TEORI PERKEMBANGAN DAN PROSES DALAM MANAJEMEN PRODUKSI
Diajukan untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Pengantar Bisnis Dosen Pengampu: Ach. Robith Saifun Nawan, M.E
Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
Lusi Rahma Dayanti 23403061 Nadia Elis Natasa 23403064 Tselisa Rosa Istifa’a 23403077
PROGAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT. yang telah melibatkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Pengantar Bisnis yang berjudul "Teori Perkembangan dan Proses dalam Manajemen Prouksi" dengan tepat waktu.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pengantar Bisnis. Penyusun berharap dengan pembuatan makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi para pembaca, sehingga para pembaca dapat menegatahui lebih dalam lagi mengenai manajemen bisnis.
Tidak lupa disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam penyelesaian makalah ini. Penyusun menyadari dalam menyusun makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran sangat diterima untuk melengkapi dan menyempurnakan tugas makalah ini.
Kediri, 22 Maret 2024 Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Manajemen produksi adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pemantauan upaya anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi. Manajemen produksi harus mempertimbangkan beberapa hal, seperti: produksi, pengelolaan, pengawasan dan pengawasan.
Manajemen produksi juga memerlukan perhatian pada konsep “produksi”, yang diartikan sebagai kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk menciptakan atau menambah nilai barang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Produksi adalah kegiatan menciptakan atau menambah nilai suatu barang untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Sebelum pengusaha dapat menghasilkan produk untuk konsumen, mereka harus terlebih dahulu menerapkan pengendalian produksi dengan baik dan akurat supaya lancar saat kegiatan produksi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses perkembangan manajemen produksi?
2. Apa yang dimaksud dengan manajemen produksi?
3. Apa yang dimaksud dengan produksi?
4. Bagaimana proses pengambilan keputusan dalam manajemen produksi?
5. Apa saja yang termasuk ruang lingkup manajemen produksi?
6. Bagaimana fungsi dan sistem operasi dan operasi lokasi dan lay out pabrik?
C. Tujuan
1. Memahami dan mengetahui proses perkembangan manajemen produksi.
2. Memahami dan mengetahui pengertian manajemen produksi.
3. Memahami dan mengetahui pegertian produksi.
4. Memahami dan mengetahui proses pengambilan keputusan dalam manajemen produksi.
5. Memahami dan mengetahui ruang lingkup dari manajemen produksi.
6. Memahami dan mengetahui fungsi dan sistem operasi dan operasi lokasi dan lay out pabrik.
BAB II PEMABAHASAN A. Perkembangan Manajemen Produksi
Sejarah perkembangan manajemen produksi tidak lepas dari sejarah perkembangan manajemen. Asal usul manajemen produksi sebagai bidang penting dalam aktivitas sehari-hari suatu perusahaan adalah berasal dari pandangan Adam Smith. Dalam tulisannya yang berjudul "The Wealth of Nations" (1776) Adam Smith menyebutkan keuntungannya mengenai pembagian kerja (division of labor), sebagai berikut:
1. Pembagian pekerjaan dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja manusia karena setiap pekerja hanya melakukan suatu tugas serta menggunakan lebih sedikit alat, dan hanya perlu memikirkan atau mempertimbangkan pekerjaan yang sama dari waktu ke waktu. Maka, pekerja tersebut akan menjadi ahli di bidangnya. Artinya, kinerja pekerja tersebut meningkat.
2. Smith mengemukakan konsep nilai kerja yang menjadi dasar teori produktivitas dan efisiensi dalam manajemen produksi. Nilai suatu barang atau jasa ditentukan oleh tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memproduksinya.
Hal inilah yang mendasari Teori nilai dan produktivitas manajemen produksi.1 Charles Babbage terkenal dengan bukunya "On the Economy of Machinery and Manufactures" yang diterbitkan pada tahun 1832. Hasil manajemen produksi yang dikembangkannya adalah sebagai berikut:
1. Dalam hal ini ia mengembangkan metode pembagian keuntungan antara pemilik dan tenaga kerja, sehingga memungkinkan tenaga kerja memperoleh penghasilan tambahan melalui produktivitas.
2. Babbage mengembangkan prinsip pembagian kerja melalui spesialisasi, menciptakan kalkulator mekanis pertama, dan memberikan beberapa kontribusi lainnya. Ia juga menjalin kerja sama yang saling menguntungkan antara kepentingan pekerja dan pemilik pabrik serta merencanakan program bagi hasil.
1 “Manajemen Produksi,” Digital Library, September 15, 2020, https://digilib.iaikhozin.ac.id/manajemen- produksi/.
3. Ia berpendapat bahwa pekerja harus menerima gaji tetap berdasarkan sifat pekerjaannya, dan selain itu, mereka juga harus menerima bagi hasil dan bonus jika mereka memberikan saran untuk meningkatkan produktivitas.2 Pada tahun 1881, Frederick Winslow Taylor memperkenalkan manajemen produksi yang jelas dan berbasis ilmu pengetahuan yang disebut manajemen ilmiah.
1. Taylor menyatakan bahwa manajer dan pekerja mempunyai tujuan yang sama yaitu meningkatkan efisiensi produksi.
2. Dengan mengukur produktivitas karyawan, manajer dapat mengurangi biaya tenaga kerja dan memastikan karyawan menerima gaji terbaik untuk pekerjaan mereka.
3. Taylor juga berasumsi bahwa pekerja yang memahami manajemen ilmiah akan bekerja secara maksimal dan tidak akan melakukan kritik terkait atasan atau pekerjaannya.3
Selain itu, Henry L. Gantt mengusulkan penggunaan teknik grafik yang dikenal sebagai "Gantt chart", sebuah metode mengatur urutan rangkaian aktivitas untuk mencapai tingkat kehematan dan keberhasilan tertinggi atas kegiatan pengolahan. Hal ini juga berperan dalam berbagai perbaikan yang berkaitan dengan organisasi dan perangsangan kerja (motivasi).4
Lilian Gilbert sebagai istrinya Frank Bunker Gilbert berkontribusi terhadap perkembangan ilmu manajemen dengan bukunya "The Psychology of Management"
yang membahas tentang manajemen ilmiah. Frank Bunker Gilbert, seorang tokoh manajemen ilmiah asal Amerika, juga berperan penting dalam perkembangan pemikiran ilmu manajemen di dunia. Mereka membantu tenaga kerja untuk menyadari potensi penuh mereka, memberikan perhatian kepada mereka, dan memahami kepribadian dan kebutuhan mereka.5
2 I Gde Kajeng Baskara, “PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MANAJEMEN DARI GERAKAN PEMIKIRAN SCIENTIFIC MANAGEMENT HINGGA ERA MODERN,” n.d.
3 Ibid.
4 “Manajemen Produksi.”
5 Ibid.
Hawthorne mengemukakan bahwa perasaan dan hasil kerja juga dipengaruhi oleh semangat kerja dan besarnya perhatian pekerja terhadap pekerjaannya.
Menurutnya, pada akhirnya manusia tidak lagi selalu melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang diharapkan. Aktivitas pengolahan yang semakin kompleks memerlukan pemantauan yang lebih komprehensif dan lebih baik.6
B. Pengertian Manajemen Produksi
Manajemen produksi (operations and production management) secara umum dapat diartikan sebagai pengelolaan dan pengendalian berbagai aktivitas yang mengolah berbagai jenis sumber daya untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu.
Dalam arti luas, manajemen produksi mencakup segala bentuk dan jenis manajemen, mulai dari penentuan jenis barang dan jasa yang akan diproduksi, sumber daya yang dibutuhkan, pengolahannya, operasional dan teknik produksi yang akan digunakan, hingga barang atau jasa tersebut berada di tangan pemakai atau pengguna.
Pada awalnya, kegiatan ini hanya mencakup pengolahan sumber daya yang terdiri dari bahan baku dan tenaga manusia untuk menghasilkan barang. Manajemen produksi ini belum memberikan perhatian serius terhadap kinerja berbagai jenis jasa.
Namun, dengan berkembangnya ilmu manajemen, pembuatan jasa menjadi sama pentingnya dengan pembuatan barang.
Manajemen produksi mencakup faktor-faktor yang aktivitasnya dimulai dari pasokan berbagai jenis bahan baku, tenaga kerja manusia, dana, dan mesin, hingga diakhiri dengan persediaannya barang. Bahan diproses menggunakan mesin untuk mengubah bentuk dan ukurannya, menggabungkannya, dan mengubah tampilannya.
Bahan-bahan ini kemudian siap untuk dipasarkan. Pengadaan sumber daya dan menjual barang bukan bagian dari manajemen produksi. Dalam hal ini menunjukkan bahwa produksi hanya mengurusi pengolahan sumber daya yang sudah tersedia.7
C. Pengertian Produksi
Secara umum produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output). Dalam pengertian yang bersifat umum ini penggunaannya cukup luas, sehingga mencakup keluaran (output) yang berupa barang atau jasa. Dalam arti sempit, pengertian
6 Ibid.
7 Ibid.
produksi hanya dimaksud sebagai kegiatan yang menghasilkan barang baik barang jadi maupun barang setengah jadi, bahan industri dan suku cadang atau spareparts dan komponen. Hasil produksinya dapat berupa barang-barang konsumsi maupun barang- barang industri.
Kegiatan yang mengubah input menjadi output ini dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produk, Fungsi produk menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu.8 Produksi sering didefinisikan sebagai penciptaan guna, dimana guna berarti kemampuan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia
Menurut definisi diatas produksi meliputi semua aktivitas dan tidak hanya mencakup pengertian yang sangat luas, produksi meliputi semua aktivitas dan tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang yang dapat dilihat dengan menggunakan faktor produksi. Faktor produksi dimaksud adalah berbagai macam input yang digunakan untuk melakukan proses produksi. Faktor-faktor produksi tersebut dapat diklasifikasi menjadi faktor produksi tenaga kerja, modal, dan bahan mentah. Ketiga faktor produksi tersebut dikombinasikan dalam jumlah dan kualitas tertentu. Aktivitas yang terjadi didalam proses produksi yang meliputi perubahan-perubahan bentuk, tempat dan waktu penggunaan hasil-hasil produksi. Disamping itu produksi juga diartikan sebagai penciptaan nilai guna (utility) suatu barang dan jasa dimana nilai guna diartikan sebagai kemampuan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia.
Adanya perbedaan produksi dalam arti teknis dan ekonomi adalah secara teknis merupakan suatu pendayagunaan sumber-sumber yang tersedia. Dimana nantinya diharapkan terwujudnya hasil yang lebih baik dari segala pengorbanan yang telah diberikan. Sedangkan bila ditinjau dari pengertian ekonomi, produksi merupakan suatu proses pendayagunaan segala sumber yang tersedia untuk mewujudkan hasil yang terjamin kualitas, terkelola dengan baik sehingga kegiatan tersebut haruslah dilakukan dengan biaya serendah mungkin untuk mencapai hasil maksimal.9
8 Ekonomi Mikro (Edisi Baru) (Gramedia Pustaka Utama, n.d.).
9 Ahmad Dharu Athallah and Yusril Izha Mahendra, “ANALISIS PERBEDAAN KINERJA PERUSAHAAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG SEBELUM DAN SELAMA PENYEBARAN COVID-19,” Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi (MEA) 6, no. 3 (September 30, 2022): 328–51, https://doi.org/10.31955/mea.v6i3.2363.
D. Proses Produksi
Proses produksi dibedakan menjadi dua macam, yakni:
1. Proses produksi yang kontinyu (continuous process of produc tion) dan 2. Proses produksi yang tidak kontinyu (intermitten process of production).
Perusahaan dimana proses produksinya kontinyu adalah perusahaan yang memproduksikan barang yang sama terus-menerus, jadi apa yang diproduksikan atau dikerjakan pada hari ini, itu pula yang akan diproduksikan besok dan lusa. Perusahaan yang menghasilkan produksi massa menjadi contoh dari perusahaan yang proses produksinya kontinyu. Pabrik mobil atau sepeda motor juga mempergunakan proses produksi yang kontinyu.
Perusahaan yang proses produksinya tidak kontinyu adalah perusahaan yang memproduksikan barang-barang yang dipesan orang, disebut juga produksi potongan.
Seperti pada pabrik mesin umum. Perusahaan seperti ini barang yang diproduksikan berbeda satu sama lain sesuai dengan kehendak pemesan, misalnya pabrik gula yang dipesan Indonesia dari Luar Negeri berbeda dengan pabrik gula yang dipesan oleh pabrik gula dari negeri yang beriklim dingin.10
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi tersebut ialah sebagai berikut:
1. Faktor Alam
Faktor alam dapat menjadi faktor pendukung sekaligus fakTor penghambat karena alam tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Oleh karena itu harus ada alternatif lain apabila alam sedang tidak mendukung, seperti terjadi bencana alam dan sebagainya.
2. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan faktor produksi insani yang secara langsung maupun tidak langsung menjalankan kegiatan produksi. Faktor produksi tenaga kerja juga dikategorikan sebagai faktor produksi asli. Dalam faktor produksi tenaga kerja, terkandung unsur fisik, pikiran, serta kemampuan yang dimiliki oleh tenaga kerja.
3. Faktor modal
10 M; Manullang, Pengantar Bisnis/ M. Manullang (Gadjah Mada University Press, 2008),
//opac.iainkediri.ac.id%2Fopac%2Findex.php%3Fp%3Dshow_detail%26id%3D12496%26keywords%3D.
Modal atau faktor produksi modal berkaitan dengan sesuatu yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang proses produksi atau lain sebagainya. Modal bisa hadir dalam bentuk uang, peralatan dan lain sebagainya.
4. Faktor keahlian
Keahlian atau keterampilan seseorang dalam memanfaatkan atau menggunakan faktor produksi dalam rangka menghasilkan barang atau jasa dan juga menanggung resiko dalam setiap usaha.11
Selain faktor-faktor diatas, terdapat faktor-faktor lain yang menjadi penentu keberhasilan produksi menurut Assauri, faktor penentu keberhasilan dari proses produksi tersebut yaitu:
a. Jenis Barang
Jenis barang yang mempengaruhi keberhasilan produksi seperti bahan baku barang mentah yang nantinya akan diolah melalui proses produksi.
b. Mutu Barang
Barang yang dihasilkan dari proses produksi akan dilihat dari proses produksi akan dilihat kembali mutunya, seperti pada proses quality control. Semua hasil produk akan dicek mutunya apakah sudah sesuai dengan standar atau belum.
c. Jumlah Yang Dihasilkan
Banyaknya hasil produk juga menjadi salah satu indikator menentukan keberhasilan produksi, apakah dengan bahan yang ada untuk mutu yang sudah di tetapkan dapat menghasilkan jumlah barang yang banyak. Hal tersebut akan terus menjadi bahan evaluasi manajemen.
d. Ketepatan Waktu
Penyerahan barang selain kualitas dan kuantitas barang, tentunya ketepatan waktu penyerahan juga sangat penting karena sebelum produksi sudah ada rencananya terlebih dahulu, dari segi anggaran bahan baku, pekerja dan juga mesin. Oleh karena itu, semakin tepat waktu maka proses produksi dapat dikatakan berhasil efektif dan efisien.12
11 Rega Saputra, “Peningkatan Efisiensi Operasional Melalui Implementasi Teknologi Terkini Dalam Proses Produksi,” n.d.
12 Sofjan Assauri, Sustainable competitive advantages: strategic management, 2011.
1. Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Produksi
Dalam mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya, manajer perlu membuat keputusan-keputusan yang berhubungan dengan upaya-upaya untuk mencapai tujuan, agar barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan tepat seperti yang diharapkan, yaitu tepat mutu (kualitas), tepat jumlah (kuantitas), dan tepat waktu dengan biaya yang rendah.
Ditinjau dari kondisi keputusan yang harus di ambil, terdapat empat macam pengambilan keputusan, yaitu:
1. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang perlu (certainty).
2. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang mengandung resiko.
3. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang tidak pasti (uncertainly).
4. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang timbul karena pertentangan dengan keadaan lain.
Bidang produksi memiliki 5 (lima) tanggung jawab keputusan utama, yaitu:
1. Proses
Keputusan-keputusan dalam kategori ini menentukan proses fisik atau fasilitas yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa. Keputusan mencakup jenis peralatan dan teknologi, arus proses, tata letak (lay out) peralatan, dan seluruh aspek fisik pabrik atau fasilitas jasa peralatan.
2. Kapasitas
Keputusan kapasitas dimaksudkan untuk menentukan besarnya kapasitas yang tepat dan penyediaan pada waktu yang tepat. Kapasitas jangka panjang ditentukan oleh besarnya fasilitas fisik yang dibangun. Dalam jangka pendek kapasitas kadang-kadang diperbesar dengan mengadakan sub-kontrak kepada pihak luar atau penambahan regu (shift) ekstra atau menyewa ruangan/peralatan tambahan.
3. Persediaan
Manajer persediaan membuat keputusan-keputusan dalam bidang produksi, menyangkut apa yang dipesan, berapa banyak pemesanan, serta kapan pemesanan dilakukan.
4. Tenaga Kerja
Dalam manajemen produksi, penentuan dan pengelolaan tenaga kerja atau sumber daya manusia menempati posisi penting. Proses produksi tidak mungkin berlangsung tanpa tenaga kerja yang menggarap kegiatan untuk menghasilkan produk, baik berupa barang atau jasa. Keputusan tentang tenaga kerja mencakup seleksi, penggajian, pelatihan, penempatan, penyeliaan atau supervisi.
5. Mutu atau Kualitas
Fungsi produksi ditandai dengan penekanan tanggung jawab yang lebih besar terhadap mutu kualitas barang atau jasa yang dihasilkan. Mutu merupakan tanggung jawab produksi yang penting dan harus didukung oleh organisasi secara keseluruhan.13
2. Ruang Lingkup Manajemen Produksi
Ruang Lingkup manajemen produksi mencakup keseluruhan gagasan dalam lingkaran manajerial. Manajemen produksi memiliki definisi sebagai sebuah proses yang mengubah sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi menjadi barang atau jasa akhir, yang bisa dijual kepada konsumen secara langsung, dengan melalui serangkaian kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya, dikendalikan, dan juga berulang. Ruang lingkup manajemen produksi berdasarkan keterkaitan tiga aspek, yaitu:
1. Aspek struktural, berupa input yang akan ditransformasikan sesuai kriteria produk yang diinginkan, mesin, peralatan, rumusan dan modal.
2. Aspek fungsional, yaitu kaitan antara komponen input, dengan interaksinya mulai dari tahap perencanaan, penerapan, pengendalian, maupun perbaikan untuk memperoleh kinerja yang optimum, sehingga kegiatan operasi dapat berjalan secara kontinyu.
3. Aspek lingkungan, adalah kecenderungan yang terjadi di luar sistem, seperti masyarakat, pemerintah, teknologi, ekonomi, politik, sosial budaya, menunjukkan kemampuan beradaptasi.14
Setiap manajer mengimplementasikan fungsi dasar dalam proses manajemen, termasuk perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, dan pengambilan keputusan. Manajer operasi menggunakan proses manajemen ini untuk mengelola operasi perusahaan. Ruang lingkup ini berkaitan dengan:
13 Sattar, Buku Ajar Pengantar Bisnis (Deepublish, 2017).
14 SUPRIYATIN, MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI (Jakarta: MITRA KREATIF, 2013).
1. Lokasi Fasilitas Perusahaan
Lokasi fasilitas adalah di mana perusahaan beroperasi. Keputusan ini penting dan memerlukan pemikiran yang matang karena akan berpengaruh besar pada bisnis secara keseluruhan serta jika terjadi kesalahan dapat menyebabkan pemborosan besar. Memilih lokasi melibatkan investasi besar dalam bangunan, peralatan, atau kantor, yang sangat penting untuk kesinambungan bisnis.
Sebelum menetapkan lokasi, perlu mempertimbangkan kebijakan perusahaan, rencana ekspansi, perubahan dalam bahan baku, dan diversifikasi produk. Kemudian, diadakannya studi lokasi sebelum menetapkan lokasi utama operasional. Ini bertujuan untuk menemukan lokasi terbaik yang memberikan keuntungan terbesar bagi perusahaan.
Jadi, memilih lokasi fasilitas adalah keputusan penting yang memerlukan analisis cermat untuk memastikan kesuksesan jangka panjang perusahaan.
2. Tata Letak Pabrik dan Penanganan Material
Tata letak pabrik lebih mengacu pada penataan peralatan dan hal-hal lainnya di dalam pabrik atau kantor. Tujuannya adalah untuk merancang tatanan fisik fasilitas yang memenuhi kualitas dan kuantitas produksi yang dibutuhkan dengan cara yang paling ekonomis. Sedangkan yang dimaksud dengan penanganan material adalah pemindahan material dari ruang penyimpanan ke mesin dan dari satu mesin ke mesin berikutnya selama proses produksi. Peralatan dari penanganan material sendiri mampu meningkatkan produksi, meningkatkan kualitas, mempercepat pengiriman, dan juga mengurangi biaya produksi
3. Desain Produk
Desain produk sendiri berkaitan dengan mengubah ide yang dimiliki menjadi produk nyata. Setiap bisnis harus dapat merancang, mengembangkan, dan juga memperkenalkan produk barunya sebagai salah satu strategi untuk dapat bertahan di pasaran dan agar dapat semakin berkembang. Keseluruhan proses untuk mengetahui kebutuhan dalam membuat sebuah produk pada umumnya melibatkan tiga divisi, yaitu marketing/pemasaran, pengembangan produk, dan manufaktur.
Tim pengembangan produk bertugas untuk menerjemahkan kebutuhan pelanggan yang data dan informasinya diberikan oleh tim marketing ke dalam spesifikasi teknis serta merancang berbagai fitur ke dalam produk tersebut sesuai dengan spesifikasi produk tersebut. Sedangkan bagian manufaktur sudah jelas memiliki tanggung jawab untuk memilih proses dimana produk yang telah dikembangkan oleh tim dapat diproduksi.
Desain dan pengembangan produk menghubungkan antara aktivitas pemasaran,
memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan, serta aktivitas lainnya yang sekiranya diperlukan untuk dapat membuat produk tersebut.
4. Proses Desain
Berbeda dengan desain produk, desain proses merupakan pengambilan keputusan dalam lingkup makro dari keseluruhan rute proses untuk mengubah bahan mentah yang dimiliki perusahaan menjadi sebuah barang jadi. Keputusan ini terdiri dari pemilihan proses, pemilihan teknologi yang akan digunakan, menganalisa aliran proses, dan juga tata letak fasilitas. Oleh karenanya, keputusan penting dalam desain proses ini adalah menganalisa alur kerja yang akan dilakukan untuk mengubah bahan mentah tersebut menjadi produk jadi dan juga memilih workstation masing-masing yang termasuk ke dalam alur kerja tersebut.
5. Pengendalian Produksi dan Perencanaan
Perencanaan dan pengendalian produksi dapat diartikan sebagai proses perencanaan produksi yang dibuat terlebih dahulu, menentukan rute yang tepat, menetapkan tanggal mulai dan selesai produksi, pendistribusian pesanan produksi ke toko atau pelanggan dan juga memonitor proses produksi agar sesuai dengan pesanan. Prinsip pada perencanaan dan pengendalian produksi ada pada kalimat ‘Rencanakan Pekerjaan Anda Pertama dan kemudian Kerjakan Rencana Anda’. Fungsi utama dari perencanaan dan pengendalian produksi sendiri meliputi penjadwalan, perencanaan, pengiriman, perutusan, dan tindak lanjut dari rencana yang telah dibuat.
6. Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas atau Quality Control (QC) merupakan sistem yang digunakan untuk mempertahankan kualitas yang diinginkan dalam produk atau layanan. QC dilakukan dengan tujuan untuk mencegah kerusakan berdasarkan pada sumbernya, dimana pengendalian ini dilakukan secara sistematis dari berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kualitas produk. Selain itu, QC juga dikenal sebagai teknik manajemen industri dengan cara memastikan produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang dapat diterima dan diseragamkan pada saat produksi. QC merupakan serangkaian aktivitas yang memastikan bahwa operasional akan menghasilkan produk yang berkualitas optimal dengan biaya minimum.
7. Manajemen Material
Manajemen material merupakan aspek dari fungsi manajemen yang berkaitan utama dengan perolehan, kontrol dan penggunaan material yang dibutuhkan untuk produksi
serta rute distribusi barang dan jasa yang berkaitan dengan proses produksi dimana telah memiliki beberapa tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
8. Manajemen Pemeliharaan
Pada industri modern, peralatan dan mesin merupakan bagian yang sangat penting dari kegiatan produksi secara keseluruhan. Oleh karena itu, perbaikan peralatan dan mesin relatif mahal sehingga sangat penting bagi perusahaan untuk selalu merawat peralatan dan mesinnya sebaik mungkin. (D)
3. Fungsi dan Sistem Produksi dan Operasi 1. Fungsi Produsksi
Secara umum fungsi produksi terkait dengan pertanggung jawaban dalam pengolahan dan pentransformasian masukan (inputs) menjadi keluaran(outputs) berupa barang atau jasa yang akan dapat memberikan hasil pendapatan bagi perusahaan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut diperlukan serangkaian kegiatan yang merupakan keterkaitan dan menyatu serta menyeluruh sebagai suatu sistem.
Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan fungsi produksi dan operasi ini dilaksanakan oleh beberapa bagian yang terdapat dalam suatu perusahaan, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Adapun fungsi penting dan yang utama dalam produksi dan operasi yaitu:
a. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk pengolahan masukan (inputs).
b. Jasa-jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
c. Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam satu dasar waktu atau tertentu.
d. Pengendaian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan (inputs) pada kenyataannya dapat dilaksanakan. (menejemen operasi dan produksi)
2. Sistem produksi dan operasi
Sistem adalah sekumpulan bagian-bagian yang saling berhubungan dengan satu sama lain, dan bersama-sama beraksi menurut pola tertentu terhadap input dengan tujuan menghasilkan output. Sistem produksi yaitu sekumpulan subsistem yang terdiri dari pengambilan keputusan, kegiatan, pembatasan, pengendalian dan rencana yang memungkinkan berlangsungnya perubahan input menjadi output melalui proses produksi. Sedangkan subsistem yang terlibat dalam kegiatan produksi adalah subsistem input, subsistem output, subsistem perencanaan dan subsistem pengendalian(A)
sistem produksi dan operasi adalah suatu keterkaitan unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh dalam pentransformasian inputs menjadi outputs. Sistem produksi tidak hanya berlaku di industri manufaktur, tetapi juga dalam industri jasa seperti perbankan, asuransi, dan rumah sakit.
Sebagai contohnya yaitu inputs dalam sistem produksi bisa berupa bahan baku, komponen produk, atau pelanggan, sementara outputsnya adalah barang jadi atau barang setengah jadi. (manajemen operasional dan produksi)
4. Lokasi dan Lay Out Pabrik 1. Lokasi pabrik
Pemilihan lokasi suatu pabrik biasanya didasarkan atas pertimbangan ekonomi, seperti biaya bahan, biaya produksi, dan biaya distribusi. Biaya bahan, termasuk harga pembelian ditambah biaya pengangkutan.
Biaya produksi terdiri dari biaya tenaga kerja, biaya energi, biaya tanah, penyusutan gedung atau bangunan dan pajak. Untuk menentukan biaya tenaga kerja supaya diperhatikan masalah pasokan tenaga kerja, kualitas, dan produktivitas tenaga kerja.
Tambahan pula, utilitas seperti tenaga, bahan bakar dan air harus mendapat perhatian. Biaya tanah, sewa bangunan dan pajak mempengaruhi pemilihan lokasi pabrik. Demikian pula biaya distribusi, termasuk biaya pengepakan, biaya transport ke pasar serta iklim politik yang stabil dan suasana kemasyarakatan yang kondusif menjadi bahan yang harus dipertimbangkan. ( buku M. Manullang)
Pemerintah telah menetapkan tempat konsentrasi industri yaitu biasanya diluar kota sehingga industri dapat menyerap tenaga kerja di daerah sekitarnya dan daerah pemasaran lebih dekat, serta menghindari polusi.
Masalah-masalah yang dihadapi industri dalam memilih lokasi ialah:
a. Dekat dengan sumber material.
b. Dekat dengan pasar.
c. Mudah mendapat tenaga kerja, d. Mudah fasilitas transportasi, e. Mudah memperoleh bahan bakar, f. Mudah memperoleh air, dan
g. Sikap pemerintah setempat serta masyarakatnya.
Pertimbangan yang penting bagi suatu industri tidaklah sama karena bagi satu industri mungkin yang paling penting ialah sumber bahan baku dan bagi yang lainnya fasilitas transpor. Lokasi yang baik ialah yang mempertimbangkan faktor- faktor di atas secara seimbang.
Pabrik yang harus dekat pasar misalnya, pabrik roti, sehingga roti dengan mudah disalurkan ke konsumen. Demikian pula usaha perakitan mobil harus mendekati daerah konsumen, karena biaya transportasi onderdil-onderdil mobil yang harus dirakit akan lebih murah, jika dibandingkan dengan mengangkut mobil jadi satu persatu langsung dari pabriknya.
Mengenai sumber bahan baku, ada 3 bentuk bahan baku yang dipakai, yaitu:
a. Yang cepat rusak, seperti sayur, buah-buahan,
b. Material yang tidak di proses seperti batu bara, tanah liat, dan c. barang setengah jadi seperti plat besi, kulit, bahan kimia.
Dengan demikian pabrik makanan dan sayuran kaleng tiada pilihan lain harus berlokasi dekat daerah pertanian. Biaya angkut akan lebih ringan, karena banyak bahan yang terbuang dari proses produksinya.(buku buchari alma)
2. Lay Out Pabrik
Setelah semua pertimbangan untuk mendirikan pabrik matang maka dibuat rencana lay outnya. Jumlah ruangan yang dikehendaki dan peralatan yang akan digunakan dan penempatannya sangat menentukan bentuk dan letak bangunan.
Untuk menghemat biaya, lay out harus diatur sedemikian rupa sehingga memudahkan aliran kerja dan kondisi kerja yang baik.
Beberapa faktor pertimbangan untuk rencana lay out ialah:
a. Keadaan proses produksi
Dalam hal ini harus dilihat apakah proses produksi dilakukan untuk membuat satu macam barang atau banyak macam barang. Jika hanya satu barang maka letak mesin akan dibuat secara berurutan. Jika pabrik membuat banyak jenis barang, maka letak mesin akan diatur menurut kelompok dan mesin yang sama diletakkan pada satu tempat yang sama.
b. Tipe produksi
Di sini dipertimbangkan apakah produksi dibuat berdasarkan pesanan, produksi massal. Jika dibuat secara massal maka perlu disediakan gudang sebelum barang tersebut dijual. Pabrik yang hanya membuat onderdil saja berbeda layoutnya dengan pabrik yang membuat onderdil dan juga merakit barang tersebut.
c. Bentuk mesin yang digunakan
Jika pabrik menggunakan mesin-mesin berat maka lay outnya harus di atur sedemikian rupa sehingga ada kebebasan bergerak bagi tenaga kerja yang melayani mesin tersebut.
d. Persyaratan penerangan,dan tenaga listrik.
Telah dibicarakan bahwa kondisi kerja sangat mempengaruhi moral pekeraj dan efisiensi. Misalnya pengaturan cahaya dan warna yang digunakan,
dapat mengurangi biaya karena jarang terjadi kecelakaan, tidak mudah merasa lelah, pekerja merasa betah bekerja, dan produktivitas akan meningkat.Faktor- faktor ini sangat penting dipertimbangkan dalam membuat lay out.
e. Kemungkinan ekspansi.
Kemungkinan ekspansi dikemudian hari harus dipertimbangkan jauh sebelumnya.Karena untuk ekspansi diperlukan pemasangan mesin baru atau bangunan baru.Untuk itu perlu disediakan ruang atau tanah yang cukup.
Di dalam lay out terdapat beberapa pola, Ada 3 pola layout yaitu:
a. Lay out Fungsional
Lay out Fungsional disebut juga lay out proses, atau job lot, artinya pengelompokan mesin berdasarkan pekerjaan sejenis. Misalnya, pada sebuah perusahaan otomotif ada bagian-bagian khusus dan mesin dikelompokan pada bagian-bagian tersebut, seperti bagian pekerjaan mesin, pekerjaan pengecatan, bagian roda, dan sebagainya. Ini juga disebut penempatan mesin berdasarkan departemental. Artinya lay out mesin berdasarkan departemen-departemen pekerjaan yang dilaksanakan dalam pabrik.
b. Lay out Produk
Lay out produk disebut juga lay out garis. Untuk pola lay out ini, mesin- mesin ditempatkan berurutan menurut proses produksi yang akan dilewati, mulai dari bahan baku sampai menjadi produk akhir. Dalam prosesnya biasanya digunakan bantuan ban berjalan. Para karyawan akan dilewati oleh ban berjalan dan langsung mengerjakan pekerjaan yang lewat. Misalnya, dalam pabrik obat, mulai dari proses produksi obat, sampai mengisi botol,memberi etiket/label, membungkus, mengepak dan sebagainya dilakuka secara berurut.
c. Lay out Kelompok
Dalam hal ini mesin ditempatkan menurut kelompok produk. Dalam pengelompokan ini, produk dikerjakan sampai tuntas, sehingga menghemat biaya dan waktu pengangkutan transpor intern. Ini juga disebut dengan pengelompokan
sistem full group artinya mesin ditempatkan satu jenis yang mengerjakan pekerjaan sampai selesai. (buku buchari alma)
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA