Dwifungsi ABRI: Peran Ganda Militer dalam Orde Baru
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas akhir mata pelajaran Sejarah
oleh
Galih Satria Ananda 0074022920
12.9
SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 12 KABUPATEN TANGERANG
PROVINSI BANTEN
2025
HALAMAN PENGESAHAN
Dwifungsi ABRI: Peran Ganda Militer dalam Orde Baru
oleh
NAMA :Galih Satria Ananda
NISN :0074022920
KELAS :12.9
Guru mata pelajaran Tangerang,...Februari 2025
Sejarah, Penyusun/ Penulis,
Ine Susilowati, S.Pd Galih Satria Ananda
Wali Kelas 12.9,
Riza Elfira, S.Pd
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul "Dwifungsi ABRI: Peran Ganda Militer dalam Orde Baru" ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun sebagai upaya untuk memahami lebih dalam mengenai peran Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dalam politik dan pemerintahan pada masa Orde Baru, serta dampaknya terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, baik dalam bentuk informasi, saran, maupun motivasi.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dalam memahami sejarah politik Indonesia, khususnya terkait dengan peran militer dalam pemerintahan. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini di masa depan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat dan menjadi referensi yang baik bagi pembaca.
Tangerang,…Februari 2025 Penulis
Galih Satria Ananda
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan...i
Kata Pengantar...ii
Daftar Isi...iii
BAB I: PENDAHULUAN...1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah...1
C. Tujuan Masalah...1
BAB II: DISKUSI...2
A. Pengertian dari Dwifungsi ABRI...2
B. Penerapan Dwifungsi ABRI pada Orde Baru...3
C. Dampak Positif dan Negatif Dwifungsi Abri...4
BAB III: KESIMPULAN...6
DAFTAR PUSTAKA...7
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Dwifungsi ABRI adalah doktrin militer yang memberikan peran ganda kepada Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dalam bidang pertahanan dan politik. Konsep ini berkembang pesat pada masa Orde Baru (1966–1998) di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Pemerintah menggunakan doktrin ini sebagai alat stabilisasi nasional, tetapi dalam praktiknya, dwifungsi ABRI juga menyebabkan militer terlalu dominan dalam berbagai aspek kehidupan bernegara. Keterlibatan militer dalam politik dan pemerintahan memiliki dampak yang sangat besar bagi Indonesia. Di satu sisi, Dwifungsi ABRI berhasil menciptakan stabilitas politik dan keamanan. Namun, di sisi lain, kebijakan ini juga membuka ruang bagi munculnya otoritarianisme, pelanggaran hak asasi manusia (HAM), serta menghambat perkembangan demokrasi.
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan Dwifungsi ABRI?
Bagaimana penerapan Dwifungsi ABRI pada masa Orde Baru?
Apa dampak positif dan negatif dari Dwifungsi ABRI bagi Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Menjelaskan konsep Dwifungsi ABRI dan latar belakangnya, Menganalisis penerapan Dwifungsi ABRI dalam politik dan pemerintahan Orde Baru, Mengidentifikasi dampak Dwifungsi ABRI terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan politik Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Dwifungsi ABRI adalah konsep yang menempatkan militer tidak hanya sebagai alat pertahanan negara tetapi juga sebagai kekuatan sosial-politik.
Konsep ini mulai dikembangkan sejak era Demokrasi Terpimpin di bawah Soekarno, tetapi menjadi lebih sistematis pada masa Orde Baru. Secara resmi, Dwifungsi ABRI diperkuat dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No. II/MPR/1983, yang memberikan legitimasi bagi peran militer dalam pemerintahan. Dengan kebijakan ini, militer memiliki posisi strategis dalam mengendalikan politik dan keamanan nasional.
A. Pengertian dari Dwifungsi ABRI
Dwi Fungsi ABRI adalah doktrin yang menempatkan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dalam dua peran utama, yaitu:
Sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan, bertugas untuk menjaga kedaulatan negara dari ancaman luar maupun dalam negeri.
Sebagai kekuatan sosial-politik, yang memberikan hak kepada ABRI untuk terlibat dalam pemerintahan dan berbagai sektor sosial, ekonomi, serta pembangunan nasional.
Doktrin ini berkembang terutama pada masa Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, yang menjadikan militer sebagai kekuatan utama dalam pemerintahan. Dengan adanya Dwi Fungsi, militer tidak hanya berperan sebagai alat pertahanan negara, tetapi juga sebagai aktor politik yang aktif dalam pengambilan kebijakan nasional. Konsep ini dikukuhkan dalam Ketetapan MPR No. IV/MPR/1973, yang memberikan legitimasi bagi ABRI untuk terlibat dalam pembangunan negara. Namun, peran ganda ini juga menimbulkan banyak dampak negatif, seperti otoritarianisme, korupsi, serta pelanggaran hak asasi manusia. Setelah reformasi 1998, Dwi Fungsi ABRI dihapuskan, dan terjadi pemisahan antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri), yang mengembalikan militer ke peran utamanya sebagai alat pertahanan negara.
B. Penerapan Dwifungsi ABRI Pada Masa Orde Baru
Pada masa Orde Baru (1966–1998), Dwi Fungsi ABRI diterapkan secara sistematis dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Militer tidak hanya berperan dalam bidang pertahanan dan keamanan, tetapi juga berfungsi sebagai kekuatan sosial-politik yang turut mengendalikan pemerintahan dan pembangunan nasional. Berikut adalah beberapa bentuk penerapan Dwi Fungsi ABRI pada masa Orde Baru:
1. Dominasi Militer dalam Pemerintahan
Salah satu bentuk nyata dari Dwi Fungsi ABRI adalah keterlibatan militer dalam pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Kehadiran Fraksi ABRI di DPR.
ABRI memiliki kursi khusus di parlemen (DPR dan MPR) tanpa melalui pemilu. Melalui jalur ini, militer memiliki pengaruh besar dalam perumusan kebijakan negara.
Militer di Jabatan Birokrasi
Memilih naik tangga daripada lift atau eskalator.
Banyak posisi strategis di pemerintahan diisi oleh perwira militer, termasuk gubernur, bupati, dan wali kota. ABRI juga memiliki peran penting dalam menentukan kebijakan daerah dan pusat.
Peran ABRI dalam Golkar
ABRI menjadi salah satu kekuatan utama yang mendukung Golongan Karya (Golkar) dalam setiap pemilu. Dengan dukungan militer, Golkar selalu menang dalam pemilu selama era Orde Baru.
2. Kontrol terhadap Stabilitas Politik dan Keamanan
ABRI digunakan sebagai alat untuk menjaga stabilitas politik, tetapi juga sebagai sarana untuk membungkam oposisi.
Pengawasan dan Penindasan Oposisi
Kritik terhadap pemerintah ditekan melalui operasi militer dan intelijen.
Kasus penculikan dan penghilangan paksa aktivis pada tahun 1997–
1998 merupakan contoh nyata dari represi politik oleh militer.
Peran dalam Penanganan Konflik Sosial
ABRI dikerahkan untuk mengatasi berbagai konflik separatis, di Aceh (Gerakan Aceh Merdeka) dan Papua (Organisasi Papua Merdeka).
3. Keterlibatan Militer dalam Sektor Ekonomi
Selain berperan dalam pemerintahan dan politik, ABRI juga memiliki andil besar dalam ekonomi nasional.
Pengelolaan Perusahaan Militer
Militer menguasai berbagai sektor ekonomi melalui yayasan dan perusahaan milik ABRI, seperti Yayasan Kartika Eka Paksi (TNI AD) dan Yayasan Trikora (TNI AU). Banyak perusahaan yang dikelola oleh militer mendapat keuntungan besar melalui proyek-proyek pemerintah.
Bisnis dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
ABRI terlibat dalam pengelolaan hutan, pertambangan, dan perkebunan. Sering kali, keterlibatan ini tidak transparan dan menimbulkan berbagai kasus korupsi.
C. Dampak Positif dan Negatif Dwifungsi ABRI bagi Indonesia
Doktrin Dwi Fungsi ABRI memberikan militer peran ganda sebagai alat pertahanan negara dan kekuatan sosial-politik. Kebijakan ini memiliki dampak besar bagi Indonesia, baik dalam aspek politik, sosial, maupun ekonomi. Berikut adalah dampak positif dan negatif dari penerapan Dwi Fungsi ABRI:
1. Dampak Positif Dwifungsi ABRI
Stabilitas Politik dan Keamanan.
