• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori dan Model Implementasi Kebijakan Publik

N/A
N/A
Ris Tanto

Academic year: 2024

Membagikan "Teori dan Model Implementasi Kebijakan Publik"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Teori dan Model Implementasi Kebijakan Publik

Article · July 2018

CITATION

1

READS

65,638

1 author:

Habil Maranda Brawijaya University 1PUBLICATION   1CITATION   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Habil Maranda on 09 April 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.

(2)

Teori dan Model Implementasi Kebijakan Publik

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas ujian tengah semester mata kuliah Kebijakan Publik Dosen Mata Kuliah :

Oscar Radyan Danar S.AP, M.AP, Ph.D Penulis :

Habil Maranda Maghfirullah (175030100111064) Ilmu Administrasi Publik Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Penulisan karya tulis ini bertujuan untuk memaparkan teori dan model implementasi kebijakan publik menurut beberapa ahli . Adapun yang menjadi latar belakang penulisan karya tulis ini karena beragamnya teori dan model implementasi kebijakan publik, maka perlu dijelaskan, dipelajari dan dipahami sehingga diperoleh pengetahuan yang baru dalam implementasi kebijakan publik. Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini bagi penulis adalah menambah pengetahuan dan wawasan tentang implementasi kebijakan publik serta melatih kemampuan menulis. Sedangkan manfaat untuk pembaca adalah menambah pengetahuan dan wawasan tentang implementasi kebijakan publik. Penulisan karya tulis ini berdasarkan teori dan model implementasi kebijakan publik menurut beberapa ahli. Secara umum, teori dan model implementasi dibagi atas 3 bagian yaitu : Model Bottom-Up, Model Top- Down, dan Model Hybrid.

Kata Kunci : Teori, Model, Implementasi, Kebijakan Publik

(3)

1. Pendahuluan

Pengertian mengenai implementasi kebijakan publik sangat beragam. Anderson mengemukakan bahwa: ”Policy implementation is the application by government`s administrative machinery to the problems1 (Pelaksanaan kebijakan adalah aplikasi oleh mesin/badan administrasi pemerintah terhadap masalah-masalah) . Kemudian Edward III menjelaskan bahwa: “Policy implementation is the stage of policy making between establishment of a policy and the consequences of the policy for the people whom it affects2 (pelaksanaan kebijakan adalah tahap pembuatan antara pembentukan sebuah kebijakan dan konsekuensi dari kebijakan untuk orang-orang yang terpengaruh atas kebijaksanaan tersebut). Penulis menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan publik adalah penerapan hasil perumusan kebijakan yang ditujukan untuk masyarakat atau orang- orang yang terpengaruh atas kebijakan tersebut. Tahapan implementasi kebijakan dilakukan setelah tahap formulasi kebijakan publik. Dalam tahapan ini, apa-apa yang sudah dituliskan dalam formulasi akan diterapkan pada masyarakat luas. Tujuan dilaksanakan implementasi kebijakan menurut Riant Nugroho Dwijiwijoto “implementasi kebijakan adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya”3.

Sebagai salah satu bagian dari siklus kebijakan publik, implementasi kebijakan merupakan salah satu tahapan yang amat penting dari keseluruhan proses kebijakan publik.

Implementasi kebijakan merupakan serangkaian kegiatan (tindakan) setelah suatu kebijakan dirumuskan. Tanpa adanya suatu kegiatan implementasi, maka suatu kebijakan yang telah dirumuskan akan menjadi sia-sia. Implementasi kebijakan dengan demikian merupakan penghubung antara formulasi kebijakan dengan hasil/dampak (outcome) kebijakan yang diharapkan. Pentingnya implementasi kebijakan ditegaskan oleh pendapat Udoji dalam Agustino bahwa: “The execution of policies is as important if not more important than policy making, policy will remain dreams or blue prints jackets unless they are implemented4 (Pelaksanaan kebijakan pentingnya jika tidak lebih penting daripada

1 Anderson, James E., 1975. Public Policy Making, New York : Holt, Renealt and Winston. Hal 25

2 Edward III, George C dalam Tachjan. (2006). Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI. Hal 56

3 Dwidjowijoto, Riant Nugroho. 2004. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta : Elex Media Komputindo.

4 Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV.Alfabeta hal 154

(4)

pembuatan kebijakan, kebijakan akan tetap mimpi atau cetakan kecuali mereka diimplementasikan).

Secara historis, implementasi kebijakan publik mulai didalami pada tahun 1970an.

