• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kasus Tindak Pidana Korupsi Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah

N/A
N/A
Nurfadillah Atp

Academic year: 2024

Membagikan "Kasus Tindak Pidana Korupsi Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH DELIK KORUPSI

“Kasus Tindak Pidana Korupsi Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah”

Dosen Pengampu : Hayatun Nufus,S.H.,M.H.

OLEH :

Nurfadillah A Tamara Putri 2210483

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM UNIVERSITAS ISLAMA RIAU

2022

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala yang telah memberikan Rahmat , Ridho, serta Hidayah-Nya sehingga kita masih diberi Kesehatan sehingga dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “Kasus Tindak Pidana Korupsi Gubernur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah”

Tak lupa pula kita kirimkan Shalawat serta Salam kepada Junjungan sekaligus suri tauladan di kehidupan kita yakni Rasulullah Shallahu ala’ihi wassalam yang telah membawa kita dari alam gelap gulita menuju alam terang benderang sampai saat ini.

Makalah ini berisikan mengenai kasus korupsi terhadap mantan gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah. Dalam makalah ini saya peroleh dari referensi seperti Website, Artikel, dan lain- lain. Jadi Apabila terjadi kekurangan atau kesalahan kata, saya sebagai Penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Saya menyadari bahwa Makalah ini tentunya masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT. Senantiasa meridhai atas segala usaha kita, aamiin.

Pekanbaru, 19 November 2022

Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB I ... 4

PENDAHULUAN ... 4

1.1 LATAR BELAKANG... 4

1.2 RUMUSAN MASALAH ... 5

1.3 TUJUAN MASALAH... 5

BAB II ... 6

PEMBAHASAN ... 6

2.1 KRONOLOGI KASUS KORUPSI NURDIN ABDULLAH ... 6

2.2 PASAL YANG MENJERAT NURDIN ABDULLAH ATAS KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI ... 8

2.3 PUTUSAN ATAS KASUS KORUPSI NURDIN ABDULLAH ... 10

BAB III ... 16

PENUTUP... 16

3.1 KESIMPULAN ... 16

3.2 SARAN ... 17

DAFTAR PUSTAKA ... 18

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang bukan saja dapat merugikan keuangan negara akan tetapi juga dapat menimbulkan kerugian-kerugian pada perekonomian rakyat. Barda Nawawi Arief berpendapat bahwa, tindak pidana korupsi merupakan perbuatan yang sangat tercela, terkutuk dan sangat dibenci oleh sebagian besar masyarakat, tidak hanya oleh masyarakat dan bangsa Indonesia tetapi juga oleh masyarakat bangsa-bangsa di dunia. Perkembangan korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan pemberantasannya masih sangat lam ban.

Oleh karena itu, tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa (extraordinary crime). Dengan demikian, dalam penanganannya pun juga harus menggunakan cara-cara luar biasa (extra-ordinary).

Sementara itu, penanganan tindak pidana korupsi di Indonesia masih dihadapkan pada beberapa kondisi, yakni masih lemahnya upaya penegakkan hukum tindak pidana korupsi, kualitas SDM aparat penegak hukum yang masih rendah, lemahnya koordinasi penegakkan hukum tindak pidana korupsi, serta masih sering terjadinya tindak pidana korupsi dalam penanganan kasus korupsi.

beberapa peraturan perundang-undangan dibentuk dalam upaya memberantas korupsi tersebut, yaitu: Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selanjutnya, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Undang Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.

Pemberitaan tentang korupsi seakan tak pernah berhenti mewarnai layar kaca. Para pelaku korupsi adalah para pegawai atau pejabat pemerintahan yang menempati posisi strategis. Lantas kita jadi bertanya, hidup mereka sudah enak, gaji pastilah besar, semuanya sudah dimiliki, lalu kenapa masih saja korupsi? Alasan seseorang korupsi bisa beragam, namun secara singkat dikenalkan oleh penulis Jack Bologna untuk menjelaskan faktor penyebab korupsi yang dilakukan oleh aparat pemerintahan. Teori GONE yang dikemukakan oleh penulis Jack Bologna adalah singkatan dari Greedy (Keserakahan), Opportunity (kesempatan), Need (Kebutuhan) dan Exposure (pengungkapan).

