Keluarga Dyad adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri tanpa anak yang tinggal bersama dalam satu rumah. Keluarga lanjut usia adalah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri lanjut usia yang anak-anaknya terpisah dari rumah bersama. Pada tahap ini, orang tua seringkali merasa kehilangan ketika anaknya tumbuh besar dan menikah serta meninggalkan keluarga inti.
Konsep Pasangan Usia Subur (PUS)
- Faktor yang mempengaruhi peran
- Peran gender
- Peranan keluarga
- Peran istri
- Peran suami
Sumber daya atau pendapatan keluarga merupakan penerimaan seseorang sebagai kompensasi atas segala yang telah dilakukan tenaga atau pikiran seseorang untuk orang lain atau organisasi lain. Permasalahan yang dihadapi adalah usia yang tepat, apakah lamanya interval dalam pengelompokan tersebut cukup untuk menutupi peran usia dalam pola penyakit atau kematian, atau apakah pengelompokan usia tersebut dapat dibandingkan dengan pengelompokan pada penelitian orang lain. Konsep ini bermula dari anggapan bahwa manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya untuk mencapai nilai-nilai kehidupan dalam masyarakat selalu membutuhkan bantuan orang lain.
Peran-peran tersebut adalah (a) Peran pemberi nafkah, (b) Peran pengatur keluarga, (c) Peran pengasuhan anak, (d) Peran sosialisasi anak, (e) Peran rekreasi, (f) Peran saudara/kebaikan/pengasuhan keluarga ayah dan ibu hubungan, (g) Peran terapeutik/pemenuhan kebutuhan afektif pasangan, (h) Peran seksual. Hasilnya, Anda bisa merangkul orang lain dan membuat mereka merasa bahwa pendapatnya penting dan pantas untuk didengarkan. Seorang pengikut terus mengikuti pergerakan kelompok, menerima gagasan dari orang lain kurang lebih secara pasif, tampil sebagai pendengar dalam diskusi kelompok dan pengambilan keputusan kelompok.
Kambing hitam keluarga adalah masalah anggota keluarga yang teridentifikasi dalam keluarga. sebagai korban atau tempat melampiaskan ketegangan dan permusuhan, baik nyata maupun tidak. Perawat keluarga adalah seseorang yang terpanggil untuk mengasuh dan merawat anggota keluarga lain yang memerlukannya. Metode kontrasepsi yang dapat digunakan antara lain pil, IUD (Intrauterine Contraceptive Device) dan metode sederhana. b) Fase penjarakan kehamilan.
Kriteria alat kontrasepsi yang diberikan adalah: efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih berharap mempunyai anak lagi, dapat digunakan 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan, dan tidak menghambat produksi ASI (ASI). Alat kontrasepsi yang dapat digunakan adalah alat kontrasepsi yang tidak mempunyai efektivitas yang tinggi, karena pada masa kehamilan mempunyai resiko yang tinggi bagi ibu dan anak. Selain itu, jika pasangan sudah tidak lagi mengandung anak, maka kontrasepsi yang dianjurkan adalah: metode kontrasepsi stabil (tubektomi dan vasektomi), IUD, implan, suntik KB, dan pil KB.
Konsep Pemberdayaan .1 Definisi pemberdayaan
Tujuan pemberdayaan
Prinsip-prinsip penggerakkan pemberdayaan
Kesetaraan akses dapat dicapai dengan menjamin prinsip kesetaraan kesempatan, yang memerlukan reformasi hukum dan administrasi untuk menghilangkan segala bentuk diskriminasi. Menurut Saptandari (2010), dengan adanya akses, perempuan dapat meningkatkan peluangnya memasuki sektor-sektor untuk mendapatkan informasi, kesempatan kerja dan pendidikan yang baik dengan kondisi yang sama dengan laki-laki. Kepercayaan terhadap gender dan kesetaraan gender memberikan landasan bagi partisipasi kolektif perempuan dalam proses pembangunan.
Kesetaraan dalam partisipasi berarti memasukkan perempuan sebagai bagian dari masyarakat dengan bagian yang seimbang dalam pengambilan keputusan. Menurut Rizkih (2016), partisipasi adalah peran perempuan dan laki-laki sebagai individu atau kelompok dalam peningkatan upaya mencapai tujuan. Pengendalian: Keseimbangan antara laki-laki dan perempuan dalam menguasai sumber daya sehingga tidak ada pihak yang mempunyai posisi lebih dominan.
Menurut Rizkih (2016), laki-laki dan perempuan memiliki kontrol yang sama dalam pemanfaatan sumber daya dan pengambilan keputusan.
