MAKALAH EKONOMI INTERNASIONAL
“Teori Standar Perdagangan Internasional”
Dosen Pengampuh: Dr. Sri Astuty,S.E.,M.Si
Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
1. Widya Lestari 210906501016 2. Rahma Rauf 210906502065 3. Ismi Amalia 210906501024 4. Siti mardyanah 210906502024 5. Muh. Adam 210906502069
PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2024
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga makalah yang berjudul “Teori Standar Perdagangan Internasional” ini dapat disusun hingga selesai. Juga tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Astuty,S.E.,M.Si sebagai dosen pengampu pada mata kuliah Ekonomi Internasional
Penyusunan dokumen ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah Ekonomi Internasional. Selanjutnya penyusunan makalah ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman baik bagi penulis maupun pembaca.
Dalam pembuatan makalah ini, jauh dari kata sempurna. Serta masih banyak kekurangan, maka kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah kami.
Makassar, 19 Februari 2024
Kelompok 6
ii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 1
C.Tujuan ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
A.BATAS PRODUKSI DENGAN PENINGKATAN BIAYA ... 3
1. Ilustrasi peningkatan biaya ... 3
2. Tingkat transformasi marginal ... 4
3. Alasan meningkatnya biaya oportunitas dan perbedaan garis batas produksi 5 B.KURVA INDIFREN MASYARAKAT ... 6
1. Ilustrasi kurva indifren masyarakat ... 6
2. Tingkat Subsitusi Marginal ... 8
3. Beberapa Permasalahan Berkaitan dengan Kurva Indiferen Masyarakat ... 8
C.EKUIBLIRIUM DALAM ISOLASI ... 10
1. Ilustrasi Ekuilibrium dalam Isolasi ... 10
2. Harga Komoditas Ekuilibrium-Relatif dan Keunggulan Komparatif ... 12
D.LANDASAN DAN KEUNTUNGAN DARI PERDAGANGAN DENGAN PENINGKATAN BIAYA ... 12
1. Ilustrasi Landasan dan Keuntungan dari Perdagangan dengan Peningkatan Biaya ... 13
iii
2. Harga Komoditas Ekuilibrium-Relatif dengan Perdagangan ... 15
3. Spesialisasi Tidak Menyeluruh... 16
4. Kasus Negara Kecil dengan Peningkatan Biaya ... 17
5. Keuntungan Dari Perdagangan Dan Dari Spesialisasi ... 19
Studi Kasus 3-3 Pengurangan Tenaga Kerja pada Industri-Industri Amerika Serikat yang Bersaing dengan Produk Impor, 1979–1999 ... 21
Studi Kasus 3-4 Perdagangan Internasional dan Deindustrialisasi di Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang ... 23
E. PERDAGANGAN BERDASARKAN PERBEDAAN SELERA ... 25
1. Ilustrasi Perdagangan Berdasarkan Perbedaan Seleara ... 25
F. FUNGSI PRODUKSI, ISOKUAN, ISOKOS, DAN EKUILIBRIUM ... 27
G.TEORI PRODUKSI DENGAN DUA NEGARA, DUA KOMODITAS, DAN FAKTOR PRODUKSI ... 30
H.PENGURAIAN DIAGRAM KOTAK EDGEWORTH DAN GARIS BATAS PRODUKSI ... 31
BAB II PENUTUP ... 35
A.Kesimpulan ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada makalah ini akan memperdalam materi mengenai model perdagangan yang sederhana menjadi kasus yang lebih realistis yang melibatkan penigkatan biaya oportunitas. Istilah selera atau preferensi permintaan mulai dari diperkenelkan dengan penggunaan kurva indifiren masyarakat. Kemudian kita melihat bagaimana kekuatan penawaran dan permintaan menentukan harga komoditas ekuilibrium relatif disetiap negara dalam kndisi tidaka adanya perdagangan dan dalam kondisi baiaya yang meningkat. Hal ini juga akan meunjukan komoditas yang menunjukan keunggulan kompeatif untuk setiap negara.
Selanjutnya, kita akan meneliti bagaimana, dengan adanya perdagangan masing- masing suatu negara untuk menapatkan keuntungan dengan mengkhususkandiri dalam komoditas yang mempunyai keunggulan komperatif dan mengekspor baerbagai hasilnya untuk ditukarkan dengan komoditas yang mempunyai kelemaham komperatif dinegara tersebut.
Bagian terakhir pemebahsan menunjukan bagaimana perdagangan yang saling menguntungkan adalah mungkin, bahkan ketika dua negara persisi sama kecuali untuk selera, dalam kondisi biaya yang menigkat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Batas produksi dengan peningkatan biaya ? 2. Bagaimana kurva indifren masyarakat ?
3. Bagaimana ekuiblirium dalam isolasi ?
4. Bagaimana landasan dan kentungan dari perdagangan dengan peningkatan biaya ?
5. Bagaimana perdagangan berdasarkan perbedaan selera ? 6. Bagaimana fungsi produksi, isokuan, isokos, dan ekuilibrium ?
2
7. Bagaimana teori produksi dengan dua negara, dua komoditas, dan faktor produksi ?
8. Bagaimana penguraian diagram kotak edgeworth dan garis batas produksi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Bagaimana Batas produksi dengan peningkatan biaya 2. Untuk mengetahui Bagaimana kurva indifren masyarakat
3. Untuk mengetahui Bagaimana ekuiblirium dalam isolasi
4. Untuk mengetahui Bagaimana landasan dan kentungan dari perdagangan dengan peningkatan biaya
5. Untuk mengetahui Bagaimana perdagangan berdasarkan perbedaan selera 6. Untuk mengetahui Bagaimana fungsi produksi, isokuan, isokos, dan
ekuilibrium
7. Untuk mengetahui Bagaimana teori produksi dengan dua negara, dua komoditas, dan faktor produksi
8. Untuk mengetahui Bagaimana penguraian diagram kotak edgeworth dan garis batas produksi
3 BAB II PEMBAHASAN
A. BATAS PRODUKSI DENGAN PENINGKATAN BIAYA
Pada kenyataannya, lebih realistis bagi sebuah negara untuk menghadapi kondisi biaya oportunitas yang meningkat daripada konstan. Peningkatan biaya oportunitas (increasing opportunity cost) berarti bahwa negara harus melepas dengan jumlah yang semakin meningkat dari satu komoditas untuk mendapatkan sumber daya yang hanya cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditas lain. Peningkatan biaya oportunitas menghasilkan kurva batas produksi yang cekung dari titik asal (bukan garis lurus).
1. Ilustrasi peningkatan biaya
Gambar 1 menunjukkan batas produksi hipotetis komoditas X dan Y untuk Negara 1 dan 2. Kedua batas produksi cekung dari titik asal, mencerminkan kenyataan bahwa setiap negara mengalami peningkatan biaya oportunitas dalam produksi kedua komoditas.
Gambar 1. Garis Batas Produksi Negara 1 dan Negara 2 dengan Peningkatan Biaya.
Garis batas produksi yang cekung mencerminkan biaya oportunitas yang meningkat di setiap negara dalam produksi kedua komoditas. Dengan demikian, Negara 1 harus
4
melepaskan lebih dan lebih lagi Y untuk setiap kelompok tambahan 20X yang dihasilkan.
Hal ini digambarkan oleh panah ke bawah yang semakin panjang. Demikian pula, Negara 2 juga mengalami peningkatan biaya oportunitas dalam melepaskan komoditas X (digambarkan oleh bertambahnya panjakan biaya opurtunitas setiap kelompok tambahan 20 yang dihasilkan).
Misalnya, Negara I ingin memproduksi lebih banyak komoditas X, dimulai dari titik A di batas produksinya. Karena pada titik A negara tersebut sudah memanfaatkan semua sumber dayanya dengan teknologi terbaik yang tersedia, negara hanya dapat menghasilkan lebih X dengan mengurangi hasil komoditas Y. Gambar 1 menunjukkan bahwa untuk tiap sekumpulan tambahan 20X yang diproduksi, Negara 1 harus melepaskan lebih banyak lagi dan lagi komoditas Y. Peningkatan biaya oportunitas dalam hal Y di Negara 1 tercermin dalam panah ke bawah yang semakin panjang dalam gambar, dan menghasilkan garis batas produksi yang cekung dari titik asal.
Negara 1 juga menghadapi peningkatan biaya oportunitas dalam produksi Y. Hal ini dapat dibuktikan secara grafis dengan menunjukkan bahwa Negara 1 harus melepaskan komoditas X dalam jumlah yang terus-menerus meningkat jumlahnya untuk setiap kelompok tambahan 20Y yang dihasilkan. Namun, alih-alih menunjukkan ini untuk Negara 1, kita tunjukkan fenomena meningkatnya biaya oportunitas dalam produksi Y dengan batas produksi Negara 2 pada Gambar 3.1. Bergerak ke atas dari titik A' di sepanjang kurva batas produksi Negara 2, kita amati panah ke kiri yang panjangnya semakin meningkat, mencerminkan peningkatan jumlah X yang harus dilepaskan Negara 2 untuk menghasilkan setiap kelompok tambahan 20Y, Dengan demikian, kurva batas produksi yang cekung untuk Negara 1 dan Negara 2 mencerminkan peningkatan biaya oportunitas di negara masing-masing dalam produksi kedua komoditas.
