritik meng- + klasifikasi → mengklasifikasi
Fonem /k, /p/, /t/, dan /s/ pada gugus konsonan tersebut tidak luluh apabila mendapat imbuhan, baik meng- maupun peng-, kecuali fonem awal /p/ jika mendapat imbuhan peng-. Dalam hal ini, jika mendapat imbuhan meng-, fonem /p/ pada gugus konsonan /pr/ tidak luluh, tetapi jika mendapat imbuhan peng- fonem /p/ itu luluh. Misalnya:
meng- + proses → memproses meng- + produksi → memproduksi peng- + proses → pemroses peng- + produksi → pemroduksi
Terdapat syarat ketentuan dalam peluluhan fonem, bahwa pada bentuk dasar yang diawali dengan konsonan /s/ diluluhkan dengan nasal /ny/, konsonan /k/
diluluhkan dengan nasal /ng/, konsonan /p/ diluluhkan dengan nasal /m/, dan konsonan /t/ diluluhkan dengan nasal /n/.
Kaidah KTSP Tidak Berlaku
KTSP tidak luluh jika huruf kedua kalimat berupa konsonan K
khas --> mengkhaskan
khasiat -->mengkhasiati (=meneliti sifat-sifat pada suatu benda) khatam -->mengkhatamkan
khawatir -->mengkhawatirkan
P
prakarsa --
>memprakarsai,tetapi untuk awalan pe- kata prakarsa luluh: prakarsa --
>pemrakarsa
prakira --
>memprakirakantetapi untuk awalan pe- kata prakira luluh: prakira --
>pemrakiraan
praktik -->mempraktikkan prioritas -->memprioritaskan privatisasi -->memprivatisasikan protes -->memprotes
S
skenario -->menskenariokan skor -->menskor penskoran skors -->penskors
spekulasi -->menspekulasikan spion -->menspion
T
tradisi -->mentradisikan transfer -->mentransfer traktir -->mentraktir
transkripsi -->mentranskripsikan
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Tata kata bahasa indonesia adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan bentuk kata terhadap golongan/kelas dan arti kata. Berdasarkan bentuknya, kata bisa digolongkan menjadi: kata dasar, kata turunan, kata ulang dan kata majemuk. Kata dasar merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki makna, kata tersebut belum mengalami penambahan atau perubahan bentuk yang mengakibatkan perubahan makna. Kata turunan atau disebut dengan kata berimbuhan adalah kata – kata yang telah berubah bentuk dan makna. Kata ulang atau reduplikasi adalah bentuk pengulangan baik terhadap seluruh bentuk dasar maupun sebagai bentuk dasar atau reduplikasi parsial. Kata majemuk adalah leksem baru hasil dari gabungan dua leksem atau lebih. Dalam pembentukan kata, prefiks meN mengalami perubahan bentuk sesuai dengan kondisi morfem yang mengikutinya. Pada prefiks meN tidak bersifat bebas, tetapi akan mengalami perubahan bentuk sesuai dengan inisial morfem yang mengikutinya. Prefiks meN dapat berubah menjadi me, mem-. men-, meny, meng, menge-.
DAFTAR PUSTAKA
Bagus Putrayasa, Ida. 2008. Analisis Kalimat (Fungsi, kategori, dan peran).
Bandung: Refika Aditama
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta: Balai Pustaka
Katamba, Francis. 1994. Morphology: Modern Linguistics Series. London: The.
Macmillan Press Ltd.
Mulyono. 2007. Ilmu Bahasa Indonesia Morfologi Teori dan Sejumput Probelmatik. Bandung: CV Yrama Widya.
Ramlan. 2009. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: C.V. Karyono.
Suhardi. 2008. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Ar-rusmedi.
Kentjono, Djoko. 2017. Awalan Me-/Men-/Meng-+S-atau Meng. Jurnal Bahasa, sastra, dan Pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia. 146-165