• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS

C. Pembahasan Temuan

1. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Adanya Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo.

Berdasarkan penyajian data dan analisis diatas terdapat penemuan masalah yaitu kebiasaan atau tradisi adat istidat menjadi faktor utama Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon masih dilestarikan di Desa Purwoharjo. hal ini dikarenakan tradisi ini sudah menjadi warisan turun temurun dari nenek moyang dulu atau dari masa kepemimpinan minak sembuyu. Meskipun pada dasarnya masyarakat desa purwoharjo kecamatan purwoharjo kabupaten banyuwangi sudah terbilang masyarakat

60 Retna Gumanti, “Maqasid Al-Syari‟ah Menurut Jasser Auda (Pendekatan Sistem dalam Hukum Islam)”, Jurnal Al-Himayah, Vol. 2 (1), Maret 2018, 116

61 Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syari‟ah, Terj. Rosidin dan Ali Abd el-Mu‟in (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015), 11

modern. Namun beberapa dari mereka masih mempercayai hal-hal mistis atau mitos mengenai budaya jawa.

Pada budaya jawa terdapat hal-hal yang perlu dipertimbangkan saat akan mengadakan suatu kegiatan besar, seperti menentukan hari yang baik dengan tujuan agar terhindar dari hal-hal yang tidak di inginkan. Sama halnya dengan pernikahan. Ketika seseorang akan melangsungkan pernikahan, maka harus memperhatikan hari yang baik sampai ke posisi rumah calon mempelai yang akan menikah. Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat masih mempercayai Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon adalah sebagai berikut:

a. Faktor Kebiasaan atau Tradisi Adat Istiadat

Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon sudah berjalan sejak dulu dan telah menjadi kebiasaan atau tradisi adat istiadat sampai saat ini. Tradisi ini dimulai sejak masa kepemimpinan minak sembuyu di blambangan. Walaupun kebanyakan dari mereka tidak mengetahui asal-usul dari adanya Larangan Nikah Ngalor Ngulon ini, namun mereka tetap melestarikan tradisi ini karena merupakan warisan dari nenek moyang meraka.

b. Faktor Kurangnya Pengetahuan Agama

Agama sangatlah penting sebagai dasar atau pokok dalam menentukan hukum suatu permasalahan. Kurangnya pengetahuan

agama yang mengakibatkan Masyarakat mempercayai tradisi atau mitos tersebut dan dijadikan sebagai dasar hukum. Walaupun dalam tradisi tersebut tidak sesuai dengan syari‟at islam yang dapat dijadikan hukum.

c. Faktor Keyakinan

Keyakinan yang dimiliki masyarakat yaitu apabila melanggar tradisi ini akan mendapatkan malapetaka atau hal-hal buruk berupa kematian, kemiskinan atau kesulitan ekonomi. Hal ini yang mengakibatkan masyarakat memilih untuk tidak melanggar tradisi yang sudah ada.

d. Faktor Struktur Sosial Masyarakat

Struktur sosial ini menggambarkan perilaku masyarakat yang dilakukan secara berulang-ulang dengan tata cara yang sama. Pada dasarnya Struktur Sosial ini tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan Struktur sosial masyarakat terbentuk dari kebudayaan yang ada pada masyarakat tersebut. Masyarakat adalah faktor yang penting dalam kelangsungan hidup seseorang, apalagi jika menyangkut tradisi atau kebudayaan pada lingkungan tersebut. pandangan masyarakat yang masih mempercayai tradisi ini, mengakibatkan ketika ada seseorang yang melanggar tradisi ini akan menjadi perbincangan karena dianggap telah melakukan suatu hal yang tabu. Sehingga beberapa masyarakat

memilih untuk menghindari atau tidak melanggar tradisi ini karena takut menjadi perbincangan masyarakat setempat.

Jika dilihat dari segi kajian sosiologis dalam hukum islam bahwasanya sebuah tradisi atau adat istiadat yang dijalankan harus terdapat hubungan timbal balik antara agama dan masyarakat dengan menempatkan hukum islam di dalam hukum adat itu sendiri. terkadang dalam hukum tertulis atau hukum islam tidak selalu sejalan dengan perkembangan yang ada di masyarakat. Sehingga dalam aturan tertulis tersebut sering kali tidak mencerminkan rasa keadilan dalam masyarakat.

Tujuan melakukan pernikahan dalam agama islam adalah untuk menghindarkan dan menjaga hawa nafsu manusia agar tidak terjerumus ke perbuatan zina serta untuk membangun rumah tangga yang sakinah mawadah dan warahmah.62 dengan adanya Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon ini, mengakibatkan beberapa pasangan harus membatalkan pernikahan mereka karena terhalang restu orang tua atau tradisi. Sehingga dengan adanya Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon ini tidak tercapainya tujuan pernikahan dalam islam.

Namun dalam Konteks hukum islam sendiri bahwasanya pernikahan Ngalor Ngulon ini diperbolehkan karena telah memenuhi syarat-syarat dan bukan termasuk halangan-halangan-halangan untuk melakukan pernikahan.

62 Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat, (Jakarta: AMZAH, 2018), 39-41

2. Pandangan 'Urf dalam Maqasid Syari'ah Jasser Auda Terhadap Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon di Desa Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.

Kebanyakan masyarakat desa purwoharjo masih mempercayai Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon sebagai Pantangan untuk menikah.

Hal ini dikarenakan takut rumah tangganya tidak harmonis atau akan terjadi perceraian dan juga takut akan ada kematian di salah satu pihak mempelai atau keluarga. Beberapa sebab inilah yang mengakibatkan beberapa dari masyarakat desa purwoharjo lebih memilih untuk menghindari pantangan ini.

Hal seperti ini terjadi pada pasangan Ibu eka dan Bapak chandra, keduanya melakukan pernikahan dengan melanggar Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon. Sehingga tidak berselang lama setelah pernikahan orang tua dari pihak suami meninggal dunia dan kehidupan rumah tangga mereka tidak harmonis karena kesulitan ekonomi dan pada akhirnya memutuskan untuk bercerai. Kejadian-kejadian seperti inilah yang membuat masyarakat mempercayai Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon. Namun ada juga beberapa masyarakat desa purwoharjo yang melanggar tradisi ini, kemudian tidak berdampak apa-apa pada rumah tangganya seperti yang di alami oleh pasangan Bapak Khoiri dan Ibu tin serta pasangan Lutfi dan Rima. Dari contoh kasus tersebut bahwasanya pada kenyataannya mitos mengenai Tradisi Larangan Nikah Ngalor

Ngulon yang dapat mendatangkan musibah, keisalan atau bahkan kematian adalah tidak benar.

Berdasarkan Pandangan Jasser Auda dengan menggunakan teori sistemnya adalah sebagai berikut:

a. Validasi Kognisi

Akal adalah suatu daya pikir yang apabila digunakan akan mendatangkan seseorang pada pengetahuan dan pemahaman mengenai persoalan yang dihadapi.63 Akal manusia atau kognisi ini merupakan salah satu komponen yang penting. Dalam hal ini adanya perbedaan antara kognisi atau akal manusia dengan syariat. Akal manusia mempunyai kadar ukuran yang berbeda-beda tentang pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Sehingga dalam memahami setiap nas melalui kognisi akan menghasilkan pemahaman yang berbeda- beda. Dalam hal ini kaitannya sebuah adat atau tradisi dengan rasionalitas fuqaha‟. Kemudian terdapat berbagai macam pendapat mengenai tradisi atau „urf ini dari beberapa sudut pandang fuqaha‟.

Para fuqaha‟ sepakat memasukkan „urf ke dalam teori mereka. Namun terdapat perbedaan pendapat yaitu mengenai „urf yang dijadikan sebagai dalil mandiri (dengan beberapa persyaratan yang telah ditetapkan) dan juga „urf yang berlaku sebagai pertimbangan pada penerapan hukum (diputuskan pada dalil-dalil selain „urf). 64

63 M. Quraish Shihab, Logika Agama, (Jakarta: Lentera Hati, 2005), 87

64 Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syari‟ah, Terj. Rosidin dan Ali Abd el-Mu‟in (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015), 176

Selama ini fiqh dikenal sebagai aturan yang bersifat tidak dapat diubah adalah pernyataan yang tidak benar. Bahwasanya yang dimaksud disini adalah fiqh masih membutuhkan perbaikan dan kritik perdebatan menuju yang lebih baik. Menentukan suatu hukum haruslah memperhatikan dari segala aspek sehingga hukum tersebut dapat bersifat universal. Adapun sumber hukum fiqh selain dari Al- qur‟an dan Hadits, di sisi lain juga harus mempertimbangkan „urf atau kebiasaan masyarakat. begitupun dengan peraturan masyarakat setempat selain dari fiqh juga harus memperhatikan „urf. Sehingga bukan hanya hukum formal saja, namun hukum informal juga harus diperhatikan agar sesuai dengan maqasid syari‟ah. Hal ini sesuai dengan kaidah fikih berikut ini:

ةَمَّكَُمُُةَداَعل ١

“Adat dapat dijadikan (pertimbangan dalam menetapkan) hukum65 Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon merupakan tradisi yang telah berkembang dan menjadi kebiasaan adat di masyarakat. Akan tetapi dalam adat ini mengandung unsur-unsur syikrik didalamnya yaitu mempercayai datangnya rejeki, musibah dan bahkan kematian selain dari Allah swt. Sehingga unsur-unsur syirik inilah yang perlu dihilangkan tanpa harus menghapus adat tersebut dari masyarakat.

65 A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis, (Jakarta: Prenamedia Group, 2019), 9

Sehingga hukum islam disini dapat bersifat universal. Seperti pernyataan dalah kaidah fikih yaitu sebagai berikut:

ُلاَزُ يُرَرَّضلا

“Kemudaratan harus dihilangkan”66 b. Holisme atau kemenyeluruhan

Modernisme islam yang pada saat ini memperkenalkan aplikasi pendekatan holisme adalah tafsir tematik. Bahwasanya turabi menyatakan pendekatan penyatuan (tauhidi) atau holistik menuntut adanya hubungan dengan bahasa al-Qur‟an secara keseluruhann yang integral.67 Oleh karena itu, dengan adanya hubungan yang menyeluruh tersebut akan menjadikannya rangkaian yang kompleks dan tidak bersifat individual, akan tetapi kompleksitas ini mempunyai tujuan yang sama. Hal ini sejalan dengan permasalahan yang ada di kehidupan masyarakat ataupun dunia. Jika dalam mencari jawaban hukum suatu permasalahan dengan hanya mengandalkan satu nas dalil individu maka akan mendatangkan ketidakpastian. Hal ini akan berakibat pada hukum islam yang tidak universal dan mengarah ke arah perseorangan. Hal ini sebagaimana kaidah fikih dibawah ini:

ىَلَع ةَمَّدَقُمُةَّماَعلاُةَحَلْصلما ِةّصاَلخاِةَحَلْصلما

“Kemaslahatan public didahulukan daripada kemaslahatan individu”68

66 A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis, (Jakarta: Prenamedia Group, 2019), 9

67Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syari‟ah, Terj. Rosidin dan Ali Abd el-Mu‟in (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015), 260

68A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis, (Jakarta: Prenamedia Group, 2019), 11

Keberadaan Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon ini memang dalam al-Qur‟an dan hadits tidak ada mengatur. Sehingga pernikahan Ngalor Ngulon ini boleh dilakukan. namun jika ada beberapa masyarakat yang masih mempercayai adat ini maka boleh saja melestarikannya, asal unsur-unsur syirik yang ada pada adat tersebut dihilangkan. Dalam adat tersebut mempercayai akan datangnya kesusahan rezeki, musibah, dan kematian apabila melanggar Tradisi tersebut. Adapun dalam al-Qur‟an yang menjelaskan Tentang larangan mempersektukan Allah Swt. Dalam Surat Al-Luqman ayat 13 sebagai berikut:































Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku!

Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.””69

Selanjutnya dalam al-Qur‟an surat Ar-Rum ayat 40 juga menjelaskan:

69 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahan, (Bandung: Sygma Exagrafika, 2007), 412















































Artinya: “Allah yang Menciptakan kamu, kemudian Memberimu

rezeki, lalu Mematikanmu, kemudian Menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara mereka yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu yang demikian itu? Maha Suci Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.”70

Berdasarkan penjelasan diatas Dapat diketahui bahwasanya mempersekutukan Allah adalah termasuk suatu dosa yang besar. Dan juga yang dapat mendatangkan rezeki, musibah dan kematian hanyalah Allah Swt. Semata. Sehingga Unsur-Unsur Syirik pada Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon ini perlu untuk dihilangkan. Agar masyarakat tidak terjerumus ke dalam perbuatan dosa besar. Sehingga tradisi ini dapat terus dilestarikan sesuai dengan prinsip-prinsip Hukum Islam. Hal ini sebagai bentuk sikap toleransi atas keyakinan setiap orang pada adat istiadat yang berlaku. Bahwa Islam tidak begitu saja menghapuskan adat yang telah menjadi kebiasaan sejak dahulu.

Jika ditinjau dari beberapa unsur diatas, bahwasanya dalam memperkenalkan tuhan sedekat mungkin, tidak boleh ada paksaan ataupun dimasukkan secara utuh atau tanpa adanya pemahaman terlebih dahulu demi terwujudnya Tujuan Hukum Islam. Oleh karena itu dalam menetapkan suatu hukum sebuah tradisi tidaklah benar jika

70 Kementerian Agama Republik Indonesia, Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemahan, (Bandung: Sygma Exagrafika, 2007), 408

hanya mengandalkan satu hukum saja. Jadi perlunya untuk mempertimbangkan kondisi, waktu dan tempat yang akan menghasilkan pemikiran yang fleksibel (luwes) dan tidak keras akan tetapi tegas.

c. Keterbukaan dan Pembaruan

Sistem Keterbukaan yang dimaksud disini adalah suatu sistem hukum islam harus senantiasa terbuka atau menyesuaikan dengan kondisi dan lingkungan yang ada disekitarnya.71 Oleh karena itu hukum islam dituntut untuk melakukan pembaharuan seperti penjelasan pada kaidah fikih dibawah ini:

ِدِئاَوَعلاَو ِتاَيِّ نلاَو ِلاَوْحَلأاَو ِةَنِكْمَلأاَو ِةَنِمْزَلأاِريَُّغَ ت ِبْسَِبِاَهُ فَلاِتْخاو ىَوْ تَفلا ُرَّ يَغَ ت

“ fatwa berubah dan berbeda sesuai dengan perubahan zaman, tempat, keadaan, niat, dan adat kebiasaan.”72

Hukum islam senantiasa memerlukan pembaharuan untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat yang terus berkembang dari masa ke masa. Sebuah sistem harus memelihara unsur keterbukaan dan pembaharuan, sehingga tetap bisa hidup dalam ruang lingkup masyarakat manapun. Pertama, suatu pembaharuan hukum dengan cara perubahan pandangan dunia atau watak kognitif seorang fakih adalah keterbukaan dalam sistem hukum islam.73 Tradisi Larangan

71Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syari‟ah, Terj. Rosidin dan Ali Abd el-Mu‟in (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015), 13

72 A. Djazuli, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-Kaidah Hukum Islam Dalam Menyelesaikan Masalah-Masalah yang Praktis, (Jakarta: Prenamedia Group, 2019), 14

73 Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syari‟ah, Terj. Rosidin dan Ali Abd el-Mu‟in, (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015), 262

Nikah Ngalor Ngulon sudah menjadi keyakinan oleh masyarakat setempat. Sehingga sulit untuk menghilangkan atau melarang kebiasaan adat istiadat yang telah mereka lakukan sejak dahulu. Oleh karena itu Jasser Auda merumuskan teori sistem ini agar hukum islam dapat menjadi solusi untuk permasalahan ini dan dapat diterima dari kalangan masyarakat tersebut. berdasarkan watak kognitif hukum islam bahwasnya „urf adalah apa yang dipandang „urf oleh seorang fakih selama tidak bertentangan dengan maqasid syari‟ah. Kedua, adanya keterbukaan filosofis sebagai pembaharuan diri pada sistem hukum islam. Sistem hukum islam pada saat ini harus terbuka dengan pemeikiran filsafat. 74Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon yang dipraktikkan di Desa Purwoharjo ini memiliki filosofis yang panjang.

Sehingga perlunya untuk memasukkan nilai-nilai islami ke dalam tradisi ini. Seperti yang dilakukan oleh para wali songo dalam dakwahnya yaitu menjadikan tradisi sebagai salah satu sarana penyebaran islam. Hal ini mengakibatkan secara tidak langsung membuka sistem hukum islam pada ilmu alam dan sosial.

d. Hierarki-Saling Berkaitan

Pada sistem hierarki-saling berkaitan ini diharapkan dapat dilakukan perbaikan terhadap dua dimensi Maqasid Syari‟ah. Yang pertama, perbaikan pada Jangkauan Maqasid Syari‟ah. Jika sebelumnya Maqasid tradisional bersifat spesifik dikembangkan

74 Retna Gumanti, “ Maqasid Al-Syari‟ah Menurut Jasser Auda (Pendekatan Sistem dalam Hukum Islam), Jurnal Al-Himayah, Vol. 2 (1), Maret 2018, 112

menjadi maqasid kontemporer yang bersifat menyeluruh. Jasser Auda membagi Hierarki Maqasid menjadi 3 bagian yaitu Pertama, Maqasid Ammah adalah Maqasid mencakup segala permasalahan dalam syariat yang bersifat umum dan juga universal misalnya keadilan, persamaan, toleransi, kemudahan, dan lain-lain. Maqasid ini termasuk ke dalam kategori daruriyat jika dalam Maqasid tradisional. Kedua, Maqasid Khassah adalah Maqasid yang mencakup suatu permasalahan pada satu bab ilmu. Dan yang Ketiga, Maqasid Juz‟iyyah atau partikuler adalah Maqasid yang mengandung maslahah atau hikmah yang diambil dari nas pada suatu peristiwa hukum tertentu.75 Maqasid yang saling berkaitan adalah satu sama lain saling berkaitan dan mendukung dengan penempatan yang sejajar.

Kemudian yang Kedua adalah perbaikan pada orang yang dijangkau oleh Maqasid. Jika Maqasid yang lama masih besifat individual maka fitur hierarki saling berkaitan ini lebih ke cakupan maqasid kontemporer. Hal ini akan berakibat pada maqasid yang mencakup pada jangkauan maayarakat, bangsa, ataupun dunia.

Kemaslahatan publik disini lebih didahulukan jika berhadapan dengan kebimbangan terhadap kemaslahatan yang bersifat individu.76

Maqasid Ammah Termasuk ke dalam kategori Daruriyat jika dalam Maqasid Tradisional. Sehingga menurut pendapat penulis jika

75 Retna Gumanti, “ Maqasid Al-Syari‟ah Menurut Jasser Auda (Pendekatan Sistem dalam Hukum Islam), Jurnal Al-Himayah, Vol. 2 (1), Maret 2018, 113

76 Retna Gumanti, “ Maqasid Al-Syari‟ah Menurut Jasser Auda (Pendekatan Sistem dalam Hukum Islam),113-114

Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon diterapkan pada zaman sekarang akan menghilangkan tujuan dari pernikahan itu sendiri yaitu untuk melestarikan keturunan dan menjaga agama. Hal ini dengan adanya tradisi ini maka kedua mempelai yang sudah siap akan menuju ke jenjang yang lebih serius akan batal untuk menikah, sehingga tidak terwujudnya tujuan menikah yaitu untuk melestaikan keturunan.

Kemudian kepercayaan masyarakat jika datangnya musibah, kesulitan ekonomi dan kematian datangnya dari selain Allah, hal ini dikhawatirkan akan menuju ke perbuatan syirik dan tidak termasuk ke dalam perbuatan menjaga agama.

Maqasid Khassah adalah Maqasid yang mencakup suatu permasalahan pada satu bab ilmu. Berdasarkan pasal 3 dalam Kompilasi Hukum Islam Menjelaskan bahwasanya tujuan penikahan adalah membentuk, dan menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah. maka dengan adanya Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon ini tidak terwujudnya tujuan pernikahan.

Selanjutnya, Maqasid Juz‟iyyah adalah Maqasid yang terkait pada Maslahah ataupun hikmah yang diambil dari nas pada suatu peristiwa hukum. Dalam hal ini maslahah dari tradisi ini adalah sebagai salah satu bentuk kehati-hatian dalam mencari jodoh. Maka pada saat ini kemashlahatan ini sudah tidak berlaku lagi, hal ini dikarenakan memaksakan untuk mempercayai tradisi ini

mengakibatkan tidak terpenuhinya HAM (Hak Asasi Manusia) dalam diri seseorang.

Dalam hal ini Maqasid saling berkaitan yaitu antara Maqasid ammah, Maqasid Khassah, dan Maqasid Juz‟iyyah. Dalam hal ini hukum bolehnya Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon karena sebagai bentuk kehati-hatian dalam mencari jodoh. Namun pada saat ini sesuai dengan Maqasid Kontemporer bahwa adanya kebebasan dalam berkeyakinan. Sehingga setiap orang berhak untuk memilih mempercayai Tradisi ini ataupun tidak. Kalaupun tradisi ini masih ingin dilestarikan perlunya untuk menghilangkan unsur-unsur syirik dalam tradisi tersebut.

Berdasarkan hierarki-saling berkaitan yang Kedua, perbaikan pada orang yang dijangkau oleh Maqasid. Apabila Maqasid tradisional lebih cenderung bersifat individual, maka fitur hierarki-saling berkaitan ini lebih cenderung ke maqasid kontemporer. Dimana maqasid menjangkau lingkungan, bangsa, dan bahkan negara sebagai tempat bagi seseorang untuk beradaptasi pada lingkungannya. Dengan melanggar tradisi ini maka akan berdampak pada cacian masyarakat padanya, karena telah melanggar adat kebiasaan yang telah berlaku sejak dulu. Walaupun berdasarkan tujuan pernikahan yaitu melestarikan keterununan, tradisi ini tidak dibenarkan. Namun tradisi ini juga tidak serta merta membatasi orang untuk tidak melakukan

pernikahan, hanya pada arah tertentu saja. Sehingga tradisi ini boleh dilestarikan selama masih sesuai dalam prinsip-prinsip hukum islam.

e. Ushul Fikih Multidimensional

Suatu sistem tidaklah sesuatu yang tunggal. Akan tetapi, ia memiliki beberapa bagian yang saling berkaitan satu sama lain.

Hukum islam ini bagaikan sebuah sistem. Hukum islam sebagai sistem memiliki beragam dimensi.77 Dalam sistem multidimensional ini Jasser Auda menawarkan dua dimensi dalam proses penetapan hukum yaitu dengan memperluas jangkauan qath‟i dan mengurai pertentangan dalil dengan beracuan pada maqasid syari‟ah. Contohnya apabila suatu permasalahan kemudian dipandang secara mono-dimensi seperti perang dan damai, perintah dan larangan, lelaki-lakian dan kewanitaan serta seterusnya, hal ini akan menimbulkan pertentangan pada dalil- dalil. Padahal jika mau memperluas jangkauan penglihatannya dengan memasukkan satu dimensi yaitu Maqasid, dalil-dalil yang awalnya terlihat bertentangan satu sama lain, jika dilihat dari konteks yang berbeda tidaklah demikian. Jadi kedua dalil yang nampak bertentangan dapat diselesaikan pada konteks yang baru yaitu maqasid syari‟ah.

Sehingga akan berdampak pada hukum islam yang fleksibel dalam menghadapi permasalahan yang kontemporer.78

77 Retna Gumanti, “ Maqasid Al-Syari‟ah Menurut Jasser Auda (Pendekatan Sistem dalam Hukum Islam), Jurnal Al-Himayah, Vol. 2 (1), Maret 2018, 115

78 Jasser Auda, Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syari‟ah, Terj. Rosidin dan Ali Abd el-Mu‟in (Bandung: PT Mizan Pustaka, 2015),14

Jika dilihat kaitannya dengan Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon bahwasanya dalam pandangan adat pernikahan ini dilarang akan tetapi dalam pandangan Hukum Islam pernikahan ini diperbolehkan bahkan dianjurkan bagi mempelai yang sudah siap dari segi lahir maupun batin. Pertentangan ini jika dilihat dari segi Maqasid adalah pertimbangan „urf sebagai universalitas hukum islam akan menjadikannya fleksibel sesuai dengan perbedaan adat kebiasaan, baik tempat ataupun waktu dan juga menjadikan Maqasid sebagai fasilitas dalam melakukan perubahan hukum islam sesuai kebiasaan masyarakat. dalam hal ini meskipun Tradisi Larangan Nikah Ngalor Ngulon ini diperbolehkan dalam hukum islam akan tetapi jika dilihat dari kebiasaan masyarakat. tradisi ini boleh untuk dilestarikan dengan memasukkan prinsip-prinsip hukum islam ke dalam adat tersebut.

dengan adanya hubungan antara budaya dan agama secara sistematis ini, menjadikannya saling terkait dan membentuk struktur yang utuh.

Mutidimensionalitas ini dapat menyatukan suatu kerangka makro sebagai analisis dan juga pengembangan pada hukum islam sesuai dengan tujuan hukum islam.

f. Kebermaksudan

Pada fitur kebermaksudan ini Jasser Auda menawarkan penafsiran pada sumber-sumber primer yaitu Al-Qur‟an dan Hadis dalam maqasid syari‟ahnya dan juga pada sumber-sumber rasional yaitu: Qiyas, Mahslahah Mursalah, Istihsan, dan lain-lain. Maksudnya

Dokumen terkait