Hal ini dikarenakan adanya reaksi terhadap efektivitas program yang dilaksanakan pemerintah. yang diprakarsai Pressman dan Wildavsky, Studi Implementasi Kebijakan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan itu ditandai dengan munculnya teori dari berbagai generasi. Eugene Bardach merupakan salah satu tokoh yang termasuk pada Teori Generasi I, van Horn dan van Metter, Mazmanian dan Sabatier, Hjern merupakan tokoh yang mengembangkan Teori Generasi II, sedangkan Goggin menjadi salah satu tokoh yang mengembangkan Teori Generasi III. Bahkan, saat ini embrio generasi IV telah muncul. Setiap generasi, teori-teori yang berkembang ditujukan untuk melengkapi kekurangan dari teori generasi sebelumnya5. Selain itu penulis juga menemukan beberapa teori dan model dalam implementasi selain yang disebutkan diatas dan akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

Dengan beragamnya teori dan model implementasi kebijakan publik, maka perlu dijelaskan, dipelajari dan dipahami sehingga diperoleh pengetahuan yang baru dalam implementasi kebijakan publik. Maka dari itu dalam tulisan ini, penulis mengambil judul Makalah “Teori dan Model Implementasi Kebijakan Publik”. Dengan tujuan untuk memaparkan teori dan model implementasi kebijakan publik menurut beberapa ahli.

Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini bagi penulis adalah menambah pengetahuan dan wawasan tentang implementasi kebijakan publik serta melatih kemampuan menulis. Sedangkan manfaat untuk pembaca adalah menambah pengetahuan dan wawasan tentang implementasi kebijakan publik.

5 Sidney Mara S (2007). Policy Formulation: Design and Tools dalam Frischer Frank, et al (ed) (2007). Handbook of Public Policy, Analysis Theory, Politics, and Methods. CRC Press. Boca Raton, London, New York hal 89

(5)

2. Landasan Teori

Makalah ini berkenaan dengan kebijakan publik, khususnya dari aspek implementasi kebijakan oleh karena itu, penulis mengambil teori-teori utama yang akan dijadikan landasan adalah teori kebijakan publik dan teori implementasi kebijakan publik.

3. Pembahasan

3.1

Teori dan Model Implementasi Kebijakan Publik

Dalam ilmu pengetahuan, teori sangatlah penting digunakan. Teori merupakan landasan dalam setiap kegiatan di perkuliahan/lingkungan akademis. Griffiths dalam Zauhar6 berpendapat bahwa teori pada hakikatnya merupakan serangkaian asumsi, yang dari asumsi tersebut dapat diderivasikan serangkaian hukum empirik. Teori tidak bisa dibuktikan melalui eksperimen langsung, namun ada model-model/metode yang bisa menjelaskan teori tersebut. Di dalam ilmu administrasi khususnya masalah kebijakan publik, adanya teori juga sangat penting. Menurut Zauhar7, fungsi teori administrasi : 1) Pedoman untuk bertindak, 2) Mengumpulkan fakta, 3) Memperoleh pengetahuan baru, 4) Menjelaskan sifat administrasi.

Hubungan antara teori dan model sangat erat kaitannya. Karena teori yang sifatnya abstrak maka perlu model/metode untuk menjelaskannya. Penulis beranggapan bahwa bodel merupakan representasi simbolik/perwakilan dari suatu benda, proses sistem, atau gagasan. Model dapat berbentuk gambar-gambar grafis, verbal atau matematikal.

Hubungan teori dan model dikuatkan oleh pendapat Werner J.Severin dan James W.

Tankard, Jr. “Models help formulate a theory and suggest relationships8 (Model membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan hubungan).

Berkaitan dengan implementasi kebijakan publik, teori dan dan implementasi sangatlah berkaitan. Teori sebagai abstraksi obyek/gagasan, sedangkan model merupakan perwujudan dari teori tersebut. Dalam pembahasan implementasi ini, penulis

6 Daniel Griffiths (1955) dalam Zauhar,Soesilo. 1996. Administrasi Publik. Malang: Universitas Negeri Malang hal 58

7 Zauhar, Soesilo. 1996. Administrasi Publik. Malang: Universitas Negeri Malang hal 59

8 Severin Werner J, James W. Tankard. Jr. 2001. Teori Komunikasi: Sejarah,Metode,dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(6)

menyimpulkan dan menambah dari Handbook of Public Policy, Analysis Theory, Politics, and Methods oleh Sidney Mara, teori dan model implementasi terbagi atas 3 generasi, yaitu 1) Teori dan model Top-Down 2) Teori dan model Bottom-Up dan 3) Teori dan model Hybrid. Penjelasan lebih lanjut akan disajikan piramida teori dan model implementasi kebijakan publik

Gambar 1: Piramida teori dan model implementasi kebijakan9

3.2 Teori dan Model Implementasi Kebijakan Publik Generasi I (Top-Down)

Penulis menyimpulkan, model top-down diartikan implementasi diawali oleh pemerintah yang harus diikuti masyarakat. Model ini pada dasarnya mengikuti pendekatan preskriptif yang menafsirkan kebijakan sebagai input dan implementasi sebagai faktor output. Karena penekanan mereka pada keputusan pembuat kebijakan pusat, deLeon10 (2001, 2) menggambarkan pendekatan top-down sebagai "mengendalikan fenomena elit".

Yang dimaksud fenomena elit, menurut penulis adalah apa yang terjadi/aktivitas

9 Sidney Mara S (2007). Policy Formulation: Design and Tools dalam Frischer Frank, et al (ed) (2007). Handbook of Public Policy, Analysis Theory, Politics, and Methods. CRC Press. Boca Raton, London, New York hal 91

10 deLeon dalam Sidney Mara S (2007). Policy Formulation: Design and Tools dalam Frischer Frank, et al (ed) (2007).

Handbook of Public Policy, Analysis Theory, Politics, and Methods. CRC Press. Boca Raton, London, New York hal 91 bottom up

theories Lipsky (1971, 1980)

Elmore (1980)

Hjern and Porter (1981) Hjern (1982)

hybrid theories Majone and Wildavsky (1978)

Scharpf (1978), Mayntz (1977) Windhoff-Héritier (1980) Ripley and Franklin (1982) Elmore (1985)

Sabatier (1986a) Goggin et al. (1990) Winter (1990)

top-down theories Pressman and Wildavsky (1973)

Van Meter and Van Horn (1975) Bardach (1977)

Sabatier and Mazmanian (1979, 1980) Mazmanian and Sabatier (1983)

(7)

pemerintah mempengaruhi kebijakan publik yang akan dibuat. Untuk menjelaskan model top-down ini penulis mengambil teori dan model oleh Donald Van Metter dan Carl Van Horn. Penulis juga memberi penjelasan masing-masing variabel terhadap apa yang disajikan Van Metter dan Van Horn.

Model pendekatan implementasi kebijakan yang dirumuskan Van Meter dan Van Horn disebut dengan A Model of the Policy Implementation (1975)11. Proses implementasi ini merupakan salah satu contoh contoh model Top-Down. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linear dari keputusan politik, pelaksana dan kinerja kebijakan publik. Model ini menjelaskan bahwa kinerja kebijakan dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berkaitan, variable-variabel tersebut yaitu :

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan.

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur keberhasilannya jika dan hanya ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosial-budaya yang ada di level pelaksana kebijakan. Jadi ukuran dan tujuan kebijakan itu harus realistis dan sesuai sosial budaya menurut van metter dkk.

2. Sumberdaya

Keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Sumber daya yang dikelola meliputi manusia, alam, dan informasi.

3. Karakteristik Agen Pelaksana

Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat pengimplementasian kebijakan (publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta sesuai dengan para agen pelaksananya. Agen pelaksana tersebut meliputi misalnya kementrian, dinas, dan lembaga-lembaga terkait.

4. Sikap/Kecenderungan (Disposition) para pelaksana.

11 Van Metter dan Van Horn dalam Tachjan. (2006). Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI. Hal 40

(8)

Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Jelas pada model ini pelaksana sangat dominan peranannya. Kebijakan akan tergantung pelaksana tesebut menerima atau tidak sebuah rancangan kebijakan.

5. Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana.

Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam impelementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, kesalahan kecil akan terhindari jika berkoordinasi dengan baik.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.

Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi publik dalam persepektif yang ditawarkan oleh Van Metter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi penyebab dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Oleh karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.

Gambar 2 : Hubungan variabel oleh Van Metter dan Van Horn

(9)

3.3 Teori dan Model Implementasi Kebijakan Publik Generasi II (Bottom-Up) Model Bottom-up penulis mengambil dari Elmore (dalam Tachjan)12, yang mengembangkan empat model organisasi yang menggambarkan sekumpulan besar pemikiran mengenai masalah implementasi. Model implementasi ini didasarkan pada jenis kebijakan public yang mendorong masyarakat untuk mengerjakan sendiri implementasi kebijakannya atau tetap melibatkan pejabat pemerintah namun hanya ditataran rendah.

