Teori ekonomi keynesiyan
Peran pemerintah selama resesi ekonomi
Teori Ekonomi Keynesian adalah aliran pemikiran ekonomi yang secara luas menyatakan bahwa intervensi pemerintah diperlukan untuk membantu perekonomian keluar dari resesi. Gagasan ini berasal dari siklus ekonomi naik-turun yang dapat terjadi pada perekonomian pasar bebas dan menempatkan pemerintah sebagai “pengimbang”
untuk mengendalikan besarnya siklus ini. Teori tersebut dikembangkan oleh ekonom Inggris John Maynard Keynes (1883-1946) pada tahun 1940-an. Keynes juga terkenal karena karyanya mengenai ekonomi masa perang dan membantu mendorong pembentukan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia.
Intervensi pemerintah
Menurut Teori Ekonomi Keynesian, ada tiga metrik utama yang harus diawasi secara ketat oleh pemerintah: suku bunga, tarif pajak, dan program sosial.
A. Suku bunga
Suku bunga , atau biaya peminjaman uang, memainkan peran penting dalam mewujudkan kemakmuran ekonomi.
Selama masa kemakmuran (atau siklus “boom”), Teori Ekonomi Keynesian berpendapat bahwa bank sentral harus menaikkan suku bunga untuk menghasilkan lebih banyak pendapatan dari peminjam. Mengendalikan besarnya ledakan ekonomi adalah hal yang penting karena terlalu banyak investasi pada sektor publik dan swasta dapat menyebabkan berkurangnya jumlah uang beredar dan sebagai akibatnya akan terjadi resesi yang parah. Teori Ekonomi Keynesian juga mendorong bank sentral dan komersial untuk mengumpulkan cadangan uang tunai setelah kenaikan suku bunga untuk bersiap menghadapi resesi di masa depan.
Selama masa resesi (atau siklus “bust”), teori ini mendorong pemerintah untuk menurunkan suku bunga dalam upaya mendorong pinjaman. Oleh karena itu, investasi di sektor swasta akan membantu meningkatkan output dan mendorong perekonomian keluar dari resesi. Berbeda dengan siklus boom, bank harus secara agresif memerangi besarnya siklus kegagalan untuk memastikan perekonomian pulih dalam jangka waktu yang wajar. Tarif pajak
B. Tarif pajak
Pajak penghasilan adalah sumber pendapatan utama pemerintah untuk membiayai inisiatif sektor publik seperti infrastruktur, layanan kesehatan, program sosial, dan lain-lain.
Selama masa kemakmuran (atau siklus “boom”), Teori Ekonomi Keynesian berpendapat bahwa pemerintah harus menaikkan tarif pajak penghasilan agar dapat berpartisipasi dalam pertumbuhan kegiatan ekonomi. Saat-saat seperti ini juga merupakan waktu yang ideal untuk meluncurkan inisiatif-inisiatif publik yang baru seperti pemetaan ulang sistem perpajakan atau perombakan sistem layanan kesehatan, karena mereka menghadapi risiko kegagalan yang lebih rendah.
Pemerintah mungkin memilih untuk menerapkan pajak baru yang belum pernah ada sebelumnya untuk menghasilkan lebih banyak pendapatan dari kenaikan upah. Untuk membantu melengkapi inisiatif ini, pemerintah juga dapat menawarkan keringanan pajak yang lebih kecil untuk memacu belanja konsumen.
Selama masa resesi ekonomi (atau siklus “kehancuran”), Teori Ekonomi Keynesian berpendapat bahwa pemerintah harus menurunkan tarif pajak penghasilan pada individu dan bisnis. Dengan demikian, sektor swasta akan memiliki modal finansial tambahan untuk berinvestasi dalam proyek dan mendorong kemajuan perekonomian.
Harapannya adalah bahwa cadangan uang tunai yang dihasilkan selama booming ekonomi akan membantu meredam penurunan pendapatan pemerintah.
C. Program sosial
Selama masa kemakmuran (atau siklus “boom”), Teori Ekonomi Keynesian berpendapat bahwa pemerintah harus mengurangi pengeluaran untuk program-program sosial karena program-program tersebut tidak lagi diperlukan selama siklus boom.
Program sosial bertujuan untuk memberikan pelatihan keterampilan kepada individu guna merangsang pasar tenaga kerja dengan masuknya pekerja terampil. Pada masa perekonomian yang makmur, perekonomian diperkirakan memiliki angkatan kerja yang berkembang, sehingga investasi tambahan tidak diperlukan.
Selama masa resesi ekonomi (atau siklus “bust”), Teori Ekonomi Keynesian berpendapat bahwa pemerintah harus meningkatkan belanja program sosial untuk merangsang pasar kerja dengan masuknya tenaga kerja terampil. Ada anggapan bahwa peningkatan pasokan tenaga kerja terampil akan menyebabkan turunnya upah, sehingga memungkinkan dunia usaha mendapatkan lebih banyak karyawan produktif tanpa kenaikan biaya yang signifikan. Dengan demikian, perekonomian akan mampu keluar dari resesi secara perlahan melalui angkatan kerja yang kuat.