• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III TINJAUAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus-Anak/2021/PN Prp)

N/A
N/A
MinhHN

Academic year: 2023

Membagikan "BAB III TINJAUAN PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN PEMBERATAN (Studi Putusan Nomor 4/Pid.Sus-Anak/2021/PN Prp)"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

35 BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian tentang penerapan sanksi pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan pemberatan yang telah diputuskan dalam Putusan Pengadilan Negeri Pasir Pengaraian dalam Putusannya Nomor: 4/Pid.Sus- Anak/2021/PN Prp yang diputuskan oleh Nopelita Sembiring, S.H. sebagai Hakim, maka diperoleh uraian fakta-fakta dalam kasus pencurian dengan pemberatan ini diantaranya identitas terdakwa, kasus posisi, dakwaan penuntut umum, tuntutan oleh penuntut umum, dan amar putusan Pengadilan Negeri Nomor: 4/Pid.Sus- Anak/2021/PN Prp, sebagai berikut:

1. Identitas Terdakwa

Nama lengkap : ANAK (Nama Disamarkan) Tempat lahir : Ujung Batu (Rokan Hulu) Umur/Tanggal lahir : 14 Tahun / 21 Februari 2007 Jenis kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat tinggal : Petakur Atas Desa Suka Damai, Kec.Ujung Batu, Kab.Rokan Hulu.

Agama : Islam

Pekerjaan : Belum / Tidak Bekerja;

2. Uraian Fakta Peristiwa

Bahwa kejadian pada hari Kamis tanggal 28 Januari 2021 sekira pukul 04.00 WIB, berawal ketika Tersangka Anak (nama disamarkan) bersama dengan Anak Saksi (nama disamarkan) pergi menuju pasar ujung batu untuk

(2)

membeli nasi goreng, selesai membeli nasi goreng Anak Saksi (nama disamarkan) dan Anak berhenti di Toko CNY Ponsel milik Korban (Saksi 1) yang juga menjual minuman untuk membeli minuman dingin, lalu Anak turun dari sepeda motor dan memanggil pemilik toko dengan mengatakan “pak, pak mau beli minum” namun tidak ada jawaban dari pemilik toko, kemudian Anak masuk ke dalam toko tersebut dan melihat Korban (Saksi 1) sedang tertidur, lalu Anak Saksi (nama disamarkan) mengatakan “ngapa ko de?” dan dijawab oleh Tersangka Anak (nama disamarkan) “diam ajalah disitu”, kemudian Tersangka Anak (nama disamarkan) membuka laci yang ada di dalam toko tersebut dan mengambil barang yang ada di dalam laci berupa 1 (satu) unit HP Vivo Y69 warna putih, 1 (satu) unit HP Samsung J1 warna putih, 1 (satu) unit HP Cina (Serles) warna biru, dan uang sebesar Rp65.000,00 (enam puluh lima ribu rupiah), setelah Tersangka Anak (nama disamarkan) berhasil mengambil barang-barang tersebut kemudian Tersangka Anak (nama disamarkan) dan Anak Saksi (nama disamarkan) pergi meninggalkan toko tersebut.

Bahwa perbuatan Tersangka Anak (nama disamarkan) mengambil 1 (satu) unit HP Vivo Y69 warna putih, 1 (satu) unit HP Samsung J1 warna putih, 1 (satu) unit HP Cina (Serles) warna biru, dan uang sebesar Rp65.000,00 (enam puluh lima ribu rupiah) milik Korban (Saksi 1) tanpa sepengetahuan dan seizin dari Korban (Saksi 1) selaku pemilik. Bahwa akibat perbuatan yang dilakukan oleh Tersangka Anak (nama disamarkan), sehingga Korban (Saksi 1) mengalami kerugian kurang lebih sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Perbuatan Anak sebagaimana yang diatur dan diancam pidana dalam Pasal 363 ayat (1) ke-3 KUHP;

3. Dakwaan Penuntut Umum KESATU

Bahwa ia Anak pada hari Kamis tanggal 28 Januari 2021 sekira pukul 04.00 wib atau pada waktu tertentu dalam bulan Januari 2021 atau setidak- tidaknya masih dalam tahun 2021, bertempat di Toko CNY Ponsel Rt 03 Rw

(3)

01 Simpang Siabu, Kelurahan Ujung Batu, Kecamatan Ujung Batu, Kabupaten Rokan Hulu, atau pada suatu tempat tertentu yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian yang berwenang memeriksa dan mengadili perkaranya, mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak, sebagaimana perbuatan Anak dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut di atas, berawal ketika Anak bersama dengan Anak Saksi pergi menuju pasar ujung batu untuk membeli nasi goreng, selesai membeli nasi goreng Anak Saksi dan Anak berhenti di Toko CNY Ponsel milik Saksi 1 yang juga menjual minuman untuk membeli minuman dingin, lalu Anak turun dari sepeda motor dan memanggil pemilik toko dengan mengatakan “pak, pak mau beli minum” namun tidak ada jawaban dari pemilik toko, kemudian Anak masuk ke dalam toko tersebut dan melihat korban sedang tertidur, lalu Anak Saksi mengatakan “ngapa ko de?” dan dijawab oleh Anak “diam ajalah di situ ”, kemudian Anak membuka laci yang ada di dalam toko tersebut dan mengambil barang yang ada di dalam laci berupa 1 (satu) unit HP Vivo Y69 warna putih, 1 (satu) unit HP Samsung J1 warna putih, 1 (satu) unit HP Cina (Serles) warna biru, dan uang sebesar Rp65.000,00 (enam puluh lima ribu rupiah), setelah Anak berhasil mengambil barang-barang tersebut kemudian Anak dan Anak Saksi pergi meninggalkan toko tersebut.

