• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI DIO MAJANG DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT BUGIS KOTA PAREPARE PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "TRADISI DIO MAJANG DALAM PERKAWINAN MASYARAKAT BUGIS KOTA PAREPARE PERSPEKTIF HUKUM ISLAM "

Copied!
86
0
0

Teks penuh

Tradisi Dio Majang dalam perkawinan masyarakat Bugis di kota Parepare dari segi hukum Islam (dibimbing oleh Fikri dan Aris). Salah satu tradisi upacara yang masih berkembang di kalangan masyarakat Bugis adalah tradisi perkawinan dio majang.

Rumusan Masalah

Menurut pendapat masyarakat Bugis kota Parepare, banyak masyarakat yang mengartikan dio majang sebagai obat untuk meningkatkan keharmonisan rumah tangga dengan cara menyimpan sisa air mandi calon pengantin ke dalam botol air minum setelah seluruh rangkaian acara selesai. Kemudian kedua mempelai menuju ke rumah pasangannya, air dari bak mandi tersebut tercampur dengan air minumnya. Tradisi ini merupakan wujud dari kepercayaan masyarakat Bugis terhadap dio majang, yaitu ketika ingin melangsungkan upacara pernikahan harus melakukan dio majang terlebih dahulu dan setelah mandi Sanro Paddio berpesan untuk mengambil wadah air minum dan menuangkannya sedikit. sisa air dari bak mandi untuk disimpan. Pada acara pernikahan, masyarakat juga melakukan hal yang sama, yaitu menyimpan sisa air mandi untuk diawetkan dan dicampur dengan air minum istri dan suami.

Ritual atau proses dio majang dilakukan di dalam rumah, tepatnya pada posisi bulatan, yaitu pada salah satu tiang rumah yang berada di tengah, yang dianggap suci oleh pemiliknya. Berangkat dari latar belakang permasalahan di atas, maka penulis melakukan penelitian mengenai dio majang dengan judul Tradisi Dio Majang Dalam Pernikahan Masyarakat Bugis di Kota Parepare Dalam Perspektif Hukum Islam.

Tujuan Penelitian

Persamaan penelitian yang akan diteliti adalah sama-sama mengkaji tradisi Dio Majang dari sudut pandang hukum Islam. Tradisi Dio majang merupakan suatu struktur budaya yang tertanam dalam masyarakat dan menjadi suatu kebiasaan karena makna dan fungsi serta nilai-nilai syariat Islam yang terkandung dalam pelaksanaannya. Penelitian ini memusatkan perhatiannya pada kepercayaan masyarakat Bugis terhadap tradisi dio majang dalam perkawinan masyarakat Bugis ditinjau dari hukum Islam.

Sementara itu, diperlukan analisis mendalam sesuai kerangka teori yang ada untuk memahami nilai-nilai hukum Islam mengenai budaya Dio Majang dalam masyarakat Bugis. Tradisi dio majang merupakan warisan budaya orang tua terdahulu yang berupa mandi yaitu mandi bunga yang dilakukan oleh kedua mempelai sebelum akad nikah. Dio Majang merupakan budaya/tradisi yang telah dilakukan secara turun temurun di kalangan masyarakat Bugis di kota Parepare.

Meski saat ini masih banyak masyarakat yang belum mengetahui asal muasal tradisi Dio Majang ini. Dan dari segi manfaatnya, tradisi Dio Majang tidak menimbulkan celaka, hal buruk dan merugikan. Adat ini dikenal dengan tradisi dio majang yang artinya mandi pinang dan kembang kelapa.