Konsep Kesehatan Reproduksi .1 Definisi kesehatan reproduksi
Tujuan kesehatan reproduksi
Tujuan Utama: Meningkatkan kesadaran dan kemandirian perempuan dalam mengelola fungsi dan proses reproduksinya, termasuk kehidupan seksualnya, sehingga hak-hak reproduksinya terpenuhi dan kualitas hidupnya meningkat b.
Komponen kesehatan reproduksi
Dimensi kedua adalah tempat, yang menghubungkan berbagai tingkat pelayanan di rumah, masyarakat dan kesehatan.Informasi yang akurat harus diberikan tentang ketidaktahuan bahwa hubungan seksual yang dilakukan akan menyebabkan kehamilan, dan bahwa tanpa penggunaan kontrasepsi dapat terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Jika solusi yang diambil adalah dengan melakukan aborsi maka akan mengancam nyawa ibu (Prijanti dan Rahayu, 2016). Calon suami istri hendaknya merencanakan kehidupan berkeluarganya berdasarkan cinta kasih, serta pertimbangan rasional tentang masa depan yang baik bagi kehidupan suami istri dan anak-anaknya kelak. Peranan keluarga berencana dalam kesehatan reproduksi adalah untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan yang diinginkan dan terjadi pada keadaan dan waktu yang tepat akan lebih menjamin keselamatan ibu dan bayinya.
Kesehatan reproduksi mempunyai arti bahwa setiap manusia berhak atas kehidupan seksual yang memuaskan dirinya, dapat meneruskan keturunannya dan memenuhi hasratnya tanpa ada hambatan, kapan dan berapa sering untuk mempunyai anak. Selain itu, mereka juga mempunyai hak atas pelayanan kesehatan yang memadai, sehingga perempuan dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan aman, sehingga pasangan mempunyai bayi yang sehat (Pinem, 2009). Seperti tuberkulosis, malaria, filariasis, serta penyakit menular yang tergolong penyakit menular seksual, seperti gonore, sifilis, herpes genital, klamidia atau penyakit menular yang mengakibatkan penyakit radang panggul (PID), seperti penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD). tidak steril.
Semua contoh penyakit tersebut jika tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan akibat seumur hidup bagi perempuan dan laki-laki, misalnya infertilitas maka akan menurunkan kualitas hidup perempuan dan laki-laki (Prijanti dan Rahayu, 2016). Upaya pencegahan dan pencegahan masalah kesehatan reproduksi juga harus diarahkan pada masa remaja, dimana terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dan perubahan bentuk dan fungsi tubuh terjadi dalam waktu yang relatif cepat. Selain itu lingkungan keluarga dan masyarakat juga harus peduli terhadap kondisi remaja tersebut sehingga dapat membantu untuk memberikan jalan keluar jika remaja menghadapi masalah, mereka tidak disalahkan melainkan harus diarahkan dan dicarikan jalan keluar yang baik dengan memperkenalkan tempat-tempat. untuk layanan kesehatan reproduksi bagi remaja untuk mendapatkan layanan konseling atau klinis agar remaja dapat melanjutkan kehidupannya.
Pada akhir siklus hidup keluarga, komponen ini akan mendorong peningkatan kualitas penduduk lanjut usia sebelum dan sesudah berakhirnya masa usia reproduksi (menopause/andropause).
Ruang lingkup masalah kesehatan reproduksi
Masalah kesehatan reproduksi remaja (kemungkinan besar dimulai pada masa kanak-kanak dan sering kali muncul dalam bentuk kehamilan remaja, kekerasan/pelecehan seksual, dan tindakan seksual yang tidak aman). Angka kematian dan kesakitan ibu dan anak (sebagai satu kesatuan) pada masa kehamilan, persalinan dan masa nifas yang diikuti dengan gizi buruk, anemia, bayi berat lahir rendah. Masalah kesehatan reproduksi mencakup wilayah yang lebih luas, menurut Setyorini (2012) permasalahan tersebut dapat kita kelompokkan sebagai berikut.
Artinya bagaimana masyarakat memandang kesuburan dan infertilitas, nilai anak dan keluarga, sikap masyarakat terhadap ibu hamil. Hak reproduksi merupakan hak setiap individu dan pasangan untuk menentukan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, dan jarak antar anak yang diinginkan. Setiap perempuan berhak bebas dari segala bentuk diskriminasi, termasuk dalam kehidupan reproduksi dan seksual.
Setiap individu berhak menerima layanan kesehatan seksual dan reproduksi dengan menghormati kerahasiaan pribadi. Setiap individu bebas dari penafsiran sempit terhadap ajaran agama, keyakinan, filosofi dan tradisi yang membatasi kebebasan berpikir tentang layanan kesehatan reproduksi dan seksual p. Setiap individu mempunyai hak atas informasi mengenai keterjangkauan, pilihan, keamanan, kerahasiaan, kepercayaan, martabat, kenyamanan dan kelangsungan pelayanan.
Setiap individu berhak mendesak pemerintah untuk memprioritaskan kebijakan terkait hak kesehatan seksual dan reproduksi k.
Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kesehatan wanita
Setiap individu mempunyai hak atas informasi mengenai keterjangkauan, pilihan, keamanan, kerahasiaan, kepercayaan, martabat, kenyamanan dan kesinambungan pelayanan. J. Setiap individu mempunyai hak untuk meminta pemerintah memprioritaskan kebijakan kesehatan seksual dan reproduksi. Hak untuk bebas dari kekerasan dan perlakuan buruk. Semakin rendah kedudukan perempuan dalam keluarga dan masyarakat, maka semakin rendah pula pemenuhan hak-hak reproduksinya.
Status perilaku akan mempengaruhi tumbuh kembang anak karena perilaku yang sudah mendarah daging pada masa kanak-kanak akan terbawa di kemudian hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus hidup pada masa kanak-kanak yaitu: lingkungan, kondisi ibu, sikap orang tua, aspek psikologis pada masa kanak-kanak dan sistem reproduksi. Faktor internal yang mempengaruhi masa kanak-kanak adalah hal-hal yang diturunkan dari orang tua, misalnya bentuk tubuh, kemampuan intelektual, kondisi hormonal, emosi dan sifat.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah : keluarga, makanan, budaya dan kebiasaan kebersihan diri anak a) Gizi misalnya anemia, gizi buruk dan pertumbuhan terhambat b) Rendahnya pendidikan. Pada masa ini faktor yang mempengaruhi antara lain: perkembangan organ reproduksi, respon seksual dan kematangan psikologis. Pada usia lanjut, faktor yang mempengaruhi antara lain: hormonal, psikologis, lingkungan, pola makan dan aktivitas fisik.
Gender dalam kesehatan reproduksi
Masalah kesehatan reproduksi dapat terjadi sepanjang siklus hidup manusia, seperti masalah inses yang terjadi pada saat anak berada di rumah, masalah pergaulan bebas dan kehamilan remaja. Perempuan lebih rentan terhadap risiko kesehatan reproduksi seperti kehamilan, persalinan, aborsi tidak aman, dan penggunaan kontrasepsi. Pasalnya, struktur organ reproduksi rentan secara sosial atau biologis terhadap penularan penyakit menular seksual, termasuk penyakit menular seksual/HIV/AIDS.
Namun keterlibatan, motivasi dan partisipasi laki-laki dalam kesehatan reproduksi saat ini masih sangat kurang. Oleh karena itu, ketika mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan reproduksi, kebutuhan, perhatian dan tanggung jawab laki-laki juga harus diperhitungkan.
Isu gender dalam kesehatan reproduksi
Faktor penyebabnya antara lain : kurangnya perhatian suami terhadap kesehatan istri, misalnya kesadaran untuk melakukan kontrol ulang, KB bukan urusan suami sehingga tidak merasa perlu mencari informasi tentang alat kontrasepsi yang digunakan istrinya. Faktor penyebab: diskriminasi gender dalam masyarakat pada saat perempuan masih anak-anak, remaja, ibu hamil, pada masa hamil dan pada saat melahirkan; Faktor sosial budaya yang membedakan nilai anak laki-laki dan anak perempuan antara lain gizi. Faktor penyebab: faktor sosial budaya yang menganggap bahwa perilaku dan tindakan kekerasan yang dilakukan suami dianggap wajar karena istri adalah milik suami sehingga istri harus patuh; dominasi suami dalam pengambilan keputusan rumah tangga.
Faktor penyebab : perilaku seksual tidak sehat yang dilakukan oleh sebagian besar laki-laki, akibat negatifnya ditanggung oleh perempuan; perasaan superioritas laki-laki atas perempuan. Faktor penyebabnya adalah faktor sosial budaya yang membedakan nilai-nilai anak laki-laki dan perempuan, khususnya dalam bidang pendidikan dan peranannya di sektor publik. Faktor penyebab: kedudukan laki-laki dipandang lebih tinggi dibandingkan perempuan oleh masyarakat; masalah infertilitas pada masalah wanita.
Sebagai contoh, dalam pengambilan makanan harian, yang meletakkan bapa dan anak lelaki pada kedudukan yang lebih diutamakan daripada ibu dan anak perempuan.
Kerangka Konsep