TERHADAP JURNALIS
A. Studi Kasus
Aksi dimulai pada pukul sembilan dari Masjid Al-Islam menuju Balai Kota Bandung. Pada pukul 12.30, ketika massa aksi sudah di Balkot, mereka memblokade jalan karena pihak Pemkot Bandung masih belum menunjukan batang hidungnya untuk menemui massa aksi.Kemudian pada pukul 13.25, kericuhan terjadi karena adanya tindakan represif aparat terhadap massa aksi dengan dalih menganggu pengguna jalan. Tak lama, pada 13.33, salah satu massa aksi, Dimas diseret kaki dan tangannya oleh aparat dari kerumunan aksi dan disusul Aheng yang juga dipisahkan oleh aparat.
Salah satu Wartawab LPM Suaka, Muhammad Iqbal yang melihat kejadianitu, mencoba mendekati aparat yang membawa Dimas. Namun, Ia mendapatkan
petugas kepada Iqbal. Ia mencoba meyakinkan petugas bahwa ia adalah Wartawan, namun tidak digubris dan memaksa Iqbal keluar dari Balkot.
Kemudian, Iqbal mencari cara lain untuk memotret suasana di mobil dalmas- tempat Dimas dan Ehang diinterogasi. Dari kejauhan, Iqbal memotret kearah mobil Dalmas, hampir tujuh sampai delapan jepretan. Tak lama berselang, seorang polisi melihat kemudian menarik dan meminta identitasnya.
Ketika menunjukan kartu pers miliknya, Ia ditarik ke dekat truk dan diintrogasi kembali oleh beberapa polisi dan mencoba mengambil kamera
miliknya dengan cara paksa. Iqbal menolak dengan pembelaan bahwa itu adalah haknya sebagai pers. Namun, karena dianggap tidak kooperatif, Iqbal dimasukan kedalam truk.
Disana Iqbal diintimidasi agar foto jepretannya harus dihapus demi kebaikannya. Ketika Iqbal menagih kartu pers miliknya, Polisi tersebut memeberi syarat akan mengembalikan jika foto-foto itu dihapus. Sekuat Iqbal menolak, akhirnya, karena terus ditekan, foto itu pun dihapus, sambil dipaksa menunjukannya pada Polisi, pertanda Iqbal tidak mengada-ngada.
Kemudian, selepas Ashar, massa aksi yang mulai kembali merapatkan barisan, meminta Pihak Pemkot Bandung atau Dinas Perumahan kawasan Pemukiman, Prasarana dan Sarana (DPKP3) untuk memberikan penjelasan mengenai pembangunan rumah deret yang ilegal tersebut.
Pada pukul 16.35, bentrokan kembali terjadi mulut gerbang Balkot yang menghadap Jalan Wastukencana. Tak lama, tiga massa aksi yakni Oki, Aang dan Fadli dipukul, diinjak dan diseret masuk kedalam Balkot. Iqbal, yang saat itu berada di pos dekat kejadian mencoba menghentikan aksi kekerasan tersebut, malah menjadi sasaran pukul oleh pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat ini.
setelah kejadian. Saat itu ia berkata bahwa ia dari pers, namun pendapatnya tak digubris lalu didapati bogem mentah dari Polisi sebanyak dua kali dan mengenai pelipis matanya hingga memar. Tak lama berselang, Mahasiswa Administrasi
Publik ini kembali ditanyai identitasnya dan difoto kartu identitas miliknya oleh Polisi.
10 menit berselang, massa aksi mengecam dan masih bertahan di lokasi serta menuntut agar ketiga rekannya dilepaskan. Namun aparat menyurush massa aksi untuk balik kanan dengan kawalam mereka. Massa aksi pun menolak karena ingin lebih dulu ketiga rekannya dikembalikan tanpa luka. Lewat negosiasi yang sengit, ketiganya pun dilepaskan oleh Polisi dengan keadaan babak belur
Berita ini saya ambil dari media berita online yaitu web suakaonline.com.72 B. Kasus Kekerasan Terhadap Jurnalis
Sumber data AJI Indonesia
Berdasarkan table di atas mengenai kekerasan terhadap jurnalis yang di catat oleh AJI Imdonesia mencatat sejumlah peristiwa penting seiring dengan dimulainya perlombaan politik menjelang Pemilihan Umum Presiden, Legislatif Daerah dan Nasional pada 17 April 2019 mendatang. Banyak perkembangan yang
72 Nizar Al Fadillah,kronologi kekerasan aparat kepolisian terhadap wartawan LPM suaka, suaka online, 12 april 2018 http://suakaonline.com/12680/2018/04/12/kronologi-kekerasan-aparat-
terjadi di bidang jurnalisme dan media, meski secara keseluruhan situasinya belum sepenuhnya menggembirakan dalam soal situasi kebebasan pers dan profesionalisme jurnalis dan media di Indonesia.
Indonesia dalam satu tahun terakhir ini, menurut data statistik yang dikumpulkan Bidang Advokasi AJI Indonesia, mencatat setidaknya ada 64 kasus kekerasan terhadap jurnalis. Peristiwa yang dikategorikan sebagai kekerasan itu meliputi pengusiran, kekerasan fisik, hingga pemidanaan terkait karya jurnalistik.
Jumlah ini lebih banyak dari tahun lalu yang sebanyak 60 kasus dan masih tergolong di atas rata-rata. Kekerasan terhadap jurnalis paling banyak terjadi tahun 2016 lalu (sebanyak 81 kasus), paling rendah 39 kasus pada tahun 2009 lalu.
Kekerasan fisik, berupa pemukulan, penamparan dan sejenisnya, masih menjadi jenis kekerasan terbanyak pada tahun 2018 ini. Berdasarkan data Aliansi Jurnalis Independen (AJI) selama Januari-Desember 2018, kekerasan fisik terhadap jurnalis setidaknya ada 12 kasus. Jenis kekerasan lainnya yang juga banyak adalah pengusiran atau pelarangan liputan dan ancaman teror, yang masing-masing sebanyak 11 kasus. Lainnya adalah perusakan alat dan atau hasil Liputan (10 kasus), pemidanaan (8 kasus).
Dominasi jenis kekerasan fisik dalam kasus kekerasan terhadap jurnalis ini juga terjadi pada tahun 2017 dan 2016. Pada tahun 2017, jenis kekerasan fisik terdapat 30 kasus dari jumlah total 60 kasus. Tahun 2016 sebanyak 35 dari total 81 kasus kekerasan. Namun, tahun 2018 mencatat jenis kasus kekerasan baru yang itu sepertinya bisa menjadi trend mengkhawatirkan di masa-masa mendatang, yaitu berupa pelacakan dan pembongkaran identitas jurnalis yang
menulis berita atau komentar yang tak sesuai aspirasi politik pelaku, lalu menyebarkannya ke media sosial untuk tujuan negatif. AJI mengkategorikannya sebagaidoxing, atau persekusi secara online.
Pada tahun 2018 ini setidaknya ada 3 kasus persekusi online yang menimpa jurnalis kumparan.com dan detik.com. Jurnalis kumparan.comdipersekusi antara lain karena tidak menyematkan kata 'habib' di depan nama Rizieq Shihab dalam beritanya. Jurnalis detik.com dipersekusi terkait berita tentang pernyataan Juru Bicara Persaudaraan Alumni 212 Novel Bamukmin dan saat meliput peristiwa
73
73
Fisik https://aji.or.id/read/press-release/887/catatan-akhir-tahun-2018-jurnalis-dibayangi- persekusi-dan-kekerasan-fisik.html. Diakses pada tanggal 14 Desember 2019 pada pukul 17:00