2. Tingkat transformasi marginal
Tingkat transformasi marginal (marginal rate of transformation/MRT) dari X untuk Y mengacu pada jumlah Y yang harus dilepaskan suatu negara untuk memproduksi setiap unit tambahan X. Dengan demikian, MRT adalah nama lain untuk biaya oportunitas dari X (komoditas diukur sepanjang sumbu horizontal) dan diberikan oleh kemiringan (absolut) dari kurva batas produksi di titik produksi.
5
Jika pada Gambar 1 kemiringan batas produksi (MRT) dari Negara 1 pada titik A adalah 1/4, ini berarti bahwa Negara harus menyerahkan 1/4 dari unit Y untuk mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan X pada saat ini. Demikian pula, jika kemiringan, atau MRT, sama dengan 1 pada titik B, ini berarti bahwa Negara 1 harus menyerahkan satu unit Y untuk memproduksi satu unit tambahan X pada saat ini.
Dengan demikian, pergerakan dari titik A ke titik B di sepanjang kurva batas produksi Negara 1 melibatkan peningkatan kemiringan (MRT) dari 1/4 (pada titik A) ke 1 (pada titik B) dan mencerminkan peningkatan biaya oportunitas untuk memproduksi lebih banyak X. Hal ini berbeda dengan kasus kurva batas produksi yang berbentuk garis lurus (seperti dalam Bab 2), yang mana biaya oportunitas dari X adalah konstan terlepas dari tingkat hasil dan nilainya sama dengan kemiringan (MRT) dari garis batas produksi yang nilainya konstan.
3. Alasan meningkatnya biaya oportunitas dan perbedaan garis batas produksi
Peningkatan biaya oportunitas muncul karena sumber daya atau faktor-faktor produksi (1) tidak homogen (misalnya, semua unit dari faktor produksi yang sama tidak identik atau mempunyai kualitas yang sama) dan (2) tidak digunakan dalam proporsi atau intensitas yang nilainya selalu tetap sama dalam produksi semua komoditas. Ini berarti bahwa sebagai negara yang memproduksi kualitas lebih banyak harus memanfaatkan sumber daya yang lebih banyak pula di mana sumber daya ini menjadi semakin kurang efisien atau kurang cocok untuk produksi komoditas itu. Akibatnya negara harus melepaskan lebih banyak dan lebih banyak lagi komoditas kedua untuk mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memproduksi setiap unit tambahan komoditas pertama.
Misalnya, sebagian lahan suatu negara bentuknya rata dan cocok untuk menanam gandum seru beberapa berbukit yang lebih cocok untuk penggembalaan dan produksi susu. Negara ini awalnya mengkhususkan diri dalam produksi
6
gandum tapi sekarang ingin berkonsentrasi pada produksi susu. Dengan mengubah daerah berbukit dari pertanian gandum menjadi padang rumput, negara tersebut melepaskan sangat sedikit komoditas gandum dan memperoleh banyak susu.
Dengan demikian, biaya oportunitas susu dalam hal jumlah gandum yang dilepaskan pada awalnya kecil. Tetapi, kalas proses pengubahan lahan ini berlanjut, akhirnya tanah datar, yang lebih cocok untuk pertanian gandum, harus digunakan juga untuk merumput. Akibatnya, biaya oportunitas susu akan naik dan batas produksi akan cekung dari titik asal.
Perbedaan dalam garis batas produksi Negara 1 dan Negara 2 pada Gambar 1 diakibatkan oleh fakta bahwa kedua negara memiliki sumber daya yang berbeda dan/atau teknologi yang mereka gunakan berbeda dalam produksi. Dalam dunia nyata, batas produksi dari negara-negara yang berbeda biasanya akan berbeda karena hampir tidak ada dua negara memiliki karunia sumber daya yang identik (bahkan jika mereka bisa memiliki akses ke teknologi yang sama). Seiring dengan pasokan atau ketersediaan faktor dan/atau teknologi yang berubah dari waktu ke waktu, negara mengalami pergeseran garis batas produksi. Jenis dan tingkat pergeseran ini tergantung pada jenis dan besarnya perubahan yang terjadi.
B. KURVA INDIFREN MASYARAKAT
Sebuah kurva indiferen masyarakat (community indifference curves) menunjukkan berbagai kombinasi dari dua komoditas yang menghasilkan kepuasan yang sama dalam masyarakat atan negara. Kurva yang lebih tinggi mengacu pada kepuasan yang lebih besar, kurva lebih rendah untuk kepuasan yang lebih rendah. Kurva indiferen masyarakat memiliki kemiringan negatif dan berbentuk cembung dari titik asal. Agar bentuknya tepat, kurva-kurva tersebut tidak boleh saling berpotongan satu sama lain.
1. Ilustrasi kurva indifren masyarakat
Gambar 2 menunjukkan tiga kurva indiferen hipotetis untuk Negara 1 dan Negara 2.
Ketigama berbeda dalam hal asumsi bahwa selera, atau preferensi permintaan, yang berbeda di kedua negara. Titik N dan A memberikan kepuasan yang sama di Negara 1
7
karena terletak pada kurva indiferen I. Titik T' dan H mengacu pada tingkat kepuasan yang lebih tinggi karena berada pada kurva indiferto yang lebih tinggi (II). Meskipun T melibatkan lebih banyak Y, tetapi lebih sedikit X dari A, kepuasan lebih besar terletak pada T karena berada pada kurva indiferen II. Titik E mengacu pada kepuasan yang lebih besar karena berada pada kurva indiferen III, Untuk Negara 2, A'R’ <H’<E’.
Gamabar 2. Kurva Indeferen Masyarakat untuk Negara 1 dan Negara 2. Sebuah kurva Indiferen masyarakat menunjukkan berbagai kombinasi X dan Y yang menghasilkan kepuasan yang sama pada suatu masyarakat atau negara. Sebuah kurva yang lebih tinggi mengacu pada tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kurva Indiferen masyarakat bentuknya menurun, atau kemiringannya negatif, landai, dan cembung dari titik asal; agar bentuknya tepat, mereka tidak boleh berpotongan satu sama lain. Kemiringan menurun dari kurva mencerminkan tingkat substitusi marginal (MRS) yang menurun dari X untuk Y dalam konsumsi.
Perhatikan bahwa kurva indiferen masyarakat pada Gambar 2 mempunyai kemiringan negatif. Ini selalu terjadi karena sebagai negara yang mengonsumsi lebih banyak X, harus mengonsumsi lebih sedikit Y jika negara ini memiliki tingkat kepuasan-yang-sama (yaitu tetap pada tingkat kepuasan yang sama). Dengan demikian, seiring komposisi komoditas Negara 1 bergerak dari titik N ke A pada kurva indiferen I, Negara 1 akan mengonsumsi lebih banyak X dan mengonsumsi lebih sedikit Y. Demikian juga pada Negara 2 yang komposisi komoditasnya bergerak dari A' ke R' pada kurva indiferen I'. Negara 2 akan
8
mengonsumsi lebih banyak X, tetapi mengurangi konsumsi Y. Jika suatu negara terus mengonsumsi jumlah Y yang sama bersamaan peningkatan konsumsi dari X, negara tersebut akan pindah ke kurva indiferen yang lebih tinggi.
2. Tingkat Subsitusi Marginal
Tingkat substitusi marginal (The Marginal Rate of Substitution-MRS) X untuk Y dalam hal konsumsi mengacu pada jumlah Y yang dapat dilepaskan suatu negara untuk satu unit tambahan X dan tetap berada pada kurva indiferen yang sama. Hal ini ditunjukkan oleh kemiringan (absolut) dari kurva indiferen masyarakat pada titik konsumsi dan semakin menurun seiring titik konsumsi suatu negara bergerak turun pada kurva. Misalnya, kemiringan, atau MRS, dari kurva indiferen I lebih besar pada titik N dibandingkan pada titik A (lihat Gambar 2). Demikian pula, kemiringan, atau MRS, dari kurva indiferen I'lebih besar di titik A' dari pada di titik R'.
Penurunan MRS atau kemiringan absolut kurva indiferen adalah dari kenyataan bahwa negara yang mengonsumsi lebih banyak X dan lebih sedikit Y akan lebih menganggap berharga satu unit Y bagi negara tersebut dibandingkan dengan satu unit X. Oleh karena itu, negara mungkin hanya akan mau menyerahkan sedikit dan semakin sedikit Y untuk setiap unit tambahan X yang diinginkan.
