• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMBUATAN KARTU IDENTITAS ANAK (KIA) DI KEL. MEKAR JAYA KEC. SUKMAJAYA KOTA DEPOK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMBUATAN KARTU IDENTITAS ANAK (KIA) DI KEL. MEKAR JAYA KEC. SUKMAJAYA KOTA DEPOK"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMBUATAN KARTU IDENTITAS

ANAK (KIA) DI KEL. MEKAR JAYA KEC.

SUKMAJAYA KOTA DEPOK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Salma Fauziyah 11161120000049

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

(2)

i

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMBUATAN KARTU IDENTITAS ANAK (KIA) DI KEL. MEKAR JAYA

KEC. SUKMAJAYA KOTA DEPOK

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Untuk Memenuhi Persyaratan

Gelar Sarjana (S.Sos)

Oleh:

Salma Fauziyah 11161120000049

Dosen Pembimbing

Dr. Haniah Hanafie, M.Si NIP. 19610524 200003 3 002

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

(3)

ii

(4)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini, pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:

Nama : Salma Fauziyah

NIM : 11161120000049

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PEMBUATAN KARTU IDENTITAS ANAK (KIA) DI KEL. MEKAR JAYA

KEC. SUKMAJAYA KOTA DEPOK dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.

Mengetahui, Ketua Program Studi

Dr. Iding Rosyidin, M.Si NIP: 19701013 200501 1 003

Jakarta, 11 Agustus 2020 Mengetahui, Pembimbing

Dr. Haniah Hanafie, M.Si NIP: 19610524 200003 2 002

(5)

iv

(6)

v ABSTRAK

Skripsi ini menjelaskan dan menganalisa tentang Efektivitas dari Implementasi Kebijakan Publik Dalam Pembuatan Kartu Identitas Anak (KIA) di Kelurahan Mekar Jaya, Kecamatan Sukmajaya, Kota Depok. Kota Depok merupakan kota pertama yang membuat kebijakan KIA lokal di tahun 2015, kemudian berubah menjadi KIA nasional sesuai dengan turunnya kebijakan dari Kementrian Dalam Negeri pada 2016. Namun, kebijakan KIA di Kota Depok belum efektif karena belum sepenuhnya anak di Kota Depok memiliki KIA. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui implementasi dan efektivitas kebijakan KIA serta faktor yang menghambat efektivitas dari kebijakan KIA di Kelurahan Mekar Jaya.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara, observasi langsung di lapangan, dan dokumentasi.

Teori yang digunakan untuk penelitian ini yaitu teori kebijakan publik, teori implementasi kebijakan, teori evaluasi kebijakan, dan teori efektivitas kebijakan, teori tersebut untuk melihat sejauh mana pelaksanaan kebijakan KIA di Kel. Mekar Jaya Kota Depok, serta melihat bagaimana implementasi yang sudah dijalankan dengan menggunakan teori George C. Edwards III dan teori Richards M. Steers.

Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa pelaksanaan kebijakan KIA di Kel. Mekar Jaya sudah berjalan sejak 2017 hingga sekarang. Pada pelaksanaannya terdapat beberapa hambatan yang membuat kebijakan KIA tidak berjalan dengan efektif, yaitu sumber daya yang dimiliki kelurahan Mekar Jaya masih sangat kurang seperti staf, alat pencetak kartu, dan kartu. Walaupun, komunikasi sudah dilakukan kepada masyarakat melalui setiap RW dan RT di Kelurahan Mekar Jaya. Sehingga pada pada pelaksanaan kebijakan KIA di Kel. Mekar Jaya belum berjalan dengan baik dengan belum tercapainya tujuan dari pembuatan KIA dan tidak adanya perubahan di lingkungan masyarakat khususnya anak sebelum dan sesudah memiliki KIA.

Kata Kunci: Kebijakan Publik, Implementasi Kebijakan, Efektivitas Kebijakan, Kartu Identitas Anak

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan karunianya-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam penulis tidak lupa haturkan kepada baginda Nabi Besar Sayyidina Muhammad SWA, sebagai pemimpin yang mampu menjadi tauladan bagi semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Efektivitas Implementasi Kebijakan Publik dalam Pembuatan Kartu Identitas Anak (KIA) di Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok tanpa hambatan yang berarti.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan selesai jika tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Ini merupakan salah satu capaian yang penulis hasilkan selama menempuh pendidikan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selesai dan terwujudnya skripsi ini, penulis ucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA., sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ali Munhanif, M.A., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Iding Rosyidin Hasan sebagai Ketua Program Studi Ilmu Politik dan Suryani, M.Si., sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(8)

vii

4. Dra. Gefarina Djohan, MA selaku Pembimbing Akademik Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Haniah Hanafie, M.Si selaku dosen pembimbing di dalam penelitian ini. Terima Kasih telah membimbing, meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya selama ini di tengah kesibukannya. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya.

6. Seluruh dosen dan staf Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak bida disebutkan satu per satu tanpa mengurangi rasa hormat penulis kepada beliau semua yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga.

7. Seluruh staf dan pegawai Kelurahan Mekar Jaya, dan seluruh narasumber yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan informasi atas data-data yang penulis butuhkan selama berlangsungnya wawancara.

8. Kepada orang tua tercinta, umi dan abi yang senantiasa memberikan dukungan secara moral dan materiil, doa di setiap waktunya, dan selalu mendorong penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Sehingga penulis tidak mampu membalas segala pengorbanannya.

9. Saudara/i tercinta, Luthiyani Ibtisamah, M. Azmi Huzaifah dan Nayla Safiyyah Khoirunnisa yang telah memberikan doa dan dukungan untuk menyelesaikan penelitian ini, serta hiburan di tengah penulis melakukan penelitian ini.

(9)

viii

10. Teman-teman seperjuangan, Heni Yulianti, Laras Putri Jauharin, Nursapitri, Yan Stefa Sisillia, Mutiara Zahra, dan Nadia Tri Silvi yang selalu menemani di kala sedih dan senang, serta memberikan kenangan dan canda tawa selama penulis kuliah, senantiasa memberikan penulis doa, dukungan sekaligus hiburan. Kalian adalah keluarga terhebat di Ciputat.

11. Teman-teman LDK Syahid, Ardelia Bayu Merdekawati S, Alifia Ramadhanti S, Nurmaelatussa’adah, dan Priti Garianti yang selalu memberikan doa dan dukungan, sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan dengan banyak kenangan dan canda tawa, serta dapat menyelesaikan perkuliahan dengan baik.

12. Teman-teman Ilmu Politik B 2016, Yolanda Wulandari, Ayu Yuriska, Anggi Oktariana, Savana Najaha, Mauby Arifsa, Indah Rahmalia J., Sarah Soraya, Eka Agustin S, Jehan Safira, terima kasih untuk segala kenangannya selama ini.

13. Sahabat sejak SMA, Ulfah Nurlaeli yang selalu memberikan doa dan dukungan di masa perkuliahan penulis sampai selesainya penelitian ini, walaupun kehadirannya jauh dan jarang bertemu, tapi senantiasa memberikan masukan dan semangat di setiap permasalahan yang penulis alami.

14. Seluruh teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu, terima kasih banyak atas doa, dukungan dan motivasinya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini.

(10)

ix

Selesainya skripsi ini didukung dengan bantuan, bimbingan dari berbagai pihak. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan karunia-Nya dan membalas kebaikan yang telah diberikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat terutama untuk para pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa menuntun kita pada jalan yang paling lurus.