ABRI berperan dalam menjaga stabilitas politik selama Orde Baru.
Pemerintahan berjalan tanpa gejolak politik yang signifikan, sehingga kondisi negara relatif aman.
Pembangunan Nasional yang Terarah
Militer ikut serta dalam pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dan irigasi. Program ABRI Masuk Desa (AMD) membantu pembangunan di daerah terpencil.
Penguatan Nasionalisme dan Persatuan
Melalui peran sosial-politik, militer membantu memperkuat semangat nasionalisme. Keberadaan militer dalam pemerintahan dianggap sebagai upaya mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa.
ABRI digunakan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan pemerintah, terutama pada masa Orde Baru. Kritik terhadap pemerintah sering kali dibungkam melalui tindakan represif oleh aparat militer, termasuk penculikan dan penghilangan paksa aktivis.
Korupsi dan Kolusi dalam Pemerintahan
Banyak pejabat militer yang menduduki jabatan penting dalam pemerintahan dan bisnis, sehingga praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) berkembang pesat. Militer menguasai berbagai sektor ekonomi melalui yayasan dan perusahaan militer yang kurang transparan.
Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM)
ABRI sering terlibat dalam pelanggaran HAM, seperti kasus Tragedi Tanjung Priok (1984), Peristiwa Santa Cruz di Timor Timur (1991), dan penculikan aktivis 1997–1998. Penindakan terhadap gerakan separatis sering kali disertai dengan kekerasan dan pelanggaran HAM.
Menghambat Demokratisasi
Dengan dominasi militer dalam politik, demokrasi sulit berkembang di Indonesia. Pemilu pada masa Orde Baru tidak berjalan adil karena militer selalu mendukung Golkar.
Kurangnya Profesionalisme Militer
Karena lebih banyak terlibat dalam politik dan ekonomi, militer tidak sepenuhnya fokus pada tugas utama sebagai alat pertahanan negara.
Reformasi sektor pertahanan menjadi tertunda akibat keterlibatan militer dalam pemerintahan.
BAB III
KESIMPULAN
Dwi Fungsi ABRI adalah doktrin yang memberikan peran ganda bagi militer Indonesia, yaitu sebagai kekuatan pertahanan dan keamanan serta kekuatan sosial- politik. Doktrin ini diterapkan secara luas pada masa Orde Baru (1966–1998), di mana militer memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan, politik, ekonomi, dan kehidupan sosial masyarakat.
Penerapan Dwi Fungsi ABRI membawa dampak positif seperti stabilitas politik, pembangunan nasional yang lebih terarah, serta penguatan nasionalisme dan persatuan. Namun, dampak negatifnya jauh lebih besar, termasuk otoritarianisme, korupsi, pelanggaran hak asasi manusia, dan penghambatan demokratisasi.
Dominasi militer dalam politik juga menyebabkan kurangnya profesionalisme dalam bidang pertahanan.
Setelah Reformasi 1998, Dwi Fungsi ABRI dihapus, dan terjadi pemisahan antara Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Reformasi sektor keamanan ini bertujuan untuk membangun sistem pemerintahan yang lebih demokratis, transparan, serta mengembalikan militer ke fungsi utamanya sebagai alat pertahanan negara.
DAFTAR PUSTAKA
Kompas.com Dwifungsi ABRI, (2020) Apa arti Dwifungsi ABRI. Diakses 20 Februari 2025,
Dari.https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/31/121151169/apa-arti- dwifungsi-abri
Kumparan.com Dwifungsi ABRI, (2022) Penerapan Dwifungsi ABRi pada Masa Orde Baru. Diakses 20 Februari 2025,
Dari.https://kumparan.com/salma37220/dwifungsi-abri-pada-masa-orde- baru-1xirX4Hp72Y
Brainly.com Dwifungsi ABRI, (2017) Dampak Positif dan Negatif Dwifungsi ABRI.
Diakses 21 Februari 2025, Dari https://brainly.co.id/tugas/9148303