• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR MATA KULIAH MANAJEMEN BENGKEL

N/A
N/A
Shaifff

Academic year: 2024

Membagikan " TUGAS AKHIR MATA KULIAH MANAJEMEN BENGKEL "

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

1 TUGAS AKHIR

MATA KULIAH MANAJEMEN BENGKEL

Perencanaan Bengkel Pengukuran

Disusun Oleh :

Gilang Imam Bagaskara 220511601475 Gissela Amanda Putri A. 220511600615

Luthfansyah 220511610602

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TENIK MESIN OKTOBER 2023

(2)

2 KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini disusun supaya para pembaca memperdalam pemahaman serta pengetahuan materi “Perencanaan Bengkel Pengukuran”.

Kami ucapkan banyak terimakasih kepada kepada Dr. Yoto, ST, M.Pd.

selaku dosen pengampu mata kuliah Manajemen Bengkel di Universitas Negeri Malang yang telah membantu dalam keberlangsungan kegiatan pembelajaran di kelas. Besar harapan kami para penyusun makalah ini, agar para pembaca dapat memahami lebih dalam mengenai apa yang kami tulis.

Kami menyadari tidak ada manusia yang sempurna begitu juga dalam penulisan makalah ini. Apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam tugas ini saya harap kepada seluruh pihak agar dapat memberikan kritik dan juga saran.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada kita semua.

Malang, 30 Oktober 2023

Penulis

(3)

3 DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

DAFTAR ISI ... 3

BAB 1 ... 1

PENDAHULUAN ... 5

A. Rasional ... 5

B. Tujuan... 7

C. Manfaat ... 7

D. Dasar Hukum ... 7

BAB II ... 8

KONDISI DAN KEBUTUHAN BENGKEL ... 8

A. Struktur Organisasi dan Job Description Bengkel Pengukuran ... 8

B. Kebutuhan Peralatan dan Mesin Pengukuran ... 9

BAB III ... 13

PENGORGANISASIAN BENGKEL PENGUKURAN ... 13

A. Tata letak/Denah Bengkel Pengukuran ... 13

B. Utilitas ... 16

BAB IV ... 21

KESELAMATAN KERJA DAN TATA TERTIB DI BENGKEL PENGUKURAN ... 21

A. Petunjuk Umum Keselamatan Kerja di Bengkel Pengukuran ... 21

B. Peralatan Keselamatan Kerja di Bengkel Pengukuran ... 22

C. Tata Tertib di Bengkel Pengukuran ... 23

BAB V ... 27

PENUTUP ... 27

(4)

4 A. Kesimpulan ... 27 B. Saran ... 27

(5)

5 BAB 1

PENDAHULUAN A. Rasional

Bengkel merupakan suatu tempat dimana seseorang melakukan pekerjaan atau usaha yang bertujuan untuk memperbaiki, melakukan pengukuran, perawatan, atau pembuatan berbagai jenis mesin, kendaraan, atau peralatan lainnya. Definisi bengkel bervariasi tergantung pada konteks spesifik dimana istilah tersebut digunakan, bengkel dapat ditemukan dalam berbagai konteks terkait. Mulai dari konteks industri bengkel ini merujuk pada area kerja atau ruang khusus yang digunakan untuk proses perakitan, perbaikan, atau pemeliharaan peralatan industri, mesin, atau alat-alat berat. Bengkel industri biasanya dilengkapi dengan peralatan khusus, alat-alat pengukuran, dan mesin yang mendukung dalam proses produksi atau perbaikan. Di industri ini teknisi dan pekerja harus terampil bekerja guna untuk memastikan kinerja yang optimal dan pemeliharaan tepat dari peralatan industri yang digunakan untuk proses produksi.

Bengkel dalam konteks otomotif yakni merujuk pada fasilitas atau tempat dimana terdapat perbaikan, perawatan, serta layanan kendaraan bermotor diberlakukan. Bengkel ini sering kali dilengkapi dengan peralatan dan perangkat khusus yang diperlukan untuk melakukan berbagai jenis kegiatan perbaikan, seperti perbaikan mesin, sistem kelistrikan, sistem suspensi, sistem rem, dan bagian-bagian lain dari kendaraan. Bengkel otomotif biasanya dikelola oleh mekanik terlatih atau handal yang banyak memiliki pengetahuan mendalam tentang berbagai merek dan jenis kendaraan yang ada. Lalu definisi bengkel untuk konteks pendidikan ini merujuk pada sebuah ruang atau laboratorium dimana terdapat siswa atau peserta didik sedang melakukan pembelajaran dan pelatihan keterampilan praktis yang terkait dengan berbagai industri atau profesi tertentu. Bengkel pendidikan dilengkapi dengan peralatan dan alat yang mendukung proses pembelajaran praktis seperti mesin, peralatan listrik, atau peralatan ain yang sekiranya relevan dengan mata pelajaran tertentu misalnya teknik, desain, atau kerajinan yang ada di dalam sekolah tersebut.

Guna ada bengkel pendidikan yakni sebagai tempat di mana seorang siswa atau peserta didik dapat melakukan serta mengembangkan keterampilan teknis dan praktis yang nantinya akan digunakan untuk persiapan mereka dalam memasuki dunia kerja.

