• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS 2 ILMU LINGKUNGAN

N/A
N/A
Aqila Esy Fauziyah

Academic year: 2025

Membagikan "TUGAS 2 ILMU LINGKUNGAN"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS 2 ILMU LINGKUNGAN

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Ir. Suripin, M.Eng.

NIP. 196004271987031001 Disusun oleh:

Aqila Esy Fauziyah NIM: 21010122130065

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

2025

(2)

PENDAHULUAN

Kualitas air permukaan merupakan indikator penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan kesehatan masyarakat. Namun, pencemaran air menjadi tantangan utama yang dihadapi Indonesia. Permasalahan ini perlu ditinjau dalam konteks standar kualitas air nasional dan internasional. Sehingga didapati rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi eksisting kualitas air permukaan di Indonesia?

2. Apa kesenjangan antara kondisi eksisting dengan standar ideal nasional dan internasional?

3. Apa saja penyebab pencemaran air dan dampaknya?

4. Solusi apa yang dapat diterapkan untuk mengatasi kesenjangan tersebut?

STUDI LITERATUR

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menetapkan baku mutu air untuk berbagai klasifikasi peruntukan. Di sisi lain, WHO (2017) dan US EPA (2023) menetapkan standar kualitas air untuk konsumsi dan ekosistem berdasarkan parameter fisika, kimia, dan mikrobiologi. Tabel 2.1 berikut merangkum perbandingan antara standar Indonesia dan standar internasional:

Tabel 2. 1Ringkasan Perbandingan Parameter Kualitas Air Permukaan Berdasarkan Standar Nasional dan Internasional

Parameter PP No. 22/2021 (Kelas

I) WHO (2017) US EPA (2023)

pH 6.0 – 9.0 6.5 – 8.5 6.5 – 8.5

BOD (mg/L) ≤ 2 ≤ 3 ≤ 3

COD (mg/L) ≤ 10 ≤ 10 ≤ 10

DO (mg/L) ≥ 6 ≥ 5 ≥ 5

Coliform Total 1.000 /100 ml 0 0

PP No. 22 Tahun 2021, WHO Guidelines for Drinking Water Quality (2017), US EPA Water Quality Criteria (2023)

(3)

PEMBAHASAN

Kondisi Eksisting Kualitas Air Permukaan di Indonesia

Kondisi kualitas air permukaan di Indonesia menunjukkan penurunan kualitas yang signifikan, terutama di kawasan perkotaan dan kawasan industri. Berdasarkan laporan KLHK, dari 548 titik pantau kualitas air sungai tahun 2023, hanya 38%

yang tergolong memenuhi baku mutu. Sungai-sungai besar seperti Citarum, Brantas, dan Kapuas menunjukkan nilai BOD, COD, dan coliform yang jauh melebihi ambang batas aman. Contohnya, Sungai Citarum menunjukkan nilai BOD rata-rata 8 mg/L dan total coliform mencapai lebih dari 10.000/100 ml, jauh di atas batas PP No. 22 Tahun 2021.

Gambar 1Kondisi Eksisting Sungai Citarum

Antara Foto (2018) Kesenjangan antara Kondisi Eksisting dan Standar Ideal

Terdapat gap yang signifikan antara kondisi eksisting dan standar nasional maupun internasional. BOD dan COD yang seharusnya berada di bawah 2–3 mg/L, justru ditemukan dalam kisaran 5–15 mg/L di banyak sungai. Kandungan coliform juga mengindikasikan ketidaksesuaian terhadap standar WHO dan US EPA yang menetapkan nilai nol. Kesenjangan ini memperlihatkan perlunya transformasi sistemik dalam pengelolaan air permukaan.

