• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Hukum Islam Terhadap Utang Piutang Sistem Usum di Desa Demangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Tinjauan Hukum Islam Terhadap Utang Piutang Sistem Usum di Desa Demangan"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

Bagaimana Tinjauan Hukum Islam tentang Akad Piutang dan Tagihan dengan Sistem Usum di Desa Demangan Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo. Untuk mengetahui Tinjauan Hukum Islam tentang Rekening dan Akad Debitur dengan Sistem Usum di Desa Demangan Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo.

Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Subyek penelitian ini adalah masyarakat pemberi hutang dan pihak yang mendapat hutang di Desa Demangan Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo. Sumber data pendukung diambil dari data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.16 6.

Sistematika Pembahasan

KONSEP FIQH TENTANG UTANG PIUTANG

Dari analisis tersebut dapat disimpulkan apakah terdapat penyimpangan dalam sistem utang dan tagihan secara umum menurut hukum Islam.

PELAKSANAAN UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM USUM DI DESA DEMANGAN

ANALISIS UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM USUM DI DESA DEMANGAN KECAMATAN

KESIMPULAN DAN SARAN

UTANG PIUTANG DALAM HUKUM ISLAM

Pengertian Qardh (Utang Piutang)

Al-Qard al-Hasan, i.e. untuk meminjamkan wang kepada orang lain, di mana pihak yang dipinjamkan tidak mempunyai kewajipan untuk membayarnya. Al-Qard, iaitu meminjamkan sesuatu kepada orang lain dengan kewajipan mengembalikan pokok kepada pihak yang memberi pinjaman. 24.

Dasar Hukum Utang Piutang

Rukun dan Syarat Transaksi Utang Piutang

  • Syarat-syarat Utang Piutang

Karena utang dan piutang sebenarnya merupakan suatu transaksi ('akad), maka penyelesaiannya harus melalui suatu perjanjian yang jelas. Mengenai jenis harta yang dapat dijadikan obyek hutang dan piutang, terdapat perbedaan pendapat di kalangan mazhab fuqaha. Menurut madzhab Aqad Hanafiyah, hutang dan piutang hanya berlaku pada harta al-misliyyah, yaitu harta yang mempunyai banyak padanan (nilai), yang biasanya dihitung dengan menggunakan skala, ukuran dan satuan.

Kerana hutang itu sebenarnya adalah transaksi (akad), hendaklah dilakukan melalui lafaz i>ja>b dan qabu>l yang jelas, sama seperti jual beli dan memberi menggunakan lafaz qard atau seumpamanya. 39. Dalam urus niaga atau kontrak di bawah i>ja>b dan qabu>l juga dikehendaki bahawa penghutang mempunyai tarikh atau masa matang yang tetap. Menurut pendapat ulama Hanafiyah yang paling unggul, sebarang hutang yang boleh diterima pada perkara yang mendatangkan keuntungan (manfaat), tidak kira bentuknya atau tambahannya, adalah diharamkan jika ia tertakluk kepada syarat.

Perjanjian hutang dan kredit bertujuan untuk berbuat baik kepada orang ramai, untuk membantu mereka dalam kehidupan mereka, bukan untuk membuat wang.

ىقه ا )

Tata krama dan kelebihan pembayaran utang piutang 1. Tata krama dalam utang piutang

Asas hukum anjuran mengembalikan segala yang dipinjam lebih baik terdapat dalam hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Ahmad dan At-Turmudzi, yang artinya “dari Abu Hurairah R.A. Yang kedua adalah lawan yang pertama, yaitu yang pembayaran balik hutang dengan melebihi hutang pokok tetapi dengan persetujuan terlebih dahulu oleh kedua-dua pihak. Ini biasanya dalam bentuk peratusan hutang yang dipinjam, atau dengan kata lain bagi peminjam, faedah dikenakan.

Kelebihan utang atas pokoknya termasuk dalam golongan riba jahiliyyah apabila utang tersebut dibayar melebihi pokoknya karena peminjam tidak mampu membayar utangnya pada waktu yang ditentukan. Atau riba nasi'ah jika awalnya diperjanjikan dan bukan karena keterlambatan pelunasan utang. Ringkasnya, dapat dikatakan bahwa pelunasan suatu utang yang melebihi pokoknya adalah sah apabila tidak diperjanjikan pada mulanya, melainkan sekedar sebagai ungkapan terima kasih debitur.