(5)

Dalam kasus korupsi yang melibatkan aparat pemerintahan, seperti yang terjadi atas kasus korupsi oleh mantan Gubernur Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah. korupsi adalah penyalahgunaan uang negara, baik perusahaan atau lainnya, untuk kepentingan sendiri maupun orang lain.

korupsi adalah perilaku tidak jujur yang dilakukan oleh pemegang kekuasaan, seperti pejabat pemerintan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Kronologi Kasus Korupsi Nurdin Abdullah?

2. Apa saja Pasal yang menjerat Nurdin Abdullah atas kasus Tindak Pidana Korupsi?

3. Bagaimana Putusan Atas Kasus Korupsi Nurdin Abdullah?

1.3 TUJUAN MASALAH

1. Untuk Mengetahui Kronologi Kasus Korupsi Nurdin Abdullah.

2. Untuk mengetahui pasal apa saja yang menjerat Nurdin Abdullah atas kasus Tindak Pidana Korupsi.

3. Untuk Mengetahui Putusan Atas Kasus Korupsi Nurdin Abdullah.

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 KRONOLOGI KASUS KORUPSI NURDIN ABDULLAH

Sebelum kasus dugaan korupsi terungkap, Nurdin Abdullah adalah cerminan kepala daerah yang berintegritas, berinovasi, membawa perubahan dan antikorupsi. Ia memperoleh beragam jenis penghargaan mulai dari media massa, kampus, LSM, kementrian dan Lembaga, hingga presiden. Penghargaan tersebut mayoritas Nurdin Abdullah terima saat menjabat sebagai Bupati Bantaeng, Sulawesi Selatan dari 2008 hingga 2018. Sejumlah penghargaan itu termasuk Setya Lencana bidang pertanian dari presiden pada tahun 2009, piagam dan medali dari Kejaksaan Agung terhadap kepedulian pengelolaan dan pengembangan kantin kejujuran di Kabupaten Bantaeng tahun 2010, Piala Adipura dari Menteri Lingkungan Hidup. Lalu menjadi People of The Year tahun 2012 dari Harian Seputar Indonesia, mendapatkan piala Adipura empat tahun berturut- turut, dan penghargaan sebagai Tokoh Perubahan Tahun 2014 dari Republika. Salah satu juru BHACA, Bivitri Savitri mengatakan, Nurdin Abdullah berhasil “menunjukkan perbaikan saat menjadi Bupati Bantaeng dengan melakukan inovasi dan membentuk system yang berkelanjutan sehingga menjadi peningkatan kesejahteraan dan pembangunan”.

Nurdin Abdullah ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam Operasi Tangkap Tangan (OTT) pada Pada Sabtu, 27 Februari 2021 terkait kasus suap dan gratifikasi proyek infrastruktur. Keesokan harinya pada Minggu, 28 Februari 2021, KPK menetapkan Nurdin Abdullah sebagai tersangka karena diduga menerima uang sejumlah Rp.5,4 miliar terkait sejumlah proyek infrastruktur di Sulawesi Selatan. Selain Nurdin Abdullah, KPK juga menetapkan Sekretaris Dinas PUTR Sulawesi Selatan, Edy Rahmat, dan Direktur PT Agung Perdana Bulukumba, Agung Sucipto, sebagai tersangka.

Ketua KPK Firli Bahuri mengatakan, segala prestasi yang didapat Nurdin “terjadi pada waktu dan tempat tertentu”. “Tetapi korupsi itu disebabkan oleh karena ada kekuasaan, kesempatan, keserakahan, ada kebutuhan dan paling penting jangan berpikir bahwa setiap orang yang sudah menerima penghargaan tidak adak melakukan korupsi. ”Kenapa? Karena korupsi adalah pertemuan antara kekuasaan dan kesempatan serta minus integritas”. Firli berharap melalui

(7)

kasus ini, seluruh penyelenggara negara hingga pejabat pemerintahan untuk memegang teguh Amanah rakyat dengan menjauhi perilaku korupsi.

Pada Jumat (26/02) lalu, KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Nurdin Abdullah, Sekretaris Dinas PUTR Sulsel Edy Rahmat dan Direktur PT Agung Perdana Bulukumba Agung Sucipto.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Nurdin Abdullah sebagai tersangka kasus dugaan suap dan gratifikasi proyek infrastruktur di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan.

Sebelumnya, KPK melakukan operasi tangkap tangan (OTT) pada Jumat malam (26/2) hingga sabtu dinihari (27/2). KPK mengamankan 6 orang dalam OTT tersebut. Hasilnya, KPK menetapkan Nurdin Abdullah (NA) beserta dua orang lainnya sebagai tersangka. Yakni Edy Rachmat (ER), Sekretaris Dinas PUTR provinsi Sulawesi Selatan (orang kepercayaan Nurdin Abdullah) dan Direktur PT Agung Perdana Bulukumba, Agung Sucipto (AS) sebagai kontraktor.

“Sebagai penerima saudara NA (Nurdin Abdullah) dan saudara ER. Sedangkan sebagai pemberi adalah saudara AS (kontraktor),” kata Ketua KPK Firli Bahuri saat konferensi pers, Minggu dinihari (28/2).

Firli mengatakan, pada Jumat (26/2), KPK mendapat informasi dari masyarakat bahwa akan adanya dugaan terjadinya penerimaan sejumlah uang oleh penyelenggara negara yang diberikan AS kepada NA melalui saudara ER. AS menyerahkan proposal terkait beberapa proyek pekerjaan infrastruktur di Kabupaten Sinjai Sulsel tahun anggaran 2021 kepada ER.

Pada pukul sekitar 23.00 WITA, AS diamankan saat dalam perjalanan menuju Bulukumba.

Sekitar pukul 00.00 WITA, ER diamankan beserta uang dalam koper sejumlah sekitar Rp 2 miliar turut disita dari rumah dinasnya. Kemudian, sekitar pukul 02.00 WITA (27/2), Nurdin Abdullah juga turut diamankan oleh KPK dari rumah dinasnya. “AS yang telah lama kenal dengan Nurdin Abdullah berkeinginan mendapatkan beberapa proyek pekerjaan infrastruktur di Sulawesi Selatan tahun 2021,” ucap Firli. AS sebelumnya telah mengerjakan beberapa proyek di Sulawesi Selatan diantaranya, peningkatan jalan ruas Palampang-Munte-Botolempangan di Kabupaten Sinjai tahun 2019. Pembangunan jalan ruas Palampang-Munte-Botolempangan di Kabupaten Sinjai tahun

(8)

2020, pembangunan jalan pedestrian dan penerangan jalan kawasan Bira, Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Firli mengatakan, sejak Februari 2021, telah ada komunikasi aktif antara AS dengan ER untuk bisa memastikan agar AS mendapatkan kembali proyek. Selain itu, Nurdin Abdullah juga diduga menerima uang dari kontraktor lain. Diantaranya, pada akhir 2020, Nurdin menerima uang sebesar Rp 200 juta. Lalu pada pertengahan Februari 2021, Nurdin menerima uang Rp 1 miliar. Awal februari 2021, Nurdin juga menerima uang sebesar Rp.2,2 miliar. Jika dijumlahkan, keseluruhan hasil suap dan gratifikasi yang diterima Nurdin sebanyak Rp.5,4 miliar.

2.2 PASAL YANG MENJERAT NURDIN ABDULLAH ATAS KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI

Nurdin Abdullah dan Edy Rahmat disangkakan pasal :

pasal 12 a dan pasal 12 b UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi :

Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah):

a. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;

b. pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan kewajibannya;

pasal 11 UU UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi :

Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan

(9)

paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya.

Pasal 12 B UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi :

(1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) atau lebih, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi;

b. yang nilainya kurang dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap dilakukan oleh penuntut umum.

(2) Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.

(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana :

1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan turut serta melakukan perbuatan.

Sedangkan sebagai pemberi, Agung Sucipto disangkakan melanggar pasal :

Pasal 5 ayat 1 huruf a dan huruf b UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi :

(1) Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

(10)

dan paling banyak Rp.250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:

a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau

b. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.

pasal 13 UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi :

Memberi sesuatu atau menjanjikan sesuatu; Kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara; Dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya sehingga bertentangan dengan kewajibannya.

Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP.

(1) Dipidana sebagai pelaku tindak pidana :

1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan turut serta melakukan perbuatan.

2.3 PUTUSAN ATAS KASUS KORUPSI NURDIN ABDULLAH P U T U S A N

Nomor 45/Pid.Sus-TPK/2021/PN Mks

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Makassar yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa, menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa :

Nama lengkap : Prof. Dr. Ir. H. M. Nurdin Abdullah, M.Agr.

Tempat lahir : Parepare

(11)

Umur/Tanggal Lahir : 58 Tahun / 7 Februari 1963 Jenis Kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia Tempat tinggal :

- Jl. Jenderal Sudirman No.33/Jl. Sungai Tangka No.31 Kota Makassar (rumah jabatan); - Perumahan Dosen Universitas Hasanuddin Makassar Jl. Ibnu Sina No. GB 76 Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar (rumah pribadi);

- Jl. Gagak No.7 RT.001 RW.001 Kelurahan / Desa Pallantikang Kecamatan Bantaeng Kabupaten Bantaeng Provinsi Sulawesi Selatan (rumah sesuai KTP).Jl. Boulevard 1 No. 8 Kelurahan Masale Kecamatan Panakkukang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

Agama : Islam

Pekerjaan : Gubernur Sulawesi Selatan (Non Aktif) Pendidikan : S.3

Terdakwa telah ditahan di Rumah Tahanan Negara (Rutan) oleh:

1. Penyidik sejak tanggal 27 Februari 2021 sampai dengan tanggal 18 Maret 2021;

2. Perpanjangan Penuntut Umum sejak tanggal 19 Maret 2021 sampai dengan tanggal 27 April 2021;

3. Perpanjangan Pertama Ketua Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Makassar sejak tanggal 28 April 2021 sampai dengan tanggal 27 Mei 2021;

4. Perpanjangan Kedua Ketua Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Makassar sejak tanggal 28 Mei 2021 sampai dengan tanggal 26 juni 2021;

5. Penuntut Umum sejak tanggal 24 Juni 2021 sampai dengan tanggal 13 Juli 2021;

6. Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Makassar sejak tanggal 12 Juli 2021 sampai dengan tanggal 10 Agustus 2021;

7. Perpanjangan Ketua Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Makassar sejak tanggal 11 Agustus 2021 sampai dengan tanggal 9 Oktober 2021;

8. Perpanjangan Pertama Ketua Pengadilan Tinggi sejak tanggal 10 Oktober 2021 sampai dengan tanggal 8 November 2021;

(12)

9. Perpanjangan Kedua Ketua Pengadilan Tinggi sejak tanggal 9 November 2021 sampai dengan tanggal 8 Desember 2021;

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi tersebut; Telah membaca berkas perkara dan surat- surat lain yang terkait; Telah mendengar dan membaca tuntutan Penuntut Umum yang dibacakan dan diserahkan dalam persidangan tanggal 15 November 2021 yang pada pokoknya menuntut supaya Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan :

1. Menyatakan Terdakwa M. NURDIN ABDULLAH telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 12 huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP sebagaimana Dakwaan KESATU Pertama; DAN Pasal 12 B ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 65 ayat (1) KUHP sebagaimana dalam Dakwaan KEDUA ; 2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 6

(enam) tahun dan denda sebesar Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 6 (enam) bulan;

3. Menetapkan lamanya penahanan dikurangkan seluruhnya dari pidana penjara yang dijatuhkan;

4. Memerintahkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

5. Menjatuhkan pidana tambahan kepada Terdakwa untuk membayar uang pengganti sebesar Rp3.187.600.000,00 (tiga miliar seratus delapan puluh tujuh juta enam ratus ribu rupiah) dan SGD350.000 (tiga ratus lima puluh ribu dollar singapura) dengan ketentuan apabila Terdakwa tidak membayar uang pengganti dalam waktu 1 (satu) bulan setelah putusan memperoleh kekuatan hukum tetap, maka harta bendanya dapat disita oleh Jaksa dan dilelang untuk menutupi uang pengganti tersebut. Dalam hal Terdakwa tidak mempunyai harta benda

(13)

yang tidak mencukupi untuk membayar uang pengganti, maka dijatuhi pidana penjara selama 1 (satu) tahun ;

6. Menjatuhkan hukuman tambahan kepada Terdakwa berupa pencabutan hak untuk dipilih dalam jabatan publik selama 5 (lima) tahun terhitung sejak Terdakwa selesai menjalani pidana;

7. Menyatakan agar berupa 253 barang bukti;

8. Keseluruhan barang bukti tersebut dikembalikan kepada Jaksa Penuntut Umum untuk dipergunakan dalam perkara lain atas nama EDY RAHMAT;

9. Menetapkan agar Terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp7.500,00 (tujuh ribu lima ratus rupiah).

Memperhatikan, Pasal 12 huruf a, Pasal 12 B ayat (1) UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP, Jo Pasal 65 ayat (1) KUHP, Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan Undang Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi serta peraturan perundang-udangan lain yang berkaitan.

M E N G A D I L I

1. Menyatakan Terdakwa Prof. Dr. Ir. M. Nurdin Abdullah, M.Agr. telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi secara bersama-sama dan berlanjut sebagaimana dalam dakwaan alternatif KESATU Pertama dan tindak pidana korupsi yang merupakan gabungan dari beberapa perbuatan dipandang sebagai beberapa kejahatan yang berdiri sendiri sebagaimana dalam dakwaan KEDUA;

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara selama 5 (lima) tahun dan denda sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan pidana kurungan selama 4 (empat) bulan;

3. Menjatuhkan pidana tambahan kepada Terdakwa untuk membayar uang pengganti sejumlah Rp2.187.600.000,00 (dua miliar seratus delapan puluh tujuh juta enam ratus ribu rupiah) dan SGD350.000,- (tiga ratus lima puluh ribu dollar singapura) dengan ketentuan

(14)

apabila tidak dibayar paling lama 1 (satu) bulan setelah putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap, maka harta benda Terpidana dirampas untuk menutupi kerugian negara tersebut dan apabila harta bendanya tidak mencukupi untuk membayar uang pengganti, maka diganti dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan;

4. Menjatuhkan pidana tambahan kepada Terdakwa berupa pencabutan hak untuk dipilih dalam jabatan publik selama 3 (tiga) tahun setelah Terdakwa selesai menjalani pidana pokok;

5. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

6. Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan;

7. Memerintahkan supaya 253 barang bukti.

8. memerintahkan Penuntut Umum untuk membuka blokir sesuai ketentuan hukum yang berlaku.

9. Membebankan iaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah).

Demikianlah diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Makassar, pada hari Rabu, tanggal 24 November 2021, oleh Dr. Ibrahim Palino, S.H., M.H., selaku Hakim Ketua, Muhammad Yusuf Karim, S.H., M.Hum. dan Hakim Ad Hoc Arief Agus Nindito, S.H., M.Hum. masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan tersebut diucapkan dalam sidang secara elektronik dan terbuka untuk umum pada hari Senin, tanggal 29 November 2021 oleh Hakim Ketua dengan didampingi para Hakim Anggota tersebut, dibantu oleh Alid Burhan, S.H., M.H., dan Justiah Said, S.H., keduanya Panitera Pengganti, dihadiri oleh Zainal Abidin, S.H., M.H., Penuntut Umum pada Komisi Pemberantasan Korupsi dan Terdakwa didampingi Penasihat Hukumnya.

Hakim Anggota,

1. Muhammad Yusuf Karim, S.H., M.Hum

2. Arief Agus Nindito, S.H., M.Hum

Hakim Ketua,

Dr. Ibrahim Palino, S.H.,M.H.

Panitera Pengganti,

(15)

1. Alid Burhan, S.H.,M.H.

2. Justiah Said, S.H.

Dalam menjatuhkan putusan tersebut, hakim turut mengungkapkan sejumlah hal yang memberatkan dan meringankan bagi Nurdin. Hal memberatkan yakni perbuatan Nurdin bertentangan dengan program pemerintah dalam pemberantasan korupsi.

Sementara hal meringankan yakni Nurdin belum pernah dihukum, mempunyai tanggungan keluarga yang perlu dinafkahi, sopan dan kooperatif selama persidangan, tidak pernah bertingkah dengan macam-macam alasan yang membuat persidangan tidak lancar.

Majelis hakim Pengadilan Tipikor Makassar menjatuhkan vonis terhadap Nurdin dengan pidana 5 tahun penjara ditambah denda Rp500 juta subsider 4 bulan kurungan.

Selain itu, Nurdin juga dihukum membayar uang pengganti sebesar Rp2,18 miliar dan Sin$350 ribu. Jika tidak dibayar dalam satu bulan setelah putusan berkekuatan hukum tetap (inkrah), maka harta bendanya disita dan dilelang jaksa. Jika harta bendanya tidak menutupi uang pengganti, akan diganti dengan pidana penjara 10 bulan.

Menurut saya, vonis hukuman yang dijatuhkan oleh hakim terhadap Nurdin Abdullah sudah melalui beberapa pertimbangan oleh hakim sehingga menjatuhkan vonis tersebut.

(16)

BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN

Korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan penuh perhitungan oleh mereka yang justru merasa sebagai kaum terdidik dan terpelajar. Korupsi juga bisa dimungkinkan terjadi pada situasi dimana seseorang memegang suatu jabatan yang melibatkan pembagian sumber- sumber dana dan memiliki kesempatan untuk menyalahgunakannya guna kepentingan pribadi.

KPK mengamankan 6 orang dalam OTT tersebut. Hasilnya, KPK menetapkan Nurdin Abdullah (NA) beserta dua orang lainnya sebagai tersangka. Yakni Edy Rachmat (ER), Sekretaris Dinas PUTR provinsi Sulawesi Selatan (orang kepercayaan Nurdin Abdullah) dan Direktur PT Agung Perdana Bulukumba, Agung Sucipto (AS) sebagai kontraktor.

Nurdin Abdullah juga diduga menerima uang dari kontraktor lain. Diantaranya, pada akhir 2020, Nurdin menerima uang sebesar Rp 200 juta. Lalu pada pertengahan Februari 2021, Nurdin menerima uang Rp 1 miliar. Awal februari 2021, Nurdin juga menerima uang sebesar Rp 2,2 miliar. Jika dijumlahkan, keseluruhan hasil suap dan gratifikasi yang diterima Nurdin sebanyak Rp 5,4 miliar.

Nurdin Abdullah dan Edy Rahmat disangkakan pasal 12 a dan pasal 12 b atau pasal 11 dan pasal 12 B UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, Jo pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP. Sedangkan sebagai pemberi, Agung Sucipto disangkakan melanggar pasal 5 ayat 1 huruf a atau pasal 5 ayat 1 huruf b, atau atau pasal 13 UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas UU nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi Jo pasal 5 ayat (1) ke 1 KUHP.

Gubernur nonaktif Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah menerima putusan vonis lima tahun penjara dan denda Rp 500 juta atas kasus suap dan gratifikasi dari Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Makassar. Lewat kuasa hukumnya, Nurdin menyatakatan tidak mengajukan banding terhadap putusan tersebut.

(17)

3.2 SARAN

Setelah melihat kasus korupsi Nurdin Abdullah dalam perkembangan korupsi di Indonesia serta fakta implementasi dari perturan perundang-undangan tentang korupsi, maka penulis memunculkan saran-saran sebagai berikut:

1. Pemberantasan dan pencegahan korupsi haruslah dilakukan dari atas atau “top political will” secara konsisten dari para penyelenggara negara;

2. Pemberantasan tindak pidana korupsi harus tetap berpegang pada Undang-undang korupsi yang telah berlaku dengan mengedepankan pertanggung jawaban pidana yang mengakibatkan efek jera.

3. Peraturan perundang-undangan pemberantasan korupsi yang jelas dengan sanksi yang dapat menimbulkan kejeraan serta proses peradilan yang cepat dan transparan.

(18)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hukumonline.com, (2022, 28 April), Mengenal Operasi Tangkap Tangan KPK, Diakses pada 20 November 2022, dari https://www.hukumonline.com/berita/a/mengenal-operasi- tangkap-tangan-kpk-lt626ac7a171949?page=all

2. Wikipedia, (2022, 20 November), Nurdin Abdullah, Diakses Pada 20 November 2022, https://id.wikipedia.org/wiki/Nurdin_Abdullah#

3. Dpr.go.id., Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi, diakses pada 21 November 2022,

https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2001_20.pdf

4. Putusan.mahkamahagung.go.id., Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Nomor Nomor 45/Pid.Sus-TPK/2021/PN Mks, diakses pada 27 November 2022, file:///C:/Users/asus/Downloads/putusan_45_pid.sus- tpk_2021_pn_mks_20221128171637.pdf

5. CNN Indonesia, (2021, 29 November 2022), Divonis 5 Tahun Bui, Nurdin Abdullah Pikir- Pikir Untuk Banding, Diakses pada 27 November 2022, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211129232503-12-727633/divonis-lima- tahun-bui-nurdin-abdullah-pikir-pikir-untuk-banding

6. CNN Indonesia, (2022, 30 November), Vonis Nurdin Abdullah, Hakim Cabut Hak Politik

Tiga Tahun, diakses pada 28 November 2022

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20211130083141-12-727710/vonis-nurdin- abdullah-hakim-cabut-hak-politik-tiga-tahun.

7. Tim Redaksi Pustaka Yustisia. 2019. Kitab Lengkap KUHPer KUHAPer KUHP KUHAP KUHD, Yogyakarta : Penerbit Pustaka Yustisia.

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun para informan mengikuti pemberitaan yang disajikan oleh harian Fajar dalam hal ini pemberitaan Nurdin Abdullah sebagai calon gubernur periode 2018, dosen sebagai

Menetapkan: PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA PERANGKAT DAERAH. Daerah adalah Provinsi Sulawesi

Pada Bab III Bagian Kedua Pasal 10 Verifikasi dan Alokasi Anggaran Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2022 tentang Tata Cara Pemberian dan Pertanggungjawaban

Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 40 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Perizinan Terpadu Pada Badan Koordinasi

(1) Forum Percepatan Investasi, Perdagangan dan Pariwisata Sulawesi Selatan mempunyai tugas memberikan saran dan rekomendasi kepada Gubernur dalam penetapan

Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Pengujian Bahan Konstruksi pada Dinas Bina Marga dan Bina Konstruksi Provinsi Sulawesi Selatan yang dibentuk berdasarkan Peraturan

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka Peraturan Gubernur Sulawesi Selatan Nomor 8 Tahun 2014 Tentang Pengaturan Ruang Lingkup Tugas Inspektur

Berkaitan dengan kasus korupsi yang dilakukan oleh mantan Menteri Sosial Juliari Peter Batubara, sekalipun hasil penyelidikan KPK nantinya menunjukkan bahwa Juliari terbukti melanggar