 Bahwa perbuatan Anak mengambil barang milik Saksi 1 tanpa sepengetahuan dan seizin dari Saksi 1 selaku pemilik, sehingga Saksi 1 mengalami kerugian kurang lebih sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Perbuatan Anak sebagaimana yang diatur dan diancam pidana dalam Pasal

(4)

363 ayat (1) ke-3 KUHP.

ATAU KEDUA

Bahwa ia Anak pada hari Kamis tanggal 28 Januari 2021 sekira pukul 04.00 wib atau pada waktu tertentu dalam bulan Januari 2021 atau setidak- tidaknya masih dalam tahun 2021, bertempat di Toko CNY Ponsel Rt 03 Rw 01 Simpang Siabu , Kelurahan Ujung Batu, Kecamatan Ujung Batu, Kabupaten Rokan Hulu, atau pada suatu tempat tertentu yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian yang berwenang memeriksa dan mengadili perkaranya, mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak, sebagaimana perbuatan Anak dilakukan dengan cara sebagai berikut:

 Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut di atas, berawal ketika Anak bersama dengan Anak Saksi pergi menuju pasar ujung batu untuk membeli nasi goreng, selesai membeli nasi goreng Anak Saksi dan Anak berhenti di Toko CNY Ponsel milik Saksi 1 yang juga menjual minuman untuk membeli minuman dingin, lalu Anak turun dari sepeda motor dan memanggil pemilik toko dengan mengatakan “pak, pak mau beli minum” namun tidak ada jawaban dari pemilik toko, kemudian Anak masuk ke dalam toko tersebut dan melihat Saksi 1 sedang tertidur, lalu Anak Saksi mengatakan “ngapa ko de?” dan dijawab oleh Anak “diam ajalah di situ ”, kemudian Anak membuka laci yang ada di dalam toko tersebut dan mengambil barang yang ada di dalam laci berupa 1 (satu) unit HP Vivo Y69 warna putih, 1 (satu) unit HP Samsung J1 warna putih, 1 (satu) unit HP Cina (Serles) warna biru, dan uang sebesar Rp65.000,00 (enam puluh lima ribu rupiah), setelah Anak berhasil

(5)

mengambil barang-barang tersebut kemudian Anak dan Anak Saksi pergi meninggalkan toko tersebut.

 Bahwa perbuatan Anak mengambil barang milik Saksi 1 tanpa sepengetahuan dan seizin dari Saksi 1 selaku pemilik, sehingga Saksi 1 mengalami kerugian kurang lebih sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).

Perbuatan Anak sebagaimana yang diatur dan diancam pidana dalam Pasal 362 KUHP.

4. Tuntutan Penuntut Umum

Atas dakwaan yang telah disampaikan oleh Jaksa Penuntut Umum maka Tuntutan pidana yang diajukan oleh Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:

1. Menyatakan Anak, terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan perbuatan pidana sebagai “mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak”, sebagaimana diatur dan diancam pidana di dalam Pasal 363 ayat (1) ke-3 KUHP sebagaimana Dakwaan Kesatu Penuntut Umum;

2. Menjatuhkan Pidana terhadap Anak, dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan dikurangi selama masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh Anak dengan perintah agar Anak tetap ditahan;

3. Menetapkan barang bukti berupa:

 1 (satu) unit HP Vivo Y69 warna putih;

 1 (satu) unit HP Samsung J1 warna putih.

Dipergunakan dalam perkara Anak Saksi;

(6)

4. Membebankan kepada Anak untuk membayar biaya perkara sebesar Rp2.000,- (dua ribu rupiah).

5. Uraian Fakta Alat Bukti a. Keterangan saksi-saksi

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum telah mengajukan saksi-saksi sebagai berikut:

1. Saksi 1 di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

a) Bahwa Saksi 1 dengan Anak tidak memiliki hubungan keluarga atau pekerjaan;

b) Bahwa Saksi 1 mengerti alasan dihadirkan sebagai saksi dalam persidangan;

c) Bahwa Saksi 1 menerangkan bahwa pada hari Kamis tanggal 28 Januari 2021 sekira pukul 04.00 wib bertempat di Toko CNY Ponsel milik Saksi 1 yang terletak di RT 03 RW 01 Simpang Siabu, Kelurahan Ujung Batu, Kecamatan Ujung Batu, Kabupaten Rokan Hulu, telah terjadi pencurian yang dilakukan oleh Anak;

d) Bahwa pada saat pencurian terjadi, Toko CNY Ponsel buka 24 jam, kemudian pada hari Kamis tanggal 28 Januari 2021 sekira pukul 02.30 wib Saksi 1 tertidur dan Saksi 1 terbangun sekitar jam 04.00 wib lalu melihat hp dan uang yang berada di laci kasir sudah tidak ada, setelah itu sekitar pukul 07.00 wib Saksi 1 bercerita kepada sdri. S, sdr. AW, dan Saksi 2 bahwa HP yang ada di laci telah hilang;

e) Bahwa dari pencurian tersebut barang-barang milik Saksi 1 yang hilang antara lain, 1 (satu) unit HP Vivo Y69 warna putih, 1 (satu) unit HP Samsung J1 warna

(7)

putih, 1 (satu) unit HP Cina (Serles) warna biru, uang sebesar Rp65.000,00 (enam puluh lima ribu rupiah);

f) Bahwa kerugian yang Saksi 1 alami atas kejadian tersebut kurang lebih sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah);

g) Bahwa selain bekerja Saksi 1 juga melakukan aktivitas lain seperti makan, tidur dan mandi di toko milik Saksi tersebut;

h) Terhadap keterangan Saksi 1, Anak memberikan pendapat membenarkan dan tidak keberatan;