Penurunan MRS berarti bahwa kurva indiferen masyarakat berbentuk cembung dari titik asal. Dengan demikian, sementara meningkatnya biaya oportunitas dalam produksi tercermin dalam batas produksi yang cekung, penurunan tingkat marginal substitusi dalam kihat bahen sifat kedalam kurva indiferen masyarakat yang cembung. Pada Bagian 4, kita akan melihat bahwa sifat kecembungan dari komanda pela untuk mendapatkan (yaitu satu) titik konsumsi ekuilibrium yang unik bagi suatu negara.
3. Beberapa Permasalahan Berkaitan dengan Kurva Indiferen Masyarakat Seperti yang kita katakan sebelumnya, agar tepat, kurva indiferen masyarakat harus tidak berpotongan (silang) satu sama lain. Sebuah titik persimpangan akan mengacu pada kepuasan yang sama pada dua kurva indiferen masyarakat yang
9
berbeda, yang mana tidak konsisten dengan definisinya. Dengan demikian, kurva indiferen Negara 1 dan Negara 2 pada Gambar 3.2 digambar dengan tidak berpotongan.
Namun, pada gambar tertentu, atau grafik, dari kurva indiferen masyarakat mengacu pada distribusi pendapatan tertentu dalam suatu negara. Sebuah distribusi pendapatan yang berbeda akan menghasilkan kurva indiferen yang sama sekali baru, yang mungkin berpotongan dengan kurva indiferen sebelumnya.
Inilah apa yang mungkin terjadi seiring suatu negara membuka perdagangan atau meningkatkan level perdagangannya. Eksportir akan mendapatkan keuntungan, sedangkan produsen dalam negeri yang bersaing dengan komoditas impor akan menderita. Ada juga dampak yang berbeda pada konsumen, tergantung pada apakah pola konsumsi individu yang berorientasi lebih ke arah X atau Y yang lebih besar. Dengan demikian, perdagangan akan mengubah distribusi pendapatan riil di negara tersebut dan dapat menyebabkan kurva indiferen berpotongan. Dalam hal ini, kita tidak bisa menggunakan kurva indiferen masyarakat untuk menentukan apakah pembukaan atau perluasan perdagangan akan meningkatkan kesejahteraan suatu negara.
Salah satu jalan keluar dari kebuntuan ini adalah melalui apa yang disebut sebagai prinsip kompensasi. Menurut prinsip ini, negara mendapat manfaat dari perdagangan jika negara tersebut akan menjadi lebih baik (yaitu mempertahankan beberapa keuntungan mereka) bahkan setelah sepenuhnya membayar kompensasi atas kerugian mereka. Hal ini tetap berlaku terlepas dari kompensasi benar-benar terjadi ataupun tidak. (Salah satu cara kompensasi akan terjadi adalah ketika pemerintah menarik sejumlah pajak yang cukup dari keuntungan untuk sepenuhnya mengompensasi kerugian melalui subsidi atau keringanan pajak.) Atau, kita bisa membuat sejumlah asumsi batasan tentang selera, pendapatan, dan pola konsumsi yang akan menghalangi perpotongan kurva indiferen masyarakat.
Meskipun prinsip kompensasi ataupun batasan asumsi tidak sepenuhnya menghilangkan semua kesulitan konseptual yang melekat dalam penggunaan kurva indiferen masyarakat, hal tersebut memungkinkan kita untuk
10
menggambarkan kurva-kurva yang tidak saling berpotongan (sehingga kita dapat terus memanfaatkannya, meskipun dengan sedikit hati-hati).
C. EKUIBLIRIUM DALAM ISOLASI
Pada Bagian 2, kita membahas kurva batas produksi, yang menggambarkan kondisi produksi, atau pasokan, suatu negara. Pada Bagian 3, kita membahas tentang kurva indiferen masyarakat, yang mencerminkan selera, atau preferensi permintaan, dalam suatu negara. Sekarang kita akan melihat bagaimana interaksi kekuatan permintaan dan penawaran menentukan titik ekuilibrium, atau titik kesejahteraan sosial maksimum, di suatu negara yang berada dalam isolasi (misalnya, dengan tidak adanya perdagangan).
Dengan tidak adanya perdagangan, suatu negara berada dalam keseimbangan saat mencapai kurva indiferen tertinggi yang bisa dicapai oleh batas produksinya. Hal ini terjadi pada titik di mana kurva indiferen masyarakat bersinggungan dengan kurva batas produksi negara tersebut. Kemiringan yang sama dari dua kurva pada titik singgung memberikan harga komoditas ekuilibrium-relatif internal negara tersebut dan mencerminkan keunggulan komparatif negara tersebut. Mari kita lihat apa artinya semua ini.
1. Ilustrasi Ekuilibrium dalam Isolasi
Gambar 3. menyatukan kurva batas produksi dari Gambar 1 dan kurva indiferen masyarakat dari Gambar 2. Kita melihat pada Gambar 3 bahwa kurva indiferen I adalah kurva indiferen tertinggi yang dapat dicapai Negara I dengan batas produksinya. Dengan demikian, Negara 1 berada dalam keseimbangan, atau kondisi yang memaksimalkan kesejahteraan, ketika memproduksi dan mengonsumsi pada titik A dengan tidak adanya perdagangan, atau autarki (autarky). Demikian pula, Negara 2 berada pada ekuilibrium di titik A, di mana batas produksi bersinggungan dengan kurva indiferen I.
Perhatikan bahwa karena kurva indiferen masyarakat cembung dari titik asal dan digambar sedemikian, sehingga tidak saling bersinggungan, hanya ada satu titik singgung, atau keseimbangan, yang terjadi. Selain itu, kita bisa yakin bahwa
11
satu titik keseimbangan tersebut pasti ada karena ada jumlah kurva indiferen yang tak terbatas (karena sesungguhnya jumlah kurva indeferen sangatlah padat). Titik pada kurva indiferen yang lebih rendah dapat saja terjadi tetapi tidak akan memaksimalkan kesejahteraan negara tersebut. Di sisi lain, negara tidak dapat mencapai kurva indiferen yang lebih tinggi dengan sumber daya dan teknologi yang saat ini tersedia.
Gamabar 3. Ekuilibrium dalam Isolasi. Negara 1 berada dalam keseimbangan, atau dalam kondisi yang memaksimalkan kesejahteraan, dalam isolasi dengan memproduksi dan mengonsumsi pada titik A, di mana batas produksinya mencapai (bersinggungan dengan) kurva indiferen I (kurva tertinggi). Demikian pula, Negara 2 berada pada ekuilibrium di titik A', di mana batas produksi bersinggungan dengan kurva indiferen I. Harga keseimbangan relatif X di Negara 1 dihitung dari kemiringan garis singgung yang sama untuk batas produksi dan kurva indiferen I di titik A. Ini adalah P = 1/4. Untuk Negara 2, P= 4. Karena harga relatif X lebih rendah di Negara 1 dibandingkan Negara 2, Negara 1 memiliki keunggulan komparatif dalam komoditas X dan Negara 2 di komoditas Y.
12
2. Harga Komoditas Ekuilibrium-Relatif dan Keunggulan Komparatif Harga komoditas ekuilibrium-relatif dalam isolasi (equilibrium-relative commodity price in isolation) ditunjukkan oleh kemiringan garis singgung yang sama dari kurva batas produksi dan kurva indiferen negara tersebut pada suatu titik yang disebut titik autarki produksi dan konsumsi. Dengan demikian, harga ekuilibrium-relatif X dalam isolasi adalah PA= PX/PY = 1/4 di Negara 1 dan PA = PX/PY = 4 di Negara 2 (lihat Gambar 3.3). Harga relatif berbeda di kedua negara karena kurva batas produksi dan kurva indiferen keduanya berbeda dalam hal bentuk dan lokasi.
Negara 1 memiliki keunggulan komparatif dalam komoditas X dan Negara 2 di komoditas Y karena dalam isolasi PA < PA’. Oleh karena itu, kedua negara dapat memperoleh keuntungan jika Negara 1 mengkhususkan diri dalam produksi dan ekspor X untuk ditukar dengan komoditas Y dari Negara 2. Bagaimana hal ini terjadi akan terlihat pada bagian berikutnya.
Gambar 3.3 memperlihatkan bahwa kekuatan penawaran (seperti yang diberikan oleh batas produksi suatu negara) dan kekuatan permintaan (seperti yang dirangkum oleh kurva-kurva indiferen negara) bersama-sama menentukan harga komoditas ekuilibrium-relatif di setiap negara di titik autarki. Sebagai contoh, jika kurva indiferen I berubah bentuknya, kurva ini tetap bersinggungan dengan batas produksi namun pada titik yang berbeda dan akan menentukan harga relatif X yang berbeda di Negara 1. Hal yang sama akan berlaku bagi Negara 2. Hal ini berbeda dengan kasus biaya konstan, di mana keseimbangan PX /PY, adalah konstan di setiap negara terlepas dari tingkat hasil dan kondisi permintaan, dan nilainya sama dengan kemiringan konstan garis batas produksi negara.
D. LANDASAN DAN KEUNTUNGAN DARI PERDAGANGAN DENGAN PENINGKATAN BIAYA
Perbedaan harga komoditas relatif antara dua negara adalah cerminan dari keunggulan komparatif mereka dan membentuk landasan untuk perdagangan yang
13
saling menguntungkan. Negara dengan harga sebuah komoditas yang relatif lebih rendah memiliki keunggulan komparatif dalam komoditas itu dan kelemahan komparatif dalam komoditas lainnya, dibandingkan dengan negara kedua. Setiap negara kemudian harus mengkhususkan diri dalam produksi komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif (yaitu menghasilkan komoditas itu lebih dari yang dikonsumsi di dalam negeri) dan menukar sebagian hasilnya dengan negara lain untuk komoditas yang mempunyai kelemahan komparatif di dalam negeri.
Namun, seiring masing-masing negara mengkhususkan diri dalam memproduksi komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif, hal tersebut menimbulkan peningkatan biaya oportunitas. Spesialisasi akan berlanjut sampai harga komoditas relatif di kedua negara menjadi sama pada tingkat di mana perdagangan berada dalam kondisi ekuilibrium (seimbang). Pada saat terjadi perdagangan dengan satu sama lain, kedua negara akhirnya mengonsumsi lebih banyak dibandingkan dengan ketika tidak adanya perdagangan.
1. Ilustrasi Landasan dan Keuntungan dari Perdagangan dengan Peningkatan Biaya
Kita telah melihat (Gambar 3) bahwa tanpa adanya perdagangan, harga ekuilibrium-relatif X adalah P₁= 1/4 di Negara 1 dan P 4 di Negara 2. Dengan demikian, Negara 1 memiliki keunggulan komparatif di komoditas X dan Negara 2 di komoditas Y.
14
Gamabar 4. Keuntungan dari Perdagangan dengan Peningkatan Biaya.
Dengan adanya perdagangan, Negara 1 bergerak dari titik A ke titik B dalam produksi. Pada saat itu, Negara 1 menjual 60X untuk mendapat 607 dari Negara 2 (lihat perdagangan segitiga BCE), Negara 1 akhirnya mengonsumsi pada titik E (pada kurva indiferen III). Dengan demikian, Negara 1 mendapat keuntungan 20X dan 20Y dari perdagangan (bandingkan titik autarki A dengan titik E). Demikian pula, Negara 2 bergerak dari A'ke 8' dalam produksi. Pada saat itu, Negara 2 menjual 60Y untuk mendapat 60X dari Negara 1 (lihat segitiga perdagangan B'C'E), Negara 2 akhirnya mengonsumsi pada titik E' dan juga mendapat keuntungan 20X dan 201. PP=1 adalah harga ekuilibrium-relatif, yaitu harga di mana perdagangan seimbang.
Misalkan perdagangan antara kedua negara menjadi mungkin (misalnya, melalui penghapusan hambatan perdagangan dari pemerintah atau pengurangan drastis dalam biaya transportasi). Negara I sekarang harus mengkhususkan diri dalam produksi dan ekspor komoditas X dan menukarnya dengan komoditas Y dari Negara 2. Bagaimana hal ini terjadi digambarkan oleh Gambar 4.
Mulai dari titik A (titik ekuilibrium saat dalam isolasi), seiring Negara 1 mengkhususkan diri dalam produksi X dan bergerak turun di sepanjang batas produksinya, hal itu menimbulkan peningkatan biaya oportunitas dalam produksi X. Hal ini tercermin dalam peningkatan kemiringan kurva batas produksi. Mulai dari titik A', seiring Negara 2 mengkhususkan diri dalam produksi Y dan bergerak naik di sepanjang batas produksinya, Negara 2 mengalami peningkatan biaya oportunitas dalam produksi Y. Hal ini tercermin dalam penurunan kemiringan kurva batas produksi (penurunan biaya oportunitas dari X, yang berarti kenaikan biaya oportunitas Y).
Proses spesialisasi dalam produksi terus terjadi sampai harga komoditas relatif (kemiringan kurva batas produksi) menjadi sama di kedua negara. Harga relatif (kemiringan) yang sama dalam perdagangan akan berada di antara harga relatif sebelum perdagangan, yaitu 1/4 dan 4, pada tingkat di mana perdagangan seimbang. Pada Gambar 4, hal ini terjadi pada P = P = 1.
15
Dengan perdagangan, Negara 1 bergerak dari titik A ke titik B dalam produksi.
Pada saat itu, Negara I akan menjual 60X untuk mendapat 60Y dari Negara 2 (lihat segitiga perdagangan BCE). Negara 1 berakhir pada tingkat konsumsi di titik E (70X dan 50Y) pada kurva Indiferen III. Ini adalah tingkat tertinggi dari kepuasan yang dapat dicapai 1 Negara dengan perdagangan di P/P₁= 1. Dengan demikian, Negara 1 mendapat keuntungan 20X dan 20Y dari titik keseimbangan ketika belum terjadi perdagangan. (Bandingkan titik E pada kurva indiferen III dengan titik A pada kurva indiferen 1.) Garis BE disebut dengan garis kemungkinan perdagangan atau, cukup disebut dengan. jalur perdagangan karena perdagangan terjadi sepanjang garis ini.
Demikian pula, Negara 2 bergerak dari titik A' sampai ke titik B'dalam produksi dan dengan menjual 60Y untuk mendapat 60X dari Negara I (lihat segitiga perdagangan B'C'E), Negara 2 berakhir pada level konsumsi di titik E' (100X dan 60Y) pada kurva indiferen III. Dengan demikian, Negara 2 juga mendapatkan keuntungan 20X dan 20Y dari spesialisasi dalam produksi dan perdagangan.
2. Harga Komoditas Ekuilibrium-Relatif dengan Perdagangan
Harga komoditas ekuilibrium-relatif dengan perdagangan (equilibrium-relative commodity price with trade) adalah harga relatif yang sama di kedua negara di mana perdagangan seimbang. Pada Gambar 3.4, ini ditunjukkan pada P, P= 1. Pada harga relatif ini, jumlah X yang ingin diekspor oleh Negara 1 (60X) sama dengan jumlah X yang ingin diimpor oleh Negara 2 (60X). Demikian pula, jumlah Y yang ingin diekspor oleh Negara 2 (60Y) sama persis dengan jumlah Y yang ingin diimpor oleh Negara 1 pada harga ini (60Y).
Harga relatif lainnya tidak bisa bertahan karena perdagangan akan menjadi tidak seimbang. Sebagai contoh, pada P/P = 2, Negara 1 ingin mengekspor komoditas X lebih dari yang akan bersedia diimpor Negara 2 pada harga tinggi.
Sebagai hasilnya, harga relatif X akan jatuh ke tingkat ekuilibrium yang sama dengan 1. Demikian pula, pada harga relatif komoditas X lebih rendah dari 1, Negara 2 ingin mengimpor lebih banyak X dari yang Negara 1 akan bersedia ekspor
16
pada harga rendah ini, dan harga relatif X akan naik. Dengan demikian, harga relatif X akan condong bergerak ke harga ekuilibrium yang sama dengan 1 (Kesimpulan yang sama akan terjadi dalam komoditas Y). Harga ekuilibrium-relatif pada Gambar 4 ditentukan dengan trial and error, yaitu, berbagai harga relatif dicobakan sampai mendapatkan satu harga di mana perdagangan yang seimbang terjadi. Ada cara teoretis yang lebih teliti untuk menentukan harga ekuillarium-relatif dalam perdagangan. Cara ini menggunakan permintaan total dan kurva penawaran dari setiap komoditas di setiap negara, atau yang disebut kurva penawaran ekspor, dan dibahas dalam bab berikutnya.
Perlu kita ketahui bahwa pada saat ini adalah bahwa semakin besar keinginan Negara 1 untuk mendapatkan Y (komoditas yang diekspor oleh Negara 2) dan semakin lemah keinginan Negara 2 untuk mendapatkan X (komoditas yang diekspor oleh Negara 1), semakin dekat harga ekuilibrium dalam perdagangan akan bergerak ke harga 1/4 (keseimbangan harga di Negara 1 sebelum terjadi perdagangan) dan bagian keuntungan Negara 1 akan semakin kecil. Setelah harga ekuilibrium-relatif dalam perdagangan ditentukan, kita akan tahu persis bagaimana keuntungan dari perdagangan dibagi di antara kedua negara kemudian model perdagangan kita akan lengkap. Pada Gambar 4, harga ekuilibrium-relatif X dalam perdagangan (PP1) menghasilkan keuntungan yang sama (20X dan 20Y) untuk Negara 1 dan Negara 2, tapi ini tidak selalu terjadi.
Tentu saja, jika harga sebelum perdagangan-relatif telah sama di kedua negara (kejadian yang hampir tidak mungkin), tidak akan ada keunggulan atau kerugian komparatif di kedua negara, dan tidak ada spesialisasi dalam produksi atau perdagangan yang saling menguntungkan akan terjadi.
3. Spesialisasi Tidak Menyeluruh
Ada satu perbedaan mendasar antara model perdagangan dalam kondisi biaya oportunitas yang meningkat dan yang konstan. Di dalam biaya yang konstan, kedua negara mengkhususkan diri sepenuhnya dalam produksi komoditas mereka yang mempunyai keunggulan komparatif (yaitu hanya menghasilkan komoditas itu saja).
17
Sebagai contoh, pada Gambar 2 dan 3, Amerika Serikat mengkhususkan diri sepenuhnya dalam produksi gandum dan Inggris khusus sepenuhnya memproduksi kain. Karena Amerika Serikat mendapatkan keuntungan dengan menukar gandum untuk kain dari inggris Hal yang sama juga berlaku untuk Inggris dalam hal produksi kain.
Sebaliknya, dalam kondisi biaya oportunitas meningkat, ada spesialisasi tidak menyeluruh (incomplete presaditation) dalam produksi di kedua negara. Sebagai contoh, sementara Negara 1 menghasilkan lebih banyak X (komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif) dalam perdagangan, secara bersamaan dia terus menghasilkan beberapa Y (lihat titik B pada Gambar 4) pedagangan bertus menghasilkan beberapa X dalam perdagangan (lihat titik B' pal Gambar 4).
Alasan untuk hal tersebut adalah bersamaan dengan Negara I mengkhususkan diri dalam produksi X, hal itu menimbulkan peningkatan biaya oportunitas dalam memproduksi X. Demikian juga dengan Negara 2 saat menghasilkan lebih Y, hal itu menimbulkan peningkatan biaya oportunis Y (yang berarti penurunan biaya oportunitas X). Dengan demikian, seiring negara masing-masing mengkhususkan diri dalam memproduksi komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif di masing-masing negara, harga komoditas relatif bergerak ke arah satu sama lain (misalnya, menjadi lebih merata) sampai mereka identik untuk kedua negara.
Pada saat itu, sudah tidak menguntungkan bagi kedua negara untuk terus meningkatkan lagi produksi komoditas yang merupakan keunggulan komparatif masing-masing negara (lihat Stud Kasus 3-2). Hal ini terjadi sebelum kedua negara telah benar-benar mengkhususkan diri padi produksi komoditas dengan keunggulan komparatif masing-masing. Pada Gambar 4, PP, sebelum Negara I atau Negara 2 telah benar-benar mengkhususkan diri sepenuhnya pada produki komoditas tertentu.
4. Kasus Negara Kecil dengan Peningkatan Biaya
Ingat bahwa di dalam kondisi biaya konstan, satu-satunya pengecualian untuk spesialisasi menyeluruh dalam produksi terjadi dalam kasus negara kecil. Hanya
18
negara kecil yang mengkhususkan seluruhnya dalam produksi komoditas yang mempunyai keunggulan komparatif. Negara yang besar terus memproduksi kedua komoditas bahkan walaupun sudah dengan perdagangan (lihat Gambar 3) karena negara kecil tidak bisa memenuhi semua permintaan impor dari negara yang besar.
Dalam kasus biaya yang meningkat, kita akan menemukan spesialisasi tidak menyeluruh bahkan di negara kecil.
Kita dapat menggunakan Gambar 4 untuk menggambarkan kasus negara kecil dengan biaya yang meningkat. Mari kita berasumsi bahwa Negara I sekarang menjadi negara yang sangat kecil, yang berada pada ekuilibrium di titik A (sama seperti sebelumnya) tanpa adanya perdagangan, dan bahwa Negara 2 adalah negara yang sangat besar atau bahkan seluruh dunia. (Diagram untuk Negara 2 pada Gambar 4 harus benar-benar diabaikan dalam kasus ini.)
Anggaplah harga ekuilibrium-relatif X di pasar dunia adalah 1 (P1), dan tidak terpengaruh oleh perdagangan dengan Negara I yang kecil. Karena dengan tidak adanya perdagangan, harga relatif X di Negara 1 (P, 1/4) lebih rendah dari harga pasar dunia, Negara 1 memiliki keunggulan komparatif dalam X. Dengan pembukaan perdagangan, Negara I mengkhususkan diri dalam produksi X hingga mencapai titik B di garis batas produksi, di mana P₁ = 1 = P Meskipun Negara 1 kini dianggap sebagai negara kecil, Negara 1 masih tidak mengkhususkan diri sepenuhnya dalam produksi X (seperti yang akan terjadi dalam kasus biaya konstan).
Dengan menjual 60X untuk mendapat 60Y, Negara 1 mencapai titik E pada kurva indiferen III dan mendapat keuntungan 20X dan 20Y (dibandingkan dengan titik autarki A pada kurva indiferen 1). Perhatikan bahwa ini adalah apa yang terjadi ketika Negara 1 tidak dianggap sebagai negara kecil. Satu-satunya perbedaan adalah bahwa sekarang Negara 1 tidak memengaruhi harga relatif dalam Negara 2 (atau seluruh dunia), dan Negara 1 meraih semua manfaat dari perdagangan (yang sekarang berjumlah hanya 20X dan 20Y).
19
5. Keuntungan Dari Perdagangan Dan Dari Spesialisasi
Keuntungan dari perdagangan yang didapat oleh negara dapat dipecah menjadi dua komponen: keuntungan dari pertukaran dan keuntungan dari spesialisasi.
Gambar 3.5 menggambarkan rincian untuk Negara kecil 1. (Untuk mempermudah, garis harga autarki, PA = 1/4, dan kurva indiferen I dihilangkan dari gambar).
Misalnya, untuk alasan apa pun, Negara 1 tidak bisa mengkhususkan diri dalam produksi X dengan pembukaan perdagangan, tetapi terus memproduksi pada titik A, yaitu MRT = 1/4. Mulai dari titik A, Negara 1 bisa mengekspor 20X untuk ditukar dengan 20Y dengan harga relatif dunia yang berlaku Pw = 1 dan berakhir pada tingkat konsumsi titik T pada kurva indiferen II. Meskipun Negara 1 mengurangi konsumsi X dan meningkatkan konsumsi Y pada titik T dalam hubungannya dengan titik A, hal tersebut lebih baik daripada kondisi pada titik autarki karena titik T' berada pada kurva indiferen II yang lebih tinggi. Pergerakan dari titik A ke titik T dalam hal konsumsi mengukur keuntungan dari pertukaran (gains from exchange).
Jika kemudian Negara 1 mengkhususkan diri dalam produksi X dan diproduksi pada titik B, Negara 1 bisa menjual 60X untuk mendapatkan 60Y dari seluruh dunia dan mengonsumsi di titik E pada kurva indiferen III (sehingga mendapatkan komoditas yang lebih banyak lagi). Gerakan tingkat konsumsi dari T ke E mengukur keuntungan dari spesialisasi (gains from specialization) dalam produksi.
20
GAMBAR 3.5. Keuntungan dari Pertukaran dan dari Spesialisasi. Jika Negara 1 tidak bisa mengkhususkan diri dalam produksi X dengan adanya pembukaan perdagangan tetapi terus memproduksi pada titik A, Negara 1 bisa mengekspor 20X untuk mendapatkan 20Y dengan harga dunia yang berlaku Pw = 1 dan berakhir pada level konsumsi T di kurva indiferen II. Peningkatan konsumsi dari titik A dalam kondisi autarki) ke titik T merupakan keuntungan dari perdagangan saja. Jika Negara 1 selanjutnya mengkhususkan diri dalam produksi X dan memproduksi pada titik B, akan sampai pada level konsumsi di titik E pada kurva indiferen III.
Peningkatan konsumsi dari T ke E akan mewakili keuntungan dari spesialisasi dalam produksi.
Singkatnya, gerakan dari A (pada kurva indiferen I) ke T (pada kurva indiferen II) disebabkan oleh pertukaran saja. Ini terjadi bahkan jika produksi Negara 1 tetap pada titik A (titik autarki). Gerakan dari titik T ke titik E (pada kurva indiferen III) merupakan keuntungan dari spesialisasi dalam produksi.
Perhatikan bahwa Negara 1 tidak berada dalam kondisi ekuilibrium dalam produksi pada titik A dengan adanya perdagangan karena MRT < Pw. Untuk berada dalam kondisi ekuilibrium dalam produksi, Negara I harus memperluas produksi X hingga mencapai titik B, di mana PB = PW = 1. Keuntungan Negara 2 dari perdagangan dapat dipecah juga menjadi keuntungan dari perdagangan dan keuntungan dari spesialisasi.
