• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium Kesehatan Veteriner

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Teknik Pengelolaan dan Manajemen Laboratorium Kesehatan Veteriner"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

Segala puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah swt, atas segala nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan buku hasil Kerja Praktek di Balai Besar Kedokteran Hewan Maros yang berjudul . Buku ini berisi tentang pengenalan manajemen, manajemen dan alat-alat pendukung yang umum terdapat di laboratorium yang didasarkan pada kegiatan Kerja Praktek (PW) hingga akhir Juni 2022, serta didukung oleh berbagai literatur. Buku ini terselesaikan atas bantuan dan kerjasama Balai Besar Veterinar Maros (BBVet Maros) Provinsi Sulawesi Selatan.

Risman Mangidi, S.Sos, selaku Kepala Balai Besar Veteriner Maros (BBVet Maros) yang kami terima untuk melaksanakan Kerja Praktek. Mu'nisa, S.Si, M.Si, selaku Asisten Dosen Kegiatan Kerja Praktek khususnya di Balai Besar Kedokteran Hewan Maros.

KESEHATAN VETERINER

Istilah kesehatan masyarakat veteriner pertama kali dicetuskan pada tahun 1951 pada pertemuan para ahli zoonosis (penyakit menular) Organisasi Kesehatan Dunia yaitu World Health Organization (WHO) dan Food and Agriculture Organization yaitu Food and Agriculture Organization (FAO). ). ). Kesehatan masyarakat veteriner diartikan sebagai kontribusi yang terdiri atas penerapan, upaya dan ilmu kedokteran hewan dalam perlindungan dan peningkatan kesehatan manusia (Sumiarto & Setyawan, 2021). Oleh karena itu, wajar jika pemerintah mengupayakan pengembangan pengolahan dan pemanfaatan peternakan sebaik-baiknya.

Di Indonesia sudah terdapat 7 Balai Besar Kedokteran Hewan yang didirikan di bawah naungan pemerintah, yang berperan dalam menangani segala permasalahan terkait peternakan termasuk pemeliharaannya. Hewan yang biasa dijadikan subjek kajian dalam ilmu kedokteran hewan adalah hewan ruminansia yang meliputi sapi, kambing, dan domba, serta hewan non ruminansia yang meliputi kuda, anjing, dan kucing, serta hewan unggas yaitu ayam dan bebek.

PENGENALAN LABORATORIUM

Seluruh alat dan bahan yang ada di laboratorium dapat dideteksi dan ketersediaannya dapat dengan mudah diperiksa oleh petugas laboratorium karena sudah diinventarisasi. Hal ini dapat mewujudkan optimalisasi pemanfaatan laboratorium, baik dari segi pengelolaan peralatan dan bahan, ketersediaan ruang, dan pengelolaan laboratorium. Berdasarkan jenis sampel yang diuji, laboratorium penguji khusus di Balai Besar Veteriner Maros dapat dibagi menjadi beberapa bagian tergantung dari jenis pengujiannya, yaitu;

Bahkan ada yang disebut Laboratorium Hewan Eksperimental, yang didedikasikan untuk membiakkan hewan percobaan untuk penelitian terkait. Hal ini terlihat dari bahan kimia yang mudah terbakar, tidak digunakannya alat pelindung diri di laboratorium, misalnya saat menggunakan jas laboratorium, hand trowel, alas kaki.

PENGELOLAAN DAN MANAJEMEN LABORATORIUM KESEHATAN

Manajemen laboratorium atau sering disebut manajemen laboratorium adalah suatu kegiatan dalam perencanaan, pemeliharaan, pengamanan dan administrasi untuk pengembangan suatu laboratorium secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan. Pengelola laboratorium yang baik harus mempunyai uraian tugas yang jelas, sistem organisasi yang baik, penggunaan fasilitas yang efektif dan efisien, administrasi laboratorium yang baik, keamanan dan keselamatan kerja di laboratorium.