Berikut ini merupakan uraian beberapa indikator bengkel menurut Sukardi dan Nurjanah (2015: 13) yang baik, diantaranya:

1. Perlu ada tempat yang luas tanahnya memadai untuk akses kegiatan pendukung kegiatan proses belajar mengajar praktik, misalnya penyediaan

(6)

6 bahan atau material, mengeluarkan atau memasukkan alat-alat praktik, dan faktor keamanan dari kebakaran.

2. Di dalam bengkel biasanya ada kegiatan praktik dan suara yang bising dan direncanakan pada tempat yang tidak terlalu dekat atau terpisah dengan kelas.

3. Mudah diakses kendaraan transportasi penyedia bahan praktik pengembangan peralatan baru.

4. Di dalam bengkel ada beberapa ruang yang berkaitan dengan pekerjaan praktik, misalnya ruang teknisi, ruang alat-alat dan ruang mesin perkakas, ruang bahan praktik, dan ruang penyimpanan benda kerja, dan sebagainya.

5. Pencahayaan matahari yang cukup terang, dan ruang praktik tidak lembab.

6. Dilengkapi dengan alat-alat pencegahan kecelakaan, misalnya kotak P3K, saluran air, dan pemadam kebakaran.

Selanjutnya ada definisi bengkel dalam konteks kerajinan, dimana bengkel ini merujuk pada tempat atau ruang para pengrajin untuk membuat dan memperbaiki barang-barang kerajinan yang sudah dikerjakan manual oleh tangan manusia.

Bengkel kerajinan dilengkapi dengan berbagai alat dan peralatan khusus guna untuk membuat produk-produk kreatif seperti perhiasan, perabotan, tekstil, atau barang kerajinan lainnya. Dalam bengkel kerajinan pengrajin dapat melakukan atau mengembangkan keterampilan mereka dengan bereksperiman guna menghasilkan berbagai karya unik yang mencerminkan keahlian dan kreativitas sendiri dari mereka.

Laboratorium pengukuran sendiri mempunyai arti dimana didalamnya terdapat pelaksaan proses pengukuran pada suatu benda kerja. Proses ini dilakukan menggunakan alat-alat khusus untuk mengukur yang dimana memiliki ketelitian yang berbeda-beda. Setiap alat dalam laboratorium pengukuran jugs memiliki perawatan yang khusus sehingga dalam penggunaannya harus dengan hati- hati.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 60/M-DAG/PER/8/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Bidang Kemetrologian dan Bidang Standardisasi dan Pengendalian Mutu di Lingkungan Kementerian Perdagangan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1217) -3 - Menetapkan. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 67 Tahun 2018 tentang Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya yang Wajib Ditera dan Ditera Ulang (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 811).

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 68 Tahun 2018 tentang Tera dan Tera Ulang Alat-Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapannya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 812). Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 115 Tahun 2018 tentang Unit Metrologi Legal (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1650);

(7)

7 B. Tujuan

Tujuan dari perencanaan bengkel pengukuran ini yaitu:

1. Untuk menciptakan lingkungan kerja yang efisien agar dapat memaksimalkan proses pengukuran pada beda kerja.

2. Untuk penyesuaian ruang kerja dengan memastikan peralatan, sistem ventilasi, dan pengaturan yang sesuai dalam menyusun layout bengkel.

3. Untuk memastikan keselamatan dan mengurangi risiko kerusakan alat dalam proses pengukuran.

C. Manfaat

Mengetahui bagaimana perancangan tepat yang dapat meningkatkan efisiensi operasional, mengetahui faktor keselamatan dalam perancangan bengkel untuk mengurangi risiko cedera bagi para laboran, dan mengetahui lingkungan kerja yang efisien atau aman pada perencanaan bengkel pengukuran. Dengan ini perancangan bengkel pengukursn dapat berkontribusi pada peningkatan keselamatan, kualitas, dan efisiensi operasional secara keseluruhan.

D. Dasar Hukum

Pada perencanaan bengkel pengukuran seringkali kita ketahui terkait adanya peraturan keselamatan dan standar industri yang mengatur dalam pengoperasian bengkel pengukuran. Dengan meliputi persyaratan mengenai penggunaan peralatan keselamatan, tata letak bengkel, ventilasi yang memadai, dan perlindungan terhadap pekerja agar terhindar dari risiko terjadinya kecelakaan kerja. Hukum dan peraturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan, dan standar teknis industri seperti yang dikeluarkan oleh permendag sering kali digunakan untuk dasaran dalam membentuk bengkel pengukjuran yang seuai dengan standarisasi.

(8)

8 BAB II

KONDISI DAN KEBUTUHAN BENGKEL PENGUKURAN A. Struktur Organisasi dan Job Description

a) Struktur Organisasi Bengkel Pengukuran

Struktur organisasi adalah cara di mana tugas, tanggung jawab, dan otoritas dibagi di dalam sebuah organisasi. Dalam konteks bengkel pemesinan, struktur organisasi mengacu pada susunan hierarki dan tata kerja yang digunakan untuk mengelola operasi pemesinan.

1. Tata Kelola Manajemen

Menentukan struktur manajemen yang efektif. Menjelaskan tanggung jawab masing-masing tingkatan manajemen.

2. Tim Produksi

Mendeskripsikan tugas dan tanggung jawab di tingkat pengukuran Mengidentifikasi koordinasi antar tim pengukuran.

3. Tim Kualitas dan Pengawasan

Menjelaskan fungsi tim pengawasan kualitas. Mengidentifikasi proses pengendalian kualitas.

b) Job Description

Job deskripsi adalah dokumen yang mendefinisikan tugas-tugas, tanggung jawab, kualifikasi, dan harapan kinerja untuk posisi tertentu di organisasi.

Berikut adalah beberapa contoh job deskripsi untuk posisi umum di bengkel pemesinan:

1. Teknisi Peengukuran:

Bertanggung jawab untuk mengoperasikan mesin-mesin pengukuran dengan presisi tinggi. Memastikan bahwa komponen yang diproduksi memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Melakukan perawatan rutin pada mesin dan memastikan keandalan operasi.

2. Pemrogram:

Bertanggung jawab untuk membuat dan memodifikasi program sesuai dengan spesifikasi pengukuran. Memastikan bahwa program-program mengoptimalkan penggunaan mesin dan mencapai hasil yang diinginkan.

3. Supervisor/Foreman:

(9)

9 Mengawasi dan memimpin tim pengukuran. Memastikan bahwa pengukuran berjalan sesuai dengan jadwal dan standar kualitas.

Memberikan bimbingan dan pelatihan kepada anggota tim.

4. Manajer Produksi:

Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengelolaan produksi harian.

Memastikan ketersediaan bahan baku dan persediaan yang diperlukan.Memantau kinerja operasional dan mengidentifikasi area untuk perbaikan.

5. Staf Administratif dan Keuangan:

Menangani tugas administratif seperti pengarsipan, penjadwalan, dan komunikasi internal. Melakukan fungsi keuangan termasuk pembukuan, penggajian, dan administrasi keuangan lainnya.

B. Kebutuhan Dan Peralatan Mesin a. Kebutuhan Mesin:

Kebutuhan dalam konteks bengkel pemesinan adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk menjalankan operasi pengukuran dengan efisien. Ini termasuk bahan mentah (logam, plastik, dll.), tenaga kerja terampil, desain atau cetak biru produk, serta pemahaman mendalam tentang proses pengukuran itu sendiri. Kebutuhan bengkel pemesinan mencakup segala sesuatu yang diperlukan untuk menjalankan bengkel pengukuran dengan efisien dan efektif. Ini meliputi:

1. Lokasi dan Ruang:

Tempat yang memadai untuk bengkel pengukuran, termasuk area kerja, ruang penyimpanan, dan ruang kantor atau administrasi.

2. Sumber Daya Manusia:

Tenaga kerja yang terampil dalam bidang pengukuran, seperti operator mesin, teknisi, dan manajer produksi.

3. Bahan Baku dan Material:

Material mentah yang akan diolah dalam proses pemesinan, seperti logam, plastik, atau bahan lainnya.

4. Sistem Manajemen Produksi:

Sistem dan prosedur untuk mengelola produksi secara efisien, termasuk perencanaan produksi, jadwal produksi, dan manajemen inventaris.

5. Pemeliharaan dan Perawatan:

Program pemeliharaan dan perawatan mesin dan peralatan untuk memastikan kinerja optimal dan umur panjang.

6. Keamanan dan Kesehatan Kerja:

(10)

10 Langkah-langkah untuk memastikan lingkungan kerja yang aman dan kesehatan karyawan.

7. Izin dan Regulasi:

Mempersiapkan dan mematuhi dokumen-dokumen dan perizinan yang diperlukan oleh otoritas setempat atau nasional.

b. Kebutuhan Peralatan Bengkel Pengukuran

Menurut Barker dalam Yoto (2014), bahan-bahan yang digunakan dan habis pakai di dalam praktikum selalu dikategorikan sebagi bahan (material).

Dalam penyediaan bahan, hal-hal yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut, jumlah praktikan, jenis praktikum, keuangan, serta tempat penyimpanan. Terdapat banyak macam peralatan di dalam mesin produksi yang mana dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Alat tangan (hand tool)

Alat tangan dalam bengkel pengukuran merujuk pada berbagai jenis perangkat yang digunakan oleh para operator atau teknisi untuk melakukan tugas pengukuran.

b. Alat bertenaga (power tool)

Alat bertenaga yang digunakan untuk mempermudah dan meningkatkan akurasi proses pengukuran.

c. Alat ukur (measuring tool) dan mesin uji (testing machine)

Berbagai jenis perangkat yang digunakan untuk melakukan pengukuran dan pengujian berbagai parameter fisik pada benda atau komponen.

d. Mesin ringan (light machine)

Di bengkel pengukuran, terdapat juga berbagai jenis mesin ringan yang digunakan untuk melakukan tugas pengukuran dengan akurasi yang memadai.

e. Mesin berat (heavy machine)

Perangkat yang digunakan untuk melakukan pengukuran pada objek atau material yang membutuhkan peralatan dengan kapasitas dan daya tahan yang lebih tinggi.

f. Alat bantu mengajar (teaching aid)

perangkat atau materi yang digunakan untuk memudahkan proses pengajaran dan pembelajaran di bengkel pengukuran.

