ThÂghÛt dalam Al-Qurʼan (Studi Komparatif Tafsir Fi Dzilalil Qurʼan en Tafsir al-Misbah).
Latar Belakang Masalah
3 Manna Khalil Qattan, Studij ved Korana (Bogor: Lentera Putaka med Nuso) cet.16.str.14. 6 Manna Khalil Qattan, Studij znanosti Kur'ana (Bogor: Lentera Putaka med Nuso) cet.9.str.10.
Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah
Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji makna thãghût. Maka dari itu penulis mengambil judul skripsi ini Thãghût in al-Qur'an (Studi Perbandingan Tafsir Fi Dzilalil Qur'an dan Tafsir al-Misbah).
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Sebagai tugas akademik untuk memenuhi salah satu syarat ujian akhir Fakultas Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Fakultas Ushuluddin Jakarta.
Tinjauan Pustaka
Dalam penentuan topik penelitian utama, tesis Andriansyah memiliki kesamaan dengan penulis yaitu sama-sama membahas thãghût, namun dari sudut pandang yang berbeda. Siti Noor Ulfa menjelaskan pengertian thãghût berdasarkan tafsir Musthofa al-Maraghi dan Prof.Dr. .Hamka, sedangkan penulis berdasarkan Tafsir al-Misbah oleh Qurais Syihab dan Tafsir Fidzilalil Qur'an oleh Sayyid Qutb. Jurnal fakultas UIN Sultan Syarif Kasim Ushuluddin berjudul Thãghût in the Qur'an yang ditulis oleh Laila Sari Masyhur, MA dalam jurnal ini penulis membahas tentang konsep thãghût dalam al-.
Teknik dan Sistematika Penulisan
Dalam membahas masalah tersebut, penelitian ini menggunakan teknik analisis komparatif, yaitu dengan membandingkan perbedaan pendapat ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat yang dibahas penulis untuk mendapatkan informasi tentang identitas dan pola pikir masing-masing mufassir. Penting untuk melihat apa yang sebenarnya penulis bahas, terutama arti dari kata kunci “Thãghût in the Qur’an (Studi Perbandingan Tafsir al-Misbah oleh Qurais Syihab dan Tafsir Fi Dzilalil Qur’an oleh Seyyid Qutb termasuk Alasannya” tentang pentingnya mengetahui kata-kata kunci tersebut” dalam penulisan skripsi ini.
Biografi secara metodologi Qurais Syihab dan Sayyid Quthb, Pada bab ketiga ini penulis menguraikan tentang
17 urgensi penelitian, kajian dan penulisan skripsi ini, kemudian metode apa yang digunakan terakhir dan terakhir uraian tentang sistematika penulisan.
Penulisan skripsi ini hanya terdiri dari lima bab, oleh karena itu bab ke lima diakhiri dengan penutup yang terdiri
Definisi Thãghût
ا yang berarti melampaui batas dan batas.1 Al-Raghib al-Isfahani dalam Mu'jam Mufradat Alfazh al-Qur'an mengatakan thãghût adalah ungkapan setiap orang yang melewati batas dan siapa saja yang disembah selain Allah.2 Thaghût berasal dari kata tughyan, artinya di luar. Menurut Ibnul Qayyim (w.751H) taghut adalah: “Segala sesuatu yang diperlakukan oleh seorang hamba di luar batas, baik berupa sesuatu yang disembah, diikuti dan dihormati.” Mereka yang disembah, diikuti dan dihormati adalah selain orang-orang saleh.
Kosa Kata thãghût Dalam Al-Qur’an
- Riwayat Hidup
- Pendidikan dan Karir
- Karya –karyanya
- Profil Tafsir Al-Misbah
Quraish Shihab, “Melandai Al-Quran: Fungsi dan Peranan Wahyu dalam Kehidupan Bermasyarakat, (Bandung: Mizan, 2013) cet.1, hlm.7. Dan disertasi yang dikemukakannya sebagai penutup kajian bertajuk AL -I. 'jaz AL-Tasyri'I li AL-Qur`an Al-Karim 9. Namun nilai akademiknya cukup istimewa 11 Beliau berjaya memperoleh ijazah kedoktoran dalam ilmu al-Quran dengan.
Di sini beliau aktif mengajar bidang tafsir dan Ulum Al-Quran dalam program S1, S2 dan S3 sehingga tahun 1998. Qurais Shihab, Wawasan Al-Qur'an: Tafsir Maudhu'I Tentang Pelbagai Persoalan Umat, ( Bandung: Mizan, 2005) perkara. Manakala menurut M. Quraish Shihab, bacaan al-Quran hendaklah disertai dengan kesedaran tentang keagungannya di samping pemahaman dan penghayatan disertai tadzakkur dan tadabbur.
Rasa tanggung jawab ini muncul ketika seseorang menyadari bahwa Al-Qur'an yang menjadi petunjuk bagi manusia harus dipahami dan dipahami maknanya. Quraish Shihab, “Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2013) cet.1, h.12. Karena penafsiran ini seringkali menggunakan dalil-dalil rasional selain ayat-ayat Al-Quran dan hadits .
Kuraish Shihab, “Memahami Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat”, (Bandung: Mizan, 2013) cit.1, p.73.
Biografi Sayyid Quthb 1. Riwayat Hidup
- Pendidikan dan Karirnya
- Karya-karyanya
- Profil Kitab Fi Dzilal Al-Qur`an
Tafsir Fi Dzilalil al-Qur'an berhasil diselesaikan pada akhir tahun lima puluhan. Menurut Sayyid Kutbh, motivasi menamai tafsirnya Dzilalil al-Qur'an datang begitu saja tanpa ada yang mengada-ada. Tafsir fi dzilalil al-Qur'an ini muncul dari perenungan mendalam dan interaksi pengarang yang begitu menyatu dengan al-Qur'an.
Buku tafsir ini merupakan tafsir yang menggambarkan kehidupan dalam terang Al-Qur'an dan tuntunan Islam. Meskipun terdapat perbedaan metode penulisan tafsir, melihat penulisan tafsir Fi Dzilal al-Qur'an yang mengikuti alur urutan huruf dan ayat yang terdapat dalam Mushaf Al-Qur'an, di satu sisi Di sisi lain dapat dikatakan bahwa Sayyid Qutb menggunakan metode analisis atau tahlili. Pada awalnya sebelum penangkapan Sayyid Qutb memiliki kecenderungan gaya adabi ijtima'i yaitu gaya yang diperkenalkan oleh Muhammad Abduh, selain itu ia juga pernah menulis bukunya yang berjudul At-tashwir al-fanni al-Qur ' ". satu.
Motivasi Sayyid Kutbh untuk memperkenalkan gaya haraki dalam penafsirannya didorong oleh obsesinya untuk mengajak umat Islam untuk benar-benar memahami Al-Qur'an dan menghayatinya untuk kemudian dijadikan sebagai inspirasi dalam melakukan segala aktivitasnya di dunia nyata. Karena menurut Sayyid Qutb, Al-Qur'an tidak cukup dipelajari atau ditafsirkan secara teoritis.
Ayat dan terjemah
Mengasihi dan setia kepada orang yang beriman kepada tauhid, serta membenci dan memusuhi orang musyrik. Maka berjalanlah di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdusta (rasul-rasul). Katakanlah: "Mahukah aku khabarkan kepada kamu tentang orang-orang yang azabnya lebih berat dari (dosa) di sisi Allah, iaitu orang-orang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang berubah menjadi kera dan babi dan (manusia). siapa) menyembah thãghût?".
Allah adalah pelindung orang-orang yang beriman; dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Ibnu Jarir juga meriwayatkan dari Mujahid, dia berkata: "Dulu ada orang yang beriman kepada Isa dan orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Dan turunlah firman Allah: 'Janganlah kamu memperhatikan orang-orang yang kepadanya' Sebagian dari Kitab (Taurat) tidak diberikan?sehingga firman-Nya,.
Ibnu Ishaq meriwayatkan bahawa Ibnu Abbas berkata: "Orang-orang yang mengumpulkan Bani Quraisy, Ghathfan dan Bani Qurayza untuk memerangi Nabi saw. Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan sebelumnya. awak.
Penafsiran Sayyid Quthub
Dan sesungguhnya dia telah berpegang teguh kepada akidah orang-orang yang mencari pembebasan diri daripada azab dan azab Allah SWT. Dan orang-orang yang menjauhi thãghût (yakni) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah SWT untuk mereka. ajakan, peraturan, kesopanan atau tradisi yang tidak berlandaskan peraturan dan syariat Allah SWT. Orang yang menjauhi ibadah thãghût adalah orang yang hanya beribadah kepada Allah SWT dalam bentuk.
18 Orang yang menjauhkan diri daripada penyembahan berhala dan syaitan, menerima sepenuhnya penyembahan kepada Allah sahaja. dan berpaling dari segala-galanya. Perkara di atas adalah menurut Dr. Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya mengatakan bahawa Allah SWT bertanggungjawab terhadap segala urusan orang mukmin, memberi perhatian, perlindungan dan petunjuk kepada sesuatu yang benar dan benar. Sedangkan orang-orang kafir berperang di jalan thãghût, untuk melaksanakan manhaj lain selain manhaj Allah SWT.