BIOSAFETY

Definisi Biosafety

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan paparan terhadap bahaya biologis adalah dengan menerapkan program pengurangan risiko paparan terhadap pekerja dan lingkungan sekitar dengan cara mengidentifikasi dan mengevaluasi bahaya. Penilaian biohazard dalam penanganan virus baru berfokus terutama pada pencegahan infeksi yang didapat di laboratorium dan pelepasan virus yang tidak disengaja. Penentuan tindakan mitigasi mana yang harus diterapkan untuk mengelola bahaya laboratorium tertentu harus bergantung pada penilaian risiko.

Keamanan hayati adalah prinsip teknologi, penahanan, dan praktik kerja yang diterapkan untuk mencegah paparan dan pelepasan mikroorganisme berbahaya (patogen) dan racun yang tidak disengaja.Dalam prinsip keamanan hayati, hal. Ruang lingkup keamanan hayati adalah keamanan metode, fasilitas, dan peralatan pengelolaan bahan infeksius dengan jenis risiko biologis yang dapat berdampak pada manusia dan lingkungan.

Tabel 1. 1. Hubungan pengelompokan risiko dengan  agen dengan level biosafety laboratorium (BSL)
Tabel 1. 1. Hubungan pengelompokan risiko dengan agen dengan level biosafety laboratorium (BSL)

Tingkatan Biosafety

BSL-3 ditujukan untuk fasilitas klinis, diagnostik, penelitian, atau manufaktur yang menangani agen yang dapat mengakibatkan penyakit yang berpotensi berbahaya. Personil laboratorium mempunyai pelatihan khusus dalam penanganan agen patogen berbahaya dan diawasi oleh ilmuwan kompeten yang berpengalaman dalam menangani agen tersebut. Contoh agen hayati yang termasuk dalam kategori tingkat keamanan hayati 3 antara lain: Antraks, HIV, SARS, TBC, virus cacar, tipus, dan flu burung.

Seluruh prosedur penanganan bahan berbahaya dilakukan dalam wadah tertutup oleh pekerja dengan alat pelindung diri dan pakaian khusus. Contoh agen hayati dalam kategori keamanan hayati tingkat 4 antara lain virus Ebola, virus Hanta, dan virus Lassa.

BIOSECURITY

  • Definisi Biosecurity
  • Sejarah Biosecurity
  • Tujuan Pelaksanaan Biosecurity
  • Komponen Utama dan Tindakan Umum Biosecurity
  • Prinsip Biosecurity

Dalam lingkup laboratorium, yang dimaksud dengan “Biosecurity” adalah suatu kondisi dan upaya memutus mata rantai masuknya agen penyakit ke dalam inangnya serta menjamin agen penyakit yang disimpan dan diisolasi di laboratorium tidak terkontaminasi atau disalahgunakan. Menurut Jeffrey (2006), biosekuriti berarti upaya mengurangi penyebaran organisme penyakit dengan mencegah kontak antara hewan dan mikroorganisme. Dalam kerangka laboratorium, biosekuriti adalah suatu kondisi dan upaya memutus rantai masuknya agen penyakit ke dalam inangnya dan/atau menjamin agen penyakit yang disimpan dan diisolasi di laboratorium tidak mengkontaminasi atau disalahgunakan.

Penerapan konsep ini dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan pencurian dan penyalahgunaan bahan biohazard, apalagi mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat padat dan letak geografis yang strategis. Bioseracy mencakup tiga hal utama, yaitu meminimalkan keberadaan agen penyakit, meminimalkan peluang kontak agen penyakit dengan inangnya, dan meminimalkan tingkat pencemaran lingkungan oleh agen penyakit.

ALAT-ALAT LABORATORIUM

Alat Kaca/Glass

Dalam bidang kimia fungsinya untuk mengukur volume suatu larutan yang pengukurannya tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi. Erlenmeyer berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan yang akan digunakan, serta dapat digunakan untuk mencampur dan menggabungkan bahan-bahan untuk komposisi media, menampung air sulingan, menumbuhkan mikroba dalam kultur cair, dan lain sebagainya. Gelas ukur merupakan salah satu alat laboratorium yang umum digunakan untuk mengukur volume zat cair, alat ini berbentuk silinder dan setiap garis tanda pada gelas ukur melambangkan banyaknya zat cair yang telah diukur.

Gelas ukur digunakan untuk mengukur volume zat padat secara tidak langsung dengan cara mengukur pertambahan volume zat cair dalam gelas ukur tersebut dalam satu waktu. Tabung reaksi berfungsi sebagai media pertumbuhan mikroba dan berbentuk media tegak atau sejenisnya yang disumbat dengan kapas.Tabung reaksi dapat diisi dengan media padat atau cair. Media padat yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi dapat diukur dalam dua bentuk sesuai fungsinya, yaitu media tegak (deep tube agar) dan agak miring (slanted agar).

Tabung Durham mempunyai bentuk yang mirip dengan tabung reaksi namun ukurannya lebih kecil dan berfungsi menampung atau memerangkap gas-gas yang dihasilkan dari metabolisme pada bakteri yang diuji. Alat pengering terdiri dari dua bagian, bagian bawah diisi bahan pengering seperti gel agar pengaruh uap air pada saat pengeringan dapat diserap oleh gel, bagian atas digunakan sebagai tempat pengeringan. Oses berfungsi untuk memindahkan atau mengumpulkan koloni mikroba pada media yang akan digunakan kembali.

Lingkaran inokulasi cocok untuk membuat coretan atau garis pada permukaan agar, sedangkan jarum inokulasi cocok untuk inokulasi dengan cara menusuk agar lurus (prick graft). Selain itu kaca benda juga berfungsi membentuk bayangan benda yang kemudian dilihat melalui lensa okuler. Pipet penetes adalah alat kimia yang terbuat dari kaca atau plastik dengan ujung meruncing dan alas karet.

Gambar 6. 1. Gelas kimia b.  Erlenmeyer
Gambar 6. 1. Gelas kimia b. Erlenmeyer

Alat Non Glass

Fungsinya untuk menyimpan air sulingan dalam jumlah sedikit, cara penggunaannya adalah dengan memasukkan air sulingan ke dalam botol lalu tekan bagian tengahnya bila ingin digunakan. Alat ini berfungsi untuk menyedot dan mengeluarkan larutan yang menempel pada bagian bawah pipet ukur atau volumetrik. Cara penggunaan pipet bola adalah dengan menyambungkan pipet bola terlebih dahulu dengan pipet ukur/volumetrik, kemudian tekan huruf A pada bola isap dengan ibu jari dan telunjuk, kemudian kosongkan bola isap tersebut dengan jari tengah, jari manis dan kelingking. jari. , masukkan ujung pipet ke dalam gelas kimia larutan dan tekan huruf S pada pipet bola dengan ibu jari dan telunjuk untuk menyedot larutan akhir, tekan huruf E.

Rak pipa ini tergolong alat non kaca dan biasanya terbuat dari kayu, bahkan ada yang berbahan stainless steel. Pinset laboratorium dimaksudkan untuk mengambil bahan padat dalam ukuran kecil sehingga dapat memudahkan dalam melakukan percobaan atau penelitian. Penjepit tabung berfungsi sebagai alat untuk menjepit tabung reaksi pada saat panas pada saat memanaskan sampel atau pada tahap percobaan tertentu.

Mirip seperti drop plate yang terdiri dari banyak chamber atau lubang yang berfungsi untuk mengakses reagen untuk reaksi atau pengujian, hanya saja untuk microplate khusus dalam skala yang lebih kecil. Sendok merupakan alat yang sering digunakan di laboratorium, fungsinya untuk mengambil cairan dengan takaran yang telah ditentukan. Pisau bedah merupakan salah satu alat laboratorium yang tergolong non kaca yang sering digunakan untuk menyayat atau menyayat tubuh hewan.

Selain yang berbentuk pisau pada umumnya, ada juga jenis pisau bedah yang bilahnya bisa dilepas, biasanya digunakan untuk pisau bedah. Gunting bedah ini sering digunakan untuk memotong organ dalam hewan atau untuk prosedur bedah lainnya. Biasanya gunting bedah terbuat dari besi yang salah satu ujungnya tumpul agar organ dalam tidak rusak saat melakukan operasi hewan.

Gambar 6. 13. Botol  semprot
Gambar 6. 13. Botol semprot

Alat Elektrik

Waterbath ini dapat digunakan untuk memanaskan hingga suhu 100°C dan menguapkan zat atau larutan pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Penangas uap memiliki satu hingga enam lubang untuk meletakkan benda yang akan dikukus. Mikroskop adalah suatu alat yang digunakan untuk mengamati benda atau mikroorganisme yang berukuran sangat kecil (mikroskopis) dan tidak dapat dilihat dengan mata biasa (manusia).

Cari bagian benda kaca yang terdapat sediaan olesan (cari dan anggap gambarnya jelas) dengan cara memutar sekrup secara vertikal dan horizontal. Prinsip kerja alat ini adalah digunakan untuk memisahkan material tersuspensi dari medium dengan kecepatan putaran yang tinggi. Prinsip kerja alat ini digunakan untuk memisahkan material tersuspensi dari medium dengan kecepatan putaran tinggi. f) Neraca Analitik.

Timbangan analitik merupakan salah satu jenis timbangan yang digunakan untuk menimbang suatu bahan atau zat yang akan dilakukan dalam suatu percobaan dengan satuan massa yang kecil. Laminar Air Flow merupakan suatu instrumen yang digunakan untuk mengerjakan atau menyiapkan spesimen yang memerlukan kondisi steril dan aseptik. Alat ini mempunyai prinsip kerja memanaskan bahan dan dapat digunakan untuk pengadukan dengan menggunakan arus listrik.

Gambar 6. 28. Autoklaf
Gambar 6. 28. Autoklaf

Gambar

Gambar 3. 1. Struktur Organisasi Balai Besar Veteriner  Maros
Tabel 1. 1. Hubungan pengelompokan risiko dengan  agen dengan level biosafety laboratorium (BSL)
Gambar 6. 2. Erlenmeyer  c.  Gelas Ukur (Measuring Cylinder)
Gambar 6. 3. Gelas ukur d.  Petridish (Cawan Petri)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan observasi awal, laboratorium biologi SMA Negeri 2 Wonogiri sudah digunakan sebagai kegiatan pembelajaran maupun praktikum, secara umum alat dan bahan yang

laboratorium perlu di buat dengan baik, karena dengan pengaturan jadwal yang baik dapat membuat pembelajaran praktik dapat berjalan dengan lancar.Peserta didik atau peserta didik

Struktur organisasi di tempat unit kerja.. Jadwal kegiatan laboratorium di unit

Sejalan dengan pengembangan PLP, Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Dirjen SDID juga sudah mengatur nomenklatur tingkatan laboratorium menjadi laboratorium tipe

Dalam hal pelaksanaan Manajemen Laboratorium, pengelolaannnya sudah dilakukan dengan komitmen untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan program studi yang telah

Namun, fakta yang ada di SMP Negeri 1 Sukodono Lumajang masih belum sesuai dengan standar laboratorium yang baik, misalnya tidak adanya laboran, teknisi, alat

Ruang laboratorium sudah digunakan sebagai kegiatan pembelajaran maupun praktikum, secara umum alat dan bahan yang dimiliki laboratorium tersebut sudah lengkap dan memadai,

Potensi fisik adalah kemampuan fisik yang terakumulasi pada seorang pegawai, sedangkan potensi non-fisik adalah kemampuan seorang pegawai yang terakumulasi baik dari latar