Manfaat Penelitian

Tinjauan Teoritis

Teori ‘urf

Secara etimologis, 'urf berasal dari kata al-ma'ruf yang berarti sesuatu yang diketahui atau bermakna baik. Sedangkan dari segi terminologi, 'urf diartikan sebagai keadaan yang sudah kuat dalam jiwa manusia, dibenarkan oleh akal sehat dan diterima oleh naluri. 4 Dari pengertian tersebut, 'urf adalah suatu kebiasaan yang telah lama diketahui oleh masyarakat dan telah menjadi suatu tradisi yang berupa ucapan atau tindakan atau hal-hal yang meninggalkan sesuatu disebut juga adat'urf yang terdiri dari saling pengertian antar manusia mengenai tingkatannya yang berbeda-beda, keumumannya, dan kekhususannya.5. Tradisi ini dilanjutkan oleh para ahli hukum Islam pada periode-periode berikutnya.Ahli hukum Islam yang menggagas teori ini adalah Malik bin Anas, beliau berpendapat bahwa 'urf masyarakat harus diperhitungkan dalam merumuskan suatu ketentuan hukum Islam6.

Dan syariat telah menjaga keaslian ‘urf bangsa Arab dalam pembentukan undang-undang, mewajibkan diat (hukuman) bagi wanita yang berakal dan mewajibkan kafa’ah (kesesuaian) dalam urusan perkawinan dan juga mempertimbangkan adanya ashobah. (ahli waris yang bukan penerima pembagian definitif) dalam hal meninggal dunia dan pembagian harta warisan. Maka jika diperbolehkan, karena keadaan darurat atau kebutuhannya, maka boleh, sedangkan keinginan untuk dapat menduduki jabatan darurat dalam hal ini, jika tidak darurat dan juga tidak termasuk kebutuhannya, maka adalah dihukum dengan membatalkan akad dan berdasarkan 'urf ini tidak diakui Adat istiadat yang diketahui masyarakat, namun bertentangan dengan syara, atau menghalalkan yang haram dan yang wajib, seperti saling pengertian, membatalkan antar manusia tentang keburukan tertentu. perbuatannya dalam upacara kelahiran anak dan di tempat duka.

Teori receptie

Proses pelaksanaan tradisi Dio Majang cukup sederhana dan tidak memerlukan penggunaan alat dan bahan yang rumit, hal ini dilakukan dengan tujuan penyucian. Artinya tradisi dio majang tidak hanya sekedar dilaksanakan, namun tradisi ini dijadikan sebagai doa yaitu penyucian segala sesuatu yang kotor, agar Allah swt. Dilihat dari proses pelaksanaan tradisi Dio Majang ini memang sangat mudah dan sederhana untuk dilakukan serta tidak menimbulkan kendala bagi yang mengamalkan tradisi ini.

Hal ini juga sejalan dengan tradisi dio majang yang dilakukan masyarakat hanya sebagai harapan doa sebagai sarana penyucian diri sebelum memasuki kehidupan berumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kewajiban untuk melakukan dio majang, jika dia melakukannya maka silakan melakukannya.

Teori receptie a contrario

Tinjauan Konseptual

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan hukum Islam adalah hukum Islam menurut ushul fiqh karena dalam perbuatan yang berkaitan dengan perbuatan dan perbuatan mukallaf dengan perintah, pilihan atau ketetapan. 15 Erfan Riadi, “Kedudukan Fatwa Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Hukum Positif (Analisis Perundang-undangan Normatif)” (Jurnal Ulumuddin, Jil. Pelaksanaan syariat Islam merupakan proses penghambaan, penyembahan dan penyerahan manusia kepada kehendak Allah swt. .

Keadilan dalam hukum Islam mencakup beberapa aspek kehidupan: hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam lingkungannya. Prinsip kebebasan dalam hukum Islam menghendaki agar agama disebarluaskan bukan dengan paksaan, melainkan melalui penjelasan, demonstrasi, dan argumentasi.

Bagan Kerangka Pikir

Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada buku panduan penulisan artikel ilmiah (makalah dan esai) terbitan Stain Parepare tanpa mengabaikan buku metodologi penelitian lainnya. Buku ini menjelaskan beberapa metode yang digunakan dalam penelitian, antara lain jenis penelitian, tempat penelitian, fokus penelitian, jenis data yang digunakan, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.1. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan karena peneliti harus terjun langsung di lapangan dan terlibat langsung dengan masyarakat setempat.

Terlibat langsung dengan masyarakat atau peserta berarti merasakan apa yang mereka rasakan dan juga mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai situasi setempat. Peneliti harus mempunyai pengetahuan tentang situasi dan kondisi masyarakat atau partisipan yang akan diteliti 2 Penelitian lapangan Yang dimaksud disini adalah peneliti harus terjun langsung untuk melihat, mengetahui dan mendengarkan keadaan yang terjadi di masyarakat.

Lokasi Penelitian dan waktu penelitian

Kota Parepare beriklim tropis dengan dua musim, yaitu musim kemarau pada bulan Maret hingga September dan musim hujan pada bulan Oktober hingga Februari. Objek wisata Waterboom Parepare kini menjadi favorit warga kawasan Ajattappareng untuk mengisi liburan akhir pekan dan liburan sekolah bagi pelajar. Dibangun pada tahun 1920, Jompie Botanical Gardens mengandung keanekaragaman hayati dan merupakan objek wisata serta pusat penelitian tanaman tropis, khususnya tanaman endemik Sulawesi. Jarak dari pusat Kota Parepare sekitar 3,5 km.

Dan masih ada tempat wisata lainnya seperti : Sungai Ladoma Bacukiki, Pantai Mattirotasi, Terumbu Karang Tongrangeng, Sumur Jodoh Soreang, Gua Tompangen, Desa Wisata Wattang Bacukiki, Salo Karajae, Museum Gandaria, Bendungan Lappa Angin, Pantai Torangeng.3. Pada saat penelitian ini dilaksanakan, penulis melaksanakan proposal penelitian sejak diterima sebagai salah satu subjek penelitian disertasi selama kurang lebih satu bulan 30 (tiga puluh hari).

Fokus Penelitian

Jenis dan Sumber Data

Teknik Pengumpulan Data

Tradisi Dio Majang yang diketahuinya adalah masyarakat mengikuti tradisi nenek moyang dan masih dilestarikan atau masih dilakukan hingga saat ini. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat tidak terlalu memperhatikan asal muasal tradisi Dio Majang, namun yang penting bagi mereka adalah melestarikan dan melestarikan budaya orang tuanya. Dio Majang merupakan tradisi yang dilakukan oleh warga Kota Parepare sejak zaman nenek moyang hingga sekarang.

Ini bagian dari kesucian majang dari Allah, jadi majang tabbaka menunggu kebahagiaan dari Allah, maka berdoalah. “Nah, dio majang yang saya tahu adalah untuk bersuci dan sebagai doa pengharapan kepada Allah SWT, dan tradisi ini saya amalkan karena orang tua saya juga melakukan dio majang.”22. Nah, setahu saya dio majang itu untuk bersuci dan sebagai pengharapan doa kepada Allah SWT, dan tradisi ini saya praktekkan karena orang tua saya juga melakukan dio majang.

Inilah tujuan yang dilakukan Dio Majang tadi, tidak ada ancaman atau bahaya yang akan terjadi jika tidak dilakukan.

Analisis Data

Perspektif hukum Islam terhadap tradisi dio majang dalam perkawinan

Berdasarkan tujuan tersebut maka tradisi dio majang diperbolehkan secara hukum karena tidak bertentangan dengan syariat Islam, bahkan dapat direkomendasikan karena dapat memotivasi masyarakat untuk tetap menjaga tradisi dio majang yang merupakan bagian mendasar dari 'urf shahih dan hendaknya disimpan. Masyarakat Bugis sangat kuat dalam adat istiadatnya, terbukti hampir dalam setiap kegiatan atau acara baik itu pesta pernikahan, akika, dan lain-lain. Pasti ada budaya yang dilakukan, termasuk tradisi dio majang yang dilakukan menjelang pernikahan, namun di sisi lain tetap menjaga dan menaati ajaran Islam. Jadi tradisi dio majang merupakan tradisi dari nenek moyang kita, kedua jenis majang alosi dan majang kaluku, semakin panjang kelapanya maka semakin baik, jadi jika diturunkan dari Allah maka sangat berkaitan dengan orang yang baik. pengantin sampai mereka tua.

Maksudnya, pada mulanya masyarakat mempercayai bahwa dio majang merupakan obat dan pembersih untuk membersihkan diri sebelum menikah, pada saat perkawinan sebagai tanda syukur, hingga akhirnya menjadi adat istiadat di kalangan masyarakat kota Parepare yang hingga saat ini masih dipegang teguh. di luar sebelum acara. Tradisi ini mempunyai nilai moral yaitu tauhid yaitu untuk mengesankan Allah karena melakukan dio majang bertujuan untuk berdoa kepada Allah agar mengirimkan rahmat-Nya kepada calon pengantin, nilai amar Maruf Mahi munkar karena Dio mempunyai niat yang baik, yaitu pemurnian. sendiri Allah menyukai orang yang suci dan nilai kebebasan/kemerdekaan (al-hurriyah) adalah tidak adanya kewajiban dalam melaksanakan Dio Majang.

Saran

Islam dan tradisi lokal di nusantara (kajian kritis terhadap tradisi taruhan pelet pada masyarakat Madura dalam perspektif hukum Islam)" Al-Maslahah, 13, no 2. Sejarah Pergolakan Antara Hukum Islam dan Hukum Adat pada Masa Kolonial Belanda An-Nur Vol 1, No 2 .Rahmawati "Kedudukan Fatwa Hukum Islam dan Hukum Positif (Analisis Hukum Normatif)" (Jurnal Ulumuddin, Vol.

Dio Majeng dalam Prosesi Pernikahan Bugis Sidrap Dalam Perspektif Hukum Islam." (Tesis; Syariah dan Ekonomi Islam: STAIN Parepare. Ciri-ciri Hukum Keluarga dan Kemungkinan Ajaran dan Adat istiadat Islam dalam Masyarakat Matrilineal Minangkabau, (Cet I; Jakarta: Pt Rajagrafindo) Persada.

Referensi

Dokumen terkait

1. Wali dari mempelai perempuan yang akan mengakadkan perkawinan 4. Ijab yang dilakukan oleh wali dan qabul yang dilakuakn oleh suami. Mahar yang harus ada dalam setiap

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh di lapangan, terdapat dua dampak positif dan satu dampak negatif yang ditimbulkan dari perkawinan endogami ( Siala

Berdasarkan ayat tersebut jelaslah bahwa perilaku atau tradisi pemujaan pada masyarakat Wale-ale tidak dibenarkan dalam ajaran agama Islam, karena setiap perbuatan

masyarakat Bugis di Kecamatan Sinjai Selatan ditentukan berdasarkan strata sosial, namun strata sosial disini tidak hanya disebabkan oleh karena ia keturunan

Jika dilihat dari teori ‘ urf maka tradisi perkawinan yang dilaksanakan oleh masyarakat dusun Cikalan itu tidak bertentangan dengan syarat-syarat ‘ urf, karena tradisi ini

Tradisi perkawinan adat suku Bugis, tidak hanya menetapkan mahar sebagai pemberian yang wajib diserahkan oleh mempelai pria kepada mempelai wanita dalam perkawinan, akan tetapi

Agama adalah sistem yang mengatur kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan yang maha kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan

Urf‟ sendiri memiliki pengertian yaitu setiap perkataan atau perbuatan yang telah terpatri dalam jiwa sebagian besar dari suatu kaum berdasarkan akal dan diterima oleh tabiat sehat