TUGAS 2 HUKUM ADMINISTRASI NEGARA RAHMAIKA WIDYANTI
052004672
Pemerintah Kabupaten Banjar Pinjam Pakai Jalan Irigasi untuk Penataan Kawasan Sekumpul
BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Pemerintah Kabupaten Banjar menandatangani pinjam pakai jalan inspeksi irigasi, dengan Balai Wilayah Sungai Kalimantan III Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR.
Penandatanganan dilakukan Bupati Banjar H Saidi Mansyur bersama Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan III Dirjen Sumberdaya Air Kementerian PUPR, Fikri Abdurrachman, di Mahligai Sultan Adam, Kota Martapura, Provinsi
Kalimantan Selatan, Senin (2/8/2021). Bupati Banjar H Saidi Mansyur l
mengatakan penandatangan perjanjian sehubungan dengan antisipasi wilayah sungai dalam rangka penataan kawasan Sekumpul Kota Martapura.
"Hal ini dalam rangkaian pembuatan pedestrian, ruang terbuka publik, jaringan outlet drainase dari jembatan irigasi hingga jembatan Sungai Paring," jelasnya.
Pemerintah daerah, sebut Saidi, akan memaksimalkan pemanfaatan jaringan irigasi dan jalan inspeksi wilayah Sekumpul. Pihaknya selalu berkoordinasi, apabila ada hal-hal teknis pada saat pembangunan, perbaikan dan
pemeliharaannya. Penandatangan pinjam pakai barang milik negara pada jaringan irigasi Riam Kanan Kabupaten Banjar berupa jalan inspeksi saluran primer Riam Kanan ruas BRK 8D-BRK 8, disaksikan Asisten Bidang
Pemerintahan dan Kesra H.Masruri.
Turut pula Plt Asisten Perekonomian dan Pembangunan Ikhwansyah, perwakilan Dinas PUPR Kabupaten Banjar, Kepala Dinas Sosial H Ahmadi, Kepala Dinas Kesehatan Banjar Diauddin, Kalak BPBD Banjar Irwan Kumar dan perwakilan TP PKK Kabupaten Banjar. (AOL/*)
Artikel ini telah tayang di BanjarmasinPost.co.id dengan judul Pemerintah Kabupaten Banjar Pinjam Pakai Jalan Irigasi untuk Penataan Kawasan Sekumpul.
https://banjarmasin.tribunnews.com/2021/08/03/pemerintah-kabupaten-banjar-pinjam- pakai-jalan-irigasi-untuk-penataan-kawasan-sekumpul.
Dalam rangka mengoptimalkan kemanfaatan barang milik negara, dapat dilakukan model pemanfaatan barang milik negara, selain sewa yakni pinjam pakai seperti yang terdapat dalam Lampiran III PMK No 96/PMK.06/2007.
Pertanyaan
1. Dari contoh artikel di atas, jelas bahwa penandatanganan pinjam pakai tersebut telah melalui parameter yang
harus dipenuhi BMN yang dapat dijadikan objek pinjam pakai, simpulkan parameter yang dapat dijadikan objek
pinjam pakai, baik yang dapat dilakukan oleh BMN maupun pengguna barang!
2. Sebelum dilakukan penandatanganan atau pembuatan perjanjian, harus ada penilai terhadap BMN yang
dijadikan objek kerja sama, berikan analisis saudara proses penilaian yang harus dilakukan!
Jawab:
1. Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020, pemanfaatan BMN merupakan pendayagunaan aset negara yang tidak digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga dan/atau optimalisasi BMN dengan tidak mengubah status kepemilikan. Aturan terkait pemanfaatan BMN mulai muncul pada tahun 1994 melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 470/KMK.01/1994 tentang Tata Cara Penghapusan dan Pemanfaatan Barang Milik Negara/Kekayaan Negara.
Dalam keputusan ini, bentuk pemanfaatan yang berlaku sesuai keputusan tersebut hanya ada tiga, yaitu disewakan, bangun guna serah, dan dipinjamkan. Pada tahun 2007, diterbitkanlah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara yang mencabut KMK Nomor 470/KMK.01/1994. Aturan ini lebih merinci tata cara pengelolaan dan penatausahaan BMN. Terdapat tambahan dan perubahan nomenklatur pada pasal bentuk pemanfaatan, yaitu sewa, pinjam pakai, kerja sama pemanfaatan serta bangun guna serah dan bangun serah guna. Dalam rangka menyikapi perkembangan kondisi tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), PMK 96/PMK.06/2007 dipecah menjadi beberapa aturan tersendiri sesuai dengan jenis pengelolaanBMN. Pemanfaatan sendiri terpecah menjadi tiga, yakni PMK Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara, PMK Nomor 33/PMK.06/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara yang telah diubah menjadi PMK Nomor 57/PMK.06/2016. Pada tahun 2020, terbitlah Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020 tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara sebagai simplifikasi seluruh peraturan terkait pemanfaatan BMN hingga saat ini. Sesuai dengan PMK Nomor 115/PMK.06/2020, karakteristik dan penjelasan terkait bentuk-bentuk pemanfaatan
BMN dapat dijabarkan sebagai berikut.
1) Sewa
Pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai. Pihak yang dapat menyewa antara lain Badan Usaha Milik Negara/Daerah/Desa, Perorangan, Unit penunjang kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan/negara dan badan usaha lainnya. Objek BMN berupa tanah dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan, baik itu seluruhnya maupun sebagian. Jangka waktu paling lama 5 tahun sejak dilakukan penandatanganan perjanjian dengan periode jam, hari, bulan maupun tahun dan dapat diperpanjang.
Contoh, sewa ruangan ATM, sewa Aula Dhanapala Kementerian Keuangan
2) Pinjam Pakai
Pemanfaatan BMN melalui penyerahan penggunaan BMN dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah atau Pemerintah Desa dalam Jangka Waktu tertentu tanpa menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir, diserahkan kembali kepada Pengelola Barang/Pengguna Barang. Pihak yang dapat meminjam pakai adalah Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa. Objek BMN berupa tanah dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan, baik itu seluruhnya maupun
sebagian. Jangka waktu paling lama 5 tahun sejak dilakukan penandatanganan perjanjian dan dapat diperpanjang. Contoh, pinjam pakai kendaraan dinas, pinjam pakai gedung kantor.
3) Kerja Sama Pemanfaatan (KSP)
Pemanfaatan BMN oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber pembiayaan lainnya. Pihak yang menjadi mitra KSP adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan/atau swasta kecuali perorangan. Objek BMN berupa tanah dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan, baik itu seluruhnya
maupun sebagian. Jangka waktu paling lama 30 tahun, untuk KSP Penyediaan infrastruktur paling lama 50 tahun sejak penandatanganan perjanjian dan dapat diperpanjang. Contoh, KSP Bandara Tjilik Riwut Palangkaraya.
4) Bangun Guna Serah (BGS)/Bangun Serah Guna (BSG)
Bangun Guna Serah adalah pemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, kemudian
didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Selanjutnya diserahkan kembali tanah beserta bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya setelah berakhirnya jangka waktu. Sedangkan Bangun Serah Guna adalahpemanfaatan BMN berupa tanah oleh pihak lain dengan cara mendirikan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya, setelah selesai pembangunannya diserahkan untuk didayagunakan oleh pihak lain tersebut dalam jangka waktu tertentu yang disepakati. Pihak yang menjadi mitra BGS/BSG adalah BUMN, BUMD, Swasta kecuali perorangan atau Badan Hukum Lainnya. Objek BMN berupa tanah. Jangka waktu aling lama 30 tahun sejak penandatanganan perjanjian dan tidak dapat diperpanjang. Contoh, BGS Kompleks Tanah yang dikelola Pusat Pengelolaan Kompleks Gelora Bung Karno (PPGBK) Senayan, DKI Jakarta.
5) Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur (KSPI)
Pemanfaatan BMN melalui kerja sama antara pemerintah dan badan usaha untuk kegiatan penyediaan infrastruktur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Pihak yang menjadi mitra KSPI adalah Badan Usaha Swasta berbentuk PT, Badan Hukum asing, BUMN, BUMD, Anak perusahaan BUMN, dan Koperasi.
Objek BMN berupa tanah dan/atau bangunan serta selain tanah dan/atau bangunan, baik itu seluruhnya maupun sebagian. Jangka waktu paling lama 50 tahun sejak penandatanganan perjanjian dan dapat diperpanjang. Contoh, KSPI Pelabuhan Patimban, Subang, Jawa Barat.
6) Kerja Sama Terbatas untuk Pembiayaan Infrastruktur (KETUPI)
Pemanfaatan BMN melalui optimalisasi BMN untuk meningkatkan fungsi operasional BMN guna mendapatkan pendanaan untuk pembiayaan infrastruktur lainnya.
Pelaksana KETUPI adalah Penanggung Jawab Pemanfaatan BMN (PJPB) dan Badan Layanan Umum (BLU) dengan mitra BUMD, Swasta berbentuk PT,
Badan Hukum Asing atau Koperasi. Objek BMN berupa tanah dan/atau bangunan beserta fasilitasnya. Jangka waktu paling lama 50 tahun sejak penandatanganan perjanjian dan dapat diperpanjang. Contoh, pembangunan jalan tol, bendungan dan pelabuhan yang dikelola oleh Badan Layanan Umum Lembaga Manajemen Aset Negara (BLU LMAN) melalui skema KETUPI. Dengan adanya aturan terkait pemanfaatan BMN, dapat meningkatkan kesadaran Kementerian/Lembaga selaku pengguna BMN untuk senantiasa menggunakan BMN dengan sebaik-baiknya serta tergerak untuk memanfaatkanBMN idle yang dikuasainya demi meningkatkan PNBP.
2. Penilaian merupakan salah satu tahapan dalam pengelolaan BMN selain
perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan, pemindahtanganan, pemusnahan, penghapusan, penatausahaan, dan pembinaan, pengawasan dan pengendalian. Dalam ketentuan umum PP Nomor 27 Tahun 2014, Penilaian BMN merupakan proses kegiatan untuk memberikan suatu opini nilai atas suatu objek penilaian berupa BMN pada saat tertentu. Opini nilai yang dihasilkan akan dipergunakan dalam
proses pengelolaan BMN sesuai dengan tujuan awal pelaksanaan penilaian. Pasal 48 yang merupakan pasal pertama dalam Bab VIII Penilaian menyatakan bahwa
penilaian BMN dilakukan dalam rangka:
1) Penyusunan Neraca Pemerintah Pusat.
Penetapan nilai BMN dalam rangka penyusunan neraca Pemerintah Pusat dilakukan dengan berpedoman
pada Standar Akuntansi Pemerintahan (Pasal 49).
2) Pemanfaatan kecuali Pemanfaatan dalam bentuk Pinjam Pakai
Dalam pemanfaatan BMN, penilaian diperlukan untuk bentuk-bentuk pemanfaatan BMN berupa sewa, kerja
sama pemanfaatan, bangunan guna serah atau bangunan serah guna, dan kerja sama penyediaan infrastruktur. Hal ini karena dalam pemanfaatan BMN tersebut terdapat adanya potensi penerimaan negara
dari hasil pemanfaatan BMN sehingga diperlukan penilaian untuk menentukan
kewajaran penerimaan negara dari pemanfaatan BMN. Sedangkan untuk pemanfaatan BMN dalam bentuk pinjam pakai tidak perlu
dilakukan penilaian karena tidak terdapat potensi penerimaan negara. Dalam pinjam pakai hanya terdapat perubahan penggunaan BMN untuk jangka waktu tertentu tanpa adanya imbalan yang diberikan.
3) Pemindahtanganan kecuali Pemindahtanganan dalam bentuk Hibah
Dalam pemindahtanganan BMN, penilaian diperlukan untuk pemindahtanganan dengan cara penjualan, tukar menukar, dan penyertaan modal Pemerintah Pusat. Hal ini karena dalam pemindahtanganan BMN dengan cara tersebut, ada penggantian yang diterima dari kegiatan pemindahtanganan baik penggantian
berupa uang, barang maupun penyertaan modal Pemerintah sehingga diperlukan penilaian untuk menentukan kewajaran dari penggantian tersebut. Pengecualian pelaksanaan penilaian dilakukan terhadap pemindahtanganan dengan cara hibah karena dalam pemindahtanganan dengan cara ini tidak ada bentuk
penggantian yang diterima. Hal penting mengenai penilaian BMN dalam PP Nomor 27 Tahun 2014 yang wajib diketahui dan diperhatikan
oleh setiap pegawai DJKN dalam pelaksanaan tugas pengelolaan BMN yaitu:
1) Untuk penilaian BMN berupa tanah dan/atau bangunan dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan
dilakukan oleh penilai pemerintah atau penilai publik yang ditetapkan oleh pengelola barang;
2) Untuk penilaian BMN selain tanah dan/atau bangunan dalam rangka pemanfaatan atau pemindahtanganan dilakukan oleh tim yang ditetapkan oleh pengguna barang dan dapat melibatkan penilai baik penilai pemerintah atau penilai publik yang ditetapkan oleh pengguna barang.
Demikian garis besar penilaian BMN yang diatur dalam PP Nomor 27 Tahun 2014.
Dasar Hukum:
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 470/KMK.01/1994
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan,
Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara
PMK Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara
PMK Nomor 33/PMK.06/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara
PMK Nomor 57/PMK.06/2016
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020 tentang Pemanfaatan Barang Milik Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan BMN/BMD Sumber:
BMP ADPU4332 Hukum Administrasi Negara
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-tarakan/baca-artikel/13701/Mengenal- Pemanfaatan-Barang-Milik-
Negara.html
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/7602/Lebih-Dekat-dengan-Penilaian- Penilaian-BMN-dalam-PP-
Nomor-27-Tahun-2014.html#:~:text=Dalam%20ketentuan%20umum%20PP
%20Nomor,dengan%20tujuan
%20awal%20pelaksanaan%20penilaian.