Studi Kasus 3-3 menggambarkan realokasi tenaga kerja di Amerika Serikat sebagai contoh nyata dari keunggulan komparatif di tempat kerja, sementara Studi Kasus 3-4 menunjukkan bahwa deindustrialisasi (deindustrialization) di negara-negara industri secara bersamaan di Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang lebih disebabkan oleh adanya peningkatan produktivitas tenaga kerja atau penyebab- penyebab lain yang sifatnya internal daripada perdagangan luar negeri.
21
Studi Kasus 3-3 Pengurangan Tenaga Kerja pada Industri-Industri Amerika Serikat yang Bersaing dengan Produk Impor, 1979–1999
Tabel 3.3 memperlihatkan jumlah pekerja yang kehilangan pekerjaan mereka (yaitu dipindahkan) dalam berbagai industri yang mempunyai tingkat persaingan yang tinggi dengan produk impor di Amerika Serikat antara tahun 1979 hingga 1999.
Industri dengan tingkat persaingan yang tinggi dengan produk impor secara luas bisa didefinisikan sebagai industri-industri yang memproduksi komoditas yang menduduki 25 persen urutan tertinggi dalam proporsi impor. Dari tabel, kita bisa melihat bahwa hampir 6,5 juta pekerja kehilangan pekerjaan mereka di industri- industri ini antara periode tahun 1979 hingga 1999, dengan industri elektronik dan pakaian merupakan yang terbesar di dalam daftar tersebut, masing-masing melakukan pemotongan pekerjaan sebesar 1.181.000 dan 1.136.000. Sebagaimana yang akan kita lihat di Studi Kasus 3-4, pada kenyataannya sebagian besar pemotongan jumlah pekerja di dalam industri-industri ini bukan disebabkan oleh produk impor tetapi disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat internal atau domestik seperti perkembangan teknologi, perubahan permintaan konsumen, dan restrukturisasi. Namun, industri-industri yang bersaing secara ketat dengan produk- produk impor memang mengalami pemotongan jumlah pekerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan industri manufaktur lain dikarenakan adanya impor. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan walaupun industri-industri yang bersaing ketat dengan produk impor mencakup 30 persen jumlah lapangan pekerjaan Amerika Serikat di bidang manufaktur, pemotongan jumlah pekerja mereka mencakup hingga 38,4 persen dari pengurangan jumlah perkerja di industri manufaktur antara periode 1970 hingga 1999. Baily dan Lawrence (2004) di sisi lain menemukan bahwa dari total 2,85 juta pengurangan tenaga di Amerika Serikat dari tahun 2000 hingga 2003, hanya 315.000 atau 11,1 persen yang disebabkan oleh impor bersih ataupun pengalihdayaan. Namun, Samuelson (2004) masih tetap percaya bahwa perdagangan masih dapat membahayakan Amerika Serikat dan negara-negara kaya
22
lainnya saat ini. Bhagwati, Panagaryia, dan Srinivansan (2004) tidak setuju dengan paham ini.
Industri
Pengurangan Pekerja (Dalam Ribuan)
Industri
Pengurangan Pekerja (Dalam Ribuan) Mesin
elektronik 1.181 Tekstil 159
Pakaian 1.136
Mainan dan peralatan olahraga
156
Kendaraan
bermotor 918 Logam utama
selain baja
133 Komponen
komputasi elektronik
513 Peralatan
fotografi
68
Radio dan
televisi 395 Produk-produk
kulit
57
Baja 361
Peralatan kantor dan akuntansi
41
Mesin
konstruksi 351
Keramik dan barang-barang terkait
24
Ban dan produk karet lainnya
193 Jam tangan dan
jam dinding
9
23
Alas kaki 184
Kulit,
penyamakan, dan finishing
5
Peralatan untuk penelitian
164 Industri lain 406
Total 6.454
Studi Kasus 3-4 Perdagangan Internasional dan Deindustrialisasi di Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang
Sejak tahun 1970-an, Amerika Serikat telah menyadari permasalahan deindustrialisasi, yang tersirat dalam penurunan proporsi pekerja di bidang manufaktur dibandingkan total angkatan kerjanya. Namun, fenomena ini terjadi di semua negara industri dan perdagangan internasional bukanlah penyebab utamanya, seperti yang banyak dituduhkan selama ini. Tabel 3.4 memperlihatkan tingkat kepentingan relatif dari faktor-faktor yang dianggap bertanggung jawab akan terjadinya deindustrialisasi secara bersamaan di Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang pada 1970 hingga 1994.
Negara- negara Industri
Amerika serikat
Uni Eropa
Jepang
Persentase pekerja dibidang manufaktur
1970 27,6 26,4 30,4 27,0
1994 18,0 16,0 20,2 23,2
24
Perubahan -9,6 -10,4 -10,2 -3,8
Persentase perubahan berdasarkan:
Pertumbuhan
produktivitas 65,6 65,4 59,8 157,9
Perdagangan -2,1 9,6 -2,9 -30
Investasi 18,8 3,8 20,6 71,1
Lain-lain 17,7 21,2 22,5 -51,7
Total 100,0 100,0 100,0 100,0
Tabel di atas memperlihatkan bahwa dari tahun 1970 hingga 1994 rata-rata persentase angkatan kerja di bidang manufaktur menurun sekitar 10 persen di negara-negara industri secara total, di Amerika Serikat dan di Uni Eropa, dan 4 persen di Jepang. Tabel tersebut juga menunjukkan sebagian besar penurunan ini disebabkan oleh pertumbuhan produktivitas tenaga kerja, yang memungkinkan peningkatan output produksi dengan jumlah tenaga kerja yang lebih sedikit.
Peningkatan defisit perdagangan hanya menjadi penyebab 9,6 persen pemotongan jumlah pekerja di bidang manufaktur di Amerika Serikat, sementara pertumbuhan surplus perdagangan menyebabkan kenaikan 30 persen pada jumlah lapangan pekerjaan di bidang manufaktur. Efek dari perdagangan di Uni Eropa dan semua negara industri secara kelompok sangatlah kecil. Penurunan laju investasi juga berkontribusi kepada pengurangan proporsi lapangan pekerjaan di bidang manufaktur, demikian pula perubahan yang terjadi pada faktor-faktor yang lain (misalnya, perubahan pola konsumsi menjauh dari manufaktur ke jasa) kecuali di Jepang.
25
E. PERDAGANGAN BERDASARKAN PERBEDAAN SELERA
Perbedaan harga sebelum perdagangan-relatif antara Negara 1 dan Negara 2 di Gambar 3.3 dan Gambar 3.4 didasarkan pada perbedaan dalam batas produksi dan kurva indiferen di kedua negara. Hal ini menentukan keunggulan komparatif masing- masing negara dan menciptakan platform untuk spesialisasi dalam produksi dan perdagangan yang saling menguntungkan.
Dengan meningkatnya biaya, bahkan jika dua negara memiliki batas-batas kemungkinan produksi yang identik (yang pada kenyataannya hampir tidak mungkin), masih akan ada landasanı untuk perdagangan yang saling menguntungkan jika selera, atau preferensi permintaan, dalam dua negara berbeda. Negara dengan permintaan atau preferensi untuk komoditas yang relatif lebih kecil akan memiliki harga relatif autarki yang lebih rendah dan keunggulan komparatif untuk komoditas
1. Ilustrasi Perdagangan Berdasarkan Perbedaan Seleara
Perdagangan yang hanya didasarkan pada perbedaan selera digambarkan pada Gambar 3.6. Karena batas produksi dari kedua negara kini dianggap identik, keduanya diwakili oleh kurva tunggal. Kurva indiferen I bersinggungan dengan batas produksi di titik A untuk Negara 1 dan kurva indiferen I' bersinggungan di titik A' untuk Negara 2, harga relatif X sebelum perdagangan lebih rendah di Negara 1. Dengan demikian, Negara 1 memiliki keunggulan komparatif dalam komoditas X dan Negara 2 dalam komoditas Y.
Dengan adanya pembukaan perdagangan, Negara 1 mengkhususkan diri dalam produksi X (dan bergerak ke bawah di sepanjang batas produksi), sedangkan Negara 2 mengkhususkan diri dalam produksi Y (dan bergerak ke atas di sepanjang batas produksinya). Spesialisasi berlanjut sampai P/P, adalah sama di kedua negara dan perdagangan menjadi seimbang. Hal ini terjadi pada titik B (yang bertepatan dengan titik B), di mana PB PB' = 1. Negara 1 maka akan menjual 60X untuk mendapatkan 60Y dari Negara 2 (lihat segitiga perdagangan BCE) dan berakhir pada tingkat konsumsi di titik E pada kurva indiferen III-nya. Negara 1 mendapat keuntungan 20X dan 20Y dibandingkan pada titik A. Demikian pula, Negara 2
26
menjual 60Y untuk mendapatkan 60X dengan Negara 1 (lihat segitiga perdagangan BCE) dan berakhir pada level konsumsi di titik E' pada kurva indiferen III' (juga memperoleh keuntungan 20X dan 20Y dari titik A). Perhatikan bahwa ketika perdagangan hanya didasarkan pada perbedaan selera, pola produksi menjadi lebih mirip seiring kedua negara berangkat dari titik autarki.
Dengan demikian, perdagangan yang saling menguntungkan dapat didasarkan hanya pada perbedaan selera antara dua negara. Dalam Bab 5, kita akan membahas kasus sebaliknya, di mana perdagangan antara kedua negara didasarkan hanya pada perbedaan dalam karunia sumber daya dan batas produksi. (Ini akan disebut sebagai model Heckscher-Ohlin.) Hanya jika batas produksi dan kurva indiferen identik pada kedua negara (atau perbedaan dalam batas produksi tepat dinetralkan, atau disamai, oleh perbedaan kurva indiferen), harga komoditas relatif sebelum perdagangan akan sama di kedua negara, menghilangkan kemungkinan terjadinya perdagangan yang saling menguntungkan.
GAMBAR 3.6. Perdagangan Berdasarkan Perbedaan Selera. Negara 1 dan 2 memiliki batas produksi nyang identik (ditunjukkan oleh kurva tunggal) tetapi memiliki selera yang berbeda (ditunjukkan dengan kurva indiferen tunggal). Dalam isolasi, Negara 1 memproduksi dan mengonsumsi pada titik A dan Negara 2 pada
27
titik A. Karena P₁ <P₁, Negara 1 memiliki keunggulan komparatif dalam X dan Negara 2 dalam Y. Dengan adanya perdagangan, Negara 1 mengkhususkan diri dalam produksi X dan menghasilkan di titik B, sedangkan Negara 2 mengkhususkan diri dalam Y dan menghasilkan di B' (yang bertepatan dengan B).
Dengan saling bertukar 60X dan 60Y untuk satu sama lain (lihat segitiga perdagangan BCE dan B'C'E'), Negara 1 berakhir pada level konsumsi di titik E (sehingga mendapatkan keuntungan 20X dan 20Y), sedangkan Negara 2 mengonsumsi di titik E' (dan juga mendapat keuntungan 20X dan 20Y).
Dengan demikian, perdagangan yang saling menguntungkan dapat didasarkan hanya pada perbedaan selera antara dua negara. Dalam Bab 5, kita akan membahas kasus sebaliknya, di mana perdagangan antara kedua negara didasarkan hanya pada perbedaan dalam karunia sumber daya dan batas produksi. (Ini akan disebut sebagai model Heckscher-Ohlin.) Hanya jika batas produksi dan kurva indiferen identik pada kedua negara (atau perbedaan dalam batas produksi tepat dinetralkan, atau disamai, oleh perbedaan kurva indiferen), harga komoditas relatif sebelum perdagangan akan sama di kedua negara, menghilangkan kemungkinan terjadinya perdagangan yang saling menguntungkan.
F. FUNGSI PRODUKSI, ISOKUAN, ISOKOS, DAN EKUILIBRIUM
Sebuah fungsi produksi (production function) memberikan jumlah maksimum komoditas yang dapat diproduksi perusahaan dengan berbagai jumlah input faktor produksi. Hubungan dalam hal teknologi dipasok oleh para insinyur dan diwakili oleh isokuan
Isokuan adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi dari dua faktor, katakanlah modal (K) dan tenaga kerja (L), yang dapat digunakan perusahaan untuk menghasilkan tingkat hasil tertentu. Isokuan yang lebih tinggi mengacu pada hasil yang lebih besar dan yang lebih rendah untuk hasil yang lebih kecil. Isokuan memiliki karakteristik umum yang sama seperti kurva indiferen. Keduanya mempunyai
28
kemiringan negatif, cembung dari titik asal, dan tidak saling berpotongan. Namun, isokuan memberikan ukuran pokok hasil, sedangkan kurva indiferen hanya memberikan ukuran ordinal kegunaan.
Isokuan mempunyai kemiringan negatif karena perusahaan yang menggunakan K lebih sedikit harus menggunakan L lebih banyak untuk tetap berada pada isokuan yang sama. Kemiringan (absolut) dari isokuan menunjukkan tingkat marginal subtitusi teknis tenaga kerja dengan modal dalam produksi (marginal rate of technical substitution of labor for capital in production/MRTS) dan mengukur berapa banyak K perusahaan bisa dilepas dengan meningkatkan satu unit L dan tetap berada pada isokuan yang sama. Seiring perusahaan bergerak ke bawah pada kurva isokuan dan menggunakan lebih banyak L dan lebih sedikit K, akan ditemukan bahwa lebih dan lebih sulit untuk mengganti K dengan L artinya, tingkat marginal subtitusi teknis L untuk K (atau kemiringan isokuan) berkurang. Hal ini membuat isokuan bentuknya cembung dari titik asal. Akhirnya, isokuan tidak saling berpotongan karena perpotongan akan berarti tingkat hasil yang sama pada dua isokuan, yang tidak konsisten dengan definisi mereka.
Pada gambar 7, kurva berlabel 1X adalah isokuan untuk satu unit, dalam hal ini didefinisikan sebagai komoditas X, dan kurva 2X adalah isokuan untuk dua unit X.
Sebuah isokos adalah garis yang menunjukkan berbagai kombinasi K dan L yang dapat disewa perusahaan untuk biaya tertentu, atau pengeluaran total (TO), dengan harga faktor produksi tertentu. Misalnya, pengeluaran total Perusahaan 1 pada gambar 7 adalah TO = $30, harga satu unit modal Pk = $10, dan tingkat upah adalah PL =$5.
Dengan kondisi tersebut, perusahaan dapat menyewa baik 3K (perporongan sumbu vertikal) atau 6L (perpotongan sumbu horizontal) atau kombinasi dari L dan K ditampilkan pada garis lurus (isokos). Kemiringan (absolut) dari isokos, 3/6 = 1/2 menunjukkan harga relatif dari L (faktor digambarkan sepanjang sumbu horizontal).
Artinya, PL/PK =$5/$10 =1/2.A TO =$60 dan harga faktor yang tidak berubah memberikan isokos baru yang paralel dengan yang pertama dan dua kali lebih jauh dari titik asal.
29
Seorang produsen berada dalam kondisi ekuilibrium (equilibrium) ketika memaksimalkan hasil untuk pengeluaran biaya tertentu (misalnya, saat mencapai isokuan tertinggi yang mungkin dicapai dengan isokos yang diberikan). Ini terjadi dimana isokuan bersinggungan dengan isokos (yaitu MRTS = PLPK). Pada gambar 7 produsen berada dalam kondisi ekuilibrium pada titik A1 memproduksi IX dengan isokos yang lebih rendah, dan pada titik A, memproduksi 2X dengan isokos yang lebih tinggi. Perhatikan bahwa isokos 2X memberikan hasil dua kali lipat dari isokuan IX, dua kali lebih jauh asal, dan membutuhkan dua kali pengeluaran biaya seiring K dan L yang harus dicapai. Garis lurus dari titik asal yang menghubungkan ekuilibrium A1 dan A2 disebut jalur ekspansi (expabsion path) dan menunjukkan K/L konstan =1/4 dalam memproduksi IX dan 2X.
Gambar 7
Isokuan, Isokos,dan Ekuilibrium. Isokuan 1X dan 2X menggambarkan berbagai kombinasi K dan L yang dapat digunakan perusahaan untuk menghasilkan masing-masing satu dan dua unit X. Isokuan mempunyai kemiringan negatif, cembung dan tidak saling memotong. Sebuah isokos menunjukkan berbagai jumlah K dan L yang dapat disewa perusahaan dengan pengeluaran total (TO) tertentu. Garis dari 3K sampai 6L dan 6K sampai 12L adalah isokos. Kemiringan (absolut) isokos mengukur PL/PK kondisi ekuilibrium berada pada titik A1 dan A2 dimana perusahaan mencapai isokuan tertinggi yang masih memungkinkan untuk sejumlah TO yang diberikan A2
30
perusahaan menghasilkan output dua kali lebih banyak dan menggunakan K dan L dua kali lipat dibandingkan A1 garis lurus melalui titik asal menghubungkan A1 dan A2 adalah jalur ekspansi dan memberikan rasio K/L konstan= ¼ dalam memproduksi 1X dan 2X.
G. TEORI PRODUKSI DENGAN DUA NEGARA, DUA KOMODITAS, DAN FAKTOR PRODUKSI
Gambar 8 memperluas cakupan Gambar 7, sehingga mencakup kasus dua negara, dua komoditas dan dua faktor produksi. Gambar 8 isokuan untuk komoditas X dan Y untuk negara 1 dan negara 2. Perhatikan bahwa komoditas Y diproduksi dengan rasio K/L yang lebih tinggi di kedua negara. Dengan demikian, kita katakan bahwa Y adalah K-intensif dan X komoditas L-intensif. Perhatikan juga bahwa rasio K/L lebih rendah di negara 1 dibandingkan negara 2 untuk kedua X dan Y. Alasan untuk ini adalah bahwa harga relatif tenaga kerja (yaitu PL PK atau kemiringan isokos) lebih rendah dinegara 1 dibandingkan negara 2.
Gambar 8
Produksi dengan Dua Negara, Dua Komoditas dan Dua Faktor Produksi. Y adalah komoditas K-intensif dikedua negara. Rasio K/L lebih rendah dinegara 1 dibandingkan negara 2 di kedua X dan Y karena PL/PK lebih rendah dinegara 1.
31
Karena Y selalu merupakan komoditas K-intensif dan X selalu dikomoditas L-intensif dikedua negara, isokuan X dan Y berpotongan hanya sekali dengan setiap negara.
H. PENGURAIAN DIAGRAM KOTAK EDGEWORTH DAN GARIS BATAS PRODUKSI
Kita sekarang akan menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari gambar 8 untuk mendapatkan diagram kotak Edgeworth (edgeworth box diagram) dan, dari situ, mandapatkan batas produksi masing-masing negara. Hal ini digambarkan dalam gambar 9 untuk negara 1 pada gambar 10 untuk negara 2.
Setiap titik dalam kotak menunjukkan beberapa banyak dari jumlah total tenaga kerja yang tersedia (L) dan berapa banyak dari jumlah total modal yang tersedia (K) yang digunakan dalam produksi X dan Y. Misalnya, pada titik A, LA dan KA digunakan untuk memproduksi 50X, dan jumlah yang tersisa, atau L-LA dan K-KA digunakan dalam produksi 60Y.
Dengan menggabungkan semua titik dalam kotak dimana X-isokuan bersinggungan dengan Y-isokuan. Kita mendapatkan kurva kontrak produksi negara.
Dengan demikian, kurva kontrak negara 1 ditunjukkan oleh garis yang menghubungkan OX dan OY melalui titik A, F, dan B. Pada setiap titik pada kurva kontrak, menandakan produksi yang tidak efisien karena negara dapat meningkatkan hasil dari satu komoditas tanpa mengurangi hasil yang lain.
Misalnya, dari titik Z dalam gambar, negara 1 bisa bergerak ke titik F dan menghasilkan lebih banyak X (yaitu 95X bukan 50X), dan Y dalam jumlah yang sama (baik Z dan A dan menghasilkan lebih banyak Y (yaitu, 60Y bukan 45Y) dan jumlah yang sama dari X (baik Z dan A berada pada isokuan untuk 50X). Atau negara 1 bisa menghasilkan sedikit lebih banyak lagi X dan Y dan berakhir pada kurva.
32
Gambar 9
Derivasi Diagram Kotak Edgeworth dan Garis Batas Produksi Negara 1.
Ukuran kotak dipanel atas memberikan jumlah total L dan K yang tersedia untuk negara 1. Sudut kiri bawah adalah titik asal X, sehingga output X yang lebih tinggi ditunjukkan oleh isokuan X yang lebih jauh dari titik asal ini. Sudut kanan atas adalah titik asal untuk Y, semakin tinggi output Y maka semakin jauh isokuan Y dari titik asalnya ini. Setiap titik dalam kotak menunjukkan berapa banyak K dan L yang digunakan dalam produksi masing-masing X dan Y. Garis yang menghubungkan titik- titik singgung isokuan X dan Y disebut kurva kontrak. Setiap titik yang berada pada kurva kontrak tidak efisien karena negara dapat menghasilkan lebih dari satu komoditas tanpa mengurangi output dari yang lain. Kurva kontrak bukanlah garis lurus karena harga faktor berubah untuk menjaga K dan L dimanfaatkan sepenuhnya. Dengan melakukan pemetaan kurva kontrak ruang input ke ruang output, kita memperoleh garis batas produksi negara 1 di penel bawah.
Kontrak disuatu tempat antara A dan F (isokuan untuk ini tidak ditampilkan dalam gambar) setelah berada pada kurva kontrak negara 1 hanya bisa memperluas
33
hasil dari satu komoditas dengan mengurangi hasil dari yang lain. Fakta bahwa kurva kontrak menggembung menuju sudut kanan bawah menunjukkan bahwa komoditas X adalah komoditas L-intensif di negara 1.
Dengan melakukan transportasi kurva kontrak dari ruang input dipanel atas ke ruang hasil di panel bawah, kita memperoleh garis batas produksi negara 1, ditampilkan dipanel bawah. Misalnya, dari titik Z, dimana isokuan untuk 50X melintas garis lurus diagonal OYOX dipanel atas, kita mendapatkan titik A (yaitu 50X) dipanel bawah.
Perhatikan bahwa titik A dipanel bawah tepat berada dibawah titik Z dipanel atas, bukan berada tepat dibawah titiK A dipanel atas, karena hasil diukur pada kondisi K/L konstan (yaitu, disepanjang garis lurus diagonal). Pengukuran sepanjang diagonal mencerminkan fakta bahwa input-lah yang digunakan untuk mengukur hasil (dengan skala hasil yang konstan).
Meskipun hasil ditunjukkan sepanjang garis diagonal, pertimbangan efisiensi mengharuskan negara 1 menghasilkan 50X pada titik A dipanel atas, dimana isokuas X untuk 50X bersinggungan dengan isokuan Y untuk 60Y. Hal ini memunculkan titik A dipanel bawah, mengacu pada hasil dari 50X dan 60Y. Jika negara 1 memproduksi pada titik Z, bukannya titik A dipanel atas, negara 1 akan menghasilkan 50X tetapi hanya 54Y, memunculkan titik Z dalam garis batas produksi dipanel bawah.
34 Gambar 10
Derivasi Diagram Kotak Edgeworth dan Garis Batas Produksi untuk negara 2.
Dimensi Kotak Edgeworth menunjukkan bahwa negara 2 memiliki kelebihan relatif K dibandingkan dengan negara 1. Pertimbangan efisiensi mengharuskan negara 2 memproduksi bahwa kurva kontrak yang ditunjukkan oleh garis yang menghubungkan OX dan OY melalui titik A, F, dan B. Jumlah komoditas X yang dihasilkan pada titik- titik A, F dan B ditunjukkan oleh titik-titik dimana isokuan X memotong garis diagonal.
Output ini kemudian diproyeksikan ke sumbu X dibagian bawah gambar. Demikian pula, jumlah komoditas Y diproduksi di titik A, F, dan B ditunjukkan oleh titik-titik dimana isokuan Y melalui masing-masing (dan bersinggungan dengan isokuan X) memotong garis diagonal output ini kemudian diproyeksikan ke sumbu Y disisi kiri gambar.
35 BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan
Makalah ini membahas konsep perdagangan yang lebih realistis dengan memperkenalkan dua faktor penting: peningkatan biaya oportunitas dan preferensi permintaan dalam bentuk kurva indiferen masyarakat. Pertama, peningkatan biaya oportunitas menggambarkan bahwa untuk memproduksi setiap unit tambahan komoditas, sebuah negara harus mengorbankan lebih banyak dari satu komoditas yang sudah diproduksi. Hal ini tercermin dalam kurva batas produksi yang memiliki bentuk cekung dari titik asal, menunjukkan nilai tingkat transformasi marginal (MRT).
Penyebab utama peningkatan biaya oportunitas adalah ketidakhomogenan sumber daya dan penggunaannya yang tidak seimbang dalam produksi komoditas. Kedua, kurva indiferen masyarakat menggambarkan berbagai kombinasi komoditas yang memberikan tingkat kepuasan yang sama pada masyarakat atau negara. Kurva ini cembung dari titik asal dengan kemiringan negatif, mencerminkan nilai tingkat substitusi marginal (MRS) dalam konsumsi. Dalam perdagangan, setiap negara akan cenderung mengkhususkan diri dalam produksi komoditas yang merupakan keunggulan komparatifnya, menghadapi peningkatan biaya oportunitas. Meskipun biaya produksi meningkat, perdagangan tetap menguntungkan karena perbedaan preferensi permintaan antar negara menciptakan peluang untuk spesialisasi dalam produksi dan perdagangan yang saling menguntungkan. Dengan demikian, melalui perdagangan, setiap negara berakhir pada tingkat konsumsi di kurva indiferen yang lebih tinggi dibandingkan tanpa perdagangan, menghasilkan kesejahteraan yang lebih besar bagi masyarakat secara keseluruhan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, M. L. (2013). Teori Produksi. Jurnal Pertanian Terpadu, 2(1), 1–15.
http://eprints.umsida.ac.id/id/eprint/6985
Hariwijaya, I., & Badriyah, N. (2020). Pengaruh Perdagangan Internasional dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 03(02), 1–13.
Kennedy, P. S. J. (2017). Modul Ekonomi Mikro Teori Perilaku Konsumen. 11–19.
http://repository.uki.ac.id/1399/1/8.MODUL Teori Perilaku Konsumen_Ordinal5.pdf
Salvator, D. (2014). EKONOMI INTERNASIONAL. Jakarta: Salemba Empat.