50
HUKUM INDONESIA DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1981 TENTANG HUKUM ACARA PIDANA
(STUDI PUTUSAN NOMOR 57/Pid.Sus/2023/PN Kba)
Pada hari selasa tanggal 14 Februari 2023 PJ. Gubernur Kep. Bangka Belitung mendapatkan aduan dari Masyarakat adanya kegiatan penampungan dan pengolahan pasir timah tanpa izin. PJ. Gubernur Kep. Bangka Belitung beserta rombongan saksi yaitu, saksi Septian Abdillah Harys, saksi Achmad Zahri Ilham Hidayat dan saksi Randhica langsung melakukan sidak atas laporan masyarakat.
Lokasi pertama di Jalan Samhin Padang Baru Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah tidak ditemukan, kemudian lokasi kedua di Dusun Sampur RT. 005 Desa Kebintik Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ditemukan kegiatan pengolahan dan penampungan timah dan langsung menghubungi pihak kepolisian, dari Direktorat Kriminal Khusus Polda Kep. Bangka Belitug.39
Ditemukan barang bukti pasir timah sebanyak sebanyak 688 (enam ratus delapan puluh delapan) karung dengan berat total keseluruhan ± 13.558 kg (tiga belas ribu lima ratus lima puluh delapan) kilogram dalam keadaan kering yang berada di lokasi Dusun Sampur RT. 005 Desa Kebintik Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung keadaan kering,
39Putusan Pengadilan Negeri Koba Nomor: 57/Pid.Sus/2023/PN Kba
dan saat itu tidak ditemukan adanya pekerja yang melakukan kegiatan pengolahan pasir timah dan diketahui pemilik Gudang tersebut adalah saksi Sujono Als Athau sedangkan pemilik pasir timah adalah terdakwa Suratno Als Akon dengan cara membeli pasir timah dari penambang illegal yang menambang pasir timah di Desa Air Bara Kecamatan Air Gegas Kabupaten Bangka Selatan dan juga dari saksi Karmin Als Gogon yang membeli pasir timah dari para penambang illegal yang berada di Lampur Kecamatan Sungai Selan Kabupaten Bangka Tengah dan dari Desa Air Bara Kecamatan Air Gegas Kabupaten Bangka Selatan, serta mendapatkan pasir timah dengan cara membeli dari sdr. Sandi (DPO).
Diolah dalam Gudang milik saksi Sujono Als Athau oleh para pekerja terdakwa Suratno Als Akon yaitu saksi Triyatno Als Tri, saksi Safari Als Saf, saksi Jerry Pratama, saksi Martinus Als Martin, saksi Bong Kuan Kho Als Jinggo, saksi Hari Gustiawan Als Han Han, saksi Topik Als Awit dan saksi Abdul Hadi Als Aliong dengan cara di lobby untuk memisahkan pasir dan pasir timah setelah itu pasir timah tersebut digoreng untuk mengeringkan pasir timah selanjutnya pasir timah yang telah kering tersebut di simpan terdakwa di dalam Gudang terletak di Dusun Sampur RT. 005 Desa Kebintik Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.40
40 Putusan Pengadilan Negeri Koba Nomor: 57/Pid.Sus/2023/PN Kba
A. Pembuktian Tindak Pidana Mineral dan Batubara Terhadap Pelaku Putusan Bebas dalam Sistem Pembuktian Hukum Indonesia dari Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Studi Putusan Nomor: 57/Pid.Sus/2023/PN Kba)
Perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa dapat diancam pidana karena perbuatan tersebut melanggar hukum tercantum dalam undang-undang mengenai pertambangan mineral dan batubara. Oleh karena itu, atas perbuatan terdakwa harus dapat dipertanggungjawabkan. Terdakwa Suratno Als Akon terdapat unsur objektif tindak pidana adanya kelalaian dengan sengaja melakukan kegiatan pengolahan dan penyimpanan pasir timah tanpa izin dari pemerintah yang berwenang. Terdakwa menyuruh lakukan atau penyertaan kepada masyarakat untuk melakukan penambangan di wilah Izin Usaha Pertambangan milik PT. SSP dan membeli pasir timah dari penambang ilegal.
Pada prinsipnya terdakwa memenuhi unsur-unsur tindak pidana. Dalam hukum pidana, kelalaian, kesalahan, kurang hati-hati, atau kealpaan disebut dengan culpa. Menurut Jan Remmelink, culpa di sini jelas merujuk pada kemampuan psikis seseorang dan karena itu dapat dikatakan bahwa culpa berarti tidak atau kurang menduga secara nyata terlebih dahulu kemungkinan munculnya akibat fatal dari tindakan orang tersebut – padahal itu mudah dilakukan dan karena itu seharusnya dilakukan.41
41 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia, PT Refika Aditama, Jakarta, 2003, hlm. 67
Perbuatan tindak pidana yang dilakukan oleh terdakwa dapat dipidana dalam Pasal 161 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp 100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
Dan penyertaan terdapat pada Pasal 55 ayat (1) ke-1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana. Unsur-unsur yang terkandung sebagai berikut:
1. Unsur Setiap Orang
Setiap orang merujuk kepada subjek hukum yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
2. Unsur Yang Menampung, Memanfaatkan, Melakukan Pengolahan dan/atau Pemurnian, Pengembangan dan/atau Pengangkutan, Penjualan Mineral dan/atau Batubara
Pemanfaatan, Pihak yang menampung atau menerima pasir timah hasil tambang, kemudian diproses untuk menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta meningkatan kualitas mineral dan batubara.
Pengangkutan mineral dan batubara dari tempat yang satu ketempat yang lainnya. Kemudian proses menjual mineral atau batubara yang telah dimurnikan kepada pembeli.
3. Unsur Yang Tidak Berasal Dari Pemegang IUP, IUPK, IPR, SIPB atau Izin Kegiatan pertambangan yang dilakukan tidak memiliki izin yang sah dari pemegang IUP, IUPK, IPR, SIPB, atau izin lainnya yang diatur oleh
pemerintah. Aktivitas ini melibatkan penambangan, pengolahan, dan/atau distribusi mineral atau batubara yang dilakukan tanpa otorisasi atau melanggar ketentuan izin yang diberikan oleh pemerintah.
4. Unsur Mereka Yang Melakukan, Yang Menyuruh Melakukan, Dan Yang Turut Serta Melakukan Perbuatan
Pelaku turut serta dalam melakukan perbuatan tindak pidana dengan memberikan perintah kepada pihak lain untuk melakukan tindak pidana.
Berdasarkan penjelasan dalam Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana, yang harus diperhatikan bukan hanya sebagai dader atau pembuat yang telah menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana, melainkan juga seseorang yang telah meyuruh melakukan dan seseorang yang telah turut melakukan suatu tindak pidana. Dalam perkara ini terdakwa Suratno Als Akon dikenakan Pasal 55 ayat (1) ke 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memahami pelaku tindak pidana sebagai berikut;42
1. Pembuat dalam pengertian dader, telah jelas ialah pembuat Tunggal yang melakukan tindak pidana secara pribadi. Dengan hal ini, tidak ada orang lain yang terlibat serta baik secara fisik (obyektif) maupun secara psikis (subyektif). Syaratnya ialah perbuatannya telah memenuhi unsur tindak pidana yang dirumuskan undang-undang. Oleh karena itu, pengertian
42 Adami Chazawi, Op.cit, hlm 83-84.
pembuat dimaksud dengan “barang siapa” pada setiap permulaan tindak pidana.
2. Sedangkan rumusan Pasal 55 ayat (1) ke-1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana sebagai pembuat, tidak melakukan tindak pidana secara pribadi, melainkan bersama-sama dengan orang lain dalam mewujudkan tindak pidaa itu. Jika dilihat dari sudut perbuatan masing- masing berdiri sendiri, perbuatan mana hanyalah memenuhi Sebagian dari syarat/unsur tindak pidana. Semua syarat tindak pidana terpenuhi tidak oleh perbuatan satu peserta, akan tetapi oleh rangkaian perbuatan semua peserta.
3. Para pembuat (mededader) tidak sama dengan dader, peserta-peserta dalam mededader tidak memenuhi syarat yang sama dengan syarat seorang dader.
Bahwa yang sama adalah beban tanggungjawabnya, pertanggungjawaban pidana bagi para terlibat dalam mededader adalah sama dengan pertanggungjawaban seorang dader. Posisi terdakwa dalam perkara ini, merupakan bentuk penyertaan dari doenpleger (yang menyuruh lakukan).
Terdakwa Suratno Als Akon dalam melakukan kegiatan kerjasama penambangan diwilayah IUP milik PT. SSP menyuruh lakukan masyarakat yang tidak memiliki izin untuk melakukan penambangan diwilayah tersebut, hal ini berdasarkan keterangan terdakwa sendiri. Dalam bentuk penyertaan menyuruh lakukan, mereka tidak melakukan sendiri melainkan menyuruh orang lain melakukan atau perantaraan orang lain. Seseorang
yang menjadi perantara itu tidak dapat diminta pertanggungjawaban di depan hukum pidana.43
Penunutut umum akan menguraikan perbuatan tindak pidana yang telah dilakukan oleh terdakwa dalam surat dakwaan. Penyidik akan melakukan penyerahan tanggung jawab tersangka dan barang bukti (tahap II) kepada Jaksa Penuntut Umum, kemudian Jaksa Penuntut Umum menanyakan kembali kepada tersangka terkait perbuatan tindak pidana yang tertuang dalam surat dakwaan untuk memastikan kebenaran perbuatan tersangka didalam surat dakwaan. Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Bangka Tengah pada perkara tindak pidana pertambangan mineral dan batubara mempunyai kewenangan untuk melakukan proses pembuktian di dalam persidangan yang dimana proses merupakan tahapan-tahapan pembuktian yang dilakukan oleh seorang jaksa pada saat membuktikan unsur-unsur Pasal 161 Undang- undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Pada perkara ini, penuntut umum merumuskan perbuatan terdakwa dalam surat dakwaan alternatif. Fakta fakta yang dihadirkan dalam pemeriksaan di persidangan secara berturut-turut berupa keterangan saksi, keterangan ahli, keterangan terdakwa, dan analisis barang bukti. Adapun analisis yuridis unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan yang diajukan berbentuk surat dakwaan alternatif sebagi berikut;
43 Erdianto Effendi, Op.cit, hlm. 176.
1. Unsur Setiap Orang
Setiap orang merujuk kepada subjek hukum yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
Berdasarkan keterangan saksi, keterangan terdakwa, dan barang bukti diketahui yang diduga melakukan tindak pindana tersebut adalah Terdakwa Suratno Als Akon Anak dari Sung Sak Men selaku pemilik kegiatan/ pemilik modal dalam melakukan kegiatan pengolahan dan penampungan pasir timah. Unsur setiap orang terpenuhi terbukti secara sah dan meyakinkan.
2. Unsur Yang Menampung, Memanfaatkan, Melakukan Pengolahan dan/
atau Pemurnian, Pengembangan dan/ atau Pemanfaatan, Pengangkutan, Penjualan Mineral dan/atau Batubara
Terdakwa dalam keterangannya tidak mengetahui asal usul pasir timah yang saksi beli dan saksi lakukan penampungan dari penambang ilegal, dikarenakan para penambang tidak memiliki izin dalam melakukan penambangan diwilayah IUP milik PT. SSP. Ditemukannya barang bukti sebanyak 688 (enam ratus delapan puluh delapan) karung dengan berat total keseluruhan ± 13.558 (tiga belas ribu lima ratus lima puluh delapan) Kg dalam keadaan kering terletak di Dusun Sampur Rt.
005 Desa Kebintik Kec. Pangkalan Baru Kab. Bangka Tengah.
3. Unsur yang tidak berasal dari pemegang IUP, IUPK, IPR, SIPB atau izin Berdasarkan keterangan saksi baik dari pihak PT. SSP maupun pihak PT SBS tidak ada meitipkan 688 enam ratus enam puluh delapan) karung
pasir timah dalam keadaan kering dengan total keseluruhan ±13.558 (tiga belas ribu lima ratus lima puluh delapan) Kg kepada terdakwa Suratno Als Akon untuk dilakukan penampungan dan penyimpanan di Dusun Sampur RT. 005 Desa Kebintik Kec. Pangkalan Baru Kab. Bangka Tengah pada hari Selasa tanggal 14 Februari 2023. Dan saksi menerangkan terdakwa tidak pernah melakukan kegiatan kegiatan penambangan pasir timah namun PT. SBS melakukan kerjasama dengan PT. SSP.
4. Unsur Mereka yang Melakukan, yang Menyuruh Melakukan, dan yang Turut Serta Melakukan Perbuatan
Berdasarkan keterangan saksi pekerja dari terdakwa, dilakukan dengan cara membeli dari para penambang timah illegal di disekitar Desa Air Bara Kecamatan Air Gegas Kabupaten Bangka Selatan yang dilakukan bersama-sama dengan saksi.
Jaksa Penuntut Umum melakukan penuntutan terhadap terdakwa yang tertuang didalam surat tuntutan, menjatuhkan pidana selama 4 (tahun) dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara dan denda sebesar Rp. 37.500.000.000,- (tiga puluh tujuh milyar lima ratus juta rupiah) subsidair 3 (tiga) bulan kurungan.
Namun, dalam putusan pengadilan memutuskan putusan bebas terhadap terdakwa. Karena tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan tunggal Penuntut Umum. Pertimbangan hakim dalam melakukan putusan bebas harus
berdasarkan fakta yang akurat dan keyakinan hakim yang realistis mendasarkan pada keadilan. Dalam membuat putusan harus memperhatikan segala aspek didalamnya, mulai dari perlunya kehati-hatian, dihindari sedikit mungkin ketidakcermatan, baik yang bersifat formal maupun material sampai dengan adanya kecakapan teknik membuatnya. Adapun hal-hal negatif yang bisa dihindari, diharapkan dari dalam diri hakim muncul atau tumbuh tentang sikap atau sifat kepuasan moral jika kemudian putusan dibuatnya itu dapat menjadi tolak ukur untuk perkara yang sama.44
Proses pembuktian Indonesia menganut sistem atau teori pembuktian negatif ( negatief wettelijke bewijs theorie ). Kesesuaian antara alat bukti dan keyakinan hakim harus berkedudukan yang sama. Keuntungan sistem pembuktian negatif adalah hakim dipaksa menjelaskan alasan atau atas dasar apa ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana itu benar-benar telah terjadi dan bahwa terdakwa telah bersalah melakukan tindak pidana tersebut. Menurut sistem pembuktian yang dianut oleh Kitab Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana penilaian atas kekuatan pembuktian dari alat-alat bukti yang diajukan ke depan sidang pengadilan oleh penuntut umum, sepenuhnya diserahkan kepada majelis hakim. Dalam putusan perkara Nomor 57/Pid.Sus/2023/Pn Kba, hakim menyatakan terdakwa Suratno Alias Akon tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan
44 Geofani Indra David Palit, dkk, Peranan Keyakinan Hakim (Conviction In Rasionee) Dalam sistem Peradilan Pidana Indonesia, Jurnal Lex Crimen, Vol. X, No. 5, 2021, hlm.152.
tunggal Penuntut Umum. Terdakwa mendapatkan putusan bebas dari pengadilan, dikarenakan unsur ”menampung, memanfaatkan, melakukan pengolahan dan/atau pemurnian, pengembangan dan/atau pemanfaatan, pengangkutan, penjualan mineral dan/atau batubara yang tidak berasal dari pemegang IUP, IUPK, IPR, SIPB atau izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) huruf c dan huruf g, Pasal 104 atau Pasal 105” tidak terbukti secara sah dan meyakinkan. Dikarenakan unsur ini bersifat alternatif sehingga salah satu unsur telah terbukti maka sudah cukup untuk terpenuhinya unsur secara keseluruhan.
Berdasarkan keterangan terdakwa melalui penasehat hukumnya dalam menanggapi pernyataan saksi Christian Salim bahwa terdakwa tidak melakukan penambangan di IUP milik PT. SSP namun terdakwa memerintahkan masyarakat untuk menambang di IUP dengan diberikan kompensansi kepada masyarakat penambang tersebut. Masyarakat yang diperintahkan oleh terdakwa tidak diketahui oleh PT.SSP dan tidak memiliki izin atas penambangan tersebut. Terdakwa tidak memiliki cukup bukti untuk membuktikan bahwa pasir timah yang dibeli dari masyarakat berasal dari wilayah IUP milik PT. SSP, terdakwa memerintahkan pekerjanya untuk membeli pasir timah di daerah Air Bara yang lokasinya kurang lebih 6 (enam) sampai 7 (tujuh) kilometer dari Jalan Raya Air Bara. Surat Nomor : 001-T/SP SSP/I/2023, tanggal 6 Januari 2023 perihal Surat Penunjukan Lokasi yaitu menunjuk terdakwa Suratno selaku penanggungjawab lapangan untuk melakukan kegiatan tambang skala kecil di lokasi Air Bara Desa Air Bara
Kec. Air Gegas Kab. Bangka Selatan di WIUP milik PT. Sinar Sejahtera Perkasa sesuai dengan No. SK IUP OP : 188.4/313/ESDM/DPMPTSP/2018.
Tidak ada hubungan terkait surat kerjasama antara terdakwa terkait pengolahan dan peningkatan kualitas pasir timah, dikarenakan terdakwa hanya sebagai penanggungjawab lapangan untuk melakukan kegiatan tambang skala kecil di lokasi Air Bara Desa Air Bara Kec. Air Gegas Kab.
Bangka Selatan.
Dalam perkara ini hakim dapat menggunakan alat bukti petunjuk dengan persesuaian antara keterangan saksi, keterangan terdakwa, dan surat.
Mengenai kekuatan alat bukti petunjuk antara lain;45 1. Mempunyai nilai kekuatan pembuktian bebas.
Hakim tidak terikat pada kebenaran yang ditunjukkan oleh petunjuk, sehingga hakim memiliki kebebasan untuk menilai dan memutuskan apakah petunjuk tersebut dapat digunakan sebagai bagian dari proses pembuktian.
2. Harus memenuhi batas minimum pembuktian
Alat bukti petunjuk tidak dapat berdiri sendiri, sehingga tidak cukup untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Harus didukung minimal satu alat bukti yang sah secara undang-undang.
B. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Putusan Bebas Bagi Pelaku Tindak Pidana Minerba Pada Studi Putusan Nomor 57/Pid.Sus/2023/PN Kba
45 Muhammad Irfan, Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Petunjuk Pada Tindak Pidana Pembunuhan Berencana (Studi Putusan Nomor 777/Pid.B/2016/Pn.Jkt.Pst dan 9/Pid.B/2016/Pn.Slk), Journal of Swara Justitia, Program Magister Ilmu Hukum,Universitas Ekasakti, Volume 4, Issue 2, 2020, hlm. 106.
Upaya hukum kasasi menurut Pasal 244 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana bagian kedua pemeriksaan untuk kasasi menyatakan terdapat putusan perkara pidana yang diberikan pada tingkat terakhir oleh pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung, terdakwa atau Penuntut Umum dapat mengajukan permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas.46 Namun Mahkamah Agung menyingkirkan hal tersebut dengan secara contra legem, demi kepentingan hukum semua proses hukum yang telah memiliki kekuatan yang tetap dari pengadilan lain selain daripada Mahkamah Agung dapat diajukan satu kali permohonan kasasi oleh Jaksa Agung berkesesuaian pada Pasal 259 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.47 Upaya hukum kasasi yang diajukan tidak boleh merugikan yang berkepentingan. Penuntut umum atau terdakwa mempunyai hak untuk mengajukan kasasi dengan alasan penuntut umum atau terdakwa tidak dapat menerima putusan yang dijatuhkan baik pada pengadilan tingkat pertama maupun tingkat banding. Mengenai hak tersebut tercantum dalam Pasal 245 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana menyatakan permohonan kasasi disampaikan oleh pemohon kepada panitera pengadilan yang telah memutus perkaranya dalam tingkat pertama, dalam waktu empat belas hari sesudah putusan pengadilan yang dimintakan kasasi itu diberitahukan kepada terdakwa.48 Penjelasan permohonan kasasi dapat
46 Pasal 244 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
47 Pasal 259 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
48 Pasal 245 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
diterima tertuang dalam Pasal 253 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana yang menyatakan pemeriksaan dalam tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung atas permintaan pada pihak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 244 Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan Pasal 248 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana guna menentukan;
1. Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan sebagaimana mestinya;
2. Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan undang-undang;
3. Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya.
Jika Mahkamah Agung berpendapat permohonan kasasi yang diajukan dapat dikabulkan karena telah memenuhi salah satu ketentuan yang terdapat dalam Pasal 253 ayat (1) KUHAP maka Pengadilan Negeri akan membatalkan putusan judex factie dan mengadili sendiri perkara yang telah diajukan pemohon kasasi sebagaimana tertuang dalam Pasal 255 ayat (1) Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Dalam putusan Pengadilan Negeri Nomor 57/Pid.Sus/2023/PN Kba hakim menolak alasan kasasi dari penuntut umum. Oleh karena itu, Mahkamah Agung tetap pada putusan judex factie.
Pertimbangan hakim salah satunya terkait dengan unsur yang terdapat dalam Pasal 161 Undang Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana sesuai dengan yang telah didakwakan oleh Penuntut Umum. Keputusan hakim untuk menjatuhkan hukuman kepada pelaku akan sesuai jika unsur-unsur pelanggaran yang didakwakan terhadap pelaku sesuai dengan fakta dan bukti atas perbuatannya. Jika tidak ada unsur-unsur pelanggaran yang terbukti maka hakim harus memberikan putusan agar terdakwa dibebaskan dari dakwaan.
Fakta-fakta hukum dalam persidangan berkaitan dengan putusan Mahkamah Agung Nomor 57/Pid.Sus/2023/PN Kba sebagai berikut;
1. Bahwa Terdakwa telah diamankan oleh pihak kepolisian dari Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kepulauan Bangka Belitung sehubungan dengan adanya kegiatan inspeksi mendadak yang di lakukan oleh PJ.
Gubernur Kepulauan Bangka Belitung pada hari Selasa tanggal 14 Februari 2023 sekitar pukul 16.15 WIB.
2. Bahwa pada saat PJ. Gubernur Kepulauan Bangka Belitung melakukan kegiatan inspeksi mendadak, ditemukan gudang tempat penampungan pasir timah yang berada di Dusun Sampur RT. 005, Desa Kebintik Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
3. Bahwa ditempat penampungan pasir timah tersebut, ditemukan pasir timah dalam keadaan kering sebanyak 688 (enam ratus delapan puluh delapan) karung dengan berat kurang lebih 13.558 (tiga belas ribu lima ratus lima puluh delapan) kilogram.
4. Bahwa pasir timah yang sudah dalam kondisi kering tersebut merupakan pasir timah milik Terdakwa yang diperoleh Terdakwa dari para penambang dalam keadaan basah, yang mana selanjutnya pasir timah tersebut dilobi untuk selanjutnya digoreng hingga kering.
5. Bahwa terhadap pasir timah milik Terdakwa tersebut telah dilakukan analisis laboratorium, dan berdasarkan Report Of Analysis Nomor 0131/TBK/LAB/2023-S2 tanggal 6 Maret 2023 dengan nomor analisis 0398, pasir timah tersebut memiliki kadar Sn 66,48 % (enam puluh enam koma empat puluh delapan persen).
6. Bahwa berdasarkan Surat Nomor 002-T/SPTPS-SSP/I/2023 tanggal 6 Januari 2023, PT. SSP (Sinar Sejahtera Perkasa) telah menunjuk lokasi milik Terdakwa yang beralamat di Dusun Sampur, RT.005, Desa Kebintik, Kecamatan Pangkalan Baru untuk dijadikan sebagai tempat penyimpanan biji timah sementara sebelum diserahkan kepada pihak yang ditunjuk oleh PT. SSP.
7. Bahwa berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Nomor: 188.4/313/ESDM/DPMPTSP/2018 tanggal 6 Agustus 2018, PT.
SSP (Sinar Sejahtera Perkasa) telah diberikan Izin Usaha Pertambangan
(IUP) Operasi Produksi dilokasi penambangan yang berada di Desa Air Bara, Kecamatan Air Gegas, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung, diatas lahan seluas 591 (lima ratus sembilan puluh satu) hektar.
Dengan fakta-fakta hukum diatas dapat memberikan pertimbangan hakim bahwa terdakwa dapat dipersalahkan atau tidak dapat dipersalahkan.
Terdakwa dalam putusan Pengadilan Negeri Koba Nomor 57/Pid.Sus/PN Kba tidak terbukti melakukan perbuatan tindak pidana pertambangan mineral dan batubara. Dalam membuktikan unsur tersebut berdasarkan keterangan Saksi Sujono Als Athau dan Keterangan Terdakwa di persidangan menyatakan pasir timah yang berada di gudang milik Terdakwa berasal dari lahan Izin Usaha Pertambangan milik PT. Sinar Sejahtera Perkasa yang berada di Desa Air Bara, Kecamatan Air Gegas, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, hal mana bersesuaian dengan keterangan saksi Triyatno Alias Tri Bin Sukiman yang menerangkan bahwa Saksi kerap mendampingi Terdakwa ke lokasi IUP di Desa Air Bara untuk memikul pasir timah ke atas mobil milik Terdakwa. Dan keterangan saksi Karmin Alias Gogon dan saksi Safari Als Saf yang menerangkan bahwa pasir-pasir timah milik Terdakwa tersebut merupakan pasir timah yang didapatkan Terdakwa dari para penambang yang melakukan penambangan di wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. Sinar Sejahtera Perkasa di Desa Air Bara.
Berdasarkan hal tersebut penulis dengan menganalisis unsur dalam Pasal 161 Undang- undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara maka berpendapat bahwa unsur setiap
orang telah terpenuhi sedangkan unsur menampung, memanfaatkan, melakukan pengolahan dan/atau pemurnian, pengembangan dan/atau pemanfaatan, pengangkutan, penjualan mineral dan/atau batubara yang tidak berasal dari pemegang IUP, IUPK, IPR, SIPB atau izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3) huruf c dan huruf g, Pasal 104 atau Pasal 105 telah cukup terbukti. Saksi Sujono Als Athau merupakan saudara kandung dari terdakwa, terdapat pengecualian menjadi saksi tercantum dalam Pasal 168 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana sebagai berikut;49
1. Keluarga sedarah atau semenda adalam garis lurus ke atas atau ke bawah sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa;
2. Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena perkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;
3. Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang bersama- sama sebagai terdakwa.
Didalam peraturan sudah jelas diatur bahwa keluarga sedarah tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri sebagai saksi.
Penulis berpendapat hakim dengan keyakinannya tidak menerapkan terkait pasal pengecualian keterangan saksi. Meskipun pada Pasal 169 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yang
49 Pasal 168 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
memenuhi kriteria dalam Pasal 168 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana memang tetap dapat memberikan kesaksiannya di bawah sumpah dengan syarat apabila saksi itu menghendakinya dan penuntut umum serta terdakwa secara tegas menyetujuinya. Dengan ketentuan tersebut maka akan sangat sulit orang-orang yang memenuhi kualifikasi Pasal 168 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana keterangannya dapat bernilai sebagai saksi, karena pihak penuntut umum serta terdakwa sangat berpotensi untuk mengajukan keberatan. Saksi Sujono Als Athau pada saat inspeksi mendadak oleh PJ. Gubernur tidak dapat menunjukkan bukti bahwa asal usul pasir timah yang didalam gudang tersebut berasal dari lahan IUP PT. SSP. Hal ini bisa berpotensi menimbulkan celah yang dapat disalahgunakan. Tidak dapat mengukur kebenaran yang disampaikan oleh Saksi hanya saja dapat sebagai pertimbangan hakim.
Penulis menganalisa berdasarkan keterangan saksi Triyatno Alias Tri yang bekerja sebagai buruh pikul yang menerangkan terdakwa membeli pasir timah mengambil dari masyarakat di pinggir jalan sekitar Air Bara yang jaraknya kurang lebih 50 (lima puluh) meter dari area Tambang Inkonvensional (tambang rakyat) dan kadang juga mengambil dari penambang di Air Bara.
Bahwa secara regulasi Tambang Inkonvensional kegiatan penambangan yang melanggar hukum karena pada umumnya tidak memiliki izin penambangan.
Dampak kerusakan lingkungan akibat kegiatan Tambang Inkonvensional sebagai berikut;50
1. Lubang bekas galian yang tidak direklamasi membentuk cekugan-cekungan (kolong tambang) dan terisi air pada saat hujan sehingga daerah tersebut menjadi tandus dan gersang.
2. Terjadinya pedangkalan sungai di sekitar lokasi penambangan, kegiatan tambang menggunakan air sungai melakukan penyemprotan untuk pelepasan tanah dari pasir timah.
3. Rusak dan hilangnya vegetasi diakibatkan penebangan dan asap mesin eksavator.
4. Penurunan kualitas air sungai, akibat pembuangan tailing (lumpur) hasil pemisahan biji timah.
5. Rusaknya daerah aliran sungai, hutan produksi, dan bahkan hutan lindung.
Oleh karena itu, berdasarkan keterangan saksi Triyatno Alias Tri hakim dapat menilai unsur terkait pengangkutan pasir timah yang tidak berasal dari pemegang IUP, saksi tidak mengetahui secara jelas terdakwa membeli pasir timah tersebut berasal dari penambang yang memiliki izin melainkan hanya mengetahui daerah membeli pasir timah tersebut di wilayah IUP milik PT. SSP.
Hakim dengan keyakinannya dan pertimbangannya seharusnya dapat menilai dampak kerugian yang dimiliki oleh negara maupun daerah sekitar.
50 Sumardi, S.M. Widyastuti, Dasar-Dasar Perlindungan Hutan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, 2007, hlm. 75.
Keterangan saksi Triyatno Alias Tri dapat bersesuaian dengan keterangan saksi Karmin Als Gogon yang dinyatakan didalam Berita Acara Pemeriksaan terkait terdakwa membeli pasir timah dari penambang ilegal kemudian pada tahap persidangan mencabut keterangan perihal tersebut.
Penuntut umum didalam surat tuntutannya tidak mengajukan alat bukti surat dan tidak menghadirkannya dalam persidangan, berdasarkan Pasal 187 huruf c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana menyatakan surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi daripadanya.51 Peraturan perundang-undangan menetapkan bentuk surat yang dibuat secara resmi, yang menjadikannya alat bukti yang sempurna. Namun, secara materiil surat tidak memiliki kekuatan yang mengikat seperti alat bukti saksi dan ahli memiliki nilai pembuktian yang bersifat bebas dinilai berdasarkan pertimbangan hakim. Ketidakterikatannya hakim atas alat bukti surat tersebut didasarkan pada asas proses pemeriksaan perkara pidana, asas keyakinan hakim, serta asas batas minimum pembuktian.52
Menurut penulis alat bukti surat dapat memiliki peran penting dan besar yang dapat digunakan Penuntut Umum untuk menjerat terdakwa dengan dakwaan yang tidak memberikan celah terhadap terdakwa untuk bebas dari penjatuhan pidana meskipun alat bukti surat kekuatan hukumnya tidak
51 Pasal 187 huruf c Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
52 M.Yahya Harahap, Pembahasan dan Penerapan KUHAP “Penyidikan dan Penuntutan, Sinar Grafika, Jakarta, 2012, hlm. 309-312.
mengikat. Namun, untuk mengetahui kebenaran laporan serta keterangan tentang motif dan tujuan adanya menampung, memanfaatkan, melakukan pengolahan dan atau pemurnian, tanpa berasal dari pemegang IUP, IUPK, IPR, SIPB atau izin serta mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan. Supaya jelas penerapan pasalnya dan pasal yang diterapkan dapat dibuktikan sehingga dapat memberatkan terdakwa dalam persidangan. Hakim membuat pertimbangan-pertimbangannya baik dengan pertimbangan hakim yang bersifat yuridis dan pertimbangan hakim yang bersifat non yuridis, seperti sebagaimana berikut:
1. Pertimbangan Hakim Yang Bersifat Yuridis
Pertimbangan hakim yang bersifat yuridis termasuk pertimbangan yang didasarkan pada hasil persidangan, yakni sebagai berikut;
a. Dakwaan Penuntut Umum
Dasar hukum dakwaan terdapat dalam Pasal 143 ayat (1) Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, karena hal ini pemeriksaan di persidangan dilakukan. Dakwaan Penuntut Umum dalam kasus yang dianalisis oleh penulis adalah dakwaaan terhadap terdakwa yang melanggar atau melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam menurut rumusan Pasal 161 Undang Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana yang terdapat dalam putusan 57/Pid.Sus/2023/PN Kba.
b. Tuntutan Pidana
Penuntut Umum merangkaikan jenis-jenis dan berat pidana yang dituntut oleh Penuntut Umum untuk memberatkan penjatuhan pidana terhadap terdakwa dan biasanya dan biasanya dalam tuntutannya Penuntut Umum menjelaskan satu demi satu unsur tindak pidana yang ia dakwakan beserta alasan tentang anggapannya tentang apa yang didakwakan terhadap terdakwa. Dalam kasus yang dianalisis penulis pada pokoknya menyatakan terdakwa telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan kepada terdakwa dalam dakwaan alternatif, tuntutan Penuntut Umum antara lain sebagai berikut;
1) Menyatakan terdakwa Suratno Alias Akon Anak Dari Sung Sak Men telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam dakwaan;
2) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa selama 4 (empat) tahun dikurangi selama terdakwa Suratno alias Akon anak dari Sung Sak Men berada dalam tahanan sementara dan denda sejumlah Rp37.500.000.000,00 (tiga puluh tujuh miliar lima ratus juta rupiah) subsidiair 3 (tiga) bulan kurungan dengan perintah Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
3) Menyatakan barang bukti berupa:
a) 688 (enam ratus delapan puluh delapan) karung pasir timah dalam keadaan kering dengan total berat keseluruhan + 13.558 (tiga belas ribu lima ratus lima puluh delapan) kilogram;
Setelah dilakukan pemeriksaan dan penimbangan yang dilakukan oleh petugas BB disaksikan oleh Jaksa P 16A dan juga Penyidik Polda Kep. Bangka Belitung terdapat kekurangan sebanyak 71 Kg;
b) 1 (satu) unit HP merek Galaxy Z Fold 4 model SM-F936B/DS Nomor Serial RRCT902XH0K imei (slot 1) 352908917261586, imei (slot 2) 358482317261582.
Dirampas untuk negara.
a) 1 (satu) unit timbangan Nhon Hoa kapasitas 100 (seratus) kilogram
b) 1 (satu) bak lobi pasir timah c) 2 (dua) penggorengan pasir timah Dirampas untuk dimusnahkan.
a) 1 (satu) lembar Surat Penunjukan Lokasi No. 001-T/SP SSP/I/2023 tanggal 06 Januari 2023 dari PT. Sinar Sejahtera Perkasa
b) 1 (satu) lembar Surat Penunjukan Tempat Penyimpanan Sementara Biji Timah Tambang No. 002-T/SPTPS-SSP/I/2023 tanggal 06 Januari 2023 dari PT. Sinar Sejahtera Perkasa
c) 1 (satu) unit Digital Recorder merek Hik Vision dengan model DS 7208HQHI-K1/E dan serial No. E75750752 (S)
d) 1 (satu) unit Digital Recorder dengan model GSDS-86308 dan serial No. 838399548 01 e) 1 (satu) unit Digital Recorder merek Hik Vision dengan model DS 7616NI-Q1 dan serial No.
G94071425 (C)
Dikembalikan kepada terdakwa Suratno Als Akon anak dari Sung Sak Men.
Tuntutan Penuntut Umum tersebut kemudian menjadi salah satu bahan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusannya. Dari putusan tersebut diatas penulis menganalisis bahwa tuntutan terhadap terdakwa dengan menggunakan Pasal 161 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara lemah jika diterapkan menjadi dakwaan tunggal. Oleh karena itu, perlunya diterapkan dakwaan alternatif pada Pasal 55 ayat (1) ke-1 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana untuk menguatkan kesalahan terdakwa. Dakwaan alternatif digunakan bila belum didapat kepastian tentang tindak pidana mana yang paling tepat
dapat dibuktikan. Dalam dakwaan alternatif, meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan, hanya satu dakwaan saja yang dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika salah satu telah terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi.
Menurut penulis pertimbangan hakim harus mempertimbangkan perbuatan tindak pidana yang paling tepat untuk dibuktikan terhadap salah satu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh terdakwa, yang kesalahannya harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Koba mengesampingkan Pasal 55 ayat (1) ke-1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Hukum Pidana, yang sebenarnya hal itu cukup membuktikan kesalahan terdakwa. Penulis berpendapat bahwa penjatuhan pidana tersebut tidak dibawah batas minimum dan dianggap tidak terlalu ringan sehingga dapat menimbulkan efek jera terhadap diri terdakwa.
c. Keterangan Saksi
Pada Pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yaitu orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara yang ia dengar, ia lihat, dan ia alami sendiri.
Namun saksi yang dihadirkan berdasar ketentuan dalam Pasal 184 ayat (2) KUHAP menyatakan bahwa keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan terhadapnya. Sehingga harus ada saksi lain
yang mengetahui secara jelas tentang adanya suatu tindak pidana ini yang disebut bukti minimum (bewijs minimum).
Terkait keterangan saksi dalam Putusan Pengadilan Nomor 57/Pid.Sus/PN Kba Penuntut Umum mengajukan 9 saksi, sehingga 13 75 orang Saksi lainnya keterangannya telah dibacakan dalam persidangan termasuk keterangan dari saksi Robertus Setiawan, saksi Arman Adhi Kusuma Rachmat dan saksi Dede Sanjaya.
Berdasarkan analisa penulis keterangan saksi Triyatno Alias Tri dan saksi Karmin Als Gogon, sebelum saksi Karmin Als Gogon mencabut salah satu keterangannya dalam persidangan. Terkait pencabutan keterangan saksi pada Pasal 163 Undang-Undang Hukum Acara Pidana menyatakan Jika keterangan saksi di sidang berbeda dengan keterangannya yang terdapat dalam berita acara, hakim ketua sidang mengingatkan saksi tentang hal itu serta minta keterangan mengenai perbedaan yang ada dan dicatat dalam berita acara pemeriksaan sidang dan tidak terdapat sanksi bagi saksi yang mencabut keterangannya dalam Berita Acara Pemeriksaan pada saat sidang pemeriksaan di pengadilan berlangsung. Oleh karena itu, dalam pertimbangan hakim dapat menggunakan teori pendekatan keilmuan. Menurut penulis Pasal 163 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana mengatur bahwa saksi dapat mencabut keterangannya yang telah diberikan dalam BAP tetapi tidak menjelaskan secara rinci apakah pencabutan tersebut dapat dianggap sebagai pengakuan palsu.
Pencabutan keterangan saksi sering kali terjadi karena tekanan atau ancaman dari pihak tertentu, baik itu pihak yang terlibat dalam perkara atau pihak lain yang mempengaruhi saksi. Pasal 163 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana tidak memberikan penjelasan mengenai perlindungan bagi saksi yang mungkin mencabut keterangannya karena tertekan atau terpaksa. Jika pencabutan terjadi karena tekanan atau paksaan, maka itu dapat menimbulkan pertanyaan mengenai keabsahan pencabutan tersebut dan apakah saksi atau pihak yang melakukan tekanan tersebut harus dikenakan sanksi.