Dari ayat di atas dapat disimpulkan bahawa yang dimaksudkan dengan orang mukmin yang berperang di jalan Allah SWT ialah mereka yang berjihad menegakkan syariat Allah SWT, dan orang yang berperang di jalan thãghût ialah mereka yang berjihad menegakkan syariat. undang-undang selain daripada undang-undang yang Allah SWT ada, dan menegakkan piawaian selain daripada piawaian Allah SWT. Menurut dr. Wahbah Zuhaili dalam tafsirnya, mereka yang berjuang di jalan Allah SWT ialah mereka yang berjuang untuk tujuan menegakkan kalimah Allah SWT, menegakkan kebenaran, tauhid, keadilan dan beramal.
Penafsiran Quraish Shihab
Dan orang-orang yang menjauhi thãghût (iaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah SWT, bagi mereka berita gembira; maka sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku." Selanjutnya Quraish Shihab menjelaskan bahwa orang-orang yang bersungguh-sungguh menjauhi thãghût, yaitu tidak menyembah selain Allah, semoga Allah memberkatinya dan memberinya kesejahteraan, dan kembali kepada Allah, semoga Allah memberkatinya dan memberinya. sejahtera, dan berserah diri kepada-Nya dalam segala urusan mereka. Katakanlah: "Biar aku ceritakan kepadamu tentang orang-orang yang balasannya lebih buruk daripada (buruknya) di sisi Allah (swt), iaitu orang-orang yang Allah (swt). dia melaknat dan dimurkai, di antaranya (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (yang) menyembah thãghût?".
Jika negara lebih buruk, pasti orang-orang di negara itu akan sama. Quraish Shihabi dalam penafsirannya bahwa kejelekan kaum yahudi yang dikemukakan dalam ayat ini melebihi kejelekan yang disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya. Di ayat terakhir beliau menjelaskan tentang sikap baik yang harus dimiliki oleh orang beriman.
Kemudian dalam ayat ini, beliau menjelaskan sifat-sifat buruk yang diperlihatkan oleh orang-orang munafik. Kemudian Quraish Shihabi menjelaskan bahwa ayat ini mengajak Nabi Muhammad SAW dan umat Islam untuk memperhatikan kondisi orang munafik.
Analisa Persamaan dan Perbedaan Mufassir
Hal ini senada dengan At-Tabari dalam tafsirnya yang menjelaskan bahwa ayat ini berbicara tentang orang-orang yang mengaku beriman kepada apa yang dibawa Nabi Muhammad, tetapi dalam pertengkaran mereka menjadikan thaghut sebagai hakim dalam perkara mereka, bukan hukumnya. dari Allah. apa yang mereka pilih. Namun dalam hal ini keduanya sama, hal ini tidak menjelaskan bentuk atau reaksi orang yang mengingkari taghut. Ketiga, tentang pahala bagi orang yang beribadah thīghût, menurut Sayyid Qutb, pahala bagi orang yang beribadah thīghût adalah:
Keempat, pengikut setia thãghût, menurut Sayyid Quthb, ialah mereka yang menjadikan thãghût sebagai penjaga, orang yang beriman kepada Jibt dan thãghût serta mereka yang berperang di jalan thãghût. Kelima, orang yang berhukum dengan thãghût, menurut Sayyid Quthb, menjadikan mereka yang berhukum dengan thãghût itu hakim atau pemimpin orang yang sama sekali tidak bersumber dari kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dan kitab yang diturunkan sebelum Nabi Muhammad. Dan sebahagian daripada thãghût ialah orang yang menjadikan thãghût itu penjaganya, beriman kepada jibt dan thãghût, berperang di jalan thãghût, dan menjadikan thãghût itu hakim.
Perbedaan antara Sayyid Qutb dan Quraish Shihab adalah kabar gembira bagi orang yang mengingkari taghut, Sayyid Qutb tidak menjelaskan tentang kabar gembira tersebut, namun Quraish Shihab mengatakan kabar gembira tersebut adalah ketika ruh. Dan jawaban bagi para pemuja thãghût Sayyid Qutb mengatakan bahwa sikap dan perilaku mereka akan diubah oleh monyet dan babi, sedangkan Quraish Shihab mengatakan bahwa bentuk dan sifat mereka akan diubah menjadi monyet dan babi.
Saran
Asfahaniy, Al-Raghib Al-Mu'jam Mufrodat alfaz al-Qur'an jilid 1, Beirut: Dar al fikr, tt. Lembaga Pensijilan Mushaf Al-Qur`an, Badan Penyelidikan dan Latihan Kementerian Agama Indonesia, Lembaga Sains Indonesia (LIPI), Makanan dan Minuman dalam Perspektif Al-Qur`an dan Sains, (Tafsir Ilmi), Jakarta: Al- Lembaga Pensijilan Qur`an Qur`an, 2013 Qutbh Sayyid, fi dhialil Qur'an, Depok: Gema Insani.