• Tidak ada hasil yang ditemukan

THAGHUT DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR FI DZHILALIL QUR’AN DAN TAFSIR AL-MISBAH)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "THAGHUT DALAM AL-QUR’AN (STUDI KOMPARATIF TAFSIR FI DZHILALIL QUR’AN DAN TAFSIR AL-MISBAH)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

Skripsi berjudul “Thãghût Dalam Al-Qur’an (Studi Banding Tafsir Fi Dzhilalil Qur’an dan Tafsir Al-Misbah)” yang disusun oleh Ummi Kulsum dengan Nomor Induk Mahasiswa 13210557 telah melewati proses bimbingan dengan baik dan telah disetujui akan di review dalam sidang Munaqosyah. Tesis berjudul “Thãghût Dalam Al-Qur'an (Studi Banding Tafsir Fi Dzhilalil Qur'an dan Tafsir Al-Misbah) karya Ummi Kulsum dengan NIM 13210557 diulas dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ushuluddin Institut Al-Qur'an Sciences anit (IIQ) Jakarta pada bulan Mei 2018, skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Agama (S.Ag) ThÂghÛt dalam Al-Qur'an (Studi Banding Tafsir Fi Dzilalil Qur'an dan Tafsir al- Misbah".

Khuzaemah Tahido Yanggo, Lc, MA Ibu kita semua, Rektor Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta. Staf administrasi pada Fakultas Ushuludin yang membantu kelancaran proses penulisan dan pembimbingan skripsi ini. Teman-teman terkasih di Fakultas Ushuluddin IIQ Jakarta yang selalu membantu dan menyemangati saya untuk menyelesaikan skripsi ini.

Thaghût dalam Al-Qur'an (Studi Banding Tafsir Fi Dzilalil Qur'an dan Tafsir al-Misbah). Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah pertama bagaimana Sayyid Qutbh dan Quraish Shihab menafsirkan ayat-ayat Al-Quran Thaghût dan perbedaannya. Sehingga nantinya kita bisa mengembangkan penafsiran rasional terhadap ayat-ayat Al-Qur'an yang tidak bisa diterima masyarakat.

Analisis deskriptif hendaknya menjelaskan bagaimana kedua mufasir menafsirkan kata Thaghût dalam Al-Qur'an dan kemudian membandingkan pendapat mereka tentang penafsiran kata tersebut.

Latar Belakang Masalah

Dalam setiap permasalahan tersebut, Al-Qur’an meletakkan keseluruhannya yang efektif dengan landasan umum yang dapat dijadikan landasan langkah manusia dan juga sesuai dengan perkembangan zaman. Kita tidak dapat memungkiri bahwa Al-Quran ibarat permata yang memancarkan cahaya di setiap sudutnya. Demikian pula Al-Qur'an selalu memberikan makna-makna baru bagi setiap orang yang menafsirkannya, tentunya tanpa mengubah makna di dalamnya dan tanpa mengurangi nilai-nilai dan pesan-pesan yang ingin disampaikannya kepada manusia sebagai pedoman.

Al-Qur’an mempunyai fungsi utama sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia, baik mengenai Tuhan, manusia, alam semesta, hewan dan tumbuhan. Dengan demikian, yang dijelaskan Al-Qur’an bukan hanya persoalan keyakinan (belief), hukum atau pesan moral saja, namun juga memuat petunjuk untuk memahami rahasia alam semesta. 3 Manna Khalil Qattan, Kajian Ilmu Al-Qur'an (Bogor: Putaka Lentera inter Nusa) cet.16.p.14.

4 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, Badan Penelitian dan Pengembangan serta Pelatihan Kementerian Agama Republik Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Makanan dan Minuman Dalam Perspektif Al-Quran dan Ilmu Pengetahuan, (Tafsir Ilmi ), (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, 2013), Cet. Dari sinilah muncul upaya untuk menunjukkan berbagai dimensi Al-Qur'an yang mampu menaklukkan siapa pun. Al-Qur'an memuat berbagai macam mukjizat ilmiah, sesuai dengan realitas penerapan ilmiahnya.

Berabad-abad telah berlalu sejak turunnya al-Quran, keadaan dan budaya telah berubah antara pengaruh yang wujud. 6 Manna Khalil Qattan, Kajian Ilmu Al-Quran (Bogor: Putaka Lentera med Nusa) warna.9.halaman 10. 9 Yusuf al-Qaradlawi, Haqiqah at-Tawhid, terjemahan Abd Rahim Haris (Surabaya: Progresif). Perpustakaan, 2002) muka surat 4 .halaman 57.