Berikut peralatan yang dibutuhkan dalam bengkel pengukuran:

(11)

11

(12)

12 c. Kebutuhan Peralatan Penunjang Bengkel Pengukuran

Selain peralatan mesin utama, bengkel pengukuran juga membutuhkan berbagai peralatan penunjang untuk memastikan operasinya berjalan dengan lancar dan efisien. Berikut adalah beberapa kebutuhan peralatan penunjang bengkel pengukuran:

1. Bengkel dan Meja Kerja:

Bengkel harus dilengkapi dengan meja kerja yang kokoh dan stabil untuk menunjang operasi pemesinan. Meja ini harus memiliki permukaan datar dan cukup kuat untuk menahan beban benda kerja dan peralatan.

2. Peralatan Keselamatan:

Helm, kacamata pengaman, sarung tangan, sepatu pelindung, dan perlengkapan keselamatan lainnya sangat penting untuk melindungi operator dari bahaya potensial selama proses pemesinan.

3. Sistem Penyaringan dan Penyaringan Udara:

Sistem ini membantu menghilangkan debu dan partikel kecil dari udara di sekitar area kerja. Hal ini penting untuk menjaga kualitas udara di bengkel dan melindungi kesehatan operator.

4. Perangkat Penjepit dan Pengikat:

Peralatan seperti klem, cetakan, dan mekanisme pengunci digunakan untuk memegang benda kerja dengan aman selama proses pengukuran.

5. Alat Penandaan dan Pengukuran:

Termasuk pena penanda, pena pengukur, alat ukur sudut, dan alat penandaan lainnya untuk membantu operator menandai dan mengukur benda kerja dengan akurasi.

6. Pembersih dan Pelumas:

Produk pembersih khusus dan pelumas digunakan untuk membersihkan dan memelihara peralatan mesin. Ini membantu memperpanjang umur pakai dan kinerja peralatan.

7. Rak dan Penyimpanan:

Sistem penyimpanan yang baik membantu menjaga bengkel tetap teratur dan memudahkan akses ke peralatan dan bahan yang diperlukan.

8. Peralatan Listrik dan Penerangan:

Lampu kerja yang cukup terang dan peralatan listrik seperti kabel listrik, stop kontak, dan peralatan terkait lainnya.

Semua peralatan penunjang ini merupakan bagian penting dari operasi bengkel pengukuran. Penting untuk menjaga peralatan tetap terawat dengan baik dan menggantinya jika sudah aus atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

(13)

13 BAB III

PENGORGANISASIAN BENGKEL PENGUKURAN

A. Tata letak (lay-out) bengkel pengukuran A. Tata letak peralatan / Mesin-mesin

Gambar 3.1 Layout Bengkel Pengukuran (Sumber: Soelipan, PPPGT Bandung, 1992) Keterangan :

1. Lemari Alat 2. Profil Proyektor 3. Meja Guru 4. Meja Belajar

5. Tempat Penyimpanan 6. Meja Peralatan

B. Instalasi listrik dan kebutuhan daya a. Instalasi Listrik untuk penerangan

Untuk instalasi listrik dan kebutuhan daya dalam sebuah bengkel pengukuran, perlu memperhatikan beberapa hal penting. Berikut adalah langkah-langkah umum yang perlu diambil:

1. Perencanaan Kebutuhan Daya:

(14)

14 Kebutuhan daya yang diperlukan untuk bengkel pengukuran Anda. Ini melibatkan menghitung jumlah peralatan elektronik dan lampu yang akan digunakan dalam bengkel. Pastikan memperhitungkan daya yang diperlukan oleh peralatan pengukuran, komputer, peralatan penerangan, dan peralatan lainnya.

2. Pemilihan Perangkat dan Kabel:

Pilih peralatan listrik seperti saklar, stop kontak, soket listrik, dan perlengkapan lainnya yang sesuai dengan kebutuhan daya. Gunakan kabel listrik yang memiliki kapasitas daya yang memadai sesuai dengan beban yang akan digunakan.

3. Panel Listrik:

Pasang panel listrik yang sesuai dengan kebutuhan bengkel. Panel listrik berfungsi untuk mendistribusikan daya listrik ke berbagai perangkat dan sirkuit di bengkel. Pastikan panel listrik dilengkapi dengan pemutus sirkuit yang sesuai dan peralatan keamanan listrik seperti pemutus sirkuit darurat (GFCI) untuk menjaga keselamatan.

4. Pemosisian Peralatan:

Tempatkan peralatan listrik, seperti lampu penerangan dan peralatan pengukuran, dengan cermat. Pastikan mereka dapat diakses dengan mudah dan aman. Pertimbangkan faktor keamanan seperti jarak peralatan dari area kerja dan penyimpanan.

5. Pemasangan dan Pengkabelan:

Pasang peralatan dan kabel listrik sesuai dengan peraturan dan standar keselamatan listrik yang berlaku. Gunakan kabel listrik yang sesuai dengan daya yang dibutuhkan dan pastikan pemasangan kabel dilakukan secara rapi dan aman.

6. Penerangan:

Pertimbangkan penerangan yang baik di bengkel pengukuran untuk memungkinkan pekerjaan yang akurat. Mungkin perlu menggunakan lampu langit-langit atau lampu meja kerja, tergantung pada jenis pengukuran yang Akan dilakukan.

7. Perlindungan Kelebihan Arus:

Pasang perangkat perlindungan kelebihan arus seperti pemutus sirkuit untuk melindungi peralatan dari kerusakan akibat lonjakan daya atau gangguan listrik.

8. Pemeriksaan dan Uji Coba:

Setelah instalasi selesai, pastikan untuk melakukan pemeriksaan dan pengujian sistem listrik secara menyeluruh untuk memastikan semuanya berfungsi dengan baik dan aman.

9. Perizinan dan Standar Keselamatan:

Pastikan mematuhi semua perizinan dan standar keselamatan listrik yang berlaku.

(15)

15 b. Instalasi Listrik untuk mesin pengukuran / peralatan

1) Perencanaan Kebutuhan Daya:

Langkah pertama adalah menentukan kebutuhan daya listrik yang diperlukan oleh mesin pengukuran atau peralatan yang akan dioperasikan.

Ini melibatkan perhitungan berdasarkan daya mesin atau peralatan tersebut. Pastikan untuk memahami spesifikasi daya yang diperlukan oleh mesin atau peralatan.

2) Pemilihan Komponen dan Kabel:

Setelah mengetahui kebutuhan daya, Anda perlu memilih komponen listrik yang sesuai. Ini mencakup pemilihan sakelar, soket listrik, kabel, pelindung sirkuit, dan komponen lainnya. Pastikan bahwa semua komponen ini memenuhi standar keselamatan yang berlaku dan memiliki kapasitas daya yang sesuai.

3) Perencanaan Jalur Listrik:

Diperlukan merancang jalur listrik yang akan menghubungkan pasokan daya ke mesin atau peralatan. Ini melibatkan perencanaan bagaimana kabel akan ditarik dari sumber daya listrik ke mesin atau peralatan tersebut.

Jalur listrik harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak ada tumpukan kabel, dan kabel harus diletakkan secara aman dan sesuai dengan peraturan.

4) Pemasangan Kabel:

Setelah perencanaan jalur selesai, langkah berikutnya adalah menginstal kabel sesuai dengan rencana. Pastikan bahwa kabel-kabel tersebut terpasang dengan benar, aman, dan sesuai dengan standar. Selama proses pemasangan, pastikan untuk menjaga jarak aman antara kabel listrik dan kabel lainnya serta permukaan yang mudah terbakar.

5) Pengujian dan Pemadaman:

Setelah instalasi kabel selesai, langkah berikutnya adalah menguji jalur listrik untuk memastikan bahwa semuanya berfungsi dengan baik. Ini termasuk memeriksa kelancaran aliran listrik, pengujian soket, dan mengonfirmasi bahwa peralatan atau mesin dapat dioperasikan dengan benar. Setelah uji coba berhasil, pastikan untuk memberikan pelatihan kepada operator atau pengguna mesin atau peralatan.

6) Pelabelan dan Dokumentasi:

Penting untuk melabeli dengan jelas semua komponen listrik, sakelar, dan soket, sehingga mudah untuk mengidentifikasi dan mengisolasi masalah jika terjadi gangguan. Selain itu, penting juga untuk mendokumentasikan

(16)

16 instalasi listrik ini, termasuk rencana jalur kabel dan spesifikasi peralatan yang digunakan.

7) Kepatuhan dengan Peraturan Keselamatan:

Pastikan bahwa instalasi listrik mematuhi semua peraturan keselamatan dan standar yang berlaku, seperti yang ditetapkan oleh otoritas setempat.

Ini mencakup penggunaan peralatan pelindung sirkuit, pemadaman darurat, dan pemahaman tentang cara mengatasi keadaan darurat.

8) Perawatan dan Periode Inspeksi:

Setelah instalasi selesai, penting untuk menjadwalkan periode inspeksi dan perawatan rutin agar menjaga kinerja sistem listrik dan meminimalkan risiko kegagalan atau gangguan.

B. Utilitas

1. Pengaturan Jaringan Transport

Pengaturan jaringan transport dalam bengkel pengukuran adalah proses mengatur dan mengelola aliran material, produk, dan informasi di dalam bengkel pengukuran untuk memastikan pengukuran berjalan lancar dan efisien. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengoptimalkan pengaturan jaringan transport dalam bengkel pengukuran:

a. Analisis Alur Proses Pengukuran:

Identifikasi setiap tahap pengukuran dari bahan mentah hingga produk akhir. Tentukan urutan dan durasi setiap tahap pengukuran.

b. Desain Tata Letak Bengkel:

Pertimbangkan tata letak mesin dan stasiun kerja untuk meminimalkan pergerakan bahan dan produk. Sediakan rute yang jelas dan optimal antara mesin dan peralatan pengukuran.

c. Penentuan Lokasi Stasiun Kerja:

Pastikan mesin-mesin terletak secara strategis untuk meminimalkan waktu transportasi dan pergerakan yang tidak perlu.

d. Pemilihan Alat Transportasi:

Gunakan alat transportasi yang sesuai dengan berat dan dimensi bahan atau produk. Pertimbangkan penggunaan conveyor, troli, forklift, atau sistem otomasi untuk memindahkan bahan.

e. Penggunaan Sistem Informasi:

(17)

17 Implementasikan sistem informasi yang memungkinkan pemantauan real-time terhadap status produksi dan lokasi bahan atau produk. Gunakan teknologi RFID atau barcode untuk melacak bahan atau produk.

f. Pelatihan Karyawan:

Berikan pelatihan kepada karyawan untuk menggunakan alat transportasi dan sistem informasi dengan efektif. Pastikan karyawan memahami prosedur keselamatan dan keamanan terkait transportasi.

g. Pemeliharaan Rutin Alat Transportasi:

Pastikan alat transportasi dan peralatan terkait lainnya dalam kondisi baik dan dapat diandalkan. Lakukan pemeliharaan preventif secara teratur.

h. Pemantauan Kinerja dan Koreksi:

Pantau kinerja jaringan transport secara teratur dan identifikasi area- area di mana efisiensi dapat ditingkatkan. Ambil langkah-langkah perbaikan berdasarkan temuan pemantauan.

2. Pengaturan Perawatan Jaringan

Pengaturan perawatan jaringan bengkel pengukuran sangat penting untuk memastikan bahwa semua peralatan dan infrastruktur terhubung berfungsi dengan baik. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat Anda ambil untuk mengatur perawatan jaringan bengkel pengukuran:

a. Jadwal Perawatan Rutin:

Tentukan jadwal rutin untuk memeriksa dan memelihara semua peralatan jaringan. Ini termasuk router, switch, kabel, dan perangkat lain yang terlibat dalam infrastruktur jaringan.

b. Pemeriksaan Fisik:

Lakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan bahwa semua kabel, konektor, dan perangkat keras terhubung dengan benar dan dalam kondisi baik.

c. Backup dan Restore:

Selalu lakukan backup konfigurasi dan pengaturan jaringan. Ini akan membantu mempercepat proses pemulihan jika terjadi kegagalan atau kerusakan.

d. Pengawasan Kinerja:

Gunakan perangkat lunak pemantauan jaringan untuk memantau kinerja jaringan secara real-time. Hal ini akan membantu Anda

(18)

18 mendeteksi masalah segera dan mengambil tindakan pencegahan sebelum menjadi lebih serius.

e. Penyaringan Lalu Lintas:

Pasang firewall dan perangkat penyaringan lalu lintas untuk melindungi jaringan dari ancaman keamanan seperti serangan DDoS atau malware.

f. Pelatihan Karyawan:

Pastikan bahwa staf terlatih untuk menangani masalah jaringan umum dan tahu bagaimana melaporkan masalah yang lebih serius.

g. Pembaruan Keamanan:

Pastikan bahwa semua perangkat dan perangkat lunak keamanan diperbarui secara teratur untuk melindungi jaringan dari ancaman keamanan terbaru.

h. Pemeliharaan Preventif:

Lakukan pemeliharaan preventif pada perangkat keras seperti membersihkan debu dari kipas, memeriksa pendingin, dan memastikan ventilasi yang baik.

1. Pemantauan Suhu dan Lingkungan:

Pastikan bahwa suhu dan kelembaban ruangan tempat perangkat jaringan berada berada dalam batas yang aman.

2. Pemantauan Konsumsi Energi:

Amati dan perbarui pengaturan perangkat untuk mengoptimalkan penggunaan energi.

3. Pembaruan Dokumentasi:

Pastikan bahwa dokumen konfigurasi dan topologi jaringan selalu diperbarui untuk mencerminkan perubahan terbaru.

4. Ketersediaan Cadangan:

Miliki cadangan peralatan jaringan penting, seperti router dan switch, untuk mengatasi kegagalan perangkat.

5. Pemeliharaan Fleksibel:

Siapkan rencana darurat untuk mengatasi masalah yang tak terduga atau kegagalan kritis.

3. Pengaturan Limbah

Pengelolaan limbah padat, cair, dan gas pada bengkel pengukuran sangat penting untuk menjaga lingkungan dan kesehatan masyarakat. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengelola limbah tersebut dengan baik:

a. Limbah Padat:

 Pemisahan Limbah:

Pisahkan limbah padat berbahaya dari limbah non-berbahaya.

Gunakan wadah khusus untuk mengumpulkan limbah berbahaya

(19)

19 seperti puing-puing logam, kertas amplas yang terkontaminasi, dan lain sebagainya.

 Pengelolaan Puing-Puing Logam:

Puing-puing logam dapat didaur ulang. Hubungi pihak terkait yang dapat mengambil dan memprosesnya untuk didaur ulang.

b. Limbah Cair:

 Penampungan Khusus:

Pasang sistem penampungan dan penyaringan untuk air bekas mesin dan proses pemesinan. Gunakan tangki pengendap sedimen dan filter untuk menghilangkan partikel-partikel padat dari air.

 Pengelolaan kimia cair:

Limbah kimia bekas harus dikumpulkan dalam wadah khusus dan diserahkan kepada pihak yang berwenang untuk pengolahan dan daur ulang.

c. Limbah Gas:

 Penghisap Asap:

Instalasi sistem penghisap asap untuk mengurangi emisi gas berbahaya selama proses pemesinan. Pastikan alat ini berfungsi dengan baik.

 Ventilasi yang Baik:

Pastikan bengkel memiliki sistem ventilasi yang memadai untuk sirkulasi udara yang sehat.

C. Penerangan, Pengaturan ventilasi, Suhu udara dan kelembaman 1. Standar Panas dan Ventilasi

A. Sirkulasi udara segar lebih dari 30%.

B. Sistem ventilasi bengkel menggunakan ventilasi, Kipas Angin, air cooler, dan Blower.

C. Sistem ventilasi ruangan/laboratorium kerja dengan komposisi 1 ruangan dengan 2 AC.

D. Kelembapan bengkel adalah 50% (Sejuk, Nyaman).

E. Kelembapan ruangan kurang dari 50% (Dingin).

F. Memiliki alat pengukur kelembaban udara (hygrometer) dan berfungsi baik.

G. Suhu bengkel antara 20 - 25 °C.

H. Suhu ruangan antara 20 - 25 °C.

I. Memiliki alat pengontrol suhu ruangan dan berfungsi baik.

(20)

20 J. Tipe alat pengontrol suhu ruangan adalah otomatis, bersensor, dan

berfungsi baik.

2. Penerangan pada bengkel pengelasan haruslah sangat baik dikarenakan pengerjaan yang dibuhkan ketelitian. Setidaknya setiap 3 meter terdapat lampu masing – masing bertegangan 30 V. Luasnya bengkel juga mempengaruhi penerangan, semakin luas bengkel maka lampu penerangan yang dibutuhkan juga akan bertambah banyak.

(21)

21 BAB IV

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA, DAN TATA TERTIB DI BENGKEL PENGUKURAN

A. Petunjuk umum keselamatan kerja di bengkel pengukuran

Keselamatan kerja di bengkel pengukuran ada hal yang sangat penting untuk mencegah cedera dan kecelakaan. Berikut adalah beberapa petunjuk umum keselamatan kerja yang harus dipatuhi di bengkel pengukuran:

1. Kenali Peralatan dan Bahan Kerja: Pastikan semua anggota tim mengerti bagaimana menggunakan peralatan pengukuran dengan benar. Ini termasuk pengukur, alat ukur lainnya, serta bahan-bahan kerja seperti logam, kayu, atau plastik.

2. Gunakan Pakaian Pelindung: Pastikan semua pekerja mengenakan pakaian pelindung yang sesuai, termasuk kacamata pelindung, sarung tangan, dan pakaian pelindung jika diperlukan.

3. Jangan Mengabaikan Prosedur Keselamatan: Selalu ikuti prosedur keselamatan yang telah ditetapkan. Ini termasuk panduan penggunaan peralatan, langkah-langkah pengukuran yang benar, dan prosedur darurat jika terjadi kecelakaan.

4. Jaga Kebersihan Tempat Kerja: Pastikan bengkel selalu dalam keadaan bersih dan tertata dengan baik. Hal ini tidak hanya memudahkan pekerjaan, tetapi juga dapat mencegah kecelakaan yang disebabkan oleh kekacauan dan bahan-bahan yang berserakan.

5. Periksa Peralatan Secara Berkala: Pastikan peralatan pengukuran dan alat-alat kerja lainnya dalam kondisi baik. Lakukan perawatan rutin dan periksa secara berkala agar terhindar dari kegagalan peralatan yang dapat mengakibatkan kecelakaan.

6. Penyimpanan Bahan Berbahaya: Jika ada bahan berbahaya di bengkel pengukuran, pastikan mereka disimpan dengan benar dalam wadah yang sesuai. Pastikan semua anggota tim tahu lokasi penyimpanan bahan berbahaya dan bagaimana mengatasi keadaan darurat terkait bahan-bahan tersebut.

7. Pelatihan Keselamatan Kerja: Pastikan semua anggota tim telah menerima pelatihan keselamatan kerja yang diperlukan. Mereka harus memahami bahaya yang terkait dengan pekerjaan mereka dan tahu bagaimana menghindari atau meresponsnya.

8. Tandai Jalur Evakuasi Darurat: Pastikan jalur evakuasi darurat dalam bengkel pengukuran mudah diakses dan terjaga. Semua pekerja harus tahu bagaimana mengakses jalur evakuasi dan apa yang harus dilakukan dalam situasi darurat.

9. Komunikasi: Pastikan komunikasi yang baik di antara anggota tim. Semua anggota harus tahu apa yang sedang terjadi dan bagaimana melapor jika ada masalah atau keadaan berbahaya.

(22)

22 10. Ketelitian dan Fokus: Selalu kerjakan pengukuran dengan penuh perhatian dan ketelitian. Hindari terganggu atau terburu-buru, karena ini dapat mengakibatkan kesalahan yang berpotensi berbahaya.

B. Peralatan keselamatan kerja di bengkel pengukuran

Peralatan keselamatan kerja di bengkel pengukuran sangat penting untuk melindungi pekerja dari potensi bahaya dan cedera. Berikut adalah beberapa peralatan keselamatan kerja yang biasanya digunakan di bengkel pengukuran:

1. Kacamata Pelindung: Kacamata pelindung melindungi mata pekerja dari serpihan, debu, bahan kimia, atau percikan yang dapat terjadi selama pengukuran. Kacamata pelindung harus dipakai setiap kali melakukan pengukuran.

2. Pelindung Telinga: Jika bengkel berlokasi di lingkungan yang bising, seperti bengkel pengukuran yang menggunakan mesin berisik, pelindung telinga seperti bantalan telinga atau penutup telinga harus digunakan untuk melindungi pendengaran pekerja.

3. Sarung Tangan Pelindung: Sarung tangan pelindung digunakan untuk melindungi tangan dari potensi luka akibat bahan-bahan tajam atau kimia yang digunakan dalam bengkel pengukuran.

4. Sepatu Pelindung: Sepatu pelindung yang tahan terhadap tumpahan bahan kimia atau benda tajam harus dipakai. Sepatu pelindung juga dapat membantu mencegah slip dan jatuh.

5. Topeng Respirator: Jika ada potensi paparan debu, asap, atau bahan berbahaya lainnya dalam udara, pekerja harus menggunakan topeng respirator yang sesuai.

6. Pakaian Pelindung: Pakaian pelindung seperti mantel lab atau kemeja lengan panjang dapat membantu melindungi tubuh dari bahan berbahaya, cairan, atau percikan.

7. Topeng Pelindung Mata: Jika terdapat risiko percikan atau semprotan bahan berbahaya, pekerja dapat menggunakan topeng pelindung mata selain kacamata pelindung.

8. Helm Pelindung: Jika ada risiko jatuhnya benda dari atas, pekerja harus mengenakan helm pelindung.

9. Alat P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan): Sebuah kotak atau tas P3K harus selalu tersedia di bengkel pengukuran, berisi peralatan seperti plester, perban, desinfektan, dan instruksi pertolongan pertama.

10. Alat Pemadam Api: Jika ada risiko kebakaran, bengkel pengukuran harus dilengkapi dengan alat pemadam api yang sesuai. Selain itu, semua pekerja harus tahu bagaimana menggunakannya.

(23)

23 11. Tanda Keselamatan: Pasang tanda-tanda keselamatan di seluruh bengkel untuk memberi tahu pekerja tentang risiko dan prosedur keselamatan yang harus diikuti.

12. Alat Pengukuran yang Tepat: Pastikan alat pengukuran yang digunakan adalah yang sesuai untuk tugas yang dijalankan. Ini termasuk alat ukur, seperti penggaris, mikrometer, dan vernier caliper yang tepat untuk mengukur objek yang berbeda.

C. Prosedur Keselamatan Kerja di Bengkel Pengukuran

Prosedur keselamatan kerja di bengkel pengukuran adalah serangkaian langkah- langkah dan pedoman yang harus diikuti oleh semua pekerja untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain dari bahaya potensial dan cedera selama proses pengukuran. Berikut adalah penjelasan tentang beberapa prosedur keselamatan kerja yang umumnya diterapkan di bengkel pengukuran:

1. Identifikasi Bahaya: Sebelum memulai pekerjaan, pekerja harus mengidentifikasi semua potensi bahaya yang terkait dengan tugas pengukuran.

Ini termasuk bahan berbahaya, peralatan berat, dan lingkungan kerja yang mungkin memiliki risiko kecelakaan.

2. Pelatihan Keselamatan: Semua pekerja di bengkel pengukuran harus menerima pelatihan keselamatan yang mencakup penggunaan peralatan pelindung diri, prosedur pengukuran yang aman, dan langkah-langkah darurat.

3. Pemakaian Peralatan Pelindung Diri (APD): Pekerja harus mengenakan peralatan pelindung diri yang sesuai untuk tugas mereka. Ini termasuk kacamata pelindung, sarung tangan, helm, topeng respirator, dan pakaian pelindung, jika diperlukan.

4. Perawatan Peralatan: Pastikan bahwa semua peralatan pengukuran dan peralatan keselamatan kerja dalam kondisi baik. Lakukan perawatan rutin, kalibrasi, dan periksa secara berkala untuk memastikan kinerja yang optimal.

5. Prosedur Pengukuran yang Benar: Ikuti prosedur pengukuran yang benar dan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Pastikan untuk mengukur dengan hati-hati dan akurat sesuai dengan instruksi dan spesifikasi pekerjaan.

6. Penyimpanan Bahan Berbahaya: Bahan berbahaya harus disimpan dan ditangani dengan benar. Pastikan mereka disimpan dalam wadah yang sesuai dan bahwa pekerja tahu bagaimana mengatasi bahan berbahaya jika terjadi tumpahan atau kebocoran.

7. Ventilasi: Pastikan ventilasi yang memadai untuk menghilangkan asap, debu, atau gas berbahaya yang mungkin dihasilkan selama proses pengukuran.

8. Komunikasi: Selalu komunikasikan dengan anggota tim lainnya tentang apa yang sedang terjadi. Ini termasuk memberi tahu rekan-rekan kerja jika Anda akan menggunakan peralatan yang berisiko.

(24)

24 9. Pengendalian Stres dan Ketelitian: Hindari bekerja di bengkel ketika Anda stres atau kurang konsentrasi, karena ini dapat meningkatkan risiko kecelakaan. Jaga ketelitian dan fokus selama pengukuran.

10. Evakuasi Darurat: Semua pekerja harus tahu jalur evakuasi darurat dan prosedur yang harus diikuti dalam situasi darurat, seperti kebakaran atau tumpahan bahan berbahaya.

11. Pelaporan Kecelakaan dan Insiden: Jika terjadi kecelakaan atau insiden keamanan, segera laporkan kepada manajemen atau petugