• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI LARANGAN NIKAH NGALOR NGULON PERSPEKTIF 'URF DALAM MAQASID SYARI'AH JASSER AUDA (Studi Kasus di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "TRADISI LARANGAN NIKAH NGALOR NGULON PERSPEKTIF 'URF DALAM MAQASID SYARI'AH JASSER AUDA (Studi Kasus di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi) SKRIPSI"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

RISNA ISMAWATI NIM : S20181155

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS SYARIAH

2022

(2)

TRADISI LARANGAN NIKAH NGALOR NGULON PERSPEKTIF 'URF DALAM MAQASID SYARI'AH JASSER

AUDA

(Studi Kasus di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi)

SKRIPSI

diajukan kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar sarjana Hukum (S.H) Fakultas Syari’ah

Program Studi Hukum Keluarga Islam

Oleh:

RISNA ISMAWATI NIM: S20181155

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS SYARIAH

2022

(3)

TRADISI LARANGAN NIKAH NGALOR NGULON PERSPEKTIF 'URF DALAM MAQASID SYARI'AH JASSER

AUDA

(Studi Kasus di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar sarjana Hukum (S.H) Fakultas Syari’ah

Program Studi Hukum Keluarga Islam

Oleh : Risna Ismawati NIM: S20181155

Disetujui Pembimbing

ZAINUL HAKIM, S.E.I, M.PdI.

NIP. 19740523 201411 1 001

(4)
(5)

MOTTO

“Man Jadda Wa Jadda”

Barang Siapa Yang Bersungguh-sungguh Akan Mendapatkannya





















“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan Tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-

orang yang berbuat baik. (QS. Al- Ankabut : 69)1

1Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahan (Bandung:

Sygma Exagrafika, 2007), 404

(6)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada Bapak dan Ibu saya yaitu bapak Sungkono dan Ibu Istiqomah yang telah membesarkan, mendidik serta mendukung dalam setiap perjuanganku dengan rasa kasih sayangnya yang begitu besar.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat, Hidayah serta Inayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Skripsi sebagai salah satu syarat menyelesaikan program sarjana. Sholawat serta salam saya haturkan pada Nabi Muhammad Saw. Yang merupakan panutan terbaik bagi umatnya, terutama dalam hal kegigihan dan kesungguhan beliau dalam berjuang.

Adanya keterbatasan penulis dalam membuat riset, mengakibatkan cukup banyak hambatan yang dihadapi penulis dilapangan. Untuk itu saya sampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto,SE., MM selaku Rektor UIN KHAS Jember

2. Bapak Prof. Dr. M. Noor Harisudin, M. Fil. I selaku Dekan Fakultas Syari‟ah

3. Ibu Inayatul Anisah, S.Aq, M.Hum. selaku ketua Program Studi Hukum Keluarga

4. Bapak Zainul Hakim, S.E.I, M.PdI. selaku Dosen Pembimbing Skripsi 5. Orang tua saya yang selalu mendukung dan mendo‟akan yaitu bapak

sungkono dan ibu istiqomah

6. Teman-teman saya yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu.

Akhirnya, semoga amal baik yang telah bapak/ibu berikan kepada penulis mendapat balasan baik dari Allah.

Banyuwangi, 23 Maret 2022

Penulis

(8)

ABSTRAK

Risna Ismawati, 2022: Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon Perspektif 'Urf dalam Maqasid Syari'ah Jasser Auda (Studi Kasus di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi).

Kata Kunci: Tradisi, Nikah Ngalor ngulon, Maqasid Syari'ah Jasser Auda

Pada dasarnya Allah menciptakan manusia dengan berpasang-pasangan yaitu laki-laki dan perempuan agar dapat membentuk sebuah keluarga yang bahagia. Pernikahan merupakan suatu ibadah dan juga sunnatullah, akan tetapi di indonesia sendiri memiliki beragam budaya yang masih dipercayai oleh masyarakat dan diberlakukan secara turun-temurun seperti adat pernikahan di jawa tentang larangan nikah ngalor ngulon.

Fokus masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1) Mengapa pernikahan ngalor ngulon dilarang di desa Purwoharjo? 2) Bagaimana pandangan 'Urf dalam Maqasid Syari'ah Jasser Auda terhadap Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon Di Desa Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi?

Adapun penelitian ini memiliki Tujuan Yaitu: 1) Untuk mengetahui secara mendalam mengenai alasan dilarangnya pernikahan ngalor ngulon. 2) Menganalisis mengenai Pandangan 'Urf dalam Maqasid Syari'ah Jasser Auda Terhadap Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon Di Desa Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.

Jenis Penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian lapangan dengan metode kualitatif. adapun untuk teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, studi pustaka (Library Research), dan wawancara. analisis yang digunakan menggunakan Reduksi, penyajian data, penarikan kesimpulan.

Penelitian ini memperoleh kesimpulan bahwasanya 1) Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon dilarang di Desa Purwoharjo karena beberapa Faktor yaitu faktor kebiasaan atau adat istiadat, faktor kurangnya pengetahuan agama, faktor keyakinan dan faktor struktur sosial masyarakat. 2) Berdasarkan pandangan 'Urf dalam Maqasid Syari'ah Jasser Auda mengenai Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon boleh dilestarikan dengan menghilangkan unsur-unsur fasid atau kemudharatan dalam adat tersebut. Hal ini dikarenakan Tradisi ini merupakan kebiasaan adat Desa Purwoharjo yang tidak bisa begitu saja dihapuskan. Tradisi ini juga tidak serta merta melarang pernikahan, namun hanya pada arah tertentu saja yaitu Ngalor Ngulon. Dengan mengacu padaTujuan Hukum Islam berdasarkan Jasser Auda haruslah bersifat Universalitas.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Istilah ... 7

F. Sistematika Pembahasan ... BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Kajian Teori ... 18

BAB III METODE PENELITIAN... 31

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 31

B. Lokasi Penelitian ... 31

(10)

C. Subyek Penelitian ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

E. Teknik Analisis Data ... 33

F. Keabsahan Data ... 35

G. Tahap-Tahap Penelitian ... 35

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS ... 37

A. Gambaran Obyek Penelitian ... 37

1. Sejarah Desa Purwoharjo ... 37

2. Letak GeografisDesa Puwoharjo ... 39

3. Jumlah Penduduk ... 39

4. Pendidikan ... 40

5. Sosial Keagamaan ... 41

6. Keadaan Ekonomi ... 42

B. Penyajian Data dan Analisis Data ... 43

1. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Adanya Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo ... 43

2. Pandangan Maqasid Syari'ah Jasser Auda Terhadap Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi ... 47

C. Pembahasan Temuan ... 51

1. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Adanya Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo ... 51

(11)

2. Pandangan 'Urf dalam Maqasid Syari'ah Jasser Auda Terhadap Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo Kecamatan

Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi ... 55

BAB V PENUTUP ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

No. Uraian Hal.

2.1 Hasil Penelitian terdahulu yang Relevan ... 16

2.2 Teori Maqasid Klasik ke Teori Maqasid Kontemporer ... 25

4.1 Tingkatan Pendidikan Desa Purwoharjo ... 40

4.2 Sarana Pendidikan Desa Purwoharjo ... 40

4.3 Agama Desa Purwoharjo... 41

4.4 Mata Pencaharian Desa Purwoharjo ... 42

(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Pernikahan merupakan sebuah akad yang sangat sakral dilakukan oleh kedua calon mempelai yaitu laki-laki (suami) dan perempuan (istri) demi menjalankan perintah Allah dan apabila melaksanakannya terhitung ibadah.

Sedangkan kata al-zawju (pernikahan) secara bahasa para ahli fikih mendefinisikan secara beragam. Ulama imam syafi‟i mendefinisikan, pernikahan adalah sebuah akad perjanjian dengan memperbolehkan persetubuhan menggunakan lafazh ankahtuka (aku menikahkanmu wahai fulan dengan fulana) atau tazawwajtu (aku mengkawinkan engkau wahai fulan dengan fulanan).

