TRANSMISI DAN DISTRIBUSI ENERGI LISTRIK
OPERASI SISTEM TENAGA
LISTRIK
KELOMPOK 5
34219033 MUH. DONY AMANSYAH 34219038 RIFALDI ALKAUTSAR
34219039 SALSABILA DEA SARASWATI
Pembimbing : Ir. Makmur Saini, M.T., Ph.D.
SUB POKOK PEMBAHASAN
1. Stabilitas Operasi Sistem Tenaga Listrik
2. Sistem Tenaga Listrik
3. Persoalan-persoalan Operasi Sistem Tenaga
Listrik
4. Manajemen Operasi Sistem Tenaga Listrik
Stabilisasi operasi sistem tenaga listrik didefinisikan sebagai kemampuan dari sistem untuk menjaga kondisi operasi yang seimbang dan kemampuan sistem tersebut untuk kembali ke kondisi operasi normal ketika terjadi gangguan.
1. STABILITAS OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
Normal berarti seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi teratasi dan keamanan sistem dapat dipenuhi.
Siaga/Alert berarti seluruh konsumen dapat dilayani, kendala operasi dapat dipenuhi, tetapi keaman sistem tidak dapat dipenuhi.
Darurat/Gangguan berarti konsumen tidak dapat dilayani, kendala operasi tidak dapat dipenuhi.
Pemulihan berarti peralihan kondisi darurat tenaga listrik yang diukur dengan kualitas tegangan dan frekuensi yang dijaga sedemikian rupa sehingga tetap pada kisaran yang ditetapkan.
• Kondisi Operasi Sistem Tenaga Listrik
Berhubungan dengan berbagai persoalan teknis, tenaga listrik hanya dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu, sedangkai pemakai listrik atau pelanggan tenaga listrik tersebar diberbagai tempat, sehingga penyampaian atau penyaluran tenaga listrik dari pembangkit sampai tempat pelanggan memerlukan berbagai penanganan teknis.
Kondisi Operasi Sistem Tenaga Listrik
• Bagan Pendistribusian Tenaga Listrik (mulai dari pembangkit sampai ke pelanggan)
Sistem tenaga listrik adalah sekumpulan pusat listrik dan gardu induk yang satu sama lain dihubungkan oleh jaringan transmisi sehingga merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Biaya operasi dari sistem tenaga listrik pada umumnya merupakan bagian biaya yang terbesar dari biaya operasi suatu perusahaan listrik.
2. SISTEM TENAGA LISTRIK
• Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik (Grid Code) Sulawesi
Aturan Jaringan Sistem Tenaga Listrik (Grid Code Sulawesi) atau biasa disebut Aturan Jaringan Sulawesi merupakan serangkaian aturan, persyaratan, dan standar yang bersifat dinamis dan adaptif untuk memastikan jaringan Sistem Tenaga Listrik Sulawesi yang aman, andal, dan efisien dalam memenuhi peningkatan kebutuhan penyediaan tenaga listrik.
Aturan Jaringan Sulawesi disusun berdasarkan kondisi struktur Sistem Tenaga Listrik Sulawesi saat ini untuk diberlakukan kepada pelaku usaha penyediaan tenaga listrik, yang selanjutnya disebut pelaku usaha, atau pemakai jaringan Sistem Tenaga Listrik, yang selanjutnya disebut pemakai jaringan, dan konsumen tenaga listrik pada Sistem Tenaga Listrik Sulawesi, yang terdiri atas:
1. Pengelola operasi sistem PT PLN (Persero);
2. Pengelola transmisi PT PLN (Persero);
3. Pengelola pembangunan PT PLN (Persero);
4. Pengelola pembangkit;
5. Pengelola distribusi PT PLN (Persero);
6. Konsumen tenaga listrik yang instalasinya tersambung secara langsung ke jaringan transmisi; dan
7. Pelaku usaha atau pemakai jaringan dan konsumen tenaga listrik dengan perjanjian khusus termasuk kerjasama operasi (KSO).
Pelaku usaha atau pemakai jaringan dan konsumen tenaga listrik pada Sistem Tenaga Listrik Sulawesi harus memenuhi semua ketentuan dalam Aturan Jaringan Sulawesi sebagai dasar dalam perencanaan, penyambungan, pengoperasian, dan pengembangan instalasi penyediaan tenaga listrik yang dimilikinya. Selain itu, ketentuan pada Aturan Jaringan Sulawesi akan memberikan kejelasan mengenai hak dan tanggungjawab masing-masing pelaku usaha atau pemakai jaringan dan konsumen tenaga listrik pada Sistem Tenaga Listrik Sulawesi.
1. Pengaturan Frekuensi
Daya yang dibangkitkan dalam sistem tenaga listrik harus selalu sama dengan beban sistem, hal ini diamati melalui frekuensi sistem. Kalau daya yang dibangkitkan dalam
sistem lebih kecil daripada beban sistem maka frekuensi turun sebaliknya apabila daya yang dibangkitkan lebih besar daripada beban maka frekuensi naik.
Frekuensi nominal di jaringan yaitu 50 Hz. Frekuensi sistem dapat naik sampai dengan 52 Hz dan turun sampai dengan 47 Hz pada keadaan luar biasa. Desain unit pembangkit dan peralatan harus dapat beroperasi sesuai batas rentang frekuensi operasi berikut ini:
3. PERSOALAN – PERSOALAN OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
Tabel 1. Batas Rentang Frekuensi Operasi
Rentang Frekuensi Rentang Waktu Operasi
51,50 Hz < f ≤ 52,00 Hz Beroperasi selama paling singkat 15 menit
51,00 Hz < f ≤ 51,50 Hz Beroperasi selama paling singkat 90 menit
49,00 Hz < f ≤ 51,00 Hz Beroperasi secara terus-menerus
47,50 Hz < f ≤ 49,00 Hz Beroperasi selama paliing singkat 90 menit
47,00 Hz < f ≤ 47,50 Hz Beroperasi palling singkat 6 detik
2. Pemeliharaan Peralatan
Peralatan yang beroperasi dalam system tenaga listrik perlu dipelihara secara periodik dan juga perlu segera diperbaiki apabila mengalami kerusakan.
3. Biaya Operasi
Biaya operasi khususnya biaya bahan bakar merupakan biaya yang terbesar dari suatu perusahaan listrik sehingga perlu dipakai teknikt-teknik optimisasi untuk menekan biaya ini.
4. Perkembangan Sistem
Beban selalu berubah sepanjang waktu dan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak dapat dirumuskan secara eksak, sehingga perlu diamati secara terus menerus agar dapat diketahui langkah pengembangan system yang harus dilakukan agar system selalu dapat mengikuti perkembangan beban sehingga tidak akan terjadi pemadaman tenaga listrik dalam system.
5. Gangguan Dalam Sistem
Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah sesuatu yang tidak dapat sepenuhya dihindarkan. Penyebab gangguan yang paling besar adalah petir, hal ini sesuai dengan isokeraunic level yang tinggi di tanah air kita.
6. Tegangan Dalam Sistem
Tegangan merupakan salah satu unsur kualitas penyediaan tenaga listrik dalam sistem oleh karenanya perlu diperhatikan dalam pengoperasian sistem.
Perubahan tegangan pada jaringan harus dipertahankan dalam batas rentang variasi tegangan sebagai berikut:
Tabel 2. Batas Rentang Variasi Tegangan
Tegangan Nominal Kondisi Normal
500 kV + 10%, - 10%
275 kV + 10%, - 10%
150 kV + 10%, - 10%
66 kV + 5%, - 10%
30 kV + 5%, - 10%
4. MANAJEMEN OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK
Operasi sistem tenaga listrik menyangkut berbagai aspek yang luas, khususnya biaya yang tidak sedikit dalam penyediaan tenaga listrik bagi masyarakat luas dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Oleh karena itu operasi sistem tenaga listrik memerlukan menejemen yang baik.
Untuk dapat mengoperasikan sistem tenaga listrik dengan baiik perlu ada beberapa hal sebagai berikut:
1. Perencanaan Operasi
Yaitu pemikiran mengenai bagaimana sistem tenaga listrik akan dioperasikan
untuk jangka waktu tertentu.
Pemikiran ini harus
mencakup perkiraan beban, koordinasi pemeliharaan peralatan, optimisasi,
keandalan serta mutu tenaga listrik.
Yaitu pelaksanaan dari rencana operasi serta pengendaliannya apabila terjadi hal-hal yang menyimpang dari rencana operasi.
2. Pelaksanaan dan Pengendalian Operasi
3. Analisa Operasi
Yaitu Analisa atas hasil-hasil operasi untuk memberikan umpan balik bagi perencanaan operasi maupun bagi
pelaksanaan dan pengendalian operasi. Analisa operasi juga diperlukan untuk memberikan saran-saran bagi
pengembangan sistem serta penyempurnaan pemeliharaan instalasi.
• Aturan Manajemen Jaringan Sulawesi
Aturan Manajemen Jaringan dimaksud untuk menjelaskan prosedur umum mengenai perubahan Aturan Jaringan Sulawesi, penyelesaian perselisihan, dan penilaian kembali secara periodik pengoperasian dan manajemen jaringan transmisi (grid). Penerapan prosedur tersebut akan mendorong terciptanya keandalan dan keamanan jaringan, memacu efisiensi ekonomi dan efisiensi pengoperasian, serta memfasilitasi pengembangan dan investasi jaringan.
PEMELIHARAAN INSTALASI
Pemeliharaan Instalasi adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dalam instalasi tersebut dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebabkan kerusakan.