• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Data Primer ini berdasarkan dari hasil wawancara dengan informan yaitu Tokoh agama, pelaku yang melanggar larangan nikah Ngalor Ngulon, dan juga tokoh masyarakat di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.

2. Data Sekunder ini terdiri dari dokumen dan juga jurnal – jurnal yang terkait dengan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini.

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun untuk memperoleh data, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi ialah suatu teknik pengumpulan data yang mana peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap tempat (ruang), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, peristiwa ataupun kejadian mengenai permasalahan yang terjadi. Observasi ini dilakukan agar mendapatkan data yang sesuai atau realistik terhadap perilku ataupun kejadian mengenai topik yang dibahas.42 Pengamatan ini dilakukan pada saat subyek dan peneliti melakukan pertemuan dan saat terjadinya wawancara. Dalam hal ini yang damati peneliti adalah kehidupan masyarakat Desa Purwoharjo dalam menyikapi Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon.

2. Studi Pustaka (Library research)

Studi pustaka (Library research) adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara pengumpulan data pustaka,

42 Pupu Saeful Rahmat, “Penelitian Kualitatif”, Jurnal Equilibrium, Vol. 5 (9), Juni 2009, 7

membaca, mencatat dan mengolah bahan penelitiannya. Studi Pustaka ini diperoleh dari buku ataupun jurnal.

3. Wawancara untuk pelengkap

Wawancara yang dimaksud disini adalah suatu proses pengumpulan data dengan pertemuan dua orang atau lebih antara pewawancara dengan informan yaitu pelaku dan masyarakat di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi melalui tanya jawab, sehingga mendapatkan jawaban dari masalah atau topik tertentu yang sedang di cari ataupun memperoleh data yang dibutuhkan.43 Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara yang tidak terstruktur. Adapun wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Mengenai alasan dilarangnya Pernikahan Ngalor Ngulon,

b. Mengenai Pendapat Masyarakat terhadap Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon,

c. Mengenai dampak yang dialami Pelaku yang melanggar Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah upaya mencari dan menata catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya secara sistematis untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman peneliti terhadap kasus yang diteliti kemudia menyajikan hasil penelitiannya untuk orang lain.44 Analisis data kualitatif

43 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung, Alfabeta, 2017), 231

44 Ahmad Rijali, “ Analisis Data Kualitatif”,Jurnal Alhadharah, I Vol. 17 (33), Januari- Juni 2018, 84

merupakan proses analisis data yang tidak dapat terpisahkan dengan proses yang lainnya, namun dapat berjalan beriringan pada saat awal melakukan penelitian. Ada tiga jalur dalam menganalisis data yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi Data ini adalah suatu proses memilah dan memilih data kasar dari catatan di lapangan secara terus menerus sampai laporan akhir tersusun secara lengkap. Reduksi data ini terdiri dari 1) ringkasan data, 2) mengkode, 3) melakukan penelusuran pada tema, 4) membuat gugus.45 Peneliti mengolah data mengenai Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon Perpektif Maqasid Syari'ah Jasser Auda di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.

2. Penyajian Data

Dalam penyajian data ini terjadi suatu kegiatan yaitu mengumpulkan informasi kemudian disusun agar dapat dibuat penarikan kesimpulan dan pengambulan tindakan. 46 Hal ini merupakan proses penyusunan informasi yang kompleks menjadi sistematis, sehingga menjadi lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami.

3. Kesimpulan

Dalam hal ini peneliti melakukan kesimpulan terhadap semua data penelitian tentang Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon Perspektif Maqasid Jasser Auda di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.

45 Ahmad Rijali, “ Analisis Data Kualitatif”, ”Jurnal Alhadharah, I Vol. 17 (33), Januari- Juni 2018, 91

46Ahmad Rijali, “ Analisis Data Kualitatif”, 94

F. Keabsahan Data

Setelah peneliti selesai mengumpulkan data dan sebelum peneliti melakukan penulisan laporan, hal dilakukan peneliti adalah mengecek keabsahan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara. Adapun dalam penelitian ini peneliti menggunakan Triangulasi Sumber sebagai pengecekan keabsahan data. Triangulasi Sumber sendiri adalah suatu proses pengecekan data yang digunakan dalam menguji kredibilitas suatu data yang dilakukan dengan melalui beberapa sumber.47 Adapun Triangulasi Sumber dilakukan dengan cara mewawancarai lebih dari satu orang yang mempunyai pandangan yang berbeda terhadap suatu permasalahan yang diteliti.

G. Tahap-Tahap Penelitian 1. Tahap Pra Lapangan

Dalam tahap ini peneliti mencari permasalahan serta referensi yang sesuai dan memulai menyusun sebuah rancangan penelitian mengenai masalah yang hendak dipecahkan yaitu mengenai Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo. adapun beberapa hal yang disiapkan peneliti pada tahap pra lapangan ini adalah penentuan lokasi penelitian, penyusunan rancangan penelitian, mengurus izin, serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan saat penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada Tahap ini peneniti memulai penelitiannya dengan memasuki objek penelitian dan pengumpulan data secara langung melalui observasi

47 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Afabeta, 2017), 274

dan wawancara. Hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan informasi yang berkaitan tentang Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo.

3. Tahap Penulisan Laporan

Pada Tahap ini setelah peneliti mendapatkan data yang dibutuhkan kemudian setelah data tersebut dianalisis. maka tahap akhir yakni kegiatan penulisan atau penyusunan hasil penelitian dari rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pada pemberian makna data. Selanjutnya melakukan konsultasi hasil penelitian kepada dosen pembimbing untuk mendapatkan kritikan, perbaikan, dan juga saran atau koreksi dari pembimbing yang selanjutkan melakukan perbaikan terhadap semua yang disarankan oleh dosen pembimbing demi menyempurnakan hasil penelitian.

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS A. Gambaran Obyek Penelitian

Adapun Lokasi yang dijadikan Objek penelitian ini adalah Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Hal ini dilakukan Untuk mengetahui mengenai gambaran dari objek penelitian.

Berikut ini akan dijelaskan secara sistematis mengenai objek penelitian.

1. Sejarah Desa Purwoharjo

Pada jaman dahulu sekitar tahun 1890 di wilayah Kabupaten Banyuwangi bagian Selatan tepatnya di sebelah selatan aliran sungai stail terdapat dusun kecil dan menjadi maskot dari ilmu kejawen yang banyak pembicaraan masyarakat pada waktu itu bahwa dusun ini adalah merupakan pintu gerbang dari Alas Purwo dataran tinggi Linggamanis di wilayah Taman Nasional Alas Purwo yang kemudian di beri nama DESA PURWOHARJO

Ternyata kebenaran terbukti dari perkembangan jaman yang mana Desa Purwoharjo memiliki makna PURWO adalah Kawitan/cikal bakal ( Permulaan ) HARJO bermakna Keramaian yang raharjo ( Sejahtera ) maka memang terbukti bahwa Desa Purwoharjo adalah pintu Gerbang Desa di wilayah selatan sampai saat ini.

Pada awal berdirinya Desa Purwoharjo yang ditunjuk sebagai Kepala Desa adalah Bapak SEKAK atau dikenal dengan nama HARDJO SENTONO.

Pada tahun 1933 Bapak SEKAK terlalu tua hingga masyarakat Desa

Purwoharjo memilih kembali berdasarkan musyawarah bersama menunjuk Bapak PUJO SUDHARMO sebagai Kepala Desa Purwoharjo. Kemudian pada tahun 1966 untuk pertama kalinya Desa Purwoharjo mengadakan pemilihan Kepala Desa sebagai wujud pembelajaran masyarakat dalam berdemokrasi, dalam Pemilihan Kepala Desa Munculah satu calon Yaitu Bapak SOEMARTO HADI akhirnya berival dengan Kepala Desa lama Yaitu Bapak PUJO SUDHARMO dan Bapak SOEMARTO HADI terpilih menjadi Kepala Desa Purwoharjo. Dibawah kepimpinan Bapak SOEMARTO HADI Desa Purwoharjo menjadi tambah maju dan sejahtera sampai-sampai menjadi barometer Desa-Desa di wilayah selatan lainnya.

Periode berikutnya diadakan pemilihan Kepala Desa Pada saat itu diadakan penjaringan calon Kepala Desa sampai 3 kali tak ada warga yang mencalonkan maka tetap diadakan Pemilihan tetapi lawannya BUMBUNG KOSONG yang disebut juga BUMBUNG GONDORUWO ( Hantu ) maka terpilihlah kembali Bapak SOEMARTO HADI menjadi Kepala Desa Purwoharjo.