Kebijakan model ini biasanya diprakarsai oleh masyarakat, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga nir laba kemasyarakatan (LSM).

Model-model tersebut sebagai berikut :

1. The systems management model 3. The organizational development model 2. The bereaucratic process model 4. The conflict and bargaining model.

Maksud dari model-model tersebut adalah sebagai berikut:

1. Model manajemen sistem-sistem, mencakup asumsi asumsi organisasi terdiri dari mainstream, tradisi rasionalis dari analisis kebijakan. Manajemen merupakan hal terpenting jika ingin sebuah kebijakan berhasil. Dengan mengatur masyarakat dengan baik, artinya kebijakan juga bisa berhasil dengan baik.

2. Model proses birokrasi, menggambarkan pandangan sosiologis tentang organisasi- organisasi, dan sistem pemerintahan. Proses birokrasi juga bisa melibatkan partisipasi masyarakat secara langsung.

3. Model perkembangan organisasi, menggambarkan suatu kombinasi relatif baru dari teori sosiologi dan psikologi yang memusatkan perhatian pada konflik antara kebutuhan- kebutuhan individu dengan permintaan-permintaan atau tuntutan-tuntutan hidup organisasi.

4. Model konflik dan bargaining, membahas masalah bagaimana orang dengan kepentingan-kepentingan berbeda bersatu dalam menyelesaikan tugas. Ini dimulai dari

12 Elmore dalam Tachjan. (2006). Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI. Hal 43

(10)

anggapan bahwa konflik, yang muncul dari pengejaran keuntungan relatif dalam hubungan bargaining, merupakan ciri dominan dari hidup organisasi tersebut.

3.4 Teori dan Model Implementasi Kebijakan Publik Generasi III (Hybrid)

Model hybrid biasa disebut juga model campuran. Artinya kolaborasi pemerintah dan partisipatif masyarakat. Dalam model hybrid ini penulis mengambil model dari Randall B. Ripley and Grace A. Franklin dalam bukunya yang berjudul Policy Implementasi and Bureacracy, (1986 : 232-33)13, menulis tentang tiga konsep/variabel kesuksesan implementasi sambil menyatakan :

the notion of success in implementation has no single widly accepted definition.

Different analists and different actors have very different meanings in mind when they talk about or think about successful implementation. There are three dominant ways of thinking about successful implementation

Selanjutnya model ini menjelaskan 3 variabel yang berkaitan, diantaranya : 1. Tingkat kepatuhan pada ketentuan yang berlaku.

Perspektif pertama (compliance perspective) memahami keberhasilan implementasi sebagai kepatuhan para implementor dalam melaksanakan kebijakan yang tertuang dalam dokumen kebijakan (dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, atau program.

2. Lancarnya pelaksanaan rutinitas fungsi

Bahwa keberhasilan implementasi ditandai dengan lancarnya rutinitas fungsi dan tidak adanya masalah- masalah yang dihadapi

3. Terwujudnya kinerja dan dampak yang dikehendaki.

Bahwa keberhasilan suatu implementasi mengacu dan mengarah pada implementasi/pelaksanaan dan dampaknya (manfaat) yang dikehendaki dari semua program-program yang dikehendaki.

13 Ripley, Randall B dan Grace A. Franklin. 1986. Policy Implementation and Bureaucracy, Chicago: The Dorsey Press.

(11)

Pendapat Ripley dan Franklin diatas menunjukkan bahwa keberhasilan suatu implementasi akan ditentukan bagaimana tingkat kepatuhan, lancarnya rutinitas fungsi lembaga , dan hasil kebijakan yang sesuai dengan rencana dari kebijakan.

4. Kesimpulan

Pengertian mengenai implementasi kebijakan publik sangat beragam. Anderson mengemukakan bahwa: ”Policy implementation is the application by government`s administrative machinery to the problems” (Pelaksanaan kebijakan adalah aplikasi oleh mesin/badan administrasi pemerintah terhadap masalah-masalah). Penulis menyimpulkan bahwa implementasi kebijakan publik adalah penerapan hasil perumusan kebijakan yang ditujukan untuk masyarakat atau orang-orang yang terpengaruh atas kebijakan tersebut. Tujuan dilaksanakan implementasi kebijakan menurut Riant Nugroho Dwijiwijoto “implementasi kebijakan adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya”

Berkaitan dengan implementasi kebijakan publik, teori dan dan implementasi sangatlah berkaitan. Teori sebagai abstraksi obyek/gagasan, sedangkan model merupakan perwujudan dari teori tersebut. Dalam pembahasan implementasi ini, penulis menyimpulkan dan menambah dari Handbook of Public Policy, Analysis Theory, Politics, and Methods oleh Sidney Mara, teori dan model implementasi terbagi atas 3 generasi, yaitu 1) Teori dan model Top-Down 2) Teori dan model Bottom-Up dan 3) Teori dan model Hybrid.

Penulis menyimpulkan, model top-down diartikan implementasi diawali oleh pemerintah yang harus diikuti masyarakat. Model ini pada dasarnya mengikuti pendekatan preskriptif yang menafsirkan kebijakan sebagai input dan implementasi sebagai faktor output. Variabel yang mempengaruhi menurut Van Metter dkk : Ukuran dan Tujuan Kebijakan, Sumberdaya, Karakteristik Agen PelaksanaSikap/Kecenderungan (Disposition) para pelaksana, Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana, Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik.

Model Bottom-up penulis mengambil dari Elmore (dalam Tachjan), yang mengembangkan empat model organisasi yang menggambarkan sekumpulan besar pemikiran mengenai masalah implementasi. Model implementasi ini didasarkan pada jenis kebijakan public yang mendorong masyarakat untuk mengerjakan sendiri implementasi kebijakannya atau tetap melibatkan pejabat pemerintah namun hanya ditataran rendah. Variabel yang mempengaruhi

(12)

menurut Elmore : The systems management model , The organizational development model, The bereaucratic process model , The conflict and bargaining model.

Model hybrid biasa disebut juga model campuran. Artinya kolaborasi pemerintah dan partisipatif masyarakat. Dalam model hybrid ini penulis mengambil model dari Randall B.

Repley and Grace A. Franklin dalam bukunya yang berjudul Policy Implementasi and Bureacracy. Variabel yang mempengaruhi menurut Ripley dkk : Tingkat kepatuhan pada ketentuan yang berlaku, Lancarnya pelaksanaan rutinitas fungsi, Terwujudnya kinerja dan dampak yang dikehendaki.

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2006. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV.Alfabeta

Anderson, James E., 1975. Public Policy Making, New York : Holt, Renealt and Winston.

Dwidjowijoto, Riant Nugroho. 2004. Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi.

Jakarta : Elex Media Komputindo.

Ripley, Randall B dan Grace A. Franklin. 1986. Policy Implementation and Bureaucracy, Chicago: The Dorsey Press.

Severin Werner J, James W. Tankard. Jr. 2001. Teori Komunikasi: Sejarah,Metode,dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sidney Mara S.2007. Policy Formulation: Design and Tools dalam Frischer Frank, et al (ed) (2007). Handbook of Public Policy, Analysis Theory, Politics, and Methods. CRC Press. Boca Raton, London, New York

Tachjan.2006. Implementasi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI.

Zauhar, Soesilo. 1996. Administrasi Publik. Malang: Universitas Negeri Malang

View publication stats

Referensi

Dokumen terkait

untuk menetapkan model inovasi implementasi kebijakan dengan pendekatan budaya, peneliti akan menyelidik dalam studi kasus program gerakan serentak membangun kampung

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI KOTA MEDAN DALAM. PERSPEKTIF

Kesimpulan dari penelitian ini adalah implementasi program Trans Sarbagita sudah mampu mengembangkan transportasi publik, namun implementasi belum sesuai dengan peraturan

Berdasarkan hasil implementasi Model Audit Pertanggungjawaban Sosial berbasis HCD ditemu- kan adanya beberapa kondisi atas organisasi sektor publik yang diaudit, diantaranya

Berdasarkan hasil implementasi Model Audit Pertanggungjawaban Sosial berbasis HCD ditemu- kan adanya beberapa kondisi atas organisasi sektor publik yang diaudit, diantaranya

Implementasi kebijakan publik adalah upaya penerjemahan kebijakan publik yang telah dirumuskan oleh pemerintah menjadi sebuah program atau kegiatan yang nyata,

Mengingat peran penting dari kebijakan publik dan dampaknya terhadap masyarakat, maka para ahli juga menawarkan sejumlah teori yang dapat digunakan dalam proses

MODEL INCREMENTAL Model incremental menggambarkan pembuatan keputusan kebijakan publik adalah sebagai suatu proses politis yang ditandai dengan tawar menawar dan kompromi untuk