Wassalamualaikum. Wr. Wb Ciputat, 11 Agustus 2020

Salma Fauziyah

(11)

x DAFTAR ISI

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Metode Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 15

BAB II KERANGKA TEORETIS A. Kebijakan Publik ... 17

1. Definisi Kebijakan Publik ... 17

2. Tahapan Kebijakan Publik ... 20

B. Implementasi Kebijakan ... 21

1. Komunikasi ... 23

2. Sumber Daya ... 24

3. Disposisi ... 25

4. Struktur Birokrasi ... 26

C. Evaluasi Kebijakan... 28

D. Efektivitas Kebijakan ... 30

(12)

xi

BAB III GAMBARAN UMUM KELURAHAN MEKAR JAYA KECAMATAN SUKMAJAYA KOTA DEPOK

A. Sejarah Kelurahan Mekar Jaya ... 32

B. Kondisi Geografis Kelurahan Mekar Jaya ... 33

C. Kondisi Demografis Kelurahan Mekar Jaya ... 33

1. Keadaan Penduduk ... 33

2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ... 35

3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 35

4. Jumlah Penduduk Bersasarkan Klasifikasi Pekerjaan ... 36

D. Keadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 37

E. Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Mekar Jaya ... 37

F. Tugas Pokok dan Fungsi Aparat Kelurahan Mekar Jaya ... 38

G. Visi dan Misi Kelurahan Mekar Jaya ... 41

BAB IV EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBUATAN KARTU IDENTITAS ANAK DI KEL. MEKAR JAYA A. Kartu Identitas Anak di Kelurahan Mekar Jaya ... 43

B. Implementasi Kebijakan Pembuatan Kartu Identitas Anak di Kelurahan Mekar Jaya ... 47

1. Komunikasi ... 48

a. Transmisi ... 49

b. Kejelasan ... 51

c. Konsistensi... 52

2. Sumber Daya ... 54

a. Staf ... 54

b. Fasilitas dan Anggaran ... 55

c. Wewenang ... 58

3. Disposisi ... 60

4. Struktur Birokrasi ... 62

a. Standard Operating Procedurs (SOP) ... 63

(13)

xii

b. Fragmentasi ... 64

C. Efektivitas Kebijakan Kartu Identitas Anak di Kelurahan Mekar Jaya ... 66

1. Pemahaman Program ... 66

2. Ketepatan Sasaran ... 67

3. Ketepatan Waktu ... 68

4. Tercapainya Tujuan ... 69

5. Perubahan Nyata ... 70

D. Faktor Penghambat Efektivitas Kebijakan Kartu Identitas Anak di Kelurahan Mekar Jaya ... 72

1. Fasilitas Sarana dan Prasarana ... 73

2. Komunikasi ... 74

3. Sumber Daya Manusia ... 75

BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel III.C.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34

Tabel III.C.2 Jumlah Penduduk Bersasarkan Usia 0-18 Tahun ... 35

Tabel III.C.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 35

Tabel III.C.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Klasifikasi Pekerjaan ... 36

Tabel IV.D.1 Jumlah Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 37

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.E.1 Struktur Oganisasi Pemerintahan Kelurahan Mekar Jaya ... 38 Gambar IV.A.1 Kartu Identitas Anak ... 45 Gambar IV.B.1 Alat Pencetak Kartu ... 56

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perumusan dan pembuatan kebijakan merupakan salah satu konsep politik untuk menghasilkan sebuah kebijakan di masyarakat. Pembuatan kebijakan di daerah di susun dan dirumuskan oleh pemerintah daerah, sebagaimana dijelaskan oleh Michael Barama dalam Jurnal Hukum Unsrat1, bahwa kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah salah satunya yaitu membuat sebuah peraturan daerah dan menyelenggarakan pemerintahahan secara demokratis.

Pembuatan kebijakan dilakukan dengan menimbang dan merumuskan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, sehingga kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat serta dapat menjadi penyelesaian masalah yang terjadi di lingkungan masyarakat.

Salah satu kebijakan yang sudah dibuat oleh pemerintah yaitu Kartu Identitas Anak (KIA). KIA merupakan sebuah kartu identitas yang dimiliki anak setelah lahir sampai sebelum umur 17 tahun. Sebelumnya identitas yang dimiliki anak hanya berupa Akta Kelahiran, padahal akta kelahiran hanya

1 Michael Barama, “Pelaksanaan Pemerintahan Daerah dan Penerapan Sanksi Administrasi dalam Peraturan Daerah”, (Jurnal Hukum Unsrat, Vol. 22, No. 5, Januari 2016) hlm. 30

(17)

2

sebatas menunjukkan keabsahan legalitas seseorang dan menunjukkan kewarganegaraan, serta belum terintegrasi dengan baik di setiap individu.

Kebijakan KIA yang dikeluarkan oleh pemerintah menjadi sangat penting kepada anak untuk memberikan hak identitas kewarganegaraan kepada anak sehingga hidup dan kebutuhan yang dimiliki oleh anak dapat terjaga secara hukum. Serta dapat memberikan kemudahan dalam urusan administrasi anak.

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Untung Sri Hardjanto dalam Jurnal Administratif Hukum dan Pemerintahan2. Untuk memperoleh identitas bagi seorang anak, pemerintah mengeluarkan sebuah peraturan melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 2 Tahun 2016 tentang Kartu Identitas Anak, dengan kebijakan tersebut pemerintah memberikan identitas secara nasional kepada anak serta sudah terintegrasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

Tujuan dari pembuatan KIA untuk anak-anak menurut Untung dalam Jurnal Administrasi Hukum dan Pemerintahan3, yaitu dapat meningkatkan pendataan administrasi anak, perlindungan secara hukum, dan memberikan pelayanan publik untuk memenuhi hak terbaik anak, sehingga dapat memberikan pengakuan di mata hukum, jaminan dan perlindungan secara hukum, serta mendapatkan perlakuan yang sama dan adil dihadapan hukum.

2 Untung Sri Hardjanto, “Kebijakan Penerbitan Kartu Identitas Anak di Kota Semarang”, (Administrative Law & Governance Journal, Vol.2, No.2, Juni 2019), hlm. 302-303

3 Untung Sri Hardjanto, “Kebijakan Penerbitan Kartu Identitas Anak di Kota Semarang”..., hlm. 303

(18)

3

Manfaat lain dari KIA dapat dijadikan sebagai pendaftaran untuk masuk sekolah dan rumah sakit hingga kebutuhan berbagai surat dan keperluan lain. Serta dapat memberikan keringanan kepada anak untuk fasilitas-fasilitas yang diberikan Pemerintah Kabupaten/Kota dengan kerjasama yang sudah dirintis dengan pihak ketiga, baik dalam bidang kuliner, pendidikan, tempat rekreasi, olahraga, perbankan, dan lain sebagainya4.

Tujuan dan manfaat KIA di atas tersebut di dasarkan pada pemberian hak perlindungan untuk anak, sebagaimana dijelaskan bahwa tujuan diberikannya perlindungan untuk anak yaitu agar dapat memberikan hak dan jaminan untuk hidup tanpa membeda-bedakan setiap anak dan menghargai pendapat anak. Selain itu juga didasarkan pada pemberian hak identitas dan status kewarganegaraan yang dimiliki oleh anak5.

Cara dan persyaratan pembuatan KIA telah dimudahkan oleh pemerintah, dengan hanya melampirkan foto copy akta kelahiran anak dengan menunjukkan kutipan akta kelahiran asli anak, e-KTP asli dan/atau foto copy dari orang tua/Wali, dan KK asli dan/atau foto copy dari orang tua/ Wali, serta dilengkapi dengan pas foto6. Pembuatan KIA juga dapat dilakukan di masing- masing kelurahan domisili tempat tinggal.

4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016, tentang Kartu Identitas Anak Bab IV Pasal 20 (1).

5 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, tentang Perlindungan Anak, Pasal 2 dan 5.

6 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2016, tentang Kartu Identitas Anak.

(19)

4

Pembuatan KIA ini memang masih baru, namun mulai banyak orang tua yang membuatkan KIA untuk anak-anaknya. Setiap daerah juga telah mulai membuat Peraturan di tingkat Kabupaten dan Kota agar dapat membantu pemerintahan pusat dalam menyukseskan program KIA ini.

Salah satu wilayah yang menjalankan kebijakan pembuatan KIA yaitu di Kota Depok. Pada program kebijakan pembuatan KIA ini, walaupun Kementerian Dalam Negeri sudah memberikan kebijakan mengenai pembuatan KIA sejak 2016, nyatanya Kota Depok sudah pernah membuat kebijakan pembuatan KIA lokal sejak 2015 melalui Peraturan Wali Kota Depok Nomor 35 Nomor 2015 tentang Kartu Identitas Anak.

Kebijakan KIA lokal yang dibuat oleh Pemerintah Kota Depok sebagai upaya untuk menjadikan Kota Depok sebagai Kota Layak Anak.

Memenangkan tiga kali penghargaan secara berturut-turut sebagai Kota Layak Anak kategori nindya7, Kota Depok mencoba untuk meningkatkan kembali kemampuan dalam memberdayakan anak-anak di Kota Depok. Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Depok untuk menciptakan Kota Layak Anak yaitu dengan membuat sebuah kebijakan atau program yang dapat memberdayakan anak serta menjamin kebutuhan anak8.

Dalam upaya yang dilakukan ini, Pemerintah Kota Depok membuat kebijakan berupa Peraturan Wali Kota dengan diwajibkannya pembuatan KIA

7 Grady Nagara, “Arti Penting Kota Layak Anak bagi Depok”, Kumparan, 20 Agustus 2019, diakses di https://m.kumparan.com pada Selasa 1 Oktober 2019, Pukul 10.46 WIB.

8 Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak No. 11 Tahun 2011.

(20)

5

sejak 2015 sebagai KIA lokal. Lalu pada 2017 berubah menjadi KIA nasional melalui Peraturan Wali Kota Depok Nomor 12 Tahun 2017, dengan diturunkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2016 tentang Kartu Identitas Anak.

Pada implementasi kebijakan pembuatan KIA, Kota Depok sudah menjalankan kebijakan pembuatan KIA, namun masih mengalami kemandekan dalam proses pembuatan KIA. Pelayanan yang diberikan juga masih konservatif, dibutuhkan waktu yang lama pada proses pembuatan, dan kurang progresif. Salah satunya terjadi di Kel. Mekar Jaya, Kec. Sukmajaya Kota Depok.

Oleh karena itu, banyak anak-anak yang belum memiliki KIA. Dilansir dari Portal Resmi Pemerintah Kota Depok, dari 501.168 anak di Kota Depok, baru 140.578 yang sudah memiliki KIA9. Bahkan masih kurang dari setengah anak di Kota Depok yang belum memiliki KIA.

Padahal salah satu visi dan misi Kota Depok yaitu unggul dan terdepan dalam memberikan pelayanan, Kota Depok berusaha untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat secara terbuka dan profesional, sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima dengan baik kepada masyarakat, serta meningkatkan sarana dan prasarana untuk menunjang pemberian pelayanan di masyarakat10.

9Pemkotdepok, “Pembuatan KIA dilakukan Bertahap” diakses di https://www.depok.go.id, diakses pada hari Sabtu, 21 September 2019, Pukul 11.16 WIB.

10 Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Depok Tahun 2016-2021. hlm.

211-212

(21)

6

Tentunya hal tersebut seharusnya menjadi fokus Pemerintah Kota Depok untuk meningkatkan dan memperbaiki permasalahan pelayanan di Kota Depok. Pemberian pelayanan diberikan oleh pemerintah salah satunya melalui kelurahan. Kelurahan merupakan salah satu instansi pemerintah yang membantu menyukseskan program administrasi pemerintah, salah satunya yaitu pembuatan Kartu Identitas Anak (KIA).

Pada dasarnya, pemerintah Kota Depok telah melaksanakan kebijakan pembuatan KIA, namun dalam tataran impelementasinya masih mengalami beberapa kemandekan dalam proses pembuatannya. Selain itu, pelaksanaan kebijakan KIA di Kota Depok belum efektif, karena seharusnya sudah semua anak di Kota Depok memiliki KIA, namun hanya 140.578 anak yang memiliki KIA dari 501.168 anak11, mengingat berjalannya kebijakan KIA di Kota Depok sudah lima tahun. Sehingga penulis tertarik untuk mengkaji secara menyeluruh bagaimana impelementasi dan efektivitas dari pelaksanaan kebijakan KIA di Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok. Oleh karena itu, judul penelitian yang diambil adalah “Efektivitas Implementasi Kebijakan Publik dalam Pembuatan Kartu Identitas Anak (KIA) di Kelurahan Abadi Jaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok”.

11 Pemkotdepok, “Pembuatan KIA dilakukan Bertahap” diakses di https://www.depok.go.id, diakses pada hari Sabtu, 21 September 2019, Pukul 11.16 WIB

(22)

7 B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan penguraian latar belakang masalah di atas, penulis membatasi ruang lingkup penelitian ini dengan rumusan pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana implementasi kebijakan pembuatan Kartu Identitas Anak di Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok?

2. Bagaimana efektivitas kebijakan pembuatan Kartu Identitas Anak di Kel.

Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok?

3. Apa faktor yang menghambat efektivitas dari kebijakan Kartu Identitas Anak di Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu:

a. Menjelaskan implementasi kebijakan pembuatan Kartu Identitas Anak di Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok.

b. Menjelaskan efektivitas kebijakan pembuatan Kartu Identitas Anak di Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok.

c. Menjelaskan faktor yang menghambat efektivitas kebijakan Kartu Identitas Anak di Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis

(23)

8

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu politik, terutama pada teori kebijakan publik, implementasi dan efektivitas kebijakan publik.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dijadikan masukan dan evaluasi untuk Pemerintah Kota Depok dalam menjalankan berbagai kebijakan yang sudang ditetapkan khususnya pembuatan Kartu Identitas Anak.

D. Tinjauan Pustaka

Pada penelitian ini, penulis mencoba untuk fokus pada efektivitas dari sebuah kebijakan publik yaitu pada pembuatan Kartu Identitas Anak (KIA) di Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok. Penulis juga menemukan beberapa penelitian mengenai implementasi kebijakan publik di daerah-daerah lain. Untuk mengetahui letak perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, penulis akan melihat dan membandingkan penelitian ini dengan penelitian yang sudah dilakukan.

Pertama, skripsi Fahrul Juliansyah dari Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Efektivitas Kebijakan Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Cipaeh Kecamatan Gunung Kaler Kabupaten Tangerang Tahun 2015”12. Pada penelitian di skripsi ini dijelaskan bahwa pengelolaan ADD di Desa Cipaeh masih belum berjalan dengan efektif

12 Fahrul Juliansyah, “Efektivitas Kebijakan Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Cipaeh Kecamatan Gunung Kaler Kabupaten Tangerang Tahun 2015”, (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019).

(24)

9

dan efisien, selain itu pembangunan dan permberdayaan di masyarakat juga masih kurang baik.

Menggunakan metode kualitatif, teori yang digunakan yaitu teori efektivitas dan teori kebijakan publik. Hasil dari penelitian ini yaitu pada pelaksanaan kebijakan ADD di Desa Cipaeh sudah efektif berdasarkan pada pemahaman program, tepat sasaran atau penggunaan ADD yang sudah sesuai, tercapainya tujuan untuk pembinaan masyarakat, munculnya sebuah perubahan nyata yang dirasakan oleh masyarakat, namun pada ketepatan waktu cairanya bantuan ADD belum berjalan karena kurangnya koordinasi antara pihak Kabupaten/Kecamatan dengan Desa Cipaeh.

Kedua, tesis karya La Safilin, Universitas Terbuka dengan judul

“Efektivitas Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Wajib Belajar Sembilan Tahun dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Kabupaten Buton”13. Penelitian ini melihat bahwa kualitas pada pendidikan dan kompetensi pendidikan masih harus dikaji ulang karena hal tersebut dapat memunculkan permasalahan baru di masa mendatang.

Pendekatan yang digunakan dalam tesis ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif-deskriptif dengan teori efektivitas dan implementasi kebijakan. Hasil temuan penelitian ini yaitu pelaksnaan kebijakan wajib belajar sudah efektif dan memengaruhi terhadap kualitas pendidikan. Faktor yang memengaruhi hal tersebut salah satunya dengan bantuan yang diberikan oleh

13 La Safilin, “Efektivitas Implementasi Kebijakan Pemerintah tentang Wajib Belajar Sembilan Tahun dalam Peningkatan Kualitas Pendidikan di Kabupaten Buton”, (Program Pascasarjana, Tesis, Universitas Terbuka, 2009).

(25)

10

pemerintah melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan bantuan Dana Alokasi Khusus.

Ketiga, jurnal yang ditulis oleh Sri Mulyani mengenai “Efektivitas

Implementasi Program Inovasi Kelurahan di Kota Pontianak”14. Penelitian ini melihat efektivitas dari pelaksanaan program Inovasi Kelurahan dalam meningkatkan partisipasi masyarakat, serta dapat memberdayakan masyarakat di lingkungan. Hasil temuan penelitian ini yaitu pelaksanaan program Inovasi Kelurahan sudah berjalan dengan efektif, seperti sumber daya yang sudah dimobilisasi dengan baik dalam peningkatan kapasitas dan pemberdayaan di kelurahan. Selain itu, manfaat dari program tersebut juga sudah terlihat dari mendorongnya kemandirian di dalam masyarakat.

Keempat, jurnal “Efektivitas Kebijakan Pemerintah Daerah Terhadap

Pengembangan Industri Kecil di Kota Jayapura”15 karya Sebedeus Hitokdana.

Penelitian ini melihat bahwa industi kecil yang berada di Jayapura memiliki potensi untuk membantu perluasan kesempatan kerja dan memberdayakan kepada masyarakat, serta dapat membantu peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sehingga perlunya sebuah kebijakan yang dapat membantu hal tersebut. Hasil dari penelitian jurnal tersebut yaitu sudah efektifnya pengembangan dalam meningkatkan industri-industri kecil di Jayapura, dengan meningkatnya produksi dan pengolahan. Akan tetapi, pada

14 Sri Mulyani, “Efektivitas Implementasi Program Inovasi Kelurahan di Kota Pontianak”, (Jurnal Spirit Publik, Vol. 12, No. 1, April 2017).

15 Sebedeus Hitokdana, “Efektivitas Kebijakan Pemerintah Daerah Terhadap Pengembangan Industri Kecil di Kota Jayapura”, (Jurnal Law & Justice, Vol. 3, No. 1, April 2018).

(26)

11

peningkatan sumber daya masih dirasa kurang karena belum meratanya peningkatan sumber daya di setiap industri kecil yang ada.

Kelima, jurnal penelitian “Efektivitas Kebijakan Retribusi Pada Dinas

Pengelolaan Pasar Kebersihan dan Pertamanan di Kabupaten Kepulauan Talaud”16 karya Yosua T. Panggulu. Pada jurnal penelitian yang ditulis ini melihat bahwa adanya kendala dan hambatan pada penerimaan retribusi pelayanan pasar di tiap tahunnya, pengetahuan yang dimiliki oleh para pedagang juga masih tergolong minim sehingga kurangnya kesadaran untuk membayar biaya retribusi pasar.

Hasil dari penelitian jurnal di atas yaitu sudah efektifnya kebijakan retribusi pelayanan pasar, respon yang diberikan kepada para pedagang sudah dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Pasar, selain itu pada pengembangan sarana dan prasarana sudah mulai ada peningkatan yang diberikan oleh Dinas Pengelolaan Pasar, sehingga para pedagang banyak yang memberikan penilaian positif dan puas terhadap kebijakan retribusi pelayanan pasar.

Penelitian dalam skripsi ini berbeda dengan tinjauan pustaka di atas, pada penelitian yang penulis lakukan yaitu fokus pada bagaimana pelaksanaan implementasi dan efektivitas dari kebijakan pembuatan KIA di Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok. Hal ini menjadi menarik ketika Kota Depok sebagai kota yang sudah melaksakanan kebijakan KIA sejak 2015, namun pada

16 Yosua T. Panggulu, “Efektivitas Kebijakan Retribusi Pada Dinas Pengelolaan Pasar Kebersihan dan Pertamanan di Kabupaten Kepulauan Talaud”, (Jurnal, Vol. 2, No. 4, 2013)

(27)

12

pelaksanannya belum sepenuhnya anak-anak di Kota Depok belum memiliki KIA.

E. Metode Penelitian

Pada penelitian ini sangat diperlukan untuk menentukan metode yang akan digunakan. Berikut ini metode yang digunakan dalam penelitian sebagai jalan untuk membantu proses pelaksanan penelitian:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan sebuah penelitian yang cara untuk memperoleh data berasal dari deskripi lisan, tulisan, dan pengamatan oranng yang akan diteliti17. Penekanan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan deskripsi analisis dan studi kasus. Yaitu bertujuan agar mengetahui secara mendalam tentang implementasi dan efektivitas dari pelaksanaan kebijakan pembuatan Kartu Identitas Anak di Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok

2. Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari penelitian kualitatif didapat dari hasil jurnal yang membahas tentang objek dari penelitian yang dilakukan, objek penelitian pada penelitian ini yaitu kebijakan KIA di Kel. Mekar Jaya Kec.

Sukmajaya Kota Depok. Agar penelitian yang dilakukan dapat lebih

17 Agus Salin, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001) hlm. 5

(28)

13

mendalam dan spesifik, penelitian ini menggunakan deksripsi kualitatif dan studi kasus.18 Berikut jenis data yang digunakan untuk penelitian :

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini menggunakan data wawancara. Wawancara merupakan pertemuan antara peneliti dengan narasumber, jawaban dari narasumberlah yang menjadi data mentah untuk penelitian19. Menurut Stedward dalam Lisa Harrison wawancara juga digunakan sebagai alat untuk menghidupkan topik dari penelitian, sehingga metode ini dapat mengumpulkan data yang belum dikaji secara mendalam dan belum banyak tulisan atau litertur yang membahasnya20.

Pada penelitian ini, untuk mendapatkan hasi penelitian, peneliti melakukan wawancara dengan :

1. Zainal Arifin, Lurah Mekar Jaya

2. Iwan, Operator KIA Kelurahan Mekar Jaya

3. Ahmad Suhendra, Ketua RW 18 Kelurahan Mekar Jaya 4. Nikmah, warga Kelurahan Mekar Jaya serta pemohon

pembuatan KIA

5. Santi, warga Kelurahan Mekar Jaya serta pemohon pembuatan KIA.

6. Suharti, warga Kelurahan Mekar Jaya

18 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2011) hlm, 69

19 Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik (Jakarta: Kencana, 2016) hlm. 104

20 Lisa Harrison, Metodologi Penelitian Politik... hlm. 104

(29)

14 b. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan untuk penelitian ini yaitu menggunakan sumber yang didapatkan sebelum dilakukannya penelitian21. Data yang diperoleh dapat berupa buku, koran, dokumentasi kegiatan, dan lain sebagainya22.

3. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang sudah diperoleh untuk penelitian ini yaitu menggunakan deskriptif. Pada proses analisisnya, yaitu dilakukan secara sistematis, mulai dari dikumpulkannya data-data dengan mengklasifikasikan dan mereduksi, serta mendeskripsikan hasil data hingga mendapat kesimpulan23.

Reduksi yaitu memilih, memfokuskan, menerjemahkan, yang kemudian disajikan sebagai bentuk informasi, setelah itu kesimpulan akan didapatkan dari hasil penelitian yang sudah dilakukan24. Pada analisis data, data diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Lurah Mekar Jaya Zainal Arifin dan Iwan operator KIA Kelurahan Mekar Jaya, Ketua RW 18 Ahmad Suhendra dan warga Kelurahan Mekar Jaya dengan fokus pada penerapan peraturan dalam pembuatan Kartu Identitas di Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok.

21 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2010) hlm. 291

22 Moh. Nazir, Metode Penelitian (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005) hlm 50

23 Matthew B Miles dan A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif (Jakarta: UI Press, 1992) hlm. 43

24 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi (Jakarta: Djambatan, 2011) hlm. 243-250

(30)

15 F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian implementasi dan efektivitas kebijakan publik, khususnya pembuatan Kartu Identitas Anak di Kel. Mekar Jaya Kec.