Awalnya pusat pemerintahan di rumah Bapak Kepala Desa yang menjabat, maka tidak heran bila waktu itu disetiap rumah pamong pasti memiliki balai / ruang besar didepan rumah utama untuk pertemuan / rembuk warga dan pada akhirnya di bawah kepemimpinan Bapak SOEMARTO HADI terbangunlah sebuah bangunan permanen Kantor Desa beserta Pendopo yang hingga saat ini terawat dengan baik.48

48Marwito, diwawancara oleh Penulis, Banyuwangi, 06 Januari 2022

2. Letak Geografis Desa Purwoharjo

Desa purwoharjo ini terletak di Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Desa ini memiliki luas sekitar 8,73 km² dengan Jumlah Penduduk sekitar 9.622 jiwa. Jarak Desa Purwoharjo dengan kota/ kabupaten yaitu sekitar 39 km. Desa Purwoharjo terdiri dari 3 dusun yaitu sebagai berikut:

a. Dusun Curahpecak, b. Dusun Krajan, dan c. Dusun Gumukrejo.

Adapun untuk batas-batas wilayah desa purwoharjo yaitu sebagai berikut:49

a. Sebelah barat yaitu Desa Bulurejo b. Sebelah timur yaitu Desa Sidorejo c. Sebelah utara yaitu Desa Kradenan d. Sebelah selatan yaitu Desa Karetan 3. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk seluruhnya di desa purwoharjo adalah 9.442 jiwa yang terdiri dari:

a. Laki-laki = 4.647 Jiwa b. Perempuan= 4.795 Jiwa

Dari data diatas dapat diketahui bahwasanya jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Akan tetapi selisih

49 Profil Desa Purwoharjo 2021

jumlahnya tidak terlalu jauh yaitu untuk penduduk laki-laki berjumlah 4.647 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 4.795 Jiwa. Dan memiliki jumlah kepala keluarga sebanyak 9.440 KK.50

4. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu hal yang penting bagi kehidupan manusia, hal ini dikarenakan dimanapun kita berada pasti terdapat proses pendidikan. pendidikan diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia sehingga menjadi sesuatu yang nyata dan dapat bermanfaat bagi dirinya.51

Tabel 4.1

Tingkatan Pendidikan Desa Purwoharjo

No. Tingkatan Pendidikan Jumlah

1. Tamat TK 192 orang

2. Tamat SD/ sederajat 650 orang 3. Tamat SMP/ sederajat 1.670 orang 4. Tamat SMA/ sederajat 2.815 orang 5. Tamat D-1/ sederajat 92 orang 6. Tamat D-2/ sederajat 240 orang 7. Tamat D-3/ sederajat 132 orang 8. Tamat S-1/ sederajat 187 orang 9. Tamat S-2/ sederajat 34 orang

10. Tamat SLBB 1 orang

11. Tidak pernah sekolah 24 orang Tabel 4.2

Sarana Pendidikan Desa Purwoharjo

No. Prasarana dan Sarana Pendidikan Jumlah 1. Gedung SMA/sederajat 2 buah

2. Gedung SMP/sederajat 2 buah

50 Laporan Penduduk Desa Purwoharjo Desember 2021

51 Muhammad Hasan, dkk., Landasan Pendidikan,(Tahta Media Group,2021), 1

3. Gedung SD/sederajat 5 buah

4. Gedung TK 6 buah

5. Gedung Tempat Bermain Anak 4 buah 6. Lembaga Pendidikan Agama 2 buah 7. Perpustakaan desa/kelurahan 1 buah

8. Taman Bacaan 1 buah

Dapat diketahui dari data diatas bahwasanya tingkatan pendidikan di desa purwoharjo bermacam-macam, dari pendidikan yang rendah maupun tinggi. Namun berdasarkan data diatas dapat dikatakan bahwasanya pendidikan rendah di desa purwoharjo masih tergolong banyak atau tinggi.

5. Sosial Keagamaan

Adapun di Desa Purwoharjo memiliki bermacam-macam kepercayaan atau agama yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.3

Agama Desa Purwoharjo

Dari data diatas dapat diketahui bahwasanya mayoritas agama yang dipeluk didesa purwoharjo adalah Agama Islam dengan jumlah 7300 orang.

No. Agama Jumlah

1. Islam 7300 orang

2. Kristen 611 orang

3. Katholik 534 orang

4. Hindu 687 orang

5. Kepercayaan Kepada Tuhan YME 15 orang

6. Kondisi Ekonomi

Ada berbagai macam Mata pencaharian di desa purwoharjo yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.4

Mata Pencaharian Desa Purwoharjo

Dari diatas dapat diketahui bahwasanya Kebanyakan masyarakat Desa purwoharjo ini bermata pencarian utama bertani dan berdagang. Hal ini yang menyebabkan desa purwoharjo menjadi salah satu desa yang maju. Di desa purwoharjo juga telah tersedia fasilitas-fasilitas seperti ATM, Tempat belanja (alfamart, indomaret), pasar, dan lain-lainnya.

No. Jenis Pekerjaan Jumlah

1. Petani 6445 orang

2. Buruh tani 525 orang

3. Buruh migran 565 orang

4. Pegawai Negeri Sipil 420 orang

5. Peternak 6 orang

6. Nelayan 2 orang

7. Montir 3 orang

8. Dokter swasta 3 orang

9. Perawat swasta 3 orang

10. Bidan Swasta 7 orang

11. TNI 20 orang

12. POLRI 16 orang

13. Pengusaha kecil, menengah dan besar 13 orang

14. Pedagang keliling 88 orang

15. Tukang batu 80 orang

16. Pembantu rumah tangga 5 orang

17. Purnawirawan/pensiunan 65 orang

18. Sopir 15 orang

19. Pengrajin industri rumah tangga lainnya 3 Orang

B. Penyajian data dan Analisis

1. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Adanya Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo.

Di desa Purwoharjo masih mempercayai dan menjalankan tradisi atau adat istiadat yang dilakukan oleh nenek moyangnya dulu yaitu salah satunya tradisi larangan nikah ngalor ngulon. Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon adalah Larangan Menikah yang dilihat dari posisi rumah calon mempelai pengantin baik laki-laki maupun perempuan yang arahnya Ngalor Ngulon atau barat laut ataupun sebaliknya. Secara implisit, pernikahan ini dilarang apabila arah rumah calon mempelai laki-laki ini berada di Ngalor Ngulon (Barat Laut) dari calon mempelai perempuan ataupun sebaliknya.

Hal ini Sejalan dengan wawancara yang dilakukan penulis kepada Ibu Sutini Selaku Tokoh adat di Desa Purwoharjo mengenai pandangan beliau terhadap Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon Pada Tanggal 22 Januari 2022 yaitu sebagai berikut:

ora oleh rabi seng arah Ngalor Ngulon iku larangan kanggo wong seng kate rabi lan dalane ora pener. Kyok o tha wong purwoharjo entok wong daerah genteng iku lek menurut adatte gak oleh kerno malang ngalor ngulon. wes ngerti ngono tapi sek enek wong seng gak percoyo lan nglanggar adat iku, trus akibatte entok kejadian seng ora apik neng rumah tanggane, lek menurutku adat iki kudu tetep dilestarikno, nggawe hargai warisan teko leluhur.”

(Tradisi larangan Nikah Ngalor Ngulon adalah larangan bagi pasangan yang akan menikah dengan jalan atau posisi rumah yang tidak benar. Seperti contohnya orang desa Purwoharjo dapet pasangan dari daerah genteng kalau menurut adatnya tidak diperbolehkan untuk menikah karena posisi calon mempelai mengarah ke Barat Laut (Ngalor Ngulon). Walaupun begitu masih

ada masyarakat yang menolak untuk mempercayai adat ini dan tetap melanggarnya, sehingga mendapatkan kejadian-kejadian yang buruk dalam rumah tangganya. Menurut saya, adat ini harus tetap dilestarikan untuk menghargai warisan dari nenek moyang).52 Adapun hasil wawancara yang disampaikan oleh Tokoh Masyarakat yaitu bapak Mudofir yang mempercayai Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon pada tanggal 15 Januari 2022

“Pada awalnya saya tidak terlalu mempercayai tradisi larangan nikah ngalor ngulon, akan tetapi saya mengalaminya sendiri. anak saya yaitu eka dan chandra menikah dengan posisi rumah yang salah yaitu ngalor ngulon. Yang pada akhirnya setelah satu bulan menikah salah satu pihak tidak kuat yaitu besan saya (bapak mertua) meninggal dunia. Kemudian juga rumah tangga anak saya mengalami kesulitan ekonomi dan sampai akhirnya keduanya memutuskan untuk bercerai. setelah kejadian itu saya percaya bahwa adat itu memang benar ”

Pernyataan dari bapak mudofir diatas mempercayai bahwa datangnya kematian itu karena kesalahan dari melanggar tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon. Adapun mengenai alasan dilarangnya Tradisi Nikah Ngalor Ngulon masyarakat desa Purwoharjo banyak yang tidak mengetahui tentang asal-usulnya, kebanyakan dari mereka mengikuti tradisi dari nenek moyangnya dulu tanpa mengetahui alasannya. Dan sebagian mempercayainya karena mitos yang akan terjadi apabila melanggar Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon ini. 53

Berikut ini wawancara saya dengan Tokoh Agama di Desa Purwoharjo yaitu bapak Halil terkait pandangan beliau tentang Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon Pada Tanggal 10 Januari 2022.

52 Sutini, diwawancara oleh Penulis, Banyuwangi, 22 Januari 2022

53 Mudofir, diwawancara oleh Penulis, Banyuwangi, 15 Januari 2022

“aturan nikah Ngalor Ngulon lek neng agama gak onok ndok, dadi iku teko sudut pandang adat tok. Dadi lek nglanggar adat iki enek seng ngalami kematian neng salah satu pihak, lek gak ngono menimbulkan kemiskinan, jarene keyakinanne ngono, iku versi adat. kalau versi agama iku gak enek. Kalau versi agama iku lebih bahaya wong seng nduwe keyakinan ngono kui. Dadi lek menurut hadist ki ngene ( sesungguhnya Allah iku sesuai dengan prasangka hambanya). Lek hambane ngomong rabi ngono bakal mlarat yo bakal mlarat tenan. Tapi omongan ngene ki cukup awak dewe tok.

Lek enek seng takon yo tak jawab. lek uwonge gak karep yo gak usah dipaksa. Soale keyakinan iku gak iso dipekso.”

(Aturan mengenai Larangan Nikah Ngalor Ngulon itu tidak ada, itu hanya dari sudut pandang adat. Jadi kalau melanggar adat itu akan mengalami kematian di salah satu pihak atau juga dapat mengakibatkan kesusahan ekonomi (kemiskinan), menurut keyakinannya sih gitu. Tapi kalau versi agama itu tidak agama.

Kalau menurut agama malah bahaya orang yang memiliki kepercayaan seperti itu. Seperti dalam Hadist dijelaskan Bahwa Sesungguhnya Allah itu sesuai dengan prasangka Hambanya.

Kalau semisal hambanya berbicara kalau menikah Ngalor Ngulon bakal mengalami kemiskinan ya akan miskin beneran. Tapi pembicaraan seperti ini cukup untuk kita saja. Kalau ada orang yang bertanya ya saya jawab. Akan tetapi kalau bagi mereka yang mempercayai adat ini ya saya tidak bisa memaksakan. Karena perihal keyakinan itu tidak bisa dipaksakan).54

Selanjutnya Bapak Halil juga menambahkan Asal mula Adanya Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi Pada 10 Januari 2022.

asal-usul enek tradisi iki ndisek perkoro perjanjian antara minak sembuyu karo maulana ishak neng blambangan. Dadi ndisek maulana ishak nggawe perjanjian karo minak sembuyu. Maulana ishak bakal ngobati dewi sekardadu dengan syarat minak sembuyu dan kabeh rakyatte masuk islam dan nglakoni opo seng disyariatne agama islam. Bar diobati minak sembuyu karo kabeh rakyatte masuk islam tapi kebiasaan ora apik koyok omben, wedok an iku tetep dilakoni. Kerno Minak Sembuyu nglanggar janjine Seng nggawe maulana ishak iku murka. Akhirnya maulana ishak iki mutusne kabur teko kerajaan nggowo bojone seng meteng gedi yaiku dewi sekardadu. Terus kabar minggatte maulana ishak karo

54 Halil, diwawancara oleh Penulis, Banyuwangi, 10 Januari 2022

anak e iki sampek neng minak sembuyu seng nggawe minak sembuyu iki murka. Minak sembuyu mrintah prajuritte nggawe mateni maulana ishak lan nggowo balek anak e dewi sekardadu.

Tapi usaha minak sembuyu mateni maulana ishak karo nemukne anak e dewi sekardadu iku gagal. terus enek kabar lek dewi sekardadu iki ilang dunyo tapi jasadte dewi sekardadu iki nggak enek seng iso nemukne. sebab iku nggawe kemurkaan minak sembuyu yang akhirre nggak ngolehi kabeh rakyatte nikah seng arah e ngalor ngulon sebab arah omah e dewi sekardadu karo maulana ishak iku malang ngalor ngulon yaitu blambangan ke gresik. Dadi ngono ndok asal-usul tradisi iku, pas mari kejadian iku nggak enek warga blambangan seng wani nglanggar perintah e minak sembuyu. Masyarakat podo wedi lek misal ngelanggar tradisi iku bakal ngalami opo seng dialami karo dewi sekardadu yaiku entok kemlaratan, kesialan, utowo bakal ngalami kematian.”

(adanya tradisi ini karena perjanjian antara minak sembuyu dan maulana ishak. Maulana ishak berjanji akan mengobati dewi sekardadu (anak dari minak sembuyu) dengan syarat minak sembuyu dan semua rakyatnya bersedia masuk islam dan menjalankan ketentuan dari syariat islam. Namun setelah masuk islam minak sembuyu ini masih melakukan kebiasaan buruk seperti minum minuman keras dan berzina. Karena Minak Sembutu melanggar Janjinya, hal ini yang membuat maulana ishak marah.

Sehingga maulana ishak memutuskan untuk kabur dari kerajaan dengan membawa istrinya yang hamil besar yaitu dewi sekardadu.

Kemudian kaburnya maulana ishak dengan membawa putrinya ini membawa kemarahan dari minak sembuyu. Sehingga minak sembuyu ini mencari maulana ishak untuk dibunuh dan berkeinginan membawa putrinya kembali. Namun minak sembuyu ini tidak dapat menemukan maulana ishak maupun putrinya (dewi sekardadu). Kemudian ada kabar kalau dewi sekardadu ini meninggal akan tetapi tidak ada yang dapat menemukan jasadnya.

Sehingga hal ini yang membuat minak sembuyu marah dan tidak memperbolehkan semua rakyatnya menikah dengan arah ngalor ngulon karena arah rumah maulana ishak dan dewi sekardadu mengarah Ngalor Ngulon atau Barat Laut yaitu antara blambangan dan gresik. jadi begitu ndok, setelah kejadian itu tidak ada Masyarakat yang berani melanggar perintah minak sembuyu karena takut apa yang dialami dewi sekardadu akan terjadi pada dirinya. Sampai saat ini beberapa masyarakat masih mempercayai tradisi ini dan mempercayai bahwa apabila melanggar tradisi ini akan mengalami kemiskinan, kesialan dan juga kematian).55

55 Halil, diwawancara oleh Penulis, Banyuwangi, 10 Januari 2022

Dari keterangan diatas bahwasanya ada beberapa faktor yang menjadi alasan dilarangnya Tradisi Nikah Ngalor Ngulon. Beberapa dari mereka mempercayai dan menjalankan Tradisi ini karena sudah menjadi warisan nenek moyang atau kebiasaan turun temurun serta mitos yang tersebar saat melanggar tradisi ini. Akan tetapi menurut salah satu tokoh agama yaitu bapak halil bahwa alasan tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon ini bermula dari perjanjian antara minak sembuyu dan maulana ishak yang gagal, sehingga munculah tradisi ini yang masih dilestarikan sampai saat ini.

2. Pandangan 'Urf dalam Maqasid Syari'ah Jasser Auda Terhadap Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.

Untuk masyarakat Desa Purwoharjo, Arah atau Posisi Rumah menjadi suatu pertimbangan sebagai persyaratan calon mempelai pengantin untuk ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan. Adapun arah atau posisi rumah tertentu yang tidak diperbolehkan untuk melangsungkan pernikahan yaitu arah Ngalor Ngulon (Barat Laut). kata Ngalor Ngulon ini dikenal dalam bahasa indonesia sebagai arah ke Barat laut. Mengenai Mitos Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon ini berdasarkan dari hasil Observasi dan wawancara dengan masyarakat.

bahwasanya kebanyakan pasangan yang akan menikah itu terhalang restu karena arah rumahnya yang tidak tepat. Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon ini merupakan kepercayaan nenek moyang yang telah dilakukan

Dokumen terkait