• Tidak ada hasil yang ditemukan

tinjauan hukum islam terhadap sistem pembayaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "tinjauan hukum islam terhadap sistem pembayaran"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah

Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap sistem pembayaran upah bagi pemetik buah kopi di Desa Wetan Barat Kec.

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Secara teoritis, untuk menambah khasanah ilmu hukum pada umumnya dan hukum ekonomi syariah pada khususnya bagi mahasiswa dan akademisi lainnya khususnya pada materi hukum Islam tinjauan sistem pembayaran pemetik buah kopi di Desa Wetan Barat, Kab. Kab. Kab Kepahiang. Secara praktis dapat menjadi bahan referensi bagi masyarakat dari berbagai kalangan mengenai Tinjauan Hukum Islam Sistem Pembayaran Bagi Pemetik Buah Kopi di Desa Wetan Barat Kec.Kabawetan Kabupaten Kepahiang. Sedangkan penulis fokus pada permasalahan upah yang tidak dibayarkan sesuai dengan pekerjaan para pemetik buah kopi.

Penelitian Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Pembayaran Upah Bagi Pemetik Buah Kopi Di Desa Wetan Barat Kec. Informan adalah orang-orang yang terbiasa memberikan informasi dan meneliti kondisi mengenai praktik pemetik buah kopi berbayar. Biasanya pemilik kebun membayar langsung buah kopi tersebut dengan gaji yang telah disepakati sebelumnya.

Pemetikan buah kopi menggunakan sistem manual (tangan) dan keranjang (ginjar) digunakan untuk menampung buah kopi itu sendiri sehingga memudahkan dalam pengumpulan buah kopi. Sistem pengupahan dalam pembayaran pemetik buah kopi melibatkan dua pihak yaitu pemetik dan pemilik kebun kopi, kedua pihak tersebut saling berkaitan dalam pelaksanaan sistem pembayaran pemetik buah kopi, sebagai berikut. Sistem pembayaran bagi pemetik buah kopi merupakan bentuk kerjasama antara pemetik buah kopi dengan pemilik perkebunan kopi.

Sistem pembayaran bagi pemetik biji kopi sudah menjadi tradisi turun temurun di Desa Wetan Barat dan sangat berpengaruh dalam kehidupan sosial masyarakat, dalam kerjasama tersebut terdapat nilai sosial dan moral yang sangat berharga untuk saling membantu. Dalam konsep fiqh, pihak yang terlibat dalam kerjasama ini adalah pemilik perkebunan kopi (muajhir) dan pengepul biji kopi (musta'jir). Sistem pembayaran upah bagi pemetik buah kopi di Desa Wetan Barat, Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang menggunakan sistem buruh harian yang lazim digunakan oleh masyarakat disana.

Revisi syariat Islam tentang sistem pembayaran upah bagi pemetik buah kopi di Desa Wetan Barat Kec. Sistem pembayaran upah bagi pemetik buah kopi di Desa Wetan Barat Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang dilakukan dengan sistem kerja sehari-hari dimana pekerja menerima upah/gaji setelah selesai bekerja dengan upah sesuai adat istiadat pemilik kebun, yaitu pemilik taman. pemilik memerintahkan kopinya dipanen sampai selesai satu hari sebelum pelaksanaan pekerjaan. Menurut syariat Islam, sistem pembayaran bagi pemetik buah kopi di Desa Wetan Barat, Kecamatan Kabawetan, Kabupaten Kepahiang tidak sesuai dengan syarat sahnya ijarah dalam syariat Islam.

Dalam perjanjian antara pemilik kebun dengan pekerja pemetik buah kopi di Desa Wetan Barat Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang terdapat kontrak yang tidak memenuhi syarat yang terjadi pada objek kontrak yang tidak jelas sehingga dapat menimbulkan perselisihan, seperti serta pilar gaji dalam ijarah. Sesuai saran penulis bagi para pemetik biji kopi agar memperjelas kontrak dengan pemilik kebun sebelum melaksanakan pekerjaan.

Penelitian Terdahulu

Metode Penelitian

Ma’qud ‘alaih (barang pinjaman) terlindungi dari kerusakan, misalnya buah kopi yang sudah busuk tidak dapat diambil. Buah kopi yang dapat dipanen adalah buah yang berwarna merah (matang sempurna), tergantung kondisi pemetikan buah kopi. Dan penyebab tidak adanya patokan upah standar bagi pekerja pemetik buah kopi adalah terkait dengan upah minimum kabupaten.” 49.

Pekerjaan pemetikan buah kopi melibatkan pekerja laki-laki dan perempuan, hal ini di Desa Wetan Barat sudah menjadi kearifan lokal jika melibatkan pekerja perempuan, mengenai manfaat pekerja pemetik buah kopi mempunyai kriteria tersendiri. Dari upah yang diperoleh para pekerja dengan memetik buah kopi, terdapat perbedaan nilai uang yang diberikan kepada masing-masing pemilik perkebunan kopi. Setelah penulis mendalami secara langsung tentang bentuk pelaksanaan pemetikan buah kopi ini yaitu dengan cara upah harian.

Berdasarkan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan nilai upah dan keterlambatan pembayaran upah, bahkan sampai upah tidak dibayarkan sepulang kerja, merupakan kerugian dan ketidakpuasan para pemetik kopi, termasuk permasalahan yang ada. sering muncul dalam sistem pembayaran para pemetik kopi di Desa Barat. Dari hasil penelitian, penulis menyarankan pemilik kebun untuk menjelaskan gaji kepada pemetik buah kopi sebelum melakukan pekerjaan, agar tidak terjadi perselisihan.

Sistematika Penilisan

  • Syarat Akad
  • Rukun Akad
  • Macam-Macam Akad
  • Unsur-Unsur Akad
  • Berakhirnya Akad

GAMBARAN UMUM WILAYAH OBJEK PENELITIAN

  • Sejarah Desa
  • Demografi Desa
  • Kondisi Pemerintah Desa
  • Keadaan Sosial
  • Kondisi Ekonomi
  • Gambaran Umum Sistem Pembayaran Upah Pemetik Buah Kopi

Salah satu alasan saya mempekerjakan orang lain untuk memetik buah kopi adalah karena saya tidak mempunyai waktu untuk memetiknya sendiri karena saya mempunyai pekerjaan tetap sebagai buruh dan kontrak kerja yang tidak bisa libur. Karena banyak pemilik perkebunan kopi yang tidak bisa menyelesaikan pemetikan buah kopi, maka pemilik perkebunan kopi membayar tenaga kerja kepada masyarakat yang hendak memanen buah kopi dan juga kepada masyarakat yang membutuhkan pekerjaan. Sementara itu, surplus pekerja perempuan dengan cepat memanen buah kopi, sehingga sebagian besar pekerja perempuan mendapatkan lebih banyak buah kopi.

Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa perbedaan upah terkadang menjadi kerugian bagi pemetik buah kopi dan juga pemetik buah kopi merupakan salah satu pilihan dimana mereka dapat memperoleh penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Hendri Kurniawan dan Ibu Poniah, proses pemanenan buah kopi juga harus diperhatikan dengan cara memetik buah berwarna merah saja dan menyisakan buah muda yang berwarna hijau untuk panen selanjutnya. Oleh karena itu penulis sangat prihatin dengan apa yang terjadi di kehidupan bermasyarakat, dimana penulis mengetahui dan merasakan apa yang dialami oleh sebagian warga yang kesehariannya adalah memetik buah kopi.

Karena telah dituliskan berbagai aspek penjelasan dari berbagai sumber dalam pembahasan upah pada saat penyusunan skripsi ini agar dapat menjelaskan permasalahan tinjauan hukum Islam terhadap pemetikan buah kopi di Desa Wetan Barat yang telah dijalankan. oleh warganya selama bertahun-tahun, dan praktik ini sudah menjadi kebutuhan sebagian warga dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Mengenai pembayaran upah pemetik buah kopi di Desa Wetan Barat Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang menurut penulis belum memenuhi syarat dan ketentuan syariat Islam karena pemilik kebun tidak membayar upah pemetik/pekerja dengan benar. yang sudah jatuh tempo atau terutang namun menyatakan upah tidak sesuai dengan standar pengupahan di Desa Wetan Barat Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang, menurut penulis sebaiknya dilakukan aturan mengenai undang-undang pengupahan agar tidak terjadi lagi perselisihan. antara mu'jir dan musta'jir.

TABEL II
TABEL II

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Akad Ijarah

Akad ijarah yang materi dalilnya telah penulis telaah, termasuk dalam penjelasan akad mudharabah, dimana penjelasan akad ini berbunyi: Dari segi bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu ad-dharib, yang artinya berjalan atau bepergian. dan dari segi pengertiannya menurut ahli fiqh (fuqaha') Mudharabah adalah akad antara dua pihak yang salah.

Bentuk Pelaksanaan Pemetikan Buah Kopi

Seperti yang dijelaskan oleh salah satu warga yang diwawancarai oleh penulis, salah satu warga menjelaskan waktu pembayaran yang biasa dilakukan karena kebiasaan warga tersebut. 60 Firdaus Zidan Lambari, Asep Ramdan Hidayat, Encep Abdul Rojak, Tinjauan Fikih Mua'amalah Upah Antara Pemilik Perkebunan dan Pemanen Kelapa Sawit Fakultas Syariah (Bandung: 2020) hal. Pada perkataan di atas dapat dijadikan patokan dalam kitab suci yang tertulis di atas, apa tujuan Tuhan menciptakan segala sesuatu tidak lain hanyalah untuk bertakwa kepada-Nya.

Segala bentuk sistem bagi hasil yang dapat menimbulkan perselisihan dalam masyarakat atau mengganggu hak pihak tertentu dinyatakan tidak sah oleh Rasulullah SAW. Ada tiga orang sahabat Rasulullah SAW yang sangat terkenal dengan profesinya sebagai petani, sehingga Nabi SAW melarang bentuk-bentuk sewa yang tidak adil. Dari sejarah tersebut kita dapat mengambil hikmah bahwa berbagai bentuk sistem bagi hasil pernah diterapkan pada zaman Rasulullah SAW.

Sifat bagi hasil pada masa Khilafah menyerupai sistem koperasi dimana tuan tanah dan petani bagaikan dua orang. Sebagaimana pernyataan Imam Abu Yusuf yang dengan gamblang menjelaskan gambaran sistem bagi hasil yang benar dalam Islam63 “Saya berpendapat bahwa bagi hasil hanya sah (boleh) dengan syarat-syarat yang dikemukakan berdasarkan sejarah”). Dan segala bentuk pembagian keuntungan dianggap haram oleh Rasulullah SAW karena cara tersebut menindas atau melanggar hak seseorang atau menimbulkan perselisihan antar pihak.

Pengaturan bagi hasil adalah perjanjian dimana para petani menggarap lahan kebun dan pemilik lahan membayar sebagian dari upahnya atas pekerjaannya. Berdasarkan pendapat para ulama dan hukum yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits, bahwa segala bentuk bagi hasil dianggap tidak sah jika. Hal ini sesuai dengan pendapat Imam Abu Yusuf yang mengatakan bahwa gambaran jelas tentang sistem bagi hasil yang benar diperbolehkan dalam Islam jika syarat yang disampaikan berdasarkan ketentuan hukum Islam65.

Jadi upah yang dimaksud dalam konsep Islam adalah setiap kekayaan yang diperoleh atau diberikan sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilakukan harus mempunyai nilai aset dan dapat digunakan.

Waktu Pembayaran

Permasalahan Dalam Sistem Pembayaran Pemetik Buah Kopi . 53

Dan tidak menutup kemungkinan kita selalu bisa berhubungan dengan manusia.60 Dalam Al-Quran Allah berfirman. Ada yang membuat masyarakat membutuhkan tenaga kerja, ada pula yang melanggar hak petani atas keadilan. Selain itu, sebagai salah satu bentuk sewa guna usaha, terdapat syarat-syarat tertentu yang tidak adil sehingga menimbulkan pertikaian dan perselisihan antar berbagai pihak.

Oleh karena itu, bentuk-bentuk pemrosesan yang dilakukan oleh sistem ini meminimalkan pelanggaran terhadap hak orang lain. Ayat di atas menjelaskan keabsahan akad ijarah. Ayat di atas menceritakan tentang perjalanan Nabi Musa a.s. bertemu dengan kedua putri Nabi Ishaq a.s. Salah satu putrinya bertanya kepada Nabi Musa a.s. menjadi Isti'jar (dipekerjakan untuk pekerjaan/jasa) menggembalakan dombanya.

PENUTUP

Saran

Gambar

TABEL II
TABEL III  PEKERJAAN  P
TABEL IV

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap akad jual beli urine kelinci di desa Tumpuk Kecamatan Bandar Kabupaten Pacitan Adapun jenis penelitian yang dilakukan penulis merupakan