• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tindak Pidana Korupsi

N/A
N/A
RUTAN KELAS IIB SABANG

Academic year: 2023

Membagikan "Tindak Pidana Korupsi"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Isna Tania

NIM : 048056773

Mata Kuliah : Tindak Pidana Korupsi

1. Berikan analisis, kualifikasi dari perbuatan dari pelaku tindak pidana korupsi yang dapat dikenakan ancaman pidana mati.

Jawab :

Di banyak yurisdiksi, pidana mati sering kali diterapkan pada kasus-kasus korupsi yang sangat serius dan berdampak luas pada masyarakat atau negara. Namun, perlu dicatat bahwa penerapan pidana mati dalam kasus korupsi tidak selalu konsisten di setiap negara.

Berikut beberapa kualifikasi tindak pidana korupsi yang dapat menghadapi ancaman pidana mati dalam beberapa yurisdiksi:

 Korupsi Berat yang Merugikan Negara Besar: Tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat pemerintah atau individu yang memiliki posisi yang sangat tinggi, dengan nilai kerugian negara yang sangat besar dan dampak yang sangat merugikan bagi masyarakat, sering kali memicu ancaman pidana mati. Contohnya, kasus korupsi yang melibatkan penggelapan dana publik dalam skala besar.

 Korupsi yang Berujung Kematian atau Bahaya Besar: Di beberapa yurisdiksi, jika tindak pidana korupsi yang dilakukan menyebabkan kerugian yang berujung pada kematian massal, ancaman pidana mati bisa diberlakukan.

Contohnya, korupsi dalam pengadaan obat-obatan yang berujung pada kematian pasien akibat obat palsu atau korupsi dalam bidang konstruksi yang menyebabkan runtuhnya bangunan yang mengakibatkan banyak korban jiwa.

 Korupsi yang Terkait dengan Kejahatan Berat Lainnya: Terkadang, kasus korupsi yang terkait erat dengan kejahatan berat lainnya seperti perdagangan manusia, narkoba, atau terorisme dapat menyebabkan ancaman pidana mati bagi pelakunya.

 Korupsi yang Merusak Struktur Pemerintahan: Tindak pidana korupsi yang merusak struktur pemerintahan atau kestabilan politik negara, terutama dalam konteks pemberantasan korupsi, seringkali dilihat sebagai tindakan yang sangat serius yang dapat dihukum dengan pidana mati.

Penerapan pidana mati dalam kasus korupsi biasanya merupakan respons atas tingkat keparahan dan dampak yang ditimbulkan oleh tindakan korupsi tersebut.

Namun, perlu dicatat bahwa penerapan pidana mati dalam kasus korupsi masih

(2)

menjadi subjek perdebatan dan kontroversi di berbagai belahan dunia karena sifatnya yang ekstrem. Beberapa negara telah mengubah hukuman pidana mati menjadi hukuman lain, seperti penjara seumur hidup atau hukuman berat lainnya dalam kasus- kasus korupsi yang parah.

2. Faktor yang menyebabkan penegak hukum mengalami kesulitan dalam menerapkan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana korupsi.

Jawab :

 Bukti yang Sulit Diperoleh: Dalam kasus korupsi, terkadang sulit untuk mengumpulkan bukti yang kuat dan memadai untuk membuktikan kesalahan secara konklusif. Korupsi sering terjadi di balik mekanisme yang kompleks dan tidak selalu dapat dengan mudah terdokumentasi.

 Keterbatasan Sistem Hukum: Beberapa yurisdiksi memiliki peraturan yang mempersulit penerapan pidana mati. Ada negara-negara yang telah menghapus pidana mati dari hukumnya atau memiliki standar bukti yang sangat tinggi yang harus dipenuhi sebelum memberlakukan hukuman mati.

 Isu HAM dan Kontroversi: Penerapan pidana mati dalam kasus korupsi sering kali menjadi subjek perdebatan dan kontroversi di mata internasional. Banyak pihak, termasuk organisasi hak asasi manusia, menentang penerapan pidana mati karena dianggap sebagai pelanggaran hak asasi manusia.

 Korupsi dalam Sistem Peradilan Sendiri: Ironisnya, korupsi kadang juga terjadi di dalam sistem peradilan, yang dapat menghambat atau menghambat proses penegakan hukum terhadap pelaku korupsi yang memiliki akses atau pengaruh dalam sistem hukum.

 Pengaruh Politik dan Kekuasaan: Pelaku tindak pidana korupsi, terutama yang memiliki pengaruh politik atau keuasaan, bisa memiliki lobi dan jaringan yang kuat yang dapat menghambat proses penegakan hukum, termasuk penerapan pidana mati.

 Penggantian Hukuman dengan Tindakan Alternatif: Beberapa yurisdiksi memilih untuk tidak memberlakukan pidana mati pada kasus korupsi yang parah, tetapi menggantinya dengan hukuman lain seperti penjara seumur hidup atau hukuman berat lainnya.

Kesulitan dalam menerapkan pidana mati terhadap pelaku tindak pidana korupsi bisa berasal dari faktor hukum, politik, sosial, dan juga moral. Ini menjadi salah satu tantangan dalam memberikan sanksi yang sesuai terhadap pelaku korupsi yang merugikan masyarakat dan negara.

(3)

3. Pengetatan hak remisi bagi narapidana kasus korupsi adalah langkah yang dapat dianggap sebagai upaya untuk memberikan sanksi yang lebih tegas terhadap pelaku kejahatan korupsi. Beberapa analisis terkait kebijakan ini meliputi:

 Deterrensi dan Sinyal Kepada Masyarakat: Pengetatan hak remisi memberikan sinyal bahwa tindak pidana korupsi dianggap sebagai pelanggaran yang sangat serius dan mungkin tidak akan mendapatkan keringanan hukuman seperti narapidana pada kasus kejahatan lainnya. Ini dapat menjadi upaya untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa pemerintah serius dalam memberantas korupsi.

 Pemberian Dampak Sosial: Keputusan untuk membatasi hak remisi bagi narapidana kasus korupsi dapat memberikan efek jera dan menyampaikan pesan bahwa konsekuensi dari tindakan korupsi sangatlah serius. Hal ini juga dapat dilihat sebagai langkah untuk menunjukkan keadilan kepada masyarakat yang merasa terzhalimi oleh korupsi.

 Perlindungan Terhadap Kepentingan Publik: Mengingat dampak yang luas dan serius dari tindak pidana korupsi terhadap kepentingan publik dan negara, pembatasan hak remisi dianggap sebagai langkah untuk melindungi kepentingan tersebut dan mengirimkan pesan bahwa pelaku korupsi tidak akan diberikan keringanan secara mudah.

 Pertimbangan Hukum dan Keadilan: Meskipun ada kebijakan pengetatan, tetap penting untuk memastikan bahwa langkah ini sejalan dengan prinsip- prinsip hukum dan keadilan. Perlakuan yang adil terhadap narapidana dalam konteks hukuman yang proporsional tetaplah penting.

Namun, perlu dicatat bahwa kebijakan pengetatan hak remisi bagi narapidana kasus korupsi juga memerlukan tinjauan dan evaluasi yang mendalam terkait dampaknya terhadap proses pemasyarakatan, upaya rehabilitasi, serta keadilan bagi narapidana yang mungkin tidak terlibat secara langsung dalam tindak pidana korupsi tetapi terkena dampak dari kebijakan ini.

Sumber : Bahan Materi Pokok Tindak Pidana Korupsi Universitas Terbuka

Referensi

Dokumen terkait

22 Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, menjelaskan bahwa “Yang berarti bahwa tindak pidana korupsi itu sangat

Hasil Penelitian Keterkaitan Antara Jumlah Kerugian Negara Dengan Berat Ringannya Pidana Dalam Tindak Pidana Korupsi ...47. BAB III: PENUTUP

Ancaman sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana korupsi diatur dalam Undang - Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pada Pasal 2

PELAKSANAAN TERHADAP PENJATUHAN SANKSI PIDANA MATI UNTUK PELAKU TINDAK

Tindak pidana korupsi “murni merugikan keuangan Negara” adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh orang, pegawai negeri sipil, penyelenggara Negara yang secara melawan

“merugikan keuangan Negara atau Perekonomian Negara” menunjukan bahwa tindak pidana merupakan delik formal yaitu adanya tindak pidana korupsi cukup dengan

Mencapai tujuan yang lebih efektif untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi, undang-undang korupsi ini memuat ketentuan pidana terhadap pelaku dengan menentukan ancaman

melaksanakan fungsi represif dengan membawa pelaku ke pengadilan, melainkan juga tidak berhasil mengendalikan laju peningkatan tindak pidana korupsi.. 43 tindak pidana