Ketidakjelasan dalam Pasal 163 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana mengenai perlindungan saksi yang tertekan atau terpaksa mencabut keterangannya bisa menyebabkan kesenjangan hukum dan ketidakadilan dalam proses peradilan. Hal ini bertentangan dengan Pasal 174 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana mengatur mengenai keterangan palsu dan akan mendapatkan sanksi. Hal ini diperlukannya teori pendekatan keilmuan oleh hakim yaitu, titik tolak dari ilmu ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian. Penulis berpendapat berdasarkan keterangan saksi Triyatno Alias Tri dan saksi Karmin Als Gogon cukup bukti untuk menyatakan terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya.
d. Keterangan Terdakwa
Terdapat pada Pasal 189 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yang menyatakan bahwa keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau alami sendiri.
Keterangan terdakwa merupakan bagian jawaban atas pertanyaan baik diajukan oleh Penuntut Umum, Hakim, maupun Penasehat Hukum.
Terdakwa mempunyai kerjasama dengan PT. SSP selaku penanggungjawab lapangan skala kecil kegiatan penambangan. Tugas terdakwa mengumpulkan pasir timah yang diperoleh dari penambang yang telah memiliki kerja sama dengan PT. SSP.
Penulis berpendapat berdasarkan keterangan terdakwa, terdakwa menyuruh lakukan masyarakat yang tidak memiliki izin oleh PT. SSP atau tidak memiliki kerja sama mitra dengan PT. SSP. Dan berdasarkan surat kerja sama terkait penanggungjawab lapangan skala kecil kegiatan penambangan tidak ada hubungannya dengan kegiatan pengolahan dan pemurnian yang dilakukan oleh terdakwa. Meskipun terdakwa tetap meyangkal bahwa pasir timah yang didapatkan berasal dari wilayah IUP milik PT. SSP. Pasal 189 ayat (4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana menyatakan keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti lain. Terdakwa mempunyai kebebasan untuk menolak
dan memberikan alasan apa yang didakwakan kepadanya sesuai dengan yang diatur dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang berbunyi bahwa Pihak yang diadili mempunyai hak ingkar terhadap hakim yang mengadili perkaranya. Keterangan terdakwa tidak dapat berdiri sendiri melainkan hakim harus menggunakannya sebagai salah satu dari bahan pertimbangannya dengan didukung oleh alat bukti lain.
e. Barang Bukti
Barang bukti merupakan benda atau barang yang digunakan oleh terdakwa untuk melakukan suatu tindak pidana. Dijelaskan dalam Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana terkait hal-hal barang yang dapat dikenakan penyitaan sebagai berikut;53
1) Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana;
2) Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya;
3) Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyelidikan tindak pidana;
4) Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;
53 Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
5) Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan. Dalam kasus perkara Putusan Pengadilan Nomor 57/Pid.sus/PN Kba barang bukti dikembalikan kepada terdakwa, karena Terdakwa telah dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Penuntut Umum. Penulis berpendapat sama dengan Penuntut Umum terkait barang bukti dirampas untuk negara, dirampas untuk dimusnahkan, dan ada beberapa barang bukti yang dikembalikan kepada terdakwa, karena terdakwa sudah seharusnya mendapatkan sanksi atas perbuatannya tidak diputus bebas.
2. Pertimbangan Hakim Yang Bersifat Non Yuridis
Untuk menilai keadilan pertimbangan hakim selain bersifat yuridis juga harus didampingi bersifat non yuridis, didasarkan rasa keadilan yang sewajarnya. Dengan memperhatikan faktor internal dan eksternal berkaitan dengan latar belakang terdakwa melakukan perbuatan tindak pidana yang juga harus ikut dipertimbangkan secara adil oleh hakim.
a. Akibat perbuatan terdakwa b. Kondisi diri terdakwa
c. Peran atau kedudukan terdakwa
Terdakwa menyatakan pasir timah yang diperoleh dari masyarakat yang sudah mempunyai mitra kerjasama dengan PT SSP, namun tidak ada kesesuaian dengan keterangan saksi yang lainnya. Karena penulis
berpendapat Saksi hanya sebagai pekerja dari terdakwa yang hanya mengetahui wilayah IUP tetapi tidak dengan mengetahui masyarakat penambang memiliki izin atau tidak.
Penulis menarik kesimpulan Putusan Pengadilan Negeri dalam memutus terdakwa, dalam perkara Pasal 161 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara sesuai dengan Pasal 253 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yaitu hukum tidak diterapkan sebagaimana mestinya. Karena penerapan pasal tersebut, tidak mempunyai kekuatan pembuktian untuk membuktikan bahwa terdakwa tidak bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan. Adanya faktor yang menyebabkan Pasal 161 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara tidak cukup bukti yaitu karena untuk memenuhi unsur “melakukan pengolahan dan/ atau pemurnian” haruslah jelas siapa yang berhak untuk melakukan pengolahan dan/atau pemurnian serta maksud dan tujuannya.
Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Koba berdasarkan kewenangannya dalam Pasal 253 (1) huruf a KUHAP dengan alasan kurang kuatnya pembuktian yang mendukung diterapkannya, seharusnya Hakim dapat langsung mengambil alih dan mengadili sendiri perkara tersebut.
Didalam putusan tersebut memiliki kelemahan yaitu, kecendrungan penilaian hakim dan menggunakan alat bukti yang menguntungkan
terdakwa atau memilih alat bukti yang mendukung putusan bebas yang dikeluarkannya. Hakim dalam memberikan pertimbangannya lebih mengarah pada keterangan keterangan yang menguntungkan terdakwa atau bersesusaian dengan keterangan terdakwa. Penjatuhan putusan bebas oleh hakim bukan karena tidak ada unsur yang terbukti, melainkan ada unsur lain yang tidak terbukti atau penafsiran hakim terhadap kedudukan yang bertentangan dengan hukum itu sendiri dalam rumusan tindak pidana yang berkaitan dengan putusan Pengadilan.