Penyebab Pencemaran Air Permukaan

Beberapa penyebab utama pencemaran air permukaan di Indonesia antara lain:

(4)

1. Limbah domestik: sebagian besar rumah tangga membuang greywater langsung ke badan air tanpa melalui IPAL.

2. Limbah industri: masih banyak industri yang membuang limbah tanpa pengolahan optimal.

3. Pertanian intensif: penggunaan pupuk kimia dan pestisida berlebihan menyebabkan limpasan bahan kimia ke sungai.

4. Minimnya infrastruktur sanitasi: keterbatasan sistem pengolahan air limbah komunal dan pribadi.

5. Kurangnya pengawasan dan penegakan hukum: lemahnya implementasi regulasi lingkungan.

Pengaruh Pencemaran terhadap Lingkungan dan Masyarakat Dampak dari pencemaran air permukaan sangat luas, di antaranya:

1. Kesehatan masyarakat: meningkatnya kejadian penyakit diare, tifus, dan infeksi kulit.

2. Ekosistem akuatik: terganggunya rantai makanan dan punahnya spesies tertentu.

3. Ekonomi lokal: penurunan hasil perikanan dan meningkatnya biaya pengolahan air bersih.

4. Krisis air bersih: banyak daerah kesulitan memperoleh air yang layak konsumsi.

Solusi untuk Mengatasi Kesenjangan Berikut adalah sejumlah solusi strategis:

1. Pembangunan dan revitalisasi IPAL komunal dan individu, terutama di daerah padat penduduk.

2. Digitalisasi pemantauan kualitas air menggunakan sensor dan dashboard pemantauan real-time.

3. Penguatan regulasi dan penegakan hukum terhadap pelaku pencemaran.

4. Pendidikan lingkungan dan kampanye kesadaran masyarakat.

5. Penerapan prinsip circular economy dan nature-based solutions, seperti kolam biofilter dan fitoremediasi.

(5)

PENUTUP Kesimpulan

Terdapat kesenjangan nyata antara kondisi eksisting dan standar kualitas air nasional dan internasional. Penyebab utamanya adalah pencemaran dari berbagai sumber yang tidak terkelola dengan baik.

Saran

Pemerintah perlu meningkatkan pengawasan dan infrastruktur pengolahan air.

Masyarakat juga perlu berperan aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2021). Peraturan Pemerintah No.

22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta.

World Health Organization. (2017). Guidelines for Drinking Water Quality, 4th Edition. Geneva.

United States Environmental Protection Agency. (2023). National Recommended Water Quality Criteria. Washington, DC.

Antara Foto. (2018). Revitalisasi Sungai Citarum. Diakses dari https://cdn.antarafoto.com/cache/1200x801/2018/02/05/revitalisasi-sungai- citarum-g9qz-dom.jpg pada 25 Maret 2025.

Referensi

Dokumen terkait

Gambar – baik dalam bentuk grafik maupun foto – diberi judul dengan penomoran gambar sesuai dengan urutan kemunculannya dalam naskah.. Judul gambar ditulis

Gambar 3 Menikmati Pelaksanaan Pengembangan Desa Berbudaya Lingkungan di Daerah Aliran Sungai Citarum.. responden sebanyak 117 orang atau 96,69% adalah responden yang

Tujuan penelitian mengevaluasi kondisi eksisting kualitas perairan muara sungai Barito secara deskriptif saat penelitian dilakukan; mengukur kandungan logam berat Pb

Komponen pencemaran pada sungai jomblang yaitu adalah sampah padat, Komponen pencemaran pada sungai jomblang yaitu adalah sampah padat, sampah rumah tangga atau dari sisa makanan

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui jumlah limbah domestik yang masuk sungai, dan jarak yang dibutuhkan untuk kembali ke kondisi normal, Karena lokasi sungai citarum

Pengumpulan Data Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a Kondisi eksisting floodway terdiri dari gambar eksisting, dimensi saluran lama Saluran

Daerah Aliran Sungai DAS Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 52/Kpts-II/2001 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, memuat pengertian Daerah Aliran Sungai DAS

vi DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Peta Orientasi Lokasi Magang 3 Gambar 2 Diagram Struktur Organisasi Satui 4 Gambar 3 Peta Lokasi Proyek 6 Gambar 4 Kondisi Eksisting Sungai Jelamu 7