Maka berjalanlah di muka bumi dan lihatlah apa jadinya orang-orang yang mengingkari (para rasul) (QS.an-Nahl{16}:36). Dalam konsep tauhid, jika menjumpai suatu keyakinan yang mengimani selain Allah, maka disebut dengan Thaghût.11 Thaghût diyakini sebagai sesuatu yang melampaui kesadaran, melampaui kebenaran dan batas-batas yang telah Allah tetapkan bagi-Nya. terlampaui. pelayan. Sedangkan Sayyid Qutb dalam tafsirnya terhadap Fi Dzilalil Qur'an (w. 1386 H) mengatakan bahwa thaghût adalah variasi bentuk suatu kata.

13 Qurais Sihab, Tafsir al-Misbah, Pesan, Kesan dan Harmoni Al-Qur'an, (Jakarta: Lentera Hati, 2002) hal.670. Demikianlah penulis mengambil judul untuk skripsi ini Thaghût dalam al-Qur'an (Studi Banding Tafsir Fi Dzilalil Qur'an dan Tafsir al-Misbah).

Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah

Umar radhiyallahuanhu mengatakan bahwa thaghût adalah setan yang landasannya sangat kuat, mencakup segala macam kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang jahil, yaitu berupa menyembah berhala, mengucapkan fitnah dan meminta pertolongan padanya.18. Dari pendapat-pendapat di atas jelas terlihat bahwa permasalahan thaghût merupakan permasalahan yang sangat serius bagi manusia, baik individu maupun kelompok. Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji tentang makna thãghût.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sebagai tugas akademik untuk menyelesaikan salah satu syarat ujian akhir Fakultas Ushuluddin Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta.

Tinjauan Pustaka

Manakala penulis akan menjelaskan pengertian thãghût berdasarkan Tafsir al-Misbah Quraisy Shihab dan Tafsir Fidzilalil Qur`an Sayyid Quthb. Tesis pelajar Institut Agama Islam Nasional Walisongo Semarang, tahun 2005, Fakulti Ushuluddin, Jabatan Tafsir Hadis, bertajuk Tafsir Thãghût menurut Musthof al-Maraghi dan Prof. dr. Hamki (Kajian perbandingan antara Tafsir Maraghi dan al-Azhar ) karangan Siti Noor Ulfa pada tahun Dalam tesis ini penulis menjelaskan perbezaan pengertian thãghût menurut Mustafa al-Maraghi dan Hamka, iaitu thãghût menurut Mustafa al-Maraghi ialah syaitan yang memujuk atau memujuk manusia, untuk melakukan perbuatan, sedangkan menurut prof. dr. Hamka ialah segala kuasa yang datang dari cita-cita dan hawa nafsu yang mendorong mereka bertindak sewenang-wenang atau melanggar peraturan terhadap orang lain. Muathafa al-Maraghi dan Hamka juga menggambarkan beberapa bentuk perwujudan thãghût, tercermin dalam tokoh asman (berhala), syaitan, jibhi, kahins (tukang ramal) dan tukang sihir (tukang sihir).

Dalam menentukan topik utama penelitian, tesis Andriansyah mempunyai persamaan dengan penulis, yaitu sama-sama membahas tentang thãghût, namun dari sudut pandang yang berbeda. Siti Noor Ulfa menjelaskan pengertian thaghût berdasarkan tafsir Musthofa al-Maraghi dan Prof. Dr. Hamka, sedangkan penulisnya berdasarkan Tafsir al-Misbah karya Qurais Syihab dan Tafsir Fidzilalil Qur'an karya Sayyid Qutb. Jurnal UIN Sultan Syarif Kasim Fakultas Ushuluddin berjudul Thãghût dalam Al-Qur'an yang ditulis oleh Laila Sari Masyhur, MA. Dalam jurnal ini penulis membahas tentang konsep thaghût dalam al-Qur'an. Jurnal ini juga membahas tentang sembilan jenis wahyu thãghût yang maknanya berbeda-beda dan tekanannya berbeda-beda, seperti anjuran untuk tidak beriman terhadap thãghût, peringatan bahwa thãghût membawa manusia kepada kekafiran, mempersekutukan Allah dengan mengimani thãghût, laporan tentang orang-orang yang menghakimi thãghût. orang – orang yang berperang di jalan Thaghût, Jawaban Allah terhadap orang yang beribadah Thaghût, perintah untuk menghindari ibadah Thaghût, kabar baik bagi orang yang menghindari ibadah.

Jenis penelitian dalam proposal ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang datanya bersumber dari literatur atau berbagai buku ilmiah yang diambil secara lengkap. 15 pustaka atau dokumenter, guna memperoleh suatu teori yang berkaitan dengan tema yang dibahas dalam penelitian.19. Untuk memperoleh data dalam penulisan proposal ini, penulis menggunakan sumber data yang relevan sesuai dengan tema yang dibahas.

Dalam penulisan skripsi ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumenter, yaitu dengan mengumpulkan data primer dari buku-buku yang berbicara langsung mengenai permasalahan yang diteliti, dan juga dari data sekunder yang membicarakannya secara tidak langsung, namun relevan untuk dikutip. untuk perbandingan. . Analisis isi adalah teknik penelitian untuk membuat kesimpulan yang dapat direplikasi dan memvalidasi data. Dalam pembahasan permasalahannya, penelitian ini menggunakan teknik analisis komparatif yaitu dengan membandingkan perbedaan pendapat para ahli tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat yang dibahas penulis untuk memperoleh informasi tentang identitas dan pola pikir masing-masing penafsir.