Walaupun perkara itu telah dijanjikan sejak azali, namun kewujudannya adalah sesuatu yang diharamkan oleh syarak.” 54.

Pelunasan utang

Riba nasi'ah adalah riba yang didasarkan pada keuntungan tanpa resiko dan perolehan pendapatan tanpa biaya. Pinjaman tersebut harus dilunasi dalam jumlah yang sama, tidak perlu memperhatikan naik turunnya harga alat tukar. Jika seseorang meminjam uang seribu dinar, dengan pelunasan yang lama kelamaan dan setelah jatuh tempo nilai daya beli uang itu berkurang, sehingga sebelum seribu dinar cukup untuk membeli sesuatu seseorang memerlukan dua ribu dinar atau lebih, maka peminjam hanya diwajibkan untuk mengembalikan sejumlah uang yang diterimanya sebelumnya yaitu seribu dinar, dan dia tidak wajib mengembalikan lebih dari itu.

Sebab, mata uang dinar itu mempunyai jumlah tertentu, yang harus dikembalikan dengan jumlah yang sama (al-mitsil lidzatihi), dan bukan dengan daya belinya, kecuali uang itu sudah tidak berlaku lagi dan hilang dari peredaran, dalam hal ini wajib mengembalikannya sesuai dengan nilai mata uang dengan alasan (alasan) tidak mengembalikan uang dalam jumlah yang sama. Akan tetapi, apabila hutang tersebut belum jatuh tempo pada saat pelunasan mata uang tersebut, maka nilai uang yang harus dibayarkan adalah nilai mata uang pada saat jatuh temponya. Ibarat mata uang, semua barang termasuk dalam golongan harta riba (beras, gandum, jagung, kurma, dan makanan pokok lainnya), maka jika seseorang mempunyai utang satu qintar (sekitar 44,928 kg) gandum senilai seratus dirham saat itu, tetapi ketika jatuh tempo Jika harga dibayarkan ke mis. sepuluh dirham, maka ia wajib mengembalikan satu qintar saja, berapa pun harga pada saat pengembaliannya, dan tidak ada ulama yang mengatakan bahwa ia wajib mengembalikan sepuluh qintar.

Pernyataan yang mendasari bahwa sesuatu yang diukur dengan ukuran tertentu harus dikembalikan dengan ukuran yang sama dan bukan dengan nilai adalah hadits shohih yaitu.

ع اّصا اِب َذَ

Aku menerima satu gantang kurma jenis ini sebagai ganti dua gantang kurma jelek; dua sha' tanggal ini dengan tiga sha'. Jadi barang yang ditakar dan ditimbang juga ada dalam bentuk uang, jadi pengembaliannya harus sama. Anda harus mengembalikannya dengan nilai yang sama dengan hari Anda meminjamnya, karena Anda tidak memiliki barang tersebut, nilai tersebut adalah jaminannya.

Wajib mengembalikannya dengan barang yang sama karena Nabi SAW pernah meminjam seekor unta muda dari seseorang lalu mengembalikannya dengan barang yang sama. Sebab hakikat yang sama hanya dapat diketahui pada benda-benda yang dapat diukur atau ditimbang, dan pada uang. Jika ukuran yang sama tidak dapat dicapai, gunakan pengukuran nilai pada saat standar yang sama dapat dicapai.

Barangkali kedua pendapat tersebut dapat diselaraskan, misalnya pendapat Ibnu Taimiyah bahwa standar yang sama ini dapat dibenarkan jika kedua belah pihak bersedia melakukannya, namun jika kedua belah pihak sepakat untuk menggunakan standar nilai tersebut pada saat terjadinya utang, maka hal tersebut tidak akan terjadi. Hal ini diperbolehkan karena debitur pada saat itu menjaminnya.58.

Penyelesaian Wanprestasi Utang Piutang

Sebagaimana telah dijelaskan, utang dan piutang merupakan suatu penyelidikan hukum muamalah (fiqh), dalam hal ini termasuk penyelesaiannya. Dalam setiap pertikaian Islam selalu menghendaki penyelesaian secara damai karena Islam tidak menghendaki adanya permusuhan antar sesama umat Islam, termasuk dalam penyelesaian piutang tak tertagih dan hutang piutang yang jika diselesaikan melalui pengadilan dapat menimbulkan permusuhan, oleh karena itu penyelesaian yang ditawarkan oleh Islam. aku s (mas) yang artinya damai. Saya sepakat untuk menyelesaikannya dengan baik, saling mengingatkan dan berdiskusi. 62. Artinya: “Dan jika debitur (debitur) dalam kesulitan, berilah dia penangguhan hukuman sampai dia bebas, dan berikanlah sedekah (sebagian atau seluruh utangnya) yang lebih baik bagimu, jika saja kamu mengetahuinya.” 64.

Dalam berbagai kasus piutang/kredit macet yang terjadi, ada pula yang disebabkan oleh perbuatan muqtarid yang beritikad buruk, antara lain dalam hal membayar utang tersebut, sekalipun ia mampu tetapi tidak mau membayarnya, maka muqtarid tersebut mampu. untuk mengambil tindakan tegas terhadap debitur, baik dengan mengenakan denda/eksekusi agunan maupun mencari penyelesaian melalui jalur hukum. Apabila karena suatu sebab di luar kemampuan muqtarid sehingga ia benar-benar tidak mampu membayar utangnya, padahal sebelumnya ia telah berusaha sungguh-sungguh untuk membayarnya, maka muqtarid dianjurkan dalam Islam untuk bersedekah. Artinya: “Dan jika orang yang berhutang (debitur) sedang dalam kesulitan, maka berilah dia penangguhan sampai dia bebas dan berikanlah sedekah (sebagian atau seluruh hutangnya) yang lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” 66.

Maka syariat Islam mengajar muqrid untuk bersedekah kepada tuntutan sebagai salah satu langkah menyelesaikan kredit macet di mana sedekah boleh sebahagian atau penuh.

PRAKTEK UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM USUM DI DESA DEMANGAN KECAMATAN SIMAN KABUPATEN

PONOROGO

  • Gambaran Umum Lokasi Penelitian
  • Latar Belakang terjadinya Utang Piutang dengan Sistem Usum
  • Mekanisme Utang Piutang dengan Sistem Usum
  • Penetapan Kualitas Padi Dalam Rangka Pembayaran Utang
  • Penyelesaian Kerugian atas Transaksi Utang Piutang dengan Sistem Usum

Dari pinjaman tersebut, pelunasannya dilakukan dalam bentuk beras dan kedelai, atau biasa disebut utang piutang bila menggunakan sistem usum. Maka dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hutang dan piutang dengan sistem umum dilakukan untuk tujuan penggarapan sawah dan juga untuk kebutuhan sehari-hari. Hutang dan Piutang di Desa Demangan Ponorogo merupakan hutang yang menggunakan uang, dan untuk melunasi hutang tersebut menggunakan beras atau kedelai.

Dengan mengembalikan atau membayar hutang dan piutang dengan sistem usum ini, para muqrid menuntut agar pembayarannya tidak dengan membayar sejumlah uang sesuai hutangnya. Praktek Hutang di Desa Demangan Ponorogo merupakan Praktek Hutang yang berbeda dari yang lain. Dari 10 muqtarid di Demangan yang melakukan transaksi utang piutang dengan sistem usum ini, hanya 5 orang yang melakukan.

Langkah yang dilakukan muqtarid untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan mencopot muqtarid yang mengurusi sistem usum utang piutang.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM USUM DI DESA DEMANGAN

KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

Tinjau an Hukum Islam Terhadap ‘Aqad U tang Piutang dengan Sistem Usum di Desa Demangan

Agar 'aqad dianggap sah, maka 'aqad tersebut harus sesuai dengan rukun dan syarat 'aqad. Rukun aqad yaitu para pihak yang mengadakan akad ('a>qid), obyek akad (maqud 'a>laih) dan shigat yaitu ijab dan qa>bul, sepanjang syarat-syaratnya, yaitu orang yang melakukan 'aqad harus mengetahui dan memahami dengan benar. Agar sebuah 'aqad dapat terwujud, syarat-syarat dan rukun-rukunnya harus diperhatikan.

Aqad antara Ibu Misringah (muqrid) dan muqtarid dikira sah apabila memenuhi syarat dan rukun “aqad”. Dalam kes akaun belum terima dengan sistem usum, seperti yang dilakukan oleh Ms. Misringah di Desa Demangan, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo, maka dalam praktiknya, pihak muktaride wajib mengembalikan uang yang terhutang kepadanya dalam jangka waktu tertentu dengan syarat dalam pembayaran hutang menggunakan beras atau kacang soya. Ula>ma' Sha>fi'i>yah dan Hanabilah melarang qard untuk sesuatu yang bermanfaat, seperti pemberian cardi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik atau lebih, kerana cardi dimaksudkan sebagai "akad kasih sayang, faedah atau keakraban hubungan kekeluargaan. ."

Walau bagaimanapun, jika yang lebih baik tidak dijangka atau bertujuan untuk diperoleh, kardi dibenarkan.

  • Tinjauan Hukum Islam terhadap Kualitas Barang Pengembalian Utang di Desa Demangan
  • Analisa Penyelesaian Kerugian dalam Utang Piutang di Desa Demangan Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo
  • Kesimpulan
  • Saran-saran

Sehingga pada saat utang tersebut dilunasi terjadi peningkatan kualitas beras atau kedelai yang dibayarkan.95. Analisis Penyelesaian Kerugian Piutang di Desa Demangan Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo Demangan Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo. Dengan demikian, penyelesaian gagal bayar hutang dan piutang dengan sistem usum di Desa Demangan Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo sudah sesuai dengan syariat Islam karena cara yang digunakan adalah dengan memberikan kelonggaran waktu dan apabila terjadi gagal panen, mereka akan melakukannya. menyerahkan tagihannya, jika tidak maka muqrid rela tidak mendapatkan pelunasan utang yang sama.

Mekanisme penagihan utang dan penagihan dengan sistem pendapatan di desa Demangan kecamatan Siman kabupaten Ponorogo akad yang terjadi antara muqrid dan muqtarid tidak sesuai dengan syariat Islam. Masing-masing dengan beras basah atau kering atau kedelai, dan menurut syariat Islam termasuk dalam kategori riba yang diharamkan. Penyelesaian tunggakan hutang dan piutang pada sistem pendapatan di Desa Demangan Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo sudah sesuai dengan syariat Islam.

Karena cara yang digunakan adalah dengan memberi waktu dan jika terjadi gagal panen maka akan terjadi.

Referensi

Dokumen terkait

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Ponorogo. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: pelaksanaan akad utang piutang perhiasan emas di Desa Demangan,

Wendi Amara Krismonika NIM: 931211518, Judul Skripsi: “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pratik Utang Uang Dibayar Mebel (Studi Kasus di Desa Bulusari Kecamatan Tarokan

dan riba> dalam hukum Islam. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa: 1) Praktik utang piutang dengan adanya tambahan biaya saat pelunasan di Desa Jenu

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP DENDA PADA CREDIT CARD SYARIAH .... Konsep Hukum Ekonomi Islam ... Denda Dalam Perspektif Islam ... Konsep Utang Piutang ... Kartu Kredit Syariah

Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, peneliti menggunakan analisis deskriptif, menganalisis proses utang piutang di Lingkungan Condro Kelurahan Kaliwates

Diatas telah disebutkan mengenai pengertian utang-piutang (qard) yang dapat diambil suatu kesimpulan bahwa utang-piutang ini adalah salah satu dari bentuk muamalah

Praktik utang-piutang yang terjadi di desa Wuwur menurut penulis dilakukan dengan cara saling meridhawi (antaradlin), namun tetap dianggap kurang tepat karena “keridhawan”

Sebagaimana dengan pengurangan harga padi yang terdapat di dalam transaksi utang piutang sembako yang terjadi di Toko Abila Syifa Desa Balerejo Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun