Maka syarat-syarat pertukaran hak atas tanah harus dipenuhi, seperti syarat formil dan syarat materiil. Serta permasalahan dan upaya solusi yang dilakukan dalam proses pertukaran hak atas tanah di Indonesia. Peralihan hak atas tanah ada banyak macamnya, seperti jual beli, tukar menukar tanah, hibah dan lain sebagainya.
Untuk menjaga kepastian dan kedamaian hukum dalam hal pertukaran tanah, harus ada syarat formil yaitu adanya akta kepemilikan tanah. Syarat formil sarana pertukaran hak atas tanah adalah bukti kepemilikan tanah sehubungan dengan hak atas tanah, kemudian berkaitan dengan tata cara pelaksanaan peralihan hak atas tanah. Dan dalam melaksanakan pertukaran tanah tersebut, tanah yang dipertukarkan tersebut harus mempunyai kekuatan hukum yaitu dengan adanya sertifikat hak atas tanah yang telah disepakati.
Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti skripsi ini yang berjudul “TINJAUAN HUKUM PERJANJIAN PERTUKARAN TANAH YANG TIDAK BERSERTIFIKAT”. Apa saja permasalahan yang timbul akibat perjanjian pertukaran (tukar tukar) tanah yang tidak bersertifikat dan upaya penyelesaiannya? Penelitian akan memberikan pengetahuan dan wawasan lebih dalam mengenai informasi bagaimana pelaksanaan perjanjian tukar menukar lahan dan permasalahannya.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai permasalahan pelaksanaan perjanjian pertukaran tanah (barter) yang tidak bersertifikat di Indonesia.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Terminologi
Metode Penelitian
Jadwal Penelitian ................................................Error! Bookmark not defined
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan tentang Perjanjian
- Pengertian Perjanjian
- Syarat-syarat Perjanjian
- Jenis Perjanjian
- Subyek dan Obyek Hukum Perjanjian
- Dasar Hukum Tukar-Menukar
- Syarat-syarat Tukar-menukar
- Jenis-jenis Tukar-Menukar
Pemahaman tersebut mencakup pentingnya hubungan yang sah antara setidaknya dua individu yang memaksakan hak untuk memperoleh hasil dari satu pihak sekaligus mengharuskan pihak lawan untuk memenuhi tujuannya. Dari penjelasan di atas, maka perjanjian merupakan suatu kegiatan antara dua orang atau lebih yang saling mendorong untuk mengadakan suatu perjanjian atau. Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara sekurang-kurangnya dua orang yang memberikan hak kepada salah satu pihak untuk memperoleh prestasi dan juga mewajibkan pihak lain untuk melaksanakan prestasi.24.
Sebuah kontrak bergantung pada pemahaman di mana setidaknya satu individu berkomitmen pada hasil hukum. Bahwa atas dasar suatu perjanjian atau keyakinan, keduanya saling terikat oleh suatu kesepahaman, pada akhirnya terjadilah kesepahaman dan keselarasan diantara keduanya.” 26 5. Perjanjian sebagai suatu pembuktian harta benda yang sah antara dua pertemuan, dimana salah satu pihak sepakat atau menyetujui dengan cara untuk mengikuti.dengan sesuatu atau menghindari sesuatu, sedangkan pihak lain memenuhi syarat untuk menyetujui pelaksanaannya.". 27. Dalam suatu perjanjian pasti ada syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum suatu perjanjian sah diadakan.
Terbentuknya suatu perjanjian yang tidak disebutkan namanya tergantung pada hukum pemahaman, standar penggunaan kesempatan untuk mengadakan suatu perjanjian. Suatu perjanjian, subyek hukum suatu perjanjian memerlukan suatu prasyarat untuk saling mengikat dalam menciptakan suatu kesepahaman. Alasan diadakannya suatu perjanjian hukum adalah untuk mengarahkan suatu hubungan hukum dan untuk menimbulkan seperangkat hak dan kewajiban.
Apalagi dalam satu pengertian, tujuan dasarnya adalah mengendalikan hubungan sah antara mereka dengan membatasi diri satu sama lain. Apabila suatu saat hubungan hukum itu menimbulkan perselisihan, maka perjanjian itu diajukan sebagai alat bukti di pengadilan. Pemahaman seperti itu menunjukkan adanya hubungan yang sah antara pertemuan-pertemuan tersebut, karena pertemuan-pertemuan tersebut benar-benar menandainya.
Swap, atau disebut pertukaran dalam dunia moneter, merupakan instrumen tambahan, dimana dua tanggal menukarkan satu pendapatan dengan pendapatan lainnya. “Pertukaran adalah suatu perjanjian dimana kedua belah pihak berjanji untuk saling memberikan suatu barang secara timbal balik dengan imbalan barang yang lain.” Berdasarkan penjelasan di atas dapat diartikan bahwa pertukaran adalah suatu perjanjian atau pengaturan yang dapat mengakibatkan dua badan yang saling berkaitan dan mempunyai hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan agar perjanjian pertukaran ini dapat berjalan dengan baik tanpa adanya pasangan. dirugikan oleh pihak lain.lainnya.
Tinjauan Perjanjian Tukar Menukar Menurut Islam
- Pengertian dalam Islam
- Dasar Hukum
- Rukun dan Syarat Tukar Menukar
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan perjanjian tukar-menukar (barter) tanah belum bersertifikat
- Alur dan Persyaratan Tukar Menukar Tanah Belum Bersertifikat
- Keabsahan Tukar Menukar Tanah Belum Bersertifikat
Problematika yang Timbul Dari Pelaksanaan Perjanjian Tukar Menukar
- Problematika yang terjadi dalam pelaksanaan tukar menukar hak atas
- Solusi dari permasalahan yang ada dalam pelaksanaan tukar menukar
PENUTUP
Kesimpulan
Pertama, tanah yang belum bersertifikat harus didaftarkan terlebih dahulu pada kantor pertanahan negara setempat, agar kepemilikan hak atas tanah mempunyai keabsahan hukum yang kuat di mata pengadilan; Kedua, menyiapkan segala persyaratan yang diperlukan untuk melaksanakan perjanjian pertukaran hak atas tanah, antara lain akta, bukti kepemilikan, identitas, surat kuasa, persetujuan suami istri, salinan surat perintah pengadilan, bukti keterangan tanah dan bukti. angsuran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan pajak orang pribadi; Ketiga, pelaksanaan pertukaran hak atas tanah dilakukan di hadapan PPAT yang bertindak sebagai pembuat akta tanah yang dijadikan sebagai bukti pertukaran, sehingga pertukaran itu mempunyai akibat hukum yang tetap. Keabsahan pertukaran hak atas tanah ini mempunyai akibat hukum yang kuat apabila tanah yang belum bersertifikat harus didaftarkan terlebih dahulu pada kantor BPN. Setelah itu dilakukan penukaran tanah di hadapan PPAT agar ada bukti akta penukaran tanah.
Masalah yang timbul daripada perjanjian pertukaran tanah yang tidak disahkan dan usaha untuk menyelesaikannya. Permasalahan yang dihadapi dalam pertukaran hak atas tanah adalah sangat berbeza antara lain, Kurangnya pengetahuan tentang pertukaran tanah yang tidak diperakui, sahnya pertukaran hak atas tanah yang dilakukan secara lisan, masih banyak tanah yang belum diperakui dan terdapat beberapa usaha yang boleh dilakukan untuk mengatasi masalah pertukaran hak tanah iaitu,
Memberikan komunikasi kepada masyarakat mengenai pertukaran hak atas tanah, pelaksanaan pertukaran hak atas tanah yang dilakukan secara lisan di PPAT, perbaikan sistem pendaftaran di Badan Pertanahan Nasional.
Saran
Effendi Wargan, 1986, Hukum Agraria di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta Gemala Dewi, 2005, Hukum Aliansi Islam di Indonesia, Kencana, Jakarta. Lukman Santoso Az, 2016, UU Perikatan; Teori Hukum dan Teknis Kontraktor, Kerja Sama dan Bisnis, Setara Press, Malang. Novi Ratna Sari, 2017, Perbandingan syarat sahnya perjanjian menurut KUH Perdata dan Hukum Islam, Solo, Hal. 81 Rachmad Syafi'i, 2001, Fikh Muamalh, CV.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Pendaftaran Tanah Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer). I Made Adi Wiranegara, 2018, “Pertukaran Hak Atas Tanah Antar Daerah oleh Pejabat yang Membuat Akta Tanah”, Jurnal Ilmiah Program Studi Magister Kenot Ariatan, Hal 228. Lukman Nul Hakim, 2013, “Review Metodologi Kualitatif: Wawancara Dengan Elit”, Pusat Pengkajian Jurnal, Pengolahan Data dan Informasi (P3DI) Sekretariat Jenderal DPR RI, Hal 168.
Parluhutan (2014), “Pelaksanaan pertukaran dalam perjanjian menurut KUHPerdata”, Jurnal Staf Pengajar FH UISU Medan, Hal. Rimbawati Dwi Hariani, Muhammad Fauzan Hidayat (2019), “Tinjauan Yudisial Tukar Tanah Kosong dengan Tanah Kas Desa di Desa Jambu Kulon”, Jurnal Ilmiah Program Studi Ilmu Hukum, Hal.