Teknik dan Sistematika Penulisan

17 urgensi kajian penelitian dan penulisan skripsi ini, lalu metode apa yang digunakan pada bagian akhir dan terakhir uraian tentang sistematika penulisan. Penting untuk melihat apa yang sebenarnya dibicarakan oleh penulis, terutama makna dari kata kunci “Thãghût dalam al-Qur’an (Studi Banding Tafsir al-Misbah karya Qurais Syihab dan Tafsir Fi Dzilalil Qur’an karya Sayyid Qutb termasuk membenarkan "pentingnya mengetahui kata-kata kunci ini" dalam menulis tesis ini.

Biografi secara metodologi Qurais Syihab dan Sayyid Quthb, Pada bab ketiga ini penulis menguraikan tentang

Penulisan skripsi ini hanya terdiri dari lima bab, oleh karena itu bab ke lima diakhiri dengan penutup yang terdiri

Kesimpulan

Pertama: Menurut Sayyid Qutb, tahghut merupakan variasi dari kata 'thugyan' yang artinya segala sesuatu yang di luar kesadaran, melanggar kebenaran dan melampaui batas yang telah ditetapkan Allah SWT bagi hamba-Nya tidak berpedoman pada akidah Allah. SWT, tidak berpedoman pada syariat yang ditentukan oleh Allah SWT. Sedangkan Quraish Shihab thåghût diambil dari kata yang berarti “melintasi batas”, yang biasa digunakan untuk melintasi batas menuju kejahatan. Kedua, persamaan penafsiran Sayyid Qutb dan Quraish Shihab adalah mereka sepakat bahwa pantang thåghût merupakan perintah Allah SWT kepada seluruh hamba-Nya.

Dan sebagian dari thaghût adalah orang yang mempunyai thaghût sebagai walinya, meyakini jibt dan thaghût, berperang di jalan thaghût, dan menjadikan thaghût sebagai hakimnya. Perbedaan Sayyid Qutb dan Quraish Shihab merupakan kabar gembira bagi orang-orang yang mengingkari taghut, Sayyid Qutb tidak menjelaskan kabar gembira tersebut, namun Quraish Shihab mengatakan bahwa kabar gembira tersebut bila ruh. Dan jawaban bagi orang-orang yang beribadah kepada Thaghût Sayyid Qutb mengatakan bahwa sikap dan tingkah laku mereka akan berubah menjadi hubungan kera dan babi, sedangkan Quraish Shihab mengatakan bahwa wujud dan sifat mereka akan berubah menjadi kera dan babi.

Saran

Asfahaniy, Al-RaghibAl-Mu'jam Mufrodat alfaz al-Qur'an Volume 1, Beirut: Dar al fikr, hal. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Penelitian dan Pengembangan serta Pelatihan Kementerian Agama Republik Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Makanan dan Minuman Dalam Perspektif Al-Qur'an dan Ilmu Pengetahuan, ( Tafsir Ilmi), Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, 2013.

Referensi

Dokumen terkait

Tentang Kiblat (Kiblat Umat Islam Indonesia Menghadap ke Arah Barat)”, skripsi Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang, 2010.. Quthb, Syahid Sayyid, Tafsir Fi Zhilalil

Tafsir Ibnu Katsir Q.S Luqman ayat 12-19 , Nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Q.S Luqman ayat 12-19 dan

Sayyid Qut}b dalam tafsirnya mengatakan bahwa, “Nabi yang ummi” itu akan menyuruh manusia berbuat yang ma'ru>f dan melarang mereka dari.. mengerjakan perbuatan

Peneliti berkesimpulan bahwasanya fitnah wanita lebih berat daripada fitnah-fitnah lainnya. Wanita merupakan sesuatu yang sangat disukai oleh para kaum pria. Maka dari

Persamaan penafsiran Sayyid Quṭb dan Quraish Shihab yang ketiga adalah ketika menafsirkan “dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu...”, kedua

Diantara karya-karya Sayyid Qut}b adalah tafsir Fi> Z{ilal al-Qur 'a>n. yang dapat dikatakan sebagai karya yang monumental pada

Gagasan Sayyid Quthb yang utama adalah mewujudkan masyarakat yang sejahtera dengan mewujudkan keadilan sosial dalam masyarakat yang berlandaskan al-Qur’an, yang dijelaskan

Amdahurifky, Disertasi: Dimensi Politik dalam Perspektif Ayat-ayat Madaniyyah Analisis Metode Penafsiran Sayyid Quthb dalam Kitab Tafsir fi Zhilal al-Qur’an, Jakarta: Institut PTIQ