Sukmajaya Kota Depok ini, berikut pembagian pembahasan yang penulis bagi menjadi lima bab, yaitu:

Bab I, peneliti menjelaskan permasalahan yang melatarbelakangi pembahasan dan perumusan penelitian, yang berisi latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah atau pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan penelitian. Permasalahan yang dijelaskan tentang implementasi dan efektivitas dari kebijakan publik pada pembuatan Kartu Identitas Anak di Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok. Pada pendekatannya, permasalahan pokok yang akan dibahas berdasarkan metode kualitatif yang membahas bagaimana implementasi yang dilakukan oleh Kel. Mekar Jaya dalam membantu masyarakat untuk membuat Kartu Identitas Anak, serta bagaimana efektivitas dari kebijakan KIA di Kel. Mekar Jaya. Sebagai Kota yang lebih dulu menerapkan kebijakan ini, namun pada kenyataannya banyak anak-anak di Kota Depok yang belum memiliki Kartu Identitas Anak tersebut.

Bab II, peneliti menjelaskan teori yang digunakan pada penelitian ini.

Teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu teori kebijakan publik, teori implementasi kebijakan, evaluasi kebijakan, dan teori efektivitas, untuk menganalisis bagaimana implementasi dan efektivitas dari berjalannya sebuah

(31)

16

kebijakan pembuatan Kartu Identitas Anak yang diberikan oleh Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok.

Bab III, peneliti mendeskripsikan tentang gambaran umum wilayah Kel. Mekar Jaya Kec. Sukmajaya Kota Depok sebagai pelaksana kebijakan KIA.

Bab IV, pada bab ini peneliti membahas dan menganalisis bagaimana implementasi dan efektivitas kebijakan pembuatan KIA dan apa saja faktor- faktor penghambat dari pelaksanaan pembuatan Kartu Identitas Anak di Kelurahan Mekar Jaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok.

Bab V, peneliti menjelaskan kesimpulan dari hasil penelitian serta saran untuk penyumbang penelitian tentang implementasi kebijakan dan efektivitas kebijakan lebih lanjut.

(32)

17

BAB II

KERANGKA TEORETIS

Teori utama yang digunakan yaitu teori kebijakan publik untuk melihat bagaimana kebijakaan pembuatan Kartu Identitas Anak di Depok, didukung dengan teori implementasi kebijakan untuk menganalisis sejauh mana penerapan yang dilakukan pada pembuatan Kartu Identitas Anak, selain itu teori efektivitas dan evaluasi kebijakan untuk dapat mengetahui bagaimana efektivitas dari kebijakan Kartu Identitas Anak di Kelurahan Mekar Jaya Kecamatan Sukmajaya Kota Depok.

A. Kebijakan Publik

1. Definisi Kebijakan Publik

Secara umum, istlah kebijakan publik berasal dari bahasa Inggris, yaitu public policy. Banyak yang menerjemahkan policy sebagai kebijakan dan kebijaksanaan. Sehingga public policy diartikan sebagai kebijakan publik25.

Pada pengertiannya secara umum, banyak ahli yang telah mendefinisikannya. Sebagaimana dikutip oleh Sahya Anggara (2014:35) menurut Thomas R. Dye, kebijakan publik merupakan sebuah tindakan dari pemerintah, baik tindakan untuk melakukan atau tidak kebijakan tersebut. Ketika kebijakan tersebut dilakukan pemerintah juga harus

25 Sahya Anggara, Kebijakan Publik (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014) hal. 35

(33)

18

mengetahui alasan dan manfaat untuk masyarakat yang harus dipertimbangkan untuk dilakukan26.

Sejalan dengan James E. Anderson sebagaimana ditulis Sahya Anggara (2014:21) yang mendefinisikan kebijakan publik sebagai sebuah kebijakan yang dibuat dan dirumuskan oleh pejabat pemerintah, sehingga dapat dijadikan sebagai arah untuk mengatasi masalah yang ada di masyarakat27. Penjelasan tersebut menitikberatkan pada bagaimana pemerintah dalam melihat sebuah masalah yang ada di daerah kebijakannya, sehingga apakah akan dicoba untuk diatasi dengan membuat sebuah kebijakan.

Kebijakan publik bertujuan sebagai perangkat dari tindakan pemerintah, hal tersebut agar dapat tercapainya sebuah kebijakan yang diharapkan oleh masyarakat sebagai kostituen pemerintah28. Kebijakan publik menjadi sebuah kebijakan yang sah dan legal, karena dibuat dan diturunkan oleh pemerintah sebagai sebuah lembaga yang memiliki legitimasi dalam sistem pemeritahan. Dibuatnya sebuah kebijakan publik tidak akan terlepas dari teori, model, hipotesis, dan hubungan sebab akibat dengan juga melihat asumsi-asumsi pada perilaku di masyarakat.29

Menurut Young dan Quinn dalam Edi Suharto (2015:44), muncul atau dibuatnya sebuah kebijakan publik berdasarkan reaksi dari masalah

26 Sahya Anggara, Kebijakan Publik... hal. 35

27 Sahya Anggara, Kebijakan Publik., hal. 35 dan Budi Winarno, Kebijakan Publik: Teori, Proses dan Studi Kasus... hal. 21

28 Sahya Anggara, Kebijakan Publik... hal. 36

29 Sahya Anggara, Kebijakan Publik... hal. 36

(34)

19

dan kebutuhan yang dialami oleh masyarakat, sehingga diimplementasikan oleh pemerintah yang mewakili kewenangan hukum.

Selain itu, kebijakan publik dibuat untuk mencapai sebuah tujuan dan kepentingan bukan dari keputusan tunggal saja, melainkan demi keuntungan banyak orang.30

Terdapat empat konsep dari kebijakan publik menurut Anderson sebagaimana dikutip oleh Budi Winarno (2014:19), yaitu pertama, orientasi utama dari sebuah kebijakan publik yaitu berasal pada maksud dan tujuan kebijakan, bukan dari perilaku yang biasa atau serampangan.

Kebijakan publik direncanakan oleh pejabat pemerintahan yang terlibat dalam sebuah kebijakan.

Kedua, kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh

pejabat-pejabat pemerintah, bukan berasal dari kepentingan individu atau perseorangan. Ketiga, kebijakan dilakukan oleh pemerintah untuk membantu ekonomi atau perdagangan yang dapat membantu kebutuhan masyarakat, sehingga dapat menjadi sebuah kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Keempat, kebijakan dapat memungkinkan menjadi hal yang

bersifat positif atau negatif, hal ini bergantung pada bagaimana sikap dari pemerintah mengenai sebuah gejala atau fenomena yang terjadi di masyarakat.31

30 Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik (Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial), (Bandung: Alfabeta, 2015) hal. 44

31 Budi Winarno, Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus), (Jakarta: CAPS, 2014) hlm. 19

(35)

20 2. Tahapan Kebijakan Publik

Untuk menetapkan atau membuat sebuah kebijakan, lembaga pemerintah dalam hal ini melakukan sebuah rangkaian proses pembuatannya, berikut tahap pembuatan menurut William N. Dunn dalam Sahya Anggara (2014:172-173):32

a. Penyusunan Agenda, pada tahapan ini mencoba untuk merumuskan masalah dari pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan kebijakan. Tahapan ini juga dapat melihat asumsi yang tersembunyi, mengetahui penyebab terjadinya masalah, dan merancang peluang dari kebijakan.

b. Formulasi Kebijakan, tahap ini menimbang atau memperkirakan penyediaan dari informasi yang sesuai dengan kebijakan, terkait pada permasalahan yang dapat timbul di kemudian hari, dapat mengestimasi akibat dari kebijakan yang akan diusulkan, serta mengetahui kendala yang akan terjadi.

c. Adopsi Kebijakan, di tahap ini menghasilkan informasi mengenai manfaat dan biaya dari pelaksanaan kebijakan, dan memperkirakan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Dengan hal tersebut dapat membantu untuk memperkirakan tingkat resiko dan ketidakpastian yang dapat muncul dan menetukan pertanggungjawaban administratif bagi implementasi kebijakan.