Sebuah keluarga merupakan pondasi bagi sebuah umat, maka sebuah pernikahan adalah pondasi bagi keluarga. Dengan adanya pernikahan akan tumbuh dan terbentuk sebuah keluarga. Dari suatu hal yang bersifat ruhani dan materi dalam sebuah pernikahan, akan tumbuh dan terdidiklah sebuah keluarga. 2Adapun islam menganjurkan untuk menikah dan termasuk ke dalam sunnah rasul, mengenai hal ini Allah berfirman dalam Al-qur‟an Surat Ar-Rad Ayat 38 yaitu sebagai berikut:













































2Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga, (Jakarta: AMZAH, 2012), 6

(14)

Atinya: " Dan sungguh, Kami telah Mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad) dan Kami Berikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. Tidak ada hak bagi seorang rasul mendatangkan sesuatu bukti (mukjizat) melainkan dengan izin Allah. Untuk setiap masa ada Kitab (tertentu).”3

Hukum Nikah dalam Islam ada bermacam-macam yaitu Sunnah, wajib, makruh, Mubah, atau bahkan haram. Hal ini dilihat kondisi seorang mukallaf baik dari segi karakternya maupun dari segi kemampuan hartanya.4 Dalam sebuah pernikahan terdapat syarat dan rukun agar pernikahan sah menurut hukum islam. Adapun syarat-syarat bagi calon mempelai laki-laki adalah wanita yang akan dinikahi bukan mahramnya, atas kemauan sendiri, orangnya jelas, dan sedang tidak dalam keadaan ihram. Sedangkan syarat bagi wanita adalah tidak berhalangan syar‟i, orangnya jelas dan tidak sedang dalam keadaan ihram. Syarat bagi wali nikah adalah laki-laki, baligh, berakal sehat, adil, Tidak sedang ihram. Kemudian syarat saksi adalah laki-laki, baligh, berakal sehat, adil, bisa melihat dan mendengar, tidak sedang ihram, dan mengerti bahasa yang diucapkan pada saat ijab qabul. 5

Ada pendapat maslow yang mengatakan bahwasanya salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan menyalurkan nafsu seksnya dan merupakan kebutuhan fisiologisnya. Adapun dalam penyaluran nafsu seks dilakukan manusia dalam beberapa cara, ada yang dilakukan dengan tidak biasa (hubungan diluar nikah) dan ada juga yang melakukan dengan cara yang

3 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahan, (Bandung: Sygma Exagrafika., 2007), 254

4 Abdul Aziz Muhammad Azam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, FiqhMunakahat, (Jakarta: AMZAH, 2018), 44

5 Wahyu Wibisana, “Perkawinan wanita hamil di luar nikah serta akibat hukumnya perspektif fikih dan hukum positif, Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 15 (1), 2017, 29-31

(15)

biasa atau pada umumnya (berdasarkan peraturan yang berlaku) yang biasa dikenal dengan pernikahan. namun perlu dipahami bahwa pernikahan bukan hanya untuk menyalurkan kebutuhan seks manusia, pernikahan memiliki arti ataupun pengertian yang lebih luas lagi. Dengan pernikahan manusia dapat memiliki keturunan dan juga kebutuhan memiliki rasa kasih dan sayang.6

Sebuah keluarga terbentuk karena adanya suatu pernikahan.

Pernikahan adalah sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan perempuan dengan diawali akad demi membentuk keluarga yang bahagia.7 Sebuah pernikahan bertujuan untuk membangun Rumah tangga, dengan adanya pernikahan pergaulan antara laki-laki dan perempuan sebagai suami dan istri dapat terjalin dengan hormat dan halal, menyalurkan hasrat Psikis Biologis, mendapatkan kepuasan dan kebahagiaan psikis emosional berdasarkan fitrah dan kodrat manusia.

Indonesia adalah negara yang mempunyai beragam penduduk baik dari suku, agama, bahasa, dan lainnya. Dari situlah terjadinya pertukaran pikiran sehingga dari hasil pemikiran mereka disebut budaya. Budaya adalah hasil karya, cipta dan pemikiran manusia.8 Hasil karya, cipta dan pemikiran manusia tersebut akan berkembang dalam masyarakat, pikiran dan juga perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus akan menjadi sebuah tradisi. Tradisi ini nantinya akan menjadi warisan kebudayaan

6Tengku Erwinsyahbana, “Sistem Hukum Perkawinan pada negara hukum berdasarkan pancasila”, Jurnal Ilmu Hukum, Vol.3 (1), 2012, 3

7Lindha Pradhipti Oktarina, Mahendra Wijaya, dan Argyo Demartoto, “Pemaknaan Perkawinan: Studi Kasus pada perempuan lajang yang bekerja di kecamatan bulukerto kabupaten wonogiri”, Jurnal Analogi Sosiologi, Vol. 4 (1), April 2015, 76

8 Emi Rahmawati dan Fafi Masiroh, “ Fenomena Tradisi Pantangan Pernikahan Ngalor- Ngetan” Al-Mada:Jurnal Agama Sosial dan Budaya, Vol. 3 (2), 2020, 242

(16)

dan dipindahkan dari generasi ke generasi secara terus menerus. Seperti contohnya Masyarakat jawa sangat mempercayai adanya mitos dan menjadi sebuah keyakinan dalam kehidupannya. Pada Umumnya Masyarakat jawa masih memegang kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh nenek moyang atau leluhurnya.9

Desa purwoharjo memiliki banyak tradisi dari nenek moyang yang masih dilestarikan sampai saat ini. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh desa purwoharjo itu adalah larangan pernikahan Ngalor Ngulon (barat laut). yang dimaksud dengan pernikahan Ngalor Ngulon adalah sebuah penentuan calon pengantin laki-laki yang dilihat dari posisi rumah calon mempelai laki-laki, yang mana letak lokasinya di sebelah barat laut dari calon mempelai wanita atau sebaliknya. kemudian ketika posisi rumah mempelai laki-laki letaknya di Ngalor Ngulon maka calon mempelai wanita dilarang menikah dengan laki-laki tersebut. jika pernikahan tetap dilangsungkan maka akan terjadi malapetaka yang akan menimpa rumah tangga mereka. Akan tetapi kebanyakan masyarakat di desa purwoharjo ini tidak tahu secara pasti asal usul dilarangkan pernikahan Ngalor Ngulon. Mereka hanya melakukan tradisi yang dilakukan oleh nenek moyang serta masyarakat masih percaya karena setelah melanggar pantangan untuk tidak melakukan pernikahan Ngalor Ngulon, banyak terjadi hal-hal yang tidak baik terhadap pelaku yang melakukan pernikahan Ngalor Ngulon.

9 Koentjaraningrat, Kebudayan Jawa, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), 284

(17)

Selanjutkan Proses interaksi antara tradisi dalam pernikahan masyarakat jawa dengan hukum islam sangat menarik untuk dibahas, hal ini dikarenakan seringkali masih terjadi pro dan kontra dari masyarakat terkait ajaran islam dan tradisi. Bahwa dalam agama islam sendiri tidak ada ketentuan melarang secara Khusus mengenai pernikahan dengan melihat arah rumah, seperti ngalor-ngulon. Sebuah tradisi ini bisa dijalankan apabila tidak bertentangan dengan agama islam. Akan tetapi, pada pernikahan ngalor- ngulon ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip agama islam ataupun termasuk ke dalam 'Urf Shahih. Di dalam 'Urf sendiri ada beberapa syarat agar suatu Adat atau tradisi tersebut dapat dijadikan hukum islam dan dapat dikategorikan sebagai 'Urf shahih. Adapun Jasser Auda Selaku Intelektual Muslim Kontemporer dalam pemikirannya menyinggung mengenai Maqasid Syari'ah dalam Pembentukan Hukum Islam atau fiqih.

Berdasarkan dari penjelasan pada Konteks Penelitian tersebut, maka peneliti tertarik untuk membahas permasalahan tersebut dalam sebuah skripsi yang berjudul: “TRADISI LARANGAN NIKAH NGALOR NGULON PERSPEKTIF 'URF DALAM MAQASID SYARI'AH JASSER AUDA

(STUDI KASUS DI DESA PURWOHARJO KECAMATAN

PURWOHARJO KABUPATEN BANYUWANGI)”

B. Fokus Penelitian

Sesuai dengan konteks penelitian yang telah dijelaskan diatas, agar pembahasan menjadi lebih jelas dan sistematis, penulis merumuskan pokok permasalahannya, yaitu sebagai berikut:

(18)

1. Mengapa Pernikahan Ngalor Ngulon dilarang di desa Purwoharjo?

2. Bagaimana Pandangan' Urf dalam Maqasid Syari'ah Jasser Auda terhadap Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwohajo Kabupaten Banyuwangi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan proposal ini yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui secara mendalam mengenai alasan dilarangnya tradisi pernikahan Ngalor Ngulon.

2. Menganalisis mengenai Pandangan 'Urf dalam Maqasid Syari'ah Jasser Auda Terhadap Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon Di Desa Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari penyusunan proposal ini yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis: Menambah dan memberikan pembelajaran mengenai hukum islam terkait permasalahan ini serta pengaplikasian terhadap ilmu yang didapat selama menuntut ilmu di UIN KHAS Jember dan diharapkan juga penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan ataupun wawasan untuk penulis yang lain untuk pengetahuan tentang adat jawa.

(19)

2. Manfaat praktis:

a. Bagi Peneliti: penelitian ini dapat menambah pengalaman serta memberikan pembelajaran dalam teknis pembuatan karya tulis ilmiah yaitu skripsi penelitian.

b. Bagi masyarakat: memberikan ilmu pengetahuan mengenai masalah Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon, khususnya bagi masyarakat awam yang belum terlalu mengerti serta memahami tentang pandangan hukum islam terutama dari segi 'Urf dalam Maqasid Syari'ah Jasser Auda terhadap permasalahan ini

c. Bagi pembaca: Sebagai bentuk Inspirasi dan referensi dalam memberikan Konstribusi Ilmiah terkait Pandangan 'Urf dalam Maqasid Syari'ah Jasser Auda terhadap Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon.

E. Definisi Istilah

Definisi Istilah merupakan gambaran atau penjelasan dari judul penelitian. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pemberian makna judul yang dimaksud oleh peneliti.

1. Tradisi

Tradisi menurut KBBI adalah suatu Kebiasaan turun-temurun dari nenek moyang yang sampai sekarang masih dijalankan.10 Tradisi adalah Suatu Perbuatan yang dilakukan secara terus menerus sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan ini dilakukan suatu kelompok dari waktu ke waktu baik secara tertulis atupun secara lisan.

10 Kamus.2016.Pada KBBI Daring. Diambil 13 Februari 2022, Dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/tradisi

(20)

2. Ngalor Ngulon

Ngalor Ngulon merupakah posisi arah dalam bahasa jawa yang memiliki arti barat laut. Suatu pantangan menikah bagi calon mempelai yang posisi rumahnya mengarah ke arah barat laut (Ngalor Ngulon).11 3. Perspektif

Perspektif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah Sudut Pandang.12 Jadi dapat disimpulkan bahwasanya Perspektif adalah sudut pandang seseorang dalam melihat suatu permasalahan.

4. 'Urf

'Urf adalah segala sesuatu yang diketahui manusia dan menjadikannya tradisi, baik itu ucapan, perbuatan, larangan atau pantangan.13

5. Maqasid Syari'ah

Maqasid Syari'ah adalah Tujuan-Tujuan yang hendak dicapai dari suatu penetapan hukum.14

6. Jasser Auda

Jasser Auda merupakan tokoh intelektual muslim kontemporer yang memandang suatu permasalahan secara menyeluruh. Jasser Auda dalam pemikirannya membahas mengenai Maqasid Syari'ah dalam pembentukan hukum islam atau fiqih.

11 Sutini, diwawancara oleh Penulis, Banyuwangi, 22 Januari 2022

12 Kamus.2016.Pada KBBI Daring. Diambil 13 Februari 2022, Dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/Perspektif

13 Muhammad Tahmid Nur, dkk, Realitas 'Urf Dalam Reaktualisasi pembaruan Hukum Islam Di Indonesia, ( Pamekasan :Duta Media Publishing, 2020), 21

14Ghofar Shidiq, "Teori Maqasid Al-Syari'ah Dalam Hukum Islam", Jurnal Sultan Agung, Vol. 44 No. 118 (2009), 119

(21)

F. Sistematika Pembahasan

BAB I adalah pendahuluan, dalam bab ini membahas mengenai Konteks Penelitian, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, manfaat penelitian, Definisi Istilah, dan Sistematika Pembahasan. Permasalahan yang dibahas yaitu mengenai Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon Perspektif 'Urf dalam Maqasid Syari'ah Jasser Auda (Studi Kasus di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupayen Banyuwangi).

BAB II adalah Kajian Pustaka yang terdiri dari hasil penelitian terdahulu dan kajian teori, yang digunakan sebagai bahan analisa dalam membahas objek penelitian.

BAB III adalah Metode Penelitian yang meliputi Pendekatan, Jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, keabsahan data serta tahap-tahap penelitian. Hal ini dilakukan agar mencapai hasil penelitian secara maksimal dan juga dapat diketahui kesesuian antara metode yang dipakai dengan jenis penelitian yang dilakukan.

BAB IV adalah Hasil dan Pembahasan. Dalam bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan yang sesuai dengan fokus penelitian yang dibahas.

Dengan menyesuaikan juga pendekatan dan sifat penelitiannya.

BAB V yaitu Penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Hal ini bertujuan agar dapat meringkas atau menyatukan hal-hal yang telah dipaparkan dan juga implikasi yang ditimbulkan dari hasil penelitian terkait Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon Perspektif 'Urf dalam Maqasid Syari'ah Jasser Auda (Studi Kasus di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi).

(22)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian-penelitian mengenai Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon sudah banyak ditemukan. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai hasil karya tulis ilmiah yaitu berupa skripsi. adanya Penelitan terdahulu bertujuan agar menjadi bahan perbandingan dan acuan. selain itu juga, menghindari anggapan kesamaan dengan penelitian ini. Maka dalam tinjauan pustaka ini mencantumkan hasil-hasil penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut;

1. Hasil Penelitian dari Mokhamad Hasyim (2017)

Penelitian ini dilakukan oleh Mokhamad Hasyim dengan Judul

“Tradisi Nikah Perang Tumper Di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi Dalam Pandangan Perspektif „Urf”. Dalam penelitian ini peneliti fokus pada sejarah serta pelaksanaan Tradisi Nikah Perang Tumper yang ada di Desa kemiren. Adapun hasil penelitiannya adalah bahwasanya Tradisi Nikah Perang Tumper adalah warisan dari nenek moyang dulu yang diawali dengan arak-arakan dan ritual lainnya yang telah menjadi ketentuan dalam Tradisi Nikah Perang Tumper.

Berdasarkan hasil penelitian ini Tradisi Nikah Perang Tumper ini termasuk kategori „Urf Fasid karena adanya unsur kepercayaan atau

(23)

keyakina apabila dengan mempercayai adat ini akan mendatangkan keselamatan.15

2. Hasil Penelitian Erwan Azizi Al Hakim (2018)

Penelitian oleh Erwan Azizi Al Hakim ini Berjudul “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Larangan Menikah Pada Bulan Muharram (Studi Kasus Di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember”

dalam penelitian ini peneliti membahas mengenai konsep, Pandangan Masyarakat Tanggul wetan, serta Tinjauan hukum Islam mengenai Larangan menikah Pada Bulan Muharram ini. 16 Adapun hasil penelitian yang didapat bahwasanya masyarakat tanggul wetan masih sangat mempercayai adat pantangan menikah di bulan muharram ini karena berkeyakinan akan mendapatkan musibah, kesialan atau malapetaka apabila melanggarnya. Sehingga dalam pandangan hukum islam adalah suatu hal yang syirik dan merupakan dosa besar apabila mempercayai hal- hal yang memiliki nilai keramat.

3. Hasil Penelitian Fitri Puji Astuti (2018)

Penelitian dari Fitri Puji Astuti yang berjudul “ Tinjauan Sadd Al- Dzari‟ah Terhadap Praktik Larangan Perkawinan Kidul Wetan (Tenggara) dengan Lor Kulon (Barat Laut) (Studi kasus Di Desa Dukuh Pandak, Desa

15 Mokhamad Hasyim, “Tradisi Nikah Perang Tumper Di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi Dalam Pandangan Perspektif „Urf”, (Skripsi, IAIN Jember, 2017),

16 Erwan Azizi Al Hakim, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Larangan Menikah Pada Bulan Muharram (Studi Kasus Di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember”,(Skripsi, IAIN Jember, 2018)

(24)

Wijirejo, Kec. Pandak, Kab. Bantul)”. 17 Dalam penelitian ini peneliti fokus kepada Praktik dan Tinjauan sadd al-Dzari‟ah terhadap Larangan Perkawinan Kidul Wetan (Tenggara) dengan Lor kulon. adapun hasil penelitian ini adalah bahwa pandangan masyarakat terhadap adat ini terbelah menjadi 3 kategori yaitu yang meyakini, kurang meyakini, dan tidak meyakini. Dan berdasarkan sadd al-dzari‟ahnya adalah adat ini pada awalnya adalah mubah, namun menjadi haram apabila banyak kemudaratan yang didapat apabila menjalankannya. Seperti putusnya ikatan sepasang kekasih yang akan menikah karena terhalang adat.

4. Hasil penelitian Aneka Tri Puji Lestari (2019)

Penelitian yang dilakukan oleh Aneka Tri Puji Lestari ini berjudul

“Tinjauan 'Urf terhadap adat larangan menikah pada bulan selo di desa ngasinan kecamatan jetis kabupaten ponorogo”. 18 Penelitian ini terfokus pada pandangan „ Urf terhadap dasar larangan menikah pada bulan selo dan pandangan „Urf terhadap sanksi yang diterima bagi seseorang yang melakukan pelanggaran menikah pada bulan selo. Adapun hasil penelitian ini adalah bahwa kebanyakan masyarakat jetis masih mempercayai adat larangan menikah pada bulan selo, hal ini dikarenakan masyarakat ingin melestarikan adat istiadat dari leluhurnya. selanjutnya mengenai pandangan „Urf terhadap sanksi yang diterima bagi pelanggar larangan

17 Fitri Puji Astuti, “Tinjauan Sadd Al-Dzari‟ah Terhadap Praktik Lapangan Perkawinan Kidul Wetan (Tenggara) dengan Lor Kulon (Barat Laut) (Studi kasus Di Desa Dukuh Pandak, Desa Wijirejo, Kec. Pandak, Kab. Bantul)”, (Skripsi, UIN Walisongo, 2018),

18 Aneka Tri Puji Lestari, “Tinjauan 'Urf terhadap adat larangan menikah pada bulan selo di desa ngasinan kecamatan jetis kabupaten ponorogo”, (Skripsi, IAIN Ponorogo, 2019),

(25)

menikah pada bulan selo adalah „Urf Shahih karena masyarakat mempercayai bahwa yang dapat mendatangkan musibah atau celaka hanyalah Allah SWT.

5. Hasil penelitian dari Puput Dita Prasanti (2020)

Dari penelitian Puput Dita Prasanti yang berjudul “ Pantangan Melakukan Pernikahan Pada Bulan Muharram di Masyarakat Adat Jawa Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur)”. 19 Pada penelitian ini peneliti membahas mengenai adat jawa mengenai pantangan menikah pada bulan muharram. Dengan fokus penelitiannya yaitu pandangan hukum islam terhadap pantangan menikah pada bulan muharram. Hasil penelitian ini adalah masyarakat desa sidodadi tetap melaksanakan adat ini dikarenakan ingin menghormati bulan itu sendiri. hal ini karena bulan muharram dari segi filosofis terdapat peristiwa-peristiwa yang menimbulkan rasa kagum dan haru yang menjadikan bulan muharram ini dimuliakan oleh Allah SWT. Kemudian jika dikaitkan dengan hukum islam dipandang dari segi 'Urf bahwasanya sebenarnya boleh melaksanakan pernikahan di bulan muharram, akan teta[i menjadi haram jika dikaitkan dengan jika melakukan pelanggaran terhadap bulan muharram akan mengalami kesialan kemudian hal itu menjadi dalil untuk kehidupan rumah tangga kedua mempelai. Dan juga hal itu mengandung kesyirikan karena mempercayai selain Allah SWT.

19 Puput Dita Prasanti, “Pantangan Melakukan Pernikahan Pada Bulan Muharram di Masyarakat Adat Jawa Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur)”, (Skripsi, IAIN Metro, 2020),

(26)

Demikian dapat diketahui bahwa mana saja persamaan dan perbedaan yang diteliti peneliti dengan penelitian terdahulu. Berikut persamaan dan perbedaannya:

a. Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Mokhamad Hasyim.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mokhamad Hasyim yaitu sama-sama membahas meneliti mengenai Tradisi pada suatu pernikahan dan juga kesamaaan dalam metode penelitian yaitu Penelitian Lapangan dengan Pendekatan kualitatif.

Kemudian perbedaannya adalah terletak pada Tradisi yang diteliti, Jika Mokhamad Hasyim meneliti mengenai Tradisi Nikah Perang Tumper sedangkan penelitian ini tentang Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon.

kemudian perbedaan pada lokasi penelitian dan perspektif yang diambil.

b. Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan Erwan Azizi Al Hakim.

Adapun memiliki kesamaan dalam hal pembahasan adat jawa dan juga jenis penelitian yang diambil yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan Studi Kasus. Perbedaannya terletak pada jenis adat yang diteliti jika penelitian Erwan Azizi Al Hakim tentang Larangan Menikah di bulan muharram sedangkan penelitian ini tentan Larangan Nikah Ngalor Ngulon. dan juga perbeaan perspektif atau sudut pandang yang diambil dalam menganalisi masalah.

(27)

c. Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Puji Astuti.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Puji Astuti yaitu persamaan pada metode penelitian yang diambil yaitu penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus atau penelitian lapangan dan juga sama-sama menggunakan analisis deskriptif.

selanjutnya untuk perbedaannya adalah terletak pada sudut pandang yang diambil dalam menganalisis permasalahan yang digunakan. Dan Juga perbedaan pada fokus dan lokasi penelitian.

d. Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan peneletian yang dilakukan oleh Aneka Tri Puji Lestari.

Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian Aneka Tri Puji Lestari yaitu terletak pada menggunakan metode penelitiannya yaitu penelitian lapangan dan memiliki persamaan yaitu membahas mengenai pantangan menikah dalam adat ataupun tradisi jawa . akan tetapi disini terdapat perberbedaan dalam konteks pembahasannya, dalam penelitian Tri Puji Lestari ini membahas mengenai pantangan menikah pada bulan selo, sedangkan dalam penelitian ini membahas mengenai larangan menikah Ngalor Ngulon. Kemudian juga perbedaan jenis pendekatan jika penelitian ini hanya berfokus pada pendekatan kualitatif deskriptif sedangkan penelitian Tri Puji Lestari menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan pendekatan ushul fiqih.

(28)

e. Persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan peneletian yang dilakukan oleh Puput Dita Prasanti.

Penelitian ini memiliki persamaan pada segi pendekatan dan jenis penelitian yaitu menggunakan penelitian lapangan dengan menggunakan analisis deskriptif. Akan tetapi disini letak perbedaannya adalah jika pada Penelitian puput dita prasanti ini membahas mengenai pandangan hukum islam terhadap pantangan menikah dalam adat jawa, Berbeda dengan penelitian ini yang membahas menganai tradisi larangan nikah Ngalor Ngulon dari sudut pandang jasser auda.

Berdasarkan penjabaran diatas dapat diketahui bahwa penelitian ini memiliki Subtansi dan Pembeda dengan penelitian terdahulu yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu Yang Relevan dengan Judul yang diangkat oleh Peneliti

No Judul Substansi Pembeda

1. Mokhamad Hasyim 2017, Tradisi Nikah Perang Tumper Di

Desa Kemiren

Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi Dalam Pandangan Perspektif „Urf. Prodi

Al-Ahwal Al-

Syakhsiyyah, Fakultas Syari‟ah, IAIN Jember.

Dalam penelitian ini,

Mokhamad Hasyim

menggunakan sudut pandang pada „Urf.

selanjutnya untuk fokus penelitian dari Mokhamad Hasyim adalah Sejarah Tradisi Nikah Perang Tumper, pelaksanaan Tradisi Nikah Perang Tumper serta perspektif

„Urf Mengenai Tradisi Nikah Perang Tumper.

Pada penelitian saya memfokuskan pada alasan dilarangnya Tradisi nikah Ngalor Ngulon serta pandangan Maqasid Syari'ah Jasser Auda terhadap Tradisi larangan Nikah Ngalor Ngulon.

2. Erwan Azizi Al Hakim, 2018, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Larangan Menikah Pada Bulan Muharram

Dalam penelitian ini Erwan Azizi Al Hakim menggunakan perspektif Hukum Islam. Sedangkan fokus penelitiannya adalah

Pada penelitian saya memfokuskan pada alasan dilarangnya Tradisi nikah Ngalor Ngulon serta pandangan Maqasid

(29)

(Studi Kasus Di Desa Tanggul Wetan Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember), Prodi Al-Akhwal Al- Syakhsiyyah, Fakultas Syari‟ah, IAIN Jember

konsep dan pandangan masyarakat Tanggul Wetan serta pandangan Hukum Islam terhadap Larangan Menikah Pada Bulan Muharram.

Syari'ah Jasser Auda terhadap Tradisi larangan Nikah Ngalor Ngulon.

3. Fitri Puji Astuti 2018, Tinjauan Sadd Al- Dzari‟ah Terhadap Praktik Lapangan Perkawinan Kidul Wetan (Tenggara) dengan Lor Kulon (Barat Laut) (Studi kasus Di Desa Dukuh Pandak, Desa Wijirejo, Kec. Pandak, Kab.

Bantul). Prodi Hukum Perdata Islam, Fakultas Syari‟ah dan Hukum, UIN Walisongo.

Dalam penelitian ini, Fitri Puji Astuti hanya berfokus pada Perspektif Sadd Al- Dzari‟ah dalam penentuan hukumnya. Juga fokus penelitian dari fitri puji astuti adalah pada praktiknya pantangan perkawinan kidul wetan dengan lor kulon dan pandangan sadd al- dzari‟ah mengenai perkawinan kidul wetan dengan lor kulon.

Pada penelitian saya memfokuskan pada alasan dilarangnya Tradisi nikah Ngalor Ngulon serta pandangan Maqasid Syari'ah Jasser Auda terhadap Tradisi larangan Nikah Ngalor Ngulon.

4. Aneka Tri Puji Lestari 2019, Tinjauan 'Urf terhadap adat larangan menikah pada bulan selo di desa ngasinan kecamatan jetis kabupaten ponorogo.

Prodi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah, IAIN Ponorogo.

Dalam penelitian Aneka Tri Puji Lestari berfokus pada tinjauan 'Urf terhadap dasar larangan menikah pada bulan selo dan juga sanksi atas pelanggaran larangan menikah pada bulan selo di Desa Ngasinan kecamatan Jetis.

Pada penelitian saya memfokuskan pada alasan dilarangnya Tradisi nikah Ngalor Ngulon serta pandangan Maqasid Syari'ah Jasser Auda terhadap Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon.

5. Puput Dita Prasanti 2020, Pantangan Melakukan Pernikahan Pada Bulan Muharram di Masyarakat Adat Jawa Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Sidodadi Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur). Prodi Ahwal Al Syakhsiyyah, Fakultas Syariah, IAIN Metro.

Pada penelitian ini, Puput Dita Prasanti terfokus pandangan hukum islam terhadap pantangan ataupun larangan menikah pada bulan muharram di Desa sidodadi.

Pada penelitian saya memfokuskan pada alasan dilarangnya Tradisi nikah Ngalor Ngulon serta pandangan Maqasid Syari'ah Jasser Auda terhadap Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon.

(30)

B. Kajian Teori

1. Teori Tentang Pernikahan Dalam Islam.

a. Pengertian Pernikahan

Pernikahan berasal dari nikah (حاكن) yang berarti mengumpulkan, saling memasukkan, dan juga diartikan bersetubuh (wathi). Menurut istilah, perkawinan adalah suatu akad yang ditetapkan syara‟ untuk memperbolehkan dan juga menghalalkan persetubuhan antara laki-laki dengan perempuan. 20 Sedangkan menurut fiqih, nikah merupakan sebuah akad yang memiliki kekuatan hukum untu memperbolehkan hubungan seksual dengan lafadz nikah atau lafadz yang semakna dengannya.21 Pernikahan bukan hanya mengatur kehidupan rumah tangga ataupun keturunan, akan tetapi juga perkenalan antara suatu kaum dengan kaum lainnya.22 Pendapat Ulama fiqh seperti imam syafi‟i, imam hanafi, imam maliki, dan imam hambali mengenai pengertan perkawinan yaitu suatu akad yang mengandung suatu kebolehan (bagi seorang laki-laki untuk berhubungan suami istri dengan seorang perempuan) yang diawali dengan akad nikah, ataupun makna serupa dengan kedua kata tersebut.23

20 Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), 5-6

21Busriyanti, Fiqih Munakahat, (Jember: STAIN Jember Press, 2013), 4

22 Sudarto,Fikih Munakahat, (Qiara Media,2020),2

23 Syafingi, Chalwan. "Larangan Perkawinan Ngalor-Ngulon dalam Adat Jawa di Desa Leses Kabupaten Klaten Perspektif Sadd Ad-dzariah." MISYKAT: Jurnal Ilmu-ilmu Al-Quran, Hadist, Syari'ah dan Tarbiyah 5.2 (2020), 102

(31)

Makna dari pernikahan juga diterangkan pada pasal 1 undang- undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan menyebutkan

“perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan keTuhanan Yang Maha Esa.” 24 Maksudnya disini adalah bahwasanya pengertian perkawinan memiliki 4 (empat) unsur yaitu: 1) ikatan lahir batin yaitu suatu perkawinan bukan hanya terdapat ikatan lahir yang diwujudkan dalam bentuk ijab qabul akan tetapi juga ikatan batin yang diwujudkan dalam bentuk persetujuan yang ikhlas antara kedua pihak calon mempelai yakni tidak ada unsur paksaan dalam menjalankan pernikahan ini. 2) antara seorang pria dengan wanita, maksudnya adalah ikatan pernikahan dalam UU ini hanya diperbolehkan antara seorang pria dengan wanita. 3) membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, maksudnya adalah tujuan adanya pernikahan adalah memperoleh ketenangan, kesenangan, kenyamanan, ketentraman lahir dan batin untuk selama-lamanya dalam kehidupan rumah tangga. 4) berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa, maksudnya adalah pernikahan harus berlandasakan pada ketentuan agama ataupun tidak boleh bertentangan dengan agama.25

24 Syafingi, Chalwan. "Larangan Perkawinan Ngalor-Ngulon dalam Adat Jawa di Desa Leses Kabupaten Klaten Perspektif Sadd Ad-dzariah." MISYKAT: Jurnal Ilmu-ilmu Al-Quran, Hadist, Syari'ah dan Tarbiyah 5.2 (2020), 102

25 Jamaluddin dan Nanda Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan, (Sulawesi: Unimal Press, 2016), 17-18

(32)

Selanjutnya dijelaskan juga dalam KHI, pengertian perkawinan dan tujuannya dalam pasal 2 dan 3 yaitu bahwasanya sebuah pernikahan adalah mitsaqan ghalizan dalam rangka menaati perintah Allah dan menjalankannya bernilai ibadah serta pernikahan bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawadah, dan rahmah.26

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasanya pernikahan adalah menghalalkan hubungan badan atau persetubuhan antara laki dan perempuan ataupun jenis kelamin yang berbeda dengan tujuan membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal dan meneruskan keturunan sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT.

b. Syarat, Rukun, Dan Tujuan Nikah

Dalam islam sendiri ada Syarat dan rukun nikah yang harus dipenuhi oleh calon mempelai agar pernikahan tersebut sah.

1) Syarat Nikah

Syarat-syarat yang harus dipenuhi Calon Pengantin Laki- laki dan Calon Pengantin Perempuan untuk melakukan sebuah pernikahan yaitu sebagai berikut:

a) Syarat bagi pengantin laki-laki yaitu islam, ridha terhadap pernikahan tersebut, orangnya jelas, tidak ada halangan syara‟

seperti tidak sedang ihram haji atau umrah. Berdasarkan pendapat hanafiyyah baligh dan berakal bukan syarat sah-nya

26Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019), 7

(33)

nikah, akan tetapi syarat sahnya akad nikah, sedangkan syarat sahnya nikah hanya mumayyiz.

b) Syarat pengantin wanita yaitu rida terhadap pernikahan tersebut, islam, orangnya jelas, tidak ada halangan syar‟i untuk dinikahi, baik bersifat muabbad (selamanya) karena mahram, ataupun muaqqat (sementara) misalnya masih terikat pernikahan dengan orang lain.27

Berdasarkan penjelasan syarat-syarat nikah diatas sebuah pernikahan tidak dapat dijalankan apabila adanya halangan syara‟.

Halangan syara‟ ini terbagi dua yaitu halangan selamanya dan halangan sementara.

a. Halangan Selamanya 1) Adanya pertalian darah

2) Adanya pertalian keluarga karena perkawinan (musaharah) yang haram dinikahi selamanya atau biasa disebut pertalian semenda

3) Adanya pertalian susuan 28 b. Halangan Sementara

a. Perempuan yang telah ditalak tiga, sampai ia menikah dengan laki-laki lain dan telah melakukan hubungan suami istri dengan suami barunya serta selesai menjalankan masa

„iddah-nya.

27Iffah Muzammil, Fiqh Munakahat, (Tanggerang: Tira Smart, 2019), 9

28 Iffah Muzammil, Fiqh Munakahat, (Tanggerang: Tira Smart, 2019), 43-50

(34)

b. Perempuan yang sedang terikat pada sebuah pernikahan atau sedang dalam masa „iddah.

c. Menikahi wanita musyrik

d. Menghimpun atau mengumpulkan dua orang bersaudara atau yang memilki hubungan mahram seperti bibi dengan keponakan

e. Menikahi lebih dari empat orang perempuan.29 2) Rukun Nikah

Rukun Pernikahan dijelskan dalam KHI dalam pasal 14 yaitu sebagai berikut:

a. Calon Suami;

b. Calon Istri;

c. Wali Nikah;

d. Dua Orang Saksi;

e. Ijab dan qobul.30 3) Tujuan Nikah

a. Memelihara Gen manusia. adanya pernikahan dimaksudkan agar terpeliharanya keberlangsungan gen manusia dari masa ke masa;

b. Membentuk tiang yang paling teguh dan kokoh. adanya pernikahan manusia memiliki hak-hak dan kewajiban yang

29 Iffah Muzammil, Fiqh Munakahat, 55-58

30 Tim Permata Press, Kompilasi Hukum Islam (KHI), (Permata Press, 2003), 5

(35)

sakral dan religius, sehingga seseorang tersebut akan merasa ada ikatan suci yang membuat tinggi sifat kemanusiaannya;

c. Perisai diri manusia. Pernikahan dapat menjauhkan manusia ke dalam hal-hal yang diharamkan oleh Allah;

d. Melawan hawa nafsu. Pernikahan ini dapat menyalurkan nafsu manusia menjadi terpelihara dan memberikan maslahat kepada orang lain serta menjalankan hak-hak istri dan anak dan mendidiknya;31

2. Maqasid Syari'ah Dalam Pandangan Jaseer Auda a. Pengertian Maqasid Syari'ah

Kata "Maqsid" jamak dari Maqasid yaitu memiliki makna Tujuan , sasaran, prinsip, ataupun hal yang diminati. Kemudian mengenai pengertian Syari'ah , Imam Ibn al-Qayyim menyatakan bahwa " Syariat bangunan dasarnya , diletakkan atas hikmah dan kesejahteraan manusia, pada dunia ini dan akhirat nantinya. Oleh karenanya, jika terdapat suatu aturan (yang mengatasnamakan syariat) yang mengantikan keadilan dengan ketidakadilan, rahmat dan lawannya, maslahat umum dengan mafsadat, ataupun hikmah dengan omong kosong, maka aturan itu tidak termasuk syariat, sekalipun diklaim demikian menurut beberapa interpretasi". Jika disatukan Maqasid syari'ah memiliki makna yaitu seperangkat tujuan hukum islam yang terbentuk dari keadilan dan kemaslahatan masyarakat,

31 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat, (Jakarta: AMZAH, 2018), 39-41

(36)

bukanlah peraturan yang mengakibatkan timbulnya kerusakan pada tatanan sosial. Maqasid Syariah yang digagas oleh Jasser Auda bukanlah suatu hal yang baru, Maqasid Syari'ah ini sudah ada sejak abad ke-3 dari karya Imam Turmudzi dengan al-salah wa Maqasiduhu.32

Kajian hukum islam Klasik menyatakan bahwasanya Maqasid dibagi menjadi tiga, yaitu ad-daruriyat (Tujuan Primer), al-hajiyat (Tujuan Sekunder) dan at-tahsiniyat (Tujuan tersier). ad-daruriyat disini merupakan tujuan yang harus ada, ketiadaanya dapat mengakibatkan hancurnya kehidupan, seperti dalam islam mewajibkan beribadah untuk menyelamatkan jiwa. Al-hajiyat yaitu kebutuhan manusia untuk mempermudah kepentinganad-daruriyat seperti memberikan fasilitas-fasilitas untuk ibadah shalat yaitu masjid atau mushola. At-tahsiniyat yaitu sesuatu yang kehadirannya bukan hal yang dibutuhkan namun dapat memperindah kepentingan daruriyat dan hajiyat, seperti memperindah masjid dengan memberikan kubah model kairo, istanbul ataupun jakarta.

Kemudian teori Maqasid Syari'ah ini dikembangkan oleh Jasser Auda dalam karyanya yang berjudul Maqasid al-shari'ah as philosophy of islamic law: a system Approach yang ingin mengubah paradigma lama tertutupnya pintu ijtihad.33

32 Retna Gumanti, “ Maqasid Al-Syari‟ah Menurut Jasser Auda (Pendekatan Sistem dalam Hukum Islam), Jurnal Al-Himayah, Vol. 2 (1), Maret 2018, 100-101

33 Retna Gumanti, “ Maqasid Al-Syari‟ah Menurut Jasser Auda (Pendekatan Sistem dalam Hukum Islam), 103-104

(37)

Jasser Auda dalam pemikirannya menempatkan Maqasid Syari‟ah sebagai dasar atau pokok dalam menentukan hukum islam.

Dalam hal ini Jasser Auda melakukan pengembangan terhadap Maqasid ke arah kontemporer.

Tabel 2.2

Teori Maqasid Klasik ke Teori Maqasid Kontemporer No. Teori Maqasid Klasik Teori Maqasid Kontemporer 1.

Hifzun Nasli (Perlindungan Keturunan)

Lebih Mengarah ke perlindungan Keluarga

2. Hifzul Aqli (Perlindungan Akal)

Mengembangkan pikiran ilmiah 3. Hifzul Irdi (Perlindungan

Kehormatan)

Menjaga serta Memberikan Perlindungan terhadap Harkat dan Martabat Manusia dan HAM 4. Hifzuddin (Perlindungan

Agama)

Menjaga , Melindungi, dan

menghormati kebebasan beragama dan berkeyakinan

5. Hifzulmali (Perlindungan Harta)

Kepedulian sosial Terhadap pembangunan ekonomi dan kesejahteraan manusia.

b. Teori Sistem Jasser Auda

Jasser Auda juga menggunakan enam fitur pendekatan sistem sebagai pisau analisisnya yaitu sebagai berikut:

1) Fitur Kognitif

Fitur Kognitif adalah memisahkan wahyu atau fikih dari kognisinya (pemahaman rasio). Dalam hal ini yaitu antara adat/tradisi dengan rasionalitas fuqaha‟. 34para ulama fiqh dan mutakallim bersepakat bahwasanya Allah tidak boleh disebut

34 Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syari‟ah, Terj. Rosidin dan Ali Abd el-Mu‟in (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015), 12

(38)

Faqih, hal ini dikarenakan tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.

Fiqh merupakan hasil kognisi (nalar) dari manusia, sehingga tidak menutup kemungkinan masih ada kelemahan dan kekurangan.

Selanjutnya ulama membagi pendapat yang dihasilkan oleh nalar menjadi 3 bagian yaitu: pasti benar, pasti salah, serta kemungkinan salah dan benar. Sehingga yang jelas bertentangan dengan Al- Qur‟an dan Sunnah harus ditolak dan apabila mengandung kemungkinan, oleh banyak ulama dibenarkan mengamalkannya dalam keadaan mendesak. Fiqh yang dimaksud disini adalah masih membutuhkan perbaikan dan kritik perdebatan menuju yang lebih baik.35

2) Fitur Kemenyeluruhan

Fitur Kemenyeluruhan adalah pembenahan kelemahan pada ushul fiqh klasik yang seringkali menggunakan pendekatan reduksionis dan atomistik. Pendekatakan atomistik ini dilihat dari pengambilan sikap dalam menyelesaikan suatu kasus-kasus yang dihadapi dengan mengandalkan satu nas. Solusi yang disarankan disini adalah menetapkan sistem holisme melalui operasionalisasi tafsir tematik, yang mana tidak hanya terbatas pada ayat-ayat hukum, akan tetapi menjadikan seluruh ayat Al-Qur‟an sebagai bahan pertimbangan dalam penetapan hukum islam.

3) Fitur Keterbukaan

35 Pendapat Jasser Auda dalam Jurnal, Syukur Prihantoro, “ Maqasid Al-Syari‟ah Dalam Pandangan Jasser Auda (Sebuah Upaya Rekontruksi Hukum Islam Melalui Pendekatan Sistem)”, Jurnal At-Tafkir, Vol. 10 (1), Juni 2017, 125

(39)

Fitur Keterbukaan adalah Sistem yang harus memelihara atau memupuk keterbukaan dan pembaharuan diri sehingga dapat hidup dan berkembang sampai jangkauan tradisi atau adat kebiasaan ('Urf). Maka 'Urf pada saat ini haruslah ditekankan pada pandangan dunia dan wawasan seorang faqih, akan tetapi pandangan dunia ini haruslah kompeten yang dibangun diatas basis ilmiah. Sehingga ada dua implikasi yang didapat dari reformasi hukum islam ini yaitu mengurangi literalisme dalam hukum islam dan menjadikan sistem islam lebih maju pada ilmu-ilmu alam, sosial, dan budaya.

4) Fitur Hierarki-saling berkaitan

Jasser Auda melakukan perbaikan pada maqasid syari‟ah, adapun perbaikan yang dimaksud adalah yang pertama menjadikan jangkauan maqasid yang bersifat lebih umum dengan membagi menjadi tiga bagian yaitu 1. Maqasid Ammah (maqasid keadilan, persamaan, dan toleransi yang termasuk ke dalam nilai dlaruriyat).

2. Maqasid khassah ( maqasid yang mencakup maslahah suatu persoalan ke dalam bab ilmu). 3. Maqasid Juz‟iyyah (maslahah terkait tentang hikmah yang didapat dari sebuah nas). Ketiga bagian tersebut saling berkaitan satu dengan yang lainnya (non- partikular). Sehingga konsep Jasser Auda ini dapat menjangkau pada cakupan masyarakat, bangsa, bahkan umat manusia dunia.

5) Fitur multi-dimensionalitas

(40)

Yang dimaksud dengan multi-dimensionalitas adalah mengkombinasikasikan melalui pendekatan Maqasid, dengan menawarkan solusi atas dilema dalil-dalil yang bertentangan.36 Prinsip yang dimaksud disini adalah untuk memberikan kritik pada akar pemikiran binnary opposition dalam hukum islam. Sehingga perbedaan dalam hadits yang berkaitan dengan 'Urf harus dilihat dari sudut pandang maqasid of universality of law.37

6) Fitur kebermaksudan

Fitur kebermaksudan adalah ditujukan kepada sumber- sumber utama yaitu Al-Qur‟an dan Hadits dan ditujukan kepada sumber-sumber rasional yaitu Qiyas, Istihsan, dan lain-lain.38 Adapun maqasid syari‟ah merupakan suatu hal yang paling mendasar pada suatu sistem hukum islam. Hal ini dikarenakan maqasid syari‟ah harus disesuaikan pada teks Al-Qur‟an dan Hadits, bukan hanya pada pemikiran para faqih. Perwujudan maqasid syari‟ah menjadi tolak ukur dari validitasi setiap ijtihad, tanpa menghubungkannya pada kecondongan suatu mazhab

36 Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syari‟ah, Terj. Rosidin dan Ali Abd el-Mu‟in (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015), 13

37Pendapat Jasser Auda dalam Jurnal, Syukur Prihantoro, “ Maqasid Al-Syari‟ah Dalam Pandangan Jasser Auda (Sebuah Upaya Rekontruksi Hukum Islam Melalui Pendekatan Sistem)”, Jurnal At-Tafkir, Vol. 10 (1), Juni 2017, 129

38 Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syari‟ah, Tej. Rosidin dan Ali Abd el-Mu‟in (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015), 14

(41)

tertentu. Adapun tujuan penetapan hukum islam dikembalikan pada kemashlahatan masyarakat sekitarnya.39

Dapat disimpulkan bahwasanya konsep Maqasid Syari'ah jaser auda adalah berdasarkan rumusan konvensional membutuhkan pengembangan yeng lebih mempresentasikan keterbukan sistem hukum.

Keterbukaan sistem hukum disini jaser auda mengadopsi dari metode dan prinsip yang terdapat dalam suatu teori sistem dan sains kognitif yang kemudian digunakan dalam dikursus hukum islam yang memuat beberapa hal yaitu watak kognitif sistem, kemenyeluruhan, keterbukaan, hierarki saling mempengaruhi, multidimensionalitas, dan kebermaksudan. Jaser auda membedakan antara 'Urf dan syariat, yang pertama disebutkan bersifat manusiawi dan yang kedua bersifat ilahi. Suatu pembentukan hukum dapat merujuk pada 'Urf karena pada dasarnya 'Urf berdasarkan pertimbangan maqasid syari‟ah. Maksudnya disini adalah bahwasanya maqasid menjadi sumber rujukan 'Urf dalam pembentukan fikih, meskipun 'Urf bukan sumber hukum yang diwahyukan.40 Menurut jaser auda maqasid syariah adalah tujuan yang utama dibalik penetapan syariat.

Maqasid yang dimaksud disini adalah prinsip-prinsip yang menyediakan jawaban terkait pertanyaan tentang hukum islam. Mengenai reformasi maqasid tradisional ke maqasid kontemporer bahwasanya maqasid tradisional hanya menitikberatkan pada pelestarian dan penjagaan saja.

39 Pendapat Jasser Auda dalam Jurnal, Syukur Prihantoro, “ Maqasid Al-Syari‟ah Dalam Pandangan Jasser Auda (Sebuah Upaya Rekontruksi Hukum Islam Melalui Pendekatan Sistem)”, Jurnal At-Tafkir, Vol. 10 (1), Juni 2017, 129

40Khairul Amri, “Kedudukan 'Urf Dalam Proses Pembentukan Fikih:Studi Pemikiran Jasser Auda” (Skripsi, UIN Sunan Kalijogo Yoyakarta, 2019), 116

(42)

Namun dengan adanya reformasi ini maqasid yang dulunya hanya penjagaan dan pelestarian, menjadi menuju maqasid yang bernuansa pengembangan dan memuliakan hak asasi manusia.41

41Hilmy Pratomo, “ Peran Teori Maqasid Syari‟ah Kontemporer Dalam Pengembangan Sistem Penafsiran Al-Qur‟an”,Jurnal Al-Mu‟asirah, Vol. 16, No. 1 (Januari 2019): 109.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jenis pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan ini dipilih oleh peneliti agar dapat mengetahui Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo.

dengan menggunakan pendekatan ini peneliti dapat menggambarkan dan juga mendeskripsikan secara lebih luas mengenai Tradisi ini. Sedangkan untuk Jenis Penelitiannya adalah menggunakan Penelitian Studi Kasus yang termasuk ke dalam Penelitian Analisis Deskriptif.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Lokasi ini dipilih karena masyarakat Desa Purwoharjo sendiri masih banyak yang mempercayai mengenai adat larangan nikah dengan posisi rumah Ngalor Ngulon. Sehingga lokasi ini cocok untuk dilakukan penelitian. Adapun hal ini yang menjadi alasan bagi saya untuk melakukan penelitian di desa purwoharjo kecamatan purwoharjo kabupaten banyuwangi mengenai tradisi larangan nikah Ngalor Ngulon.

C. Subyek Penelitian

Di dalam penelitian ini, subyek yang saya jadikan dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) subyek yaitu sebagai berikut:

(44)

1. Data Primer ini berdasarkan dari hasil wawancara dengan informan yaitu Tokoh agama, pelaku yang melanggar larangan nikah Ngalor Ngulon, dan juga tokoh masyarakat di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.

2. Data Sekunder ini terdiri dari dokumen dan juga jurnal – jurnal yang terkait dengan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk memperoleh data, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi ialah suatu teknik pengumpulan data yang mana peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap tempat (ruang), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, peristiwa ataupun kejadian mengenai permasalahan yang terjadi. Observasi ini dilakukan agar mendapatkan data yang sesuai atau realistik terhadap perilku ataupun kejadian mengenai topik yang dibahas.42 Pengamatan ini dilakukan pada saat subyek dan peneliti melakukan pertemuan dan saat terjadinya wawancara. Dalam hal ini yang damati peneliti adalah kehidupan masyarakat Desa Purwoharjo dalam menyikapi Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon.

2. Studi Pustaka (Library research)

Studi pustaka (Library research) adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara pengumpulan data pustaka,

42 Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif”, Jurnal Equilibrium, Vol. 5 (9), Juni 2009, 7

(45)

membaca, mencatat dan mengolah bahan penelitiannya. Studi Pustaka ini diperoleh dari buku ataupun jurnal.

3. Wawancara untuk pelengkap

Wawancara yang dimaksud disini adalah suatu proses pengumpulan data dengan pertemuan dua orang atau lebih antara pewawancara dengan informan yaitu pelaku dan masyarakat di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi melalui tanya jawab, sehingga mendapatkan jawaban dari masalah atau topik tertentu yang sedang di cari ataupun memperoleh data yang dibutuhkan.43 Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara yang tidak terstruktur. Adapun wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Mengenai alasan dilarangnya Pernikahan Ngalor Ngulon,

b. Mengenai Pendapat Masyarakat terhadap Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon,

c. Mengenai dampak yang dialami Pelaku yang melanggar Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah upaya mencari dan menata catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya secara sistematis untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peneliti terhadap kasus yang diteliti kemudia menyajikan hasil penelitiannya untuk orang lain.44 Analisis data kualitatif

43 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung, Alfabeta, 2017), 231

44 Ahmad Rijali, “ Analisis Data Kualitatif”,Jurnal Alhadharah, I Vol. 17 (33), Januari- Juni 2018, 84

(46)

merupakan proses analisis data yang tidak dapat terpisahkan dengan proses yang lainnya, namun dapat berjalan beriringan pada saat awal melakukan penelitian. Ada tiga jalur dalam menganalisis data yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi Data ini adalah suatu proses memilah dan memilih data kasar dari catatan di lapangan secara terus menerus sampai laporan akhir tersusun secara lengkap. Reduksi data ini terdiri dari 1) ringkasan data, 2) mengkode, 3) melakukan penelusuran pada tema, 4) membuat gugus.45 Peneliti mengolah data mengenai Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon Perpektif Maqasid Syari'ah Jasser Auda di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.

2. Penyajian Data

Dalam penyajian data ini terjadi suatu kegiatan yaitu mengumpulkan informasi kemudian disusun agar dapat dibuat penarikan kesimpulan dan pengambulan tindakan. 46 Hal ini merupakan proses penyusunan informasi yang kompleks menjadi sistematis, sehingga menjadi lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami.

3. Kesimpulan

Dalam hal ini peneliti melakukan kesimpulan terhadap semua data penelitian tentang Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon Perspektif Maqasid Jasser Auda di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.

45 Ahmad Rijali, “ Analisis Data Kualitatif”, ”Jurnal Alhadharah, I Vol. 17 (33), Januari- Juni 2018, 91

46Ahmad Rijali, “ Analisis Data Kualitatif”, 94

(47)

F. Keabsahan Data

Setelah peneliti selesai mengumpulkan data dan sebelum peneliti melakukan penulisan laporan, hal dilakukan peneliti adalah mengecek keabsahan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan Triangulasi Sumber sebagai pengecekan keabsahan data. Triangulasi Sumber sendiri adalah suatu proses pengecekan data yang digunakan dalam menguji kredibilitas suatu data yang dilakukan dengan melalui beberapa sumber.47 Adapun Triangulasi Sumber dilakukan dengan cara mewawancarai lebih dari satu orang yang mempunyai pandangan yang berbeda terhadap suatu permasalahan yang diteliti.

G. Tahap-Tahap Penelitian 1. Tahap Pra Lapangan

Dalam tahap ini peneliti mencari permasalahan serta referensi yang sesuai dan memulai menyusun sebuah rancangan penelitian mengenai masalah yang hendak dipecahkan yaitu mengenai Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo. adapun beberapa hal yang disiapkan peneliti pada tahap pra lapangan ini adalah penentuan lokasi penelitian, penyusunan rancangan penelitian, mengurus izin, serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan saat penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada Tahap ini peneniti memulai penelitiannya dengan memasuki objek penelitian dan pengumpulan data secara langung melalui observasi

47 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Afabeta, 2017), 274

(48)

dan wawancara. Hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi yang berkaitan tentang Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo.

3. Tahap Penulisan Laporan

Pada Tahap ini setelah peneliti mendapatkan data yang dibutuhkan kemudian setelah data tersebut dianalisis. maka tahap akhir yakni kegiatan penulisan atau penyusunan hasil penelitian dari rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pada pemberian makna data. Selanjutnya melakukan konsultasi hasil penelitian kepada dosen pembimbing untuk mendapatkan kritikan, perbaikan, dan juga saran atau koreksi dari pembimbing yang selanjutkan melakukan perbaikan terhadap semua yang disarankan oleh dosen pembimbing demi menyempurnakan hasil penelitian.

(49)

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Obyek Penelitian

Adapun Lokasi yang dijadikan Objek penelitian ini adalah Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Hal ini dilakukan Untuk mengetahui mengenai gambaran dari objek penelitian.

Berikut ini akan dijelaskan secara sistematis mengenai objek penelitian.

1. Sejarah Desa Purwoharjo

Pada jaman dahulu sekitar tahun 1890 di wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian Selatan tepatnya di sebelah selatan aliran sungai stail terdapat dusun kecil dan menjadi maskot dari ilmu kejawen yang banyak pembicaraan masyarakat pada waktu itu bahwa dusun ini adalah merupakan pintu gerbang dari Alas Purwo dataran tinggi Linggamanis di wilayah Taman Nasional Alas Purwo yang kemudian di beri nama DESA PURWOHARJO

Ternyata kebenaran terbukti dari perkembangan jaman yang mana Desa Purwoharjo memiliki makna PURWO adalah Kawitan/cikal bakal ( Permulaan ) HARJO bermakna Keramaian yang raharjo ( Sejahtera ) maka memang terbukti bahwa Desa Purwoharjo adalah pintu Gerbang Desa di wilayah selatan sampai saat ini.

Pada awal berdirinya Desa Purwoharjo yang ditunjuk sebagai Kepala Desa adalah Bapak SEKAK atau dikenal dengan nama HARDJO SENTONO.

Pada tahun 1933 Bapak SEKAK terlalu tua hingga masyarakat Desa

Referensi

Dokumen terkait