2. Saksi 2 di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

a) Bahwa Saksi 2 dengan Anak tidak memiliki hubungan keluarga atau pekerjaan;

b) Bahwa Saksi 2 mengerti alasan dihadirkan dalam persidangan yakni dikarenakan pada hari Kamis tanggal 28 Januari 2021 sekira pukul 04.00 wib bertempat di Toko CNY Ponsel milik Saksi 1 yang terletak di RT 03 RW 01 Simpang Siabu, Kelurahan Ujung Batu, Kecamatan Ujung Batu, Kabupaten Rokan Hulu, telah terjadi pencurian yang dilakukan oleh Anak;

c) Bahwa Saksi 2 tidak mengetahui bagaimana pencurian tersebut berlangsung namun menurut keterangan Saksi 1 pada saat kejadian Saksi 1 meletakkan HP miliknya di laci etalase, kemudian Saksi 1 tertidur, setelah terbangun ia mengecek lacinya dan melihat HP nya sudah tidak berada di laci tersebut;

d) Bahwa dari pencurian tersebut barang-barang milik Saksi 1 yang hilang antara lain, 1 (satu) unit HP Vivo Y69 warna putih, 1 (satu) unit HP Samsung J1 warna

(8)

putih, 1 (satu) unit HP Cina (Serles) warna biru, uang sebesar Rp65.000,00 (enam puluh lima ribu rupiah);

e) Bahwa kerugian yang Saksi 1 alami atas kejadian tersebut kurang lebih sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah);

f) Terhadap keterangan Saksi 2, Anak memberikan pendapat membenarkan dan tidak keberatan;

3. Anak Saksi di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

a) Bahwa Anak Saksi kenal dengan Anak dan ada hubungan pertemanan;

b) Bahwa Anak Saksi menerangkan bahwa pada hari Kamis tanggal 28 Januari 2021 sekira pukul 04.00 wib bertempat di Toko CNY Ponsel Rt 03 Rw 01 Simpang Siabu, Kelurahan Ujung Batu, Kecamatan Ujung Batu, Kabupaten Rokan Hulu, telah terjadi pencurian yang dilakukan oleh Anak bersama dengan Anak Saksi;

c) Bahwa dari pencurian tersebut barang-barang yang diambil oleh Anak dan Anak saksi antara lain, 1 (satu) unit HP Vivo Y69 warna putih, 1 (satu) unit HP Samsung J1 warna putih, 1 (satu) unit HP Cina (Serles) warna biru, uang sebesar Rp65.000,00 (enam puluh lima ribu rupiah);

d) Bahwa adapun cara yang Anak Saksi dan Anak lakukan dalam melakukan pencurian tersebut adalah pada hari Kamis tanggal 28 Januari 2021 sekira pukul 03.45 wib Anak Saksi bersama Anak pergi menuju pasar ujung batu untuk membeli nasi goreng, selesai membeli nasi goreng Anak Saksi dan Anak berhenti di warung milik Saksi 1 untuk membeli minuman dingin, selanjutnya Anak turun dari sepeda motor lalu memanggil pemilik

(9)

warung namun tidak ada jawaban dari pemilik warung, kemudian karena tidak ada jawaban dari pemilik warung Anak langsung masuk ke dalam kedai dan membuka laci yang ada di dalam kedai, lalu Anak mengambil 1 (satu) unit HP Vivo Y69 warna putih, 1 (satu) unit HP Samsung J1 warna putih, 1 (satu) unit HP Cina (Serles) warna biru, uang sebesar Rp65.000,00 (enam puluh lima ribu rupiah), setelah Anak berhasil mengambil barang- barang tersebut kemudian Anak Saksi dan Anak pergi meninggalkan kedai tersebut;

e) Bahwa terhadap barang-barang tersebut 1 (satu) unit HP Vivo Y69 warna putih, 1 (satu) unit HP Cina (Serles) warna biru Anak Saksi pergunakan sendiri dan 1 (satu) unit HP Samsung J1 warna putih dibawa oleh Anak sementara uang sejumlah Rp65.000,00 (enam puluh lima ribu rupiah) Anak Saksi dan Anak pergunakan untuk membeli makanan;

f) Terhadap keterangan Anak Saksi, Anak memberikan pendapat membenarkan dan tidak keberatan;

b. Keterangan Tersangka

Menimbang, bahwa Anak di persidangan telah memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:

a) Bahwa pada hari Kamis tanggal 28 Januari 2021 sekira pukul 04.00 wib bertempat di Toko CNY Ponsel milik Saksi 1 yang terletak di RT 03 RW 01 Simpang Siabu, Kelurahan Ujung Batu, Kecamatan Ujung Batu, Kabupaten Rokan Hulu, telah terjadi pencurian yang dilakukan oleh Anak bersama dengan Anak Saksi;

b) Bahwa pada saat melakukan pencurian tersebut, Saksi 1 saat itu dalam keadaan tertidur di lantai di sebelah etalase;

(10)

c) Bahwa adapun cara yang Anak Saksi dan Anak lakukan dalam melakukan pencurian tersebut adalah pada hari Kamis tanggal 28 Januari 2021 sekira pukul 03.45 wib Anak bersama Anak Saksi pergi menuju pasar ujung batu untuk membeli nasi goreng, selesai membeli nasi goreng Anak dan Anak Saksi berhenti di konter HP milik Saksi 1 yang juga menjual minuman dingin untuk membeli minuman dingin, selanjutnya Anak turun dari sepeda motor lalu memanggil pemilik warung namun tidak ada jawaban dari pemilik warung, kemudian karena tidak ada jawaban dari pemilik warung Anak langsung masuk ke dalam kedai dan membuka laci yang ada di dalam kedai, lalu Anak mengambil 1 (satu) unit HP Vivo Y69 warna putih, 1 (satu) unit HP Samsung J1 warna putih, 1 (satu) unit HP Cina (Serles) warna biru, uang sebesar Rp65.000,00 (enam puluh lima ribu rupiah), setelah Anak berhasil mengambil barang-barang tersebut kemudian Anak dan Anak Saksi pergi meninggalkan kedai tersebut;

d) Bahwa pada saat mengambil barang-barang tersebut dari laci, kondisi laci tidak dalam posisi terkunci dan Anak langsung menarik laci dan mengambil barang-barang tersebut tanpa merusak atau mencongkel laci tersebut;

e) Bahwa terhadap barang-barang tersebut 1 (satu) unit HP Vivo Y69 warna putih, 1 (satu) unit HP Cina (Serles) warna biru dipergunakan sendiri oleh Anak Saksi dan 1 (satu) unit HP Samsung J1 warna putih dibawa oleh Anak sementara uang sejumlah Rp65.000,00 (enam puluh lima ribu rupiah) dipergunakan oleh Anak dan Anak Saksi untuk membeli makanan.

(11)

6. Putusan Pengadilan Negeri

Berdasarkan tuntutan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum dan diperoleh fakta-fakta dalam persidangan dengan memperhatikan, Pasal 363 ayat (1) ke-3 KUHP, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-undangan lain yang bersangkutan;

MENGADILI:

1. Menyatakan Anak terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana yakni “mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, yang dilakukan oleh orang yang ada di situ tidak diketahui atau tidak dikehendaki oleh yang berhak”

sebagaimana dakwaan alternatif kesatu;

2. Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap Anak dengan pidana penjara selama 1 (satu) bulan 14 (empat belas) hari;

3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani oleh Anak dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;

4. Menetapkan Anak tetap ditahan;

5. Menetapkan barang bukti berupa:

 1 (satu) unit HP Vivo Y69 warna putih;

 1 (satu) unit HP Samsung J1 warna putih.

Dipergunakan dalam perkara Anak Saksi;

6. Menetapkan Anak dibebani membayar biaya perkara sejumlah Rp5.000,- (lima ribu rupiah).

(12)

B. Pembahasan

Analisis Kesesuaian Pertimbangan Hakim dalam Penerapan Sanksi Pidana terhadap Anak sebagai Pelaku Tindak Pidana Pencurian dengan Pemberatan Studi Putusan Perkara Nomor 4/Pid.Sus-Anak/2021/PN Prp jika Dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

Seorang hakim harus mempertimbangkan faktor-faktor yang ada dalam diri terdakwa, mulai dari apakah terdakwa benar-benar melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya, apakah terdakwa mengetahui perbuatan tersebut melanggar hukum sehingga dilakukan dengan adanya perasaan takut dan bersalah, apakah terdakwa pada waktu melakukan perbuatan dianggap mampu bertanggung jawab atau tidak. Seseorang dapat dikatakan melakukan tindak pidana apabila perbuatan yang dilakukannya telah memenuhi unsur-unsur yang dilarang dalam undang-undang. Sesuai ketentuan dalam Pasal 191 ayat (1) KUHAP, apabila unsur-unsur yang terdapat dalam pasal yang didakwakan oleh penuntut umum pada saat persidangan tidak terpenuhi, maka hakim dapat memberikan putusan bebas dari segala tuntutan hukum bagi terdakwa.

Berdasarkan ketentuan pada Pasal 183 KUHAP hakim tidak boleh menjatuhkan pidana terhadap seseorang kecuali apabila terdapat sekurang- kurangnya dua alat bukti yang sah dan hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa Terdakwalah yang bersalah melakukannya. Ketentuan ini menjamin tegaknya kebenaran, keadilan, dan kepastian hukum bagi seseorang. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sebuah putusan dapat digunakan sebagai bahan analisis tentang orientasi yang digunakan oleh hakim dalam menjatuhkan putusan, serta untuk mengetahui apakah putusan yang dijatuhkan tersebut relevan dengan tujuan pemidanaan yang telah ditentukan.

Terdapat 2 (dua) kategori pertimbangan hakim dalam memutus suatu perkara terutama yang mengandung pemidanaan, yaitu pertimbangan yang

(13)

bersifat yuridis dan pertimbangan hakim yang bersifat non yuridis.

Pertimbangan yuridis adalah pertimbangan hakim yang berdasarkan fakta- fakta yang terungkap pada saat persidangan dan dalam undang-undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat di dalam putusan. Pertimbangan yang bersifat yuridis ini diantaranya: (Pradhita Rika Nagara. 2014: 5)

a. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum b. Tuntutan Pidana

c. Keterangan Saksi d. Keterangan Terdakwa e. Barang-Barang Bukti

f. Pasal-Pasal dalam Undang-Undang Hukum Pidana

Dalam rumusan Pasal 197 huruf e KUHAP menyatakan salah satu yang harus dimuat dalam surat putusan pemidanaan adalah pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan. Pasal-pasal yang didakwakan oleh penuntut umum menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan. Yang menjadi dasar pertimbangan yuridis Hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana penjara terhadap Anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan pemberatan dalam Putusan Pengadilan Negeri Pasir Pengaraian Nomor: 4/Pid.Sus-Anak/2021/PN Prp adalah dengan mengacu pada pasal yang didakwakan Penuntut Umum dalam surat dakwaan yakni Pasal 363 ayat (1) yang ke-3 KUHP, serta fakta-fakta hukum yang terungkap dalam persidangan yang timbul dan kemudian ditarik sebuah kesimpulan atau konklusi berdasarkan kesesuaian antara keterangan para Saksi yang telah dihadirkan, keterangan Terdakwa, dan barang bukti yang diajukan dan diperiksa pada saat sidang di pengadilan.

Sementara itu pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Pasir Pengaraian Nomor: 4/Pid.Sus-Anak/2021/PN Prp adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan fakta-fakta hukum yang terungkap dalam sidang;

(14)

1) Bahwa telah terjadi tindak pidana pencurian yang dilakukan oleh Terdakwa, pada hari Kamis tanggal 28 Januari 2021 sekira pukul 04.00 WIB atau pada waktu yang lain dalam bulan Januari 2021 atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam tahun 2021, bertempat di Kabupaten Rokan Hulu, atau pada suatu tempat tertentu yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Pasir Pangaraian;

2) Bahwa benar yang melakukan perbuatan tersebut adalah Terdakwa (disamarkan);

3) Bahwa Terdakwa melakukan pencurian tersebut bersama dengan teman Terdakwa;

4) Bahwa Terdakwa melakukan pencurian tersebut pada malam hari dengan cara masuk ke dalam kedai dan membuka laci;

5) Bahwa benar Terdakwa mengakui perbuatan dan menyesalinya;

b. Dapat disimpulkan bahwa Terdakwa telah melakukan kejahatan pencurian dalam keadaan memberatkan sehingga unsur-unsur dalam Pasal 363 ayat (1) yang ke-3 KUHP telah terpenuhi menurut hukum;

c. Bahwa karena unsur-unsur dalam Pasal 363 ayat (1) yang ke-3 KUHP telah terpenuhi menurut hukum, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum bersalah melakukan kejahatan pencurian dalam keadaan memberatkan sebagaimana dalam dakwaan Penuntut Umum yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1) Unsur barang siapa;

Bahwa pada dasarnya kata “Barang Siapa” menunjukkan kepada siapa orangnya yang harus bertanggung jawab atas perbuatan/kejadian yang didakwakan itu atau setidak-tidaknya mengenai siapa orangnya yang harus dijadikan Anak dalam perkara ini. Dalam pengertian lain setiap orang adalah siapa saja yang harus dijadikan Anak atau setiap orang sebagai subjek hukum (pendukung hak dan kewajiban) yang dapat diminta

(15)

pertanggungjawaban dalam segala tindakannya. Dalam pandangan KUHP yang dapat menjadi subjek tindak pidana adalah seorang manusia sebagai oknum, hal tersebut terlihat pada perumusan-perumusan dari tindak pidana dalam KUHP yang menampakkan daya berpikir sebagai syarat bagi subjek tindak pidana itu, juga terlihat pada wujud hukuman/pidana yang termuat dalam Pasal-Pasal KUHP, yaitu hukuman penjara, kurungan, dan denda (Wirjono Prodjodikoro, 2014: 59).

Dalam hal ini Terdakwa Anak berdasarkan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak disebutkan bahwa anak yang berkonflik dengan hukum selanjutnya disebut Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana, selama proses persidangan telah dihadapkan Terdakwa yaitu Anak, yang identitasnya telah dibacakan secara lengkap sebagaimana yang tercantum dalam surat dakwaan, dan identitas tersebut telah diakui dan dibenarkan oleh Anak sendiri, sehingga tidak terjadi Error In Persona, namun demikian apakah Anak dapat dipidana berdasarkan surat dakwaan penuntut umum hal itu harus dibuktikan dengan terpenuhinya unsur-unsur lain yang terdapat dalam dakwaan. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, maka unsur “Barang Siapa” telah terpenuhi;

2) Unsur mengambil sesuatu barang yang sebagian atau seluruhnya milik orang lain;

Bahwa yang dimaksud dengan mengambil adalah tindakan yang menyebabkan berpindahnya tempat kedudukan dan penguasaan dari suatu benda. Maka dapat diartikan mengambil adalah memindahkan suatu barang dari satu tempat ke tempat lain, perbuatan mengambil tersebut mengandung maksud untuk menguasai barang yang diambil, sedangkan pengertian barang

(16)

adalah segala sesuatu barang berwujud maupun yang tidak berwujud dan mempunyai nilai secara ekonomis (R. Soesilo, 1998: 250).

Berdasarkan keterangan saksi–saksi antara lain Saksi 1, Saksi 2 dan Anak Saksi serta keterangan Anak sendiri bahwa Anak telah mengambil 1 (satu) unit HP Vivo Y69 warna putih, 1 (satu) unit HP Samsung J1 warna putih, 1 (satu) unit HP Cina (Serles) warna biru, uang sejumlah Rp65.000,00 (enam puluh lima ribu rupiah) milik Saksi 1 yakni pada hari Kamis tanggal 28 Januari 2021 sekira pukul 04.00 wib bertempat di Toko CNY Ponsel milik Saksi 1 yang terletak di RT 03 RW 01 Simpang Siabu, Kelurahan Ujung Batu, Kecamatan Ujung Batu, Kabupaten Rokan Hulu, yang mana kemudian HP dan uang milik Saksi 1 tersebut tidak lagi berada di penguasaan Saksi 1 melainkan telah berpindah ke penguasaan Anak, dengan demikian dihubungkan dengan pengertian mengambil di atas yang adalah tindakan yang menyebabkan berpindahnya tempat kedudukan dan penguasaan dari suatu benda, maka dengan telah berpindahnya penguasaan atas HP dan uang milik Saksi 1 dihubungkan pula dengan fakta hukum bahwa yang diambil oleh Anak adalah HP dan uang milik Saksi 1 yang mana tentulah HP dan uang adalah termasuk sebagai barang berwujud yang memiliki nilai ekonomis, maka berdasarkan pertimbangan di atas unsur ini menurut Hakim telah terpenuhi oleh perbuatan Anak;

3) Unsur dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum;

Bahwa yang dikehendaki dari unsur tindak pidana ini adalah perbuatan untuk memiliki suatu barang tersebut bertentangan dengan norma hukum tertulis (peraturan perundang-undangan) atau norma hukum tidak tertulis (kepatutan atau kelayakan) atau perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain.

Berdasarkan perbuatan Anak yang telah mengambil barang

(17)

milik Saksi 1 sebagaimana telah dibuktikan dan diuraikan dalam pertimbangan unsur kedua sebelumnya di atas, dilakukan tanpa sepengetahuan dan seizin pemilik barang yang sah. Dalam hal ini, niat Anak mengambil barang berupa HP dan uang senilai Rp65.000,00 (enam puluh lima ribu rupiah) tersebut telah bertentangan dengan norma hukum tertulis yaitu Hukum Pidana yang berlaku di Indonesia mengenai larangan untuk mengambil barang milik orang lain tanpa seizin pemiliknya dan juga bertentangan dengan hak orang lain selaku pemilik barang, dengan demikian Hakim berpendapat unsur “dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum” dalam perkara ini telah terpenuhi;

4) Unsur dilakukan pada waktu malam dalam suatu rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya yang tidak diketahui atau dikehendaki oleh yang berhak.

Mengacu pada Pasal 98 KUHP, yang disebut waktu malam yaitu waktu antara matahari terbenam dan matahari terbit, mengenai makna ‘rumah’ dan ‘pekarangan tertutup’, rumah adalah tempat yang dipergunakan untuk berdiam siang malam, artinya untuk makan, tidur, dan sebagainya. Sebuah gudang atau toko yang tidak didiami siang malam tidak masuk dalam pengertian ‘rumah’. Sementara, gubuk, kereta, perahu, dan sebagainya yang siang malam dipergunakan sebagai kediaman, masuk sebutan ‘rumah’, sedangkan pekarangan tertutup adalah suatu pekarangan yang sekelilingnya ada tanda-tanda batas yang kelihatan nyata, seperti selokan, pagar bambu, pagar hidup, pagar kawat, dan sebagainya dan tidak perlu tertutup rapat, sehingga orang tidak dapat masuk sama sekali (R. Soesilo, 1998: 251).

Dalam hal ini yang kemudian dapat dihubungkan dengan fakta hukum dalam perkara a quo sebagaimana menurut keterangan bahwa Saksi 1 tertidur sekira pukul 02.30 WIB dan

(18)

kemudian Saksi 1 terbangun sekitar jam 04.00 WIB lalu melihat HP dan uang yang berada di laci kasir sudah tidak ada, keterangan Saksi 1 tersebut berkesesuaian dengan keterangan Anak saksi dan keterangan Anak yang menerangkan bahwa Anak masuk ke toko milik Saksi 1 adalah sekitar pukul 03.45 WIB. Dengan demikian merupakan notoir feiten bila waktu antara pukul 02.30 WIB sampai dengan pukul 04.00 WIB adalah termasuk dalam waktu malam hari dan tidak lagi terdapat matahari, sehingga unsur dilakukan pada waktu malam telah terpenuhi oleh perbuatan Anak dalam perkara a quo.

Karena terdapat kesesuaian antara keterangan Anak dan Anak Saksi bahwa HP dan uang milik Saksi 1 diambil oleh Anak bersama Anak Saksi di toko Saksi 1 yang terletak di Kabupaten Rokan Hulu, yang mana telah merupakan fakta hukum pula bahwa saat HP dan uang Saksi 1 diambil, saksi korban sedang tertidur, dari fakta hukum pada persidangan yang tertera pada putusan, dapatlah disimpulkan dua hal, pertama telah ternyata bahwa tempat diambilnya HP dan uang milik Saksi 1 di tanggal 28 Januari 2021 tersebut adalah tempat yang dapat dikategorikan sebagai rumah sebagaimana pengertian rumah di atas karena tempat itu digunakan oleh Saksi 1 sebagai tempat tidur siang dan malam, kedua perbuatan tersebut tentulah dilakukan tanpa izin dari saksi korban karena saksi korban tidak mengetahui perbuatan Anak, akibat Saksi 1 yang saat itu sedang tertidur sehingga pastilah dilakukan tanpa izin dan tanpa sepengetahuan Saksi 1 dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Anak mengambil handphone milik Saksi 1 adalah di rumah Saksi 1 dan tanpa diketahui serta tanpa izin Saksi 1.

Bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka unsur pelaku perbuatan dan unsur delik Pasal 363 ayat (1) yang ke- 3 KUHP terhadap diri dan perbuatan Anak telah terpenuhi, oleh karena

(19)

seluruh unsur dari Pasal 363 ayat (1) yang ke-3 KUHP telah terpenuhi, maka Anak haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan, melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan alternatif kesatu penuntut umum.

Selain pertimbangan yuridis hakim juga diharapkan menggunakan pula pertimbangan non yuridis, dalam hal ini seseorang hakim diharapkan dalam menjatuhkan putusan harus mempertimbangkan apakah Terdakwa benar-benar melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya atau tidak, hakim di sini haruslah mempertimbangkan pula hal-hal yang memberatkan dan meringankan Terdakwa, hal ini bertujuan agar jangan sampai penentuan pidana oleh hakim itu di kemudian hari akan memberikan dampak yang buruk dalam kehidupan masyarakat pada umumnya dan hukum itu sendiri pada khususnya.

Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana, hakim wajib pula memperhatikan sifat baik dan jahatnya Terdakwa.

Dalam hal ini berarti dalam menentukan berat ringannya pidana yang akan dijatuhkan, hakim wajib memperhatikan sifat baik atau sifat jahat dari Terdakwa sehingga kesesuaian dan keadilan dalam putusan yang dibacakan nanti dapat sesuai dengan kejahatan yang Tersangka perbuat. Hakim juga dapat mempertimbangkan beberapa aspek, diantaranya yaitu aspek sosiologis yang berguna untuk mengkaji latar belakang sosial mengapa seseorang melakukan sesuatu tindak pidana, aspek psikologis berguna untuk mengkaji kondisi psikologis pelaku pada saat melakukan suatu tindak pidana dan setelah menjalani pidana, sedangkan aspek kriminologi diperlukan untuk mengkaji sebab-sebab seseorang melakukan tindak pidana dan bagaimana sikap serta perilaku seseorang yang melakukan tindak pidana, dengan demikian hakim diharapkan dapat memberikan putusan yang adil sesuai dengan faktor-faktor tersebut serta kebutuhan pelaku.

(20)

Pertimbangan non yuridis Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Pasir Pengaraian Nomor: 4/Pid.Sus-Anak/2021/PN Prp adalah berupa hal-hal yang memberatkan ataupun yang meringankan hukuman bagi Terdakwa, yaitu:

a. Hal-hal yang memberatkan:

1) Perbuatan yang dilakukan Anak meresahkan Masyarakat;

b. Hal-hal yang meringankan:

1) Anak mengakui dan menyesali perbuatannya;

2) Anak belum pernah dihukum;

3) Anak masih di bawah umur dan masih memiliki masa depan yang panjang;

4) Orang Tua Anak berjanji kedepannya akan lebih memperhatikan Anak supaya tingkah lakunya menjadi lebih baik dan akan memberikan Anak pendidikan-pendidikan kerohanian;

Berdasarkan uraian pertimbangan Hakim yang telah diberikan di atas maka Hakim dalam memeriksa perkara tindak pidana pencurian dengan pemberatan dalam Putusan Nomor: 4/Pid.Sus-Anak/2021/PN Prp, dengan terdapat tiga saksi dan salah satunya adalah korban, Hakim menggunakan keterangan saksi dan keterangan tersangka serta tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum sebagai keterangan yang menambah keyakinannya hal ini tersirat dalam pertimbangan putusan yaitu, keterangan SAKSI KORBAN yang menyatakan bahwa korban telah kehilangan HP dan uang di rumahnya pada 28 Januari 2021 ditambah keterangan dari ANAK SAKSI yang menyatakan bahwa ia bersama TERDAKWA pada tanggal 28 Januari 2021 telah melakukan tindak pidana pencurian pada malam hari dengan cara masuk ke dalam kedai dan membuka laci yang ada di dalam kedai milik SAKSI KORBAN dan kemudian didukung dengan keterangan dari SAKSI 2, ditambah pada saat persidangan TERDAKWA mengakui perbuatannya tersebut, sehingga berdasarkan kesaksian dari para saksi ini ditambah keterangan dari terdakwa menimbulkan keyakinan pada Hakim bahwa benar terdakwa melakukan tindak pidana

(21)

pencurian dengan pemberatan. Dari pertimbangan tersebut Hakim mengenai perkara tindak pidana pencurian dengan pemberatan ini memutuskan bahwa perkara ini telah sesuai dengan Pasal 363 ayat (1) ke-3 KUHP.

Berdasarkan fakta-fakta hukum di persidangan sebagaimana yang disebutkan di atas, dengan mengingat ketentuan Pasal 183 KUHAP, kemudian Majelis Hakim menjatuhkan sanksi pidana terhadap Terdakwa yang telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum berdasarkan alat-alat bukti yang sah sesuai ketentuan dalam Pasal 184 KUHAP, bersalah melakukan tindak pidana pencurian dalam keadaan memberatkan dan melanggar Pasal 363 ayat (1) ke-3 KUHP. Menyatakan bahwa Terdakwa bersalah melakukan tindak pidana dengan sengaja melakukan pencurian dengan pemberatan dan menjatuhkan pidana terhadap Tersangka tersebut dengan pidana penjara selama 1 (satu) bulan 14 (empat belas) hari.

Terhadap anak yang menjadi pelaku tindak pidana, pemerintah juga harus memperhatikan hak-hak anak mengingat usia dan status sebagai anak.

Pemberian sanksi terhadap anak juga berbeda dengan pemberian sanksi terhadap orang dewasa karena anak dianggap sebagai individu yang belum sepenuhnya mampu bertanggungjawab sehingga mendapat perlakuan khusus namun bukan berarti anak kebal terhadap hukum (Maksum Hadi Putra, 2016:

50). Dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dijelaskan mengenai batasan usia anak yang dapat dikenai sanksi pidana, penjelasan tersebut terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi:

“Anak yang Berkonflik dengan Hukum yang selanjutnya disebut Anak, adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak pidana”.

Selain itu sanksi yang dapat dijatuhkan terhadap anak yang melakukan tindak pidana diatur dalam Pasal 69 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang berbunyi:

(22)

Pasal 69 ayat (1) “Anak hanya dapat dijatuhi pidana atau dikenai tindakan berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini”

Pasal 69 ayat (2) “Anak yang belum berumur 14 (empat belas) tahun hanya dapat dikenai tindakan”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak terdapat ketentuan bahwa anak yang melakukan suatu tindak pidana dan dapat dikenai sanksi pidana hanya pada anak yang sudah berumur 12 (dua belas) tahun dan belum berumur 18 (delapan belas) tahun. Menurut Pasal 82 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, sanksi yang dapat dijatuhkan kepada anak yang belum berumur 14 (empat belas) tahun hanya dapat dikenai tindakan berupa:

1. Pengembalian kepada orang tua atau wali 2. Penyerahan kepada seseorang

3. Perawatan di rumah sakit jiwa 4. Perawatan di LPKS

5. Kewajiban mengikuti pendidikan formal dan/atau pelatihan yang diadakan oleh pemerintah atau badan swasta

6. Pencabutan surat izin mengemudi, dan/atau 7. Perbaikan akibat tindak pidana.

Sedangkan menurut Pasal 71 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, anak yang sudah berumur lebih dari 14 (empat belas) tahun dapat dijatuhi dengan sanksi pidana yang berupa:

1. Pidana peringatan 2. Pidana dengan syarat 3. Pelatihan kerja

4. Pembinaan dalam lembaga, dan 5. Pidana penjara.

(23)

Penerapan sanksi pidana penjara terhadap anak hanya dijatuhkan pada anak yang melakukan tindak pidana berat dan yang sangat membahayakan masyarakat. Selain itu sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 7 ayat (2) Undang- Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menjelaskan bahwa anak yang merupakan seorang residivis tidak dapat diupayakan diversi. Dalam Pasal 81 ayat (6) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak menyebutkan bahwa jika tindak pidana yang dilakukan anak merupakan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka pidana yang dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun.

Berdasarkan hal tersebut tindak pidana yang dilakukan oleh Anak merupakan suatu bentuk kejahatan sehingga terhadap Anak yang melakukan tindak pidana dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak berlaku asas lex specialis derogate legi generalis terhadap KUHP, yang khususnya berkaitan dengan tindak pidana yang dilakukan oleh Anak.

Pada penelitian ini Penulis membahas mengenai penerapan sanksi pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pencurian dengan pemberatan.

Berhubung tindak pidana yang dilakukan oleh Anak adalah tindak pidana pencurian dengan pemberatan maka berat ringan dan unsur-unsur tindak pidananya akan berpedoman pada rumusan Pasal 363 KUHP tentang tindak pidana pencurian dengan pemberatan namun penjatuhan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pencurian dengan pemberatan tetap berpedoman pada ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Sesuai dengan tindak pidana yang dilakukan maka Penulis melakukan telaah terhadap KUHP khususnya pada Pasal 363 KUHP yang mengatur mengenai tindak pidana pencurian dengan pemberatan dan juga telaah terhadap Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang dalam hal ini sesuai dengan landasan Hakim

(24)

dalam menjatuhkan putusan.

Putusan pemidanaan merupakan salah satu bentuk putusan Pengadilan Negeri yang terjadi apabila pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dari hasil pemeriksaan di persidangan, kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan kepadanya terbukti secara sah dan meyakinkan. Terbukti melalui sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti yang sah dan hakim yakin terdakwa yang bersalah melakukan (Bambang Waluyo, 2000:

86). Suatu proses peradilan akan berakhir dengan putusan akhir yang di dalamnya terdapat penjatuhan sanksi pidana terhadap terdakwa sesuai dengan ancaman pidana yang disebut dalam pasal pidana yang didakwakan. Hakim bebas dalam menjatuhkan sanksi pidana kepada terdakwa karena undang- undang memberi kebebasan kepada hakim untuk menjatuhkan pidana antara hukuman minimum dan maksimum yang diancamkan dalam pasal pidana yang bersangkutan, sesuai dengan apa yang diatur dalam Pasal 12 KUHP (M. Yahya Harahap, 2012: 354). Hakim dalam menjatuhkan pidana tetap harus mempertimbangkan unsur-unsur dari tindak pidana yang telah didakwakan terhadap terdakwa sebagaimana unsur-unsur tersebut telah ditentukan oleh undang-undang.

Berdasarkan hal tersebut baik dari keterangan saksi maupun keterangan terdakwa, didapati fakta bahwa tindakan yang dilakukan oleh terdakwa memenuhi unsur-unsur dalam pasal yang didakwakan yaitu Pasal 363 ayat (1) yang ke-3 KUHP. Unsur-unsur tersebut antara lain:

1. Unsur “barang siapa”

2. Unsur “mengambil barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain”

3. Unsur “dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum”

4. Unsur “dilakukan pada waktu malam dalam suatu rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya yang tidak diketahui atau

(25)

dikehendaki oleh yang berhak”

Dengan terpenuhinya semua unsur dalam Pasal 363 ayat (1) ke-3 KUHP tersebut maka terdakwa secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pencurian dengan pemberatan. Dengan adanya fakta bahwa usia Terdakwa yang sudah berusia 14 tahun walaupun masih tergolong ke dalam kategori anak, akan tetapi seharusnya Terdakwa sudah mampu membedakan mana perbuatan yang baik mana yang buruk. Maka terdakwa dapat dijatuhi hukuman akibat tindakannya tersebut, demikian maksimal pidana yang dapat dijatuhkan pada terdakwa adalah 7 (tujuh) tahun penjara namun karena pelakunya anak maka maksimal pidana hanya 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan yang ketentuannya diatur dalam Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang menjelaskan bahwa pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak paling lama ½ (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa, dengan demikian pada amar putusan Hakim dalam pertimbangannya hanya menjatuhkan pidana penjara 1 (satu) bulan 14 (empat belas) hari.

Menurut Penulis, dengan berbagai pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan dirasa sudah sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dalam penjatuhan pidana penjara Hakim sudah berpedoman pada Pasal 81 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Selain itu Hakim juga telah mempertimbangkan unsur-unsur yang memberatkan dan meringankan perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh Terdakwa Anak serta mendengarkan laporan hasil penelitian kemasyarakatan untuk proses peradilan pidana anak.

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat diketahui bahwa sudah terjadi kesesuaian penerapan sanksi pidana terhadap Anak pelaku tindak pencurian dengan pemberatan pada putusan perkara Nomor 4/Pid.Sus-Anak/2021/PN Prp

(26)

dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Sanksi bagi anak yang tidak terlalu berat karena sanksi yang relatif ringan diperuntukkan bagi anak yang sejatinya kesalahannya bukan kesalahan yang penuh, anak yang melakukan tindak pidana dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya faktor keluarga, pergaulan, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Dengan mempertimbangkan bahwa anak adalah generasi penerus bangsa, walaupun anak menjalani sanksi pidana tentu anak masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan hak-haknya sebagai anak secara penuh, oleh karena hal tersebut putusan pidana 1 (satu) bulan 14 (empat belas) hari dirasa sesuai dengan konsep perlindungan bagi anak yang berkonflik dengan hukum.

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan Penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana perkosaan terhadap anak yang diatur dalam Pasal 81 Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak telah di