32 Sahya Anggara, Kebijakan Publik... hal. 172-173

(36)

21

d. Implementasi kebijakan atau tahap pemantauan, pada tahap ini untuk melihat bagaimana pelaksanaan kebijakan yang telah diambil sebelumnya, serta dapat mengatahui hambatan yang terjadi dari pelaksanaan kebijakan dan akibat yang tidak diharapkan dari kebijakan tersebut.

e. Penilaian Kebijakan atau evaluasi, evaluasi menghasilkan informasi mengenai kebijakan yang tidak sesuai antara kinerja yang diterapkan dengan yang dihasilkan. Selain itu juga dapat memunculkan kritik- kritik terhadap nilai-nilai dari kebijakan yang dibuat. Dan dapat kembali menjadi sebuah perumusan masalah.

B. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan adalah bagian dari cara penerapan sebuah kebijakan yang sudah dijalankan. Implementasi dipandang sebagai makna pelaksanaan undang-undang dengan kerja sama dari berbagai pihak agar tujuan dan sasaran kebijakan dapat tercapai sebagaimana mestinya.33. Pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi yaitu (1) pembuatan kebijakan (the center), (2) pejabat-pejabat pelaksana lapangan (the periphery), dan (3) aktor-aktor perorangan di luar badan pemerintah, yaitu kelompok sasaran (target group)34.

Impelementasi kebijakan dari sudut pandang pembuat kebijakan berdasarkan pada usaha dari pejabat dan lembaga pemerintahan di tingkat pusat

33 Lester dan Stewart dalam Budi Winarno, Kebijakan Publik era Globalisasi: Teori, Proses, dan Studi Kasus Komparatif, (Yogyakarta: CAPS, 2016) hlm. 134

34 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan Model- Model Implementasi Kebijakan Publik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) hlm. 131

(37)

22

untuk mendapat kepuasan dari pejabat atau lembaga pemerintahan di tingkat daerah agar memberikan pelayanan dan mengubah perilaku di masyarakat. Jika program tidak berjalan, pejabat atau lembaga pusat dapat memberikan sanksi hukum kepada pejabat pemerintahan yang bertangung jawab, atau dapat menimbang serta merumuskan kembali kebijakan tersebut35.

Dari sudut pandang pejabat pelaksana lapangan, implementasi berdasarkan perilaku pejabat dan instansi pelaku kebijakan agar dapat menyukseskan kebijakan dan menanggulangi masalah yang terjadi. Sedangkan dari sudut pandang kelompok sasaran, implementasi terjadi jika pada kelompok sasaran langsung merasakan dampak dari kebijakan yang diberikan oleh pemerintah36.

Salah satu tokoh yang mendefinisikan dan menjelaskan tentang implementasi kebijakan yaitu George Edwards. Sebagaimana dikutip oleh Budi Winarno (2016:156), menurut George Edwards implementasi kebijakan merupakan bagian dari tahap kebijakan publik, yaitu bagaimana pengaruh dan dampak untuk masyarakat37.

Kebijakan dapat gagal jika tidak tepat sasaran, walaupun kebijakan sudah dijalankan. Jika kebijakan sudah dirumuskan dan direncanakan dengan baik, kegagalan masih dapat terjadi jika implementasi tidak dilakukan sebagaimana mestinya. Sehingga menjadi penting untuk merumuskan dan

35 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan:..., hlm 131

36 Solichin Abdul Wahab, Analisis Kebijakan:..., hlm 131-132

37 Budi Winarno, Kebijakan Publik era Globalisasi: Teori, Proses, dan Studi Kasus Komparatif, (Yogyakarta: CAPS, 2016) hlm. 156

(38)

23

mengimplementasikan sebuah kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan kebijakan, sehingga dapat menyukseskan pelaksanaan kebijakan yang dikeluarkan38.

Untuk dapat mewujudkan implementasi kebijakan yang berhasil dan mengetahui hambatan dalam pengimplementasian sebuah kebijakan, George Edwards dalam Budi Winarno (2016:156-182) memberikan empat faktor atau variabel untuk menjelaskannya:

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu faktor penting untuk melihat sejauhmana implementasi kebijakan. Dalam komunikasi, kebijakan harus dikomunikasikan secara jelas dan menyeluruh kepada sasaran kebijakan dan pelaksana kebijakan, sehingga pada pelaksanaannya dapat sesuai dengan harapan pembuat kebijakan, serta mengurangi permasalahan yang muncul dari kebijakan39.

Edwards sebagaimana dikutip Budi Winarno (2016:156) membagi komunikasi menjadi tiga hal yaitu transmisi, kejelasan dan konsistensi, berikut penjelasannya:

a. Transmisi, yaitu keputusan yang telah dikeluarkan oleh pejabat pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan. Karena banyak ditemukan keputusan yang telah dikeluarkan diabaikan hingga

38 Budi Winarno, Kebijakan Publik era Globalisasi:..., hlm. 156

39 AG Subarsono, Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2013) hlm. 90

(39)

24

memunculkan kesalahpahaman40. Beberapa hambatan yang muncul dalam proses transmisi yaitu adanya perbedaan pendapat oleh para pelaksana kebijakan dengan pengambil keputusan, informasi yang melawati berlapis hirearki pejabat birokrasi, dan persepsi selektif yang dimunculkan oleh pelaksana sehingga penangkapan informasi yang tidak menyeluruh41.

b. Kejelasan, yaitu kejelasan komunikasi yang diberikan oleh pelaksana kebijakan, karena dengan ketidakjelasan komunikasi yang diberikan dapat memunculkan persepsi dan kesalahpahaman yang dapat bertentangan dengan kebijakan yang dikeluarkan. Ketidakjelasan dalam penyampaian komunikasi dapat terjadi karena kebijakan yang terlalu kompleks, tujuan kebijakan yang belum cukup, munculnya masalah pada kebijakan, pelaksana kebijakan yang mencoba untuk menghindari tanggung jawab, dan lain sebagainya.42

c. Konsistensi dari pemerintah, karena dengan tidak konsisten perintah yang diberikan dapat memunculkan banyak penafsiran dan tindakan pelaksana kebijakan yang tidak ketat.

2. Sumber Daya

Berjalannya sebuah kebijakan dengan kurangnya sumber daya yang dimiliki dapat memengaruhi implementasi kebijakan menjadi

40 Budi Winarno, Kebijakan Publik era Globalisasi..., hlm. 156-157

41 Budi Winarno, Kebijakan Publik era Globalisasi..., hlm. 157

42 Budi Winarno, Kebijakan Publik era Globalisasi..., hlm. 158

(40)

25

kurang efektif, sehingga sumber daya menjadi penting dalam implementasi43. Sumber-sumber diperlukan dalam implementasi kebijakan, yaitu:

a. Staf yang kompeten dan memiliki keahlian dalam melaksanakan tugas,

b. Informasi tentang bagaimana pelaksanaan kebijakan dan data ketaatan personel terhadap peraturan kepada staf atau pelaksana kebijakan,

c. Wewenang pelaksana kebijakan, setiap kebijakan akan memiliki wewenang yang berbeda-beda sesuai dengan posisi dan tanggung jawab. Seperti hak untuk mengeluarkan perintah, hak untuk penarikan dana dari suatu program, hak penyediaan dana, staf dan bantuan teknis , serta hak untuk membeli barang dan jasa, dan hak memungut pajak,

d. Fasilitas fisik untuk menyokong kegiatan staf dan wewenang yang dimiliki44.

3. Disposisi

Disposisi merupakan sebuah sifat dan karakterisrik yang dimiliki pelaku kebijakan, baik dalam komitmen pada aturan kebijakan, kejujuran dan sikap demokratis yang dimiliki45. Sikap, tingkah laku dan

43 AG. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2013) hlm. 91

44 Budi Winarno, Kebijakan Publik era Globalisasi..., hlm. 161-166

45 AG. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2013) hlm. 91

(41)

26

perspektif pelaksana kebijakan berpengaruh dalam pengimplementasian kebijakan. Sehingga apa yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan dapat sesuai dengan pelaksanaan kebijakan yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

Sebuah kebijakan dapat berjalan secara efektif dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, baik itu pelaksana kebijakan dan sasaran kebijakan, akan tetapi juga dapat terjadi pertentangan jika dimunculkan pandangan dan kepentingan pribadi atau kelompok dari pelaksana kebijakan.46

Disposisi dapat berakibat pada ketidakacuhan para administrator atau pelaksana kebijakan, yaitu memunculkan pertentangan pandangan kebijakan antara pelaksana kebijakan dengan kepentingan pribadi atau organisasi. Sehingga dapat menghambat pada implementasi kebijakan.

4. Struktur Birokrasi

Birokrasi adalah pihak yang melaksanakan kebijakan. Birokrasi berada pada struktur pemerintahan serta organisasi swasta yang berhubungan dengan sebuah kebijakan yang dijalankan. Struktur birokrasi juga dapat sengaja dibuat untuk menjalankan sebuah kebijakan agar dapat membantu pelaksanaan kebijakan47.

46 Budi Winarno, Kebijakan Publik era Globalisasi..., hlm. 170

47 Budi Winarno, Kebijakan Publik era Globalisasi..., hlm. 176

(42)

27

Struktur birokrasi yang terlalu panjang dapat berakibat pada melemahnya pengawasan kebijakan, karena prosedur birokrasi yang rumit48. Pada implementasinya, para pelaksana kebijakan dapat mengalami hambatan oleh struktur-struktur organisasi di tempat dijalankannya kebijakan tersebut. Dua karakteristik dari birokrasi menurut Edwards dalam Budi Winarno (2016:176) yaitu :

a. Prosedur ukuran kerja atau Standard Operating Procedures (SOP), yaitu sebuah prosedur yang digunakan para pelaksana kebijakan, dengan adanya SOP dapat menyamakan setiap tindakan para pejabat yang berada dalam lingkup luas, sehingga memberikan fleksibelitas yang besar dan kesamaan dalam penerapan kebijakan49.

b. Fragmentasi, yaitu tanggung jawab di suatu kebijakan yang banyak dan tersebar, serta terjadi desentralisasi kekuasaan untuk mencapai tujuan kebijakan. Namun hal tersebut dapat melemahkan pengawasan kebijakan dan prosedur pembuatan kebijakan menjadi lebih rumit. Hal tersebut disebabkan adanya tekanan dari luar unit birokrasi seperti pejabat legislatif dan eksekutif, kelompok-kelompok kepentingan, konstitusi negara,

48 AG. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi), (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2013) hlm. 92

49Budi Winarno, Kebijakan Publik era Globalisasi..., hlm. 177

(43)

28

dan sifat kebijakan yang memengaruhi struktur birokrasi pemerintah.50

C. Evaluasi Kebijakan

Setelah terlaksananya sebuah kebijakan, tahap evaluasi pada kebijakan publik sangat penting untuk dapat mengetahui apakah tujuan dari dibuatnya kebijakan sesuai dengan kebijakan yang sudah berjalan. Untuk mengevaluasi sebuah kebijakan, dibutuhkan waktu selama lima tahun berjalannya sebuah kebijakan, sehingga pada tahap evaluasi dapat mengetahui outcome dari kebijakan yang sudah dijalankan51.

Tujuan dari evaluasi sebuah kebijakan menurut Subarsono (2013) yaitu52:

1. Untuk dapat mengetahui tingkat kinerja yang sudah dilakukan oleh pelaksana kebijakan, sehingga pencapaian dan sasaran kebijakan dapat dilihat apakah sudah sesuai dengan rumusan kebijakan, atau belum sesuai.

2. Untuk mengetahui efisiensi dari dibuatnya kebijakan, sehingga dapat diketahui biaya atau anggaran, serta manfaat yang sudah dirasakan oleh sasaran kebijakan kepada pelaksana kebijakan.

50 Budi Winarno, Kebijakan Publik era Globalisasi..., hlm. 179 dan Ahmad Subandi,

“Implementasi Kebijakan Dana Desa Neglasari Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor” (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018) hlm. 29

51 A.G. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik..., hlm. 119

52 A.G. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik..., hlm. 120-121

(44)

29

3. Untuk melihat dampak yang dihasilkan dari sebuah kebijakan yang sedang berjalan, sehingga dapat diketahui apakah kebijakan tersebut berdampak baik atau buruk untuk sasaran kebijakan atau lingkungan.

4. Untuk mengetahui penyimpangan yang muncul dari berjalannya kebijakan, apakah tujuan kebijakan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai.

5. Untuk dapat menjadi bahan masukan di kebijakan yang akan dibuat di masa mendatang, sehingga dapat menjadi perumusan masalah kembali dan menghasilkan kebijakan baru yang lebih baik dan efektif.

Pada evaluasi kebijakan terdapat tiga tipe menurut James Anderson yang ditulis oleh Budi Winarno (2016)53, pertama evaluasi kebijakan sebagai kegiatan fungsional, sehingga evaluasi dari kebijakan yang sudah dilakukan sama pentingnya dari kebijakan itu sendiri. Kedua evaluasi kebijakan yang fokus pada bagaimana kebijakan tersebut berjalan, sehingga dapat diketahui bagaimana pelaksanaan kebijakan seperti kesesuaian program dengan kebijakan, anggaran yang dikeluarkan, siapa saja sasaran kebijakan, dan lain sebagainya.

Ketiga yaitu evaluasi kebijakan sistematis, pada tipe ini evaluasi

kebijakan melihat secara objektif bagaimana dampak atau manfaat yang dirasakan oleh masyarakat atau sasaran kebijakan dari berjalannya kebijakan

53 Budi Winarno, Kebijakan Publik era Globalisasi..., hlm. 194-195

(45)

30

tersebut, sehingga dapat diketahui apakah tujuan kebijakan sudah sesuai dan terpenuhi dari pelaksanaan kebijakan tersebut.

Sama halnya dengan tipe yang diberikan oleh James Andeson, menurut Rossi dan Freeman dalam Wayne Parsons (2011) terdapat tiga mode dari evaluasi, yaitu apakah program kebijakan sudah sesuai dengan sasaran kebijakan, komunikasi kebijakan diberikan secara konsisten, dan apa saja sumber daya yang digunakan untuk pelaksanakan kebijakan54.

Dilaksanakannya evaluasi kebijakan sebagai tahapan dari kebijakan publik juga dapat menjadi sebuah cara untuk mengetahui bagaimana efektivitas dari sebuah kebijakan tersebut, sebagaimana yang ditulis oleh A.G. Subarsono, bahwa dengan dilakukannya evaluasi kebijakan dapat mengetahui efektivitas dari sebuah kebijakan dan mengetahui keberhasilan atau kegagalan dari sebuah kebijakan55.

D. Efektivitas Kebijakan

Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti adanya sebuah efek atau akibat dari sebuah hal yang dilakukan56. Kebijakan berasal dari kata policy yaitu sebagai sebuah keputusan yang dipilih untuk mempererat kehidupan baik individu maupun kelompok57. Sehingga efektivitas kebijakan adalah sebuah kebijakan yang target dan tujuannya dapat tercapai.

54 Wayne Parsons, Public Policy: Pengantar Teori & Praktik Analisis Kebijakan (Jakarta:Kencana, 2011) hlm. 550

55 A.G. Subarsono, Analisis Kebijakan Publik..., hlm. 123

56 Daradjat Kartawidjaja, Konsep dan Eektivitas Implementasi Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), (Jakarta: Madani Publishing, 2011) hlm. 213

57 Sahya Anggara, Kebijakan Publik (Bandung: CV Pustaka Setia, 2014) hlm. 14

(46)

31

Efektivitas kebijakan merupakan salah satu bagian dari evaluasi kebijakan, dengan melihat efektivitas dari sebuah kebijakan dapat mengetahui apakah tujuan yang ingin dicapai dari kebijakan tersebut sesuai dengan pelaksanaan kebijakan di lapangan58.

Sejalan dengan hal tersebut, menurut Richards M. Steers dalam Fahrul Juliansyah (2019), efektivitas merupakan sebuah tindakan yang menghasilkan sebuah keluaran dengan adanya kesesuaian antara ketepatan waktu, target dan sasaran. Selain itu, untuk dapat mengetahui dan mengukur bagaimana efektivitas sebuah kebijakan, dapat melihat bagaimana pemahaman program antara pelaksana kebijakan dan sasaran kebijakan, ketepatan sasaran kebijakan, ketepatan waktu terlaksananya kebijakan, tercapainya tujuan kebijakan, dan adanya perubahan nyata antara sebelum dan sesudah kebijakan dilaksanakan59.

58 Sahya Anggara, Kebijakan Publik..., hlm. 279.

59 Fahrul Juliansyah, “Efektivitas Kebijakan Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD),...

hlm. 22

(47)

32

BAB III

GAMBARAN UMUM KELURAHAN MEKAR JAYA KECAMATAN SUKMAJAYA KOTA DEPOK

A. Sejarah Kelurahan Mekar Jaya

Kota Depok adalah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Sebelum menjadi sebuah Kota, Kota Depok merupakan kota kecamatan di wilayah Kebupaten Bogor sejak 1982. Pada 27 April 1999, Depok menjadi kotamadya dan terpisah dari Kabupaten Bogor. Pada perkembangannya, Kota Depok mengalami beberapa kali pemekaran wilayah, yaitu pada 1982 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1981, hingga 2008 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan Wilayah Kecamatan di Kota Depok.

Pada Perda tersebut, jumlah kecamatan sebelumnya yaitu sebanyak 6 kecamatan, kemudian dimekarkan menjadi 11 kecamatan, yaitu Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Limo, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Beji, Kecamatan Cilodong, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Tapos, Kecamatan Cinere, Kecamatan Cipayung, Kecamatan Pancoran Mas, dan Kecamatan Bojongsari, serta terdapat 63 kelurahan60.

60 Kemendagri, Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri Nomor 56 Tahun 2016), http://www.kemendagri.go.id/pages/data-wilayah diakses pada 24 Juni 2018.

(48)

33

Kelurahan Mekar Jaya sebagai salah satu kelurahan yang mengalami pemekaran. Kelurahan ini diresmikan pertama kali pada 18 Desember 1984 oleh H. Usman H.S. Sebelum mengalami pemekaran, wilayah kelurahan Mekar Jaya memiliki penduduk dan wilayah yang terlalu besar, sehingga dipecah menjadi tiga kelurahan, yaitu kelurahan Mekar Jaya (induk), kelurahan Abadi Jaya dan kelurahan Bakti Jaya61

B. Kondisi Geografis Kelurahan Mekar Jaya

Kelurahan Mekar Jaya berada di Kecamatan Sukmajaya dengan luas 326 Ha62, dengan perbatasan wilayah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kelurahan Baktijaya Sebelah Timur : Kelurahan Abadi Jaya

Sebelah Selatan : Kelurahan Sukmajaya dan Kelurahan Tirtajaya Sebelah Barat : Kelurahan Pancoran Mas63

C. Kondisi Demografis Kelurahan Mekar Jaya 1. Keadaan Penduduk

Pada kondisi demografisnya, karena berada di Kecamatan Sukmajaya yang menjadi kecamatan dengan penduduk terbanyak di Kota

61 Indah Nur Aini, “Analisis Profil Segmen Gaya Hidup Kondumen dan Karakteristiknya dalam Mengkonsumsi Ikan Segar di Kelurahan Mekar Jaya, Kecamatan Sukmajaya. Kota Depok, Jawa Barat” (Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Skripsi Institut Pertanian Bogor, 2001) hlm. 30

62 Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Depok Tahun 2016-2021. hlm.

12

63 Citra Ayu Nur Kholifah, “Laporan Praktik Kerja Instansi Penanganan Proses Administrasi Surat Keterangan Nikah Pada Bagian Kemasyarakatan dan Pelayanan di Kantor Kelurahan Mekar Jaya”, 2017 hlm. 8

(49)

34

Depok yaitu 296.76764, Kelurahan Mekar Jaya mendapat pengaruh terhadap jumlah penduduk sebanyak 73.215 jiwa, sehingga Kelurahan Mekar Jaya memiliki jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Sukmajaya, seperti dalam tabel sebagai berikut ini:

Tabel III.C.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Nama Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Sukmajaya 18.636 18.382 37.018

2 Abadijaya 36.695 36.241 72.936

3 Mekarjaya 36.356 36.859 73.215

4 Baktijaya 35.301 34.984 70.285

5 Cisalak 10.361 10.007 20.368

6 Tirtajaya 11.608 11.337 22.945

Total 148.957 147.810 296.767

Sumber: Data Kelurahan Mekar Jaya Tahun 2020

Meningkatnya jumlah penduduk di Kelurahan Mekar Jaya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tingginya angka kelahiran dengan meningkatnya kesehatan dan pendidikan masyarakat, selain itu banyaknya migrasi penduduk di Kelurahan Mekar Jaya, mengingat Kota Depok berada dekat dengan Ibu Kota.

64 Laporan Data Kependudukan Kota Depok Tahun 2019 Semester 2, hlm. 12

(50)

35 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia

Jumlah penduduk berdasarkan usia 0-18 tahun, sesuai dengan pemanfaatan Kartu Identitas Anak di Kelurahan Mekar Jaya sebanyak 20.895 jiwa, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 10.725 jiwa dan perempuan sebanyak 10.170 jiwa65, sebagaimana pada tabel di bawah ini:

Tabel III.C.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia 0-18 Tahun

No. Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-Laki 10.725

2 Perempuan 10.170

Jumlah 20.895

Sumber: Data Kelurahan Mekar Jaya Tahun 2020 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel III.C.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No. Tingkat Pendidikan Penduduk Jumlah

1 Tidak/ Belum Sekolah 12.638

2 Tidak Tamat SD/ Sederajat 6.406

3 Tamat SD/ Sederajat 4.435

4 SLTP/ Sederajat 6.346

5 SLTA/ Sederajat 28.494

65 Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK), Data Kelurahan Mekar Jaya

(51)

36

Sumber: Data Kelurahan Mekar Jaya Tahun 2020

Berdasarkan tabel di atas, tingkat pendidikan masyarakat di Kelurahan Mekar Jaya sudah berada pada kategori menengah. Sudah mulai banyak penduduk yang memiliki pendidikan SLTA/ Sederajat dengan jumlah 28.494 jiwa, walaupun masih banyak penduduk yang tidak/belum sekolah yaitu 12.638 jiwa.

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Klasifikasi Pekerjaan

Tabel III.C.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Klasifikasi Pekerjaan

No. Tingkat Pendidikan Penduduk Jumlah

1 Belum Bekerja 14.334

2 Mengurus Rumah Tangga 12.868

3 Pelajar 15.357

4 PNS/TNI/POLRI 2.481

5 Karyawan 19.826

6 Pensiun 2.399

Sumber: Data Kelurahan Mekar Jaya Tahun 2020

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kondisi ekonomi penduduk Kelurahan Mekar Jaya berada pada tingkat menengah, lebih banyak masyarakat yang bekerja sebagai karyawan seperti Industri,

Gambar

Gambar III.E.1  Struktur Oganisasi Pemerintahan Kelurahan Mekar Jaya ........... 38  Gambar IV.A.1  Kartu Identitas Anak ..................................................................
Tabel III.C.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel III.C.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia 0-18 Tahun
Tabel III.C.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Klasifikasi  Pekerjaan
+5

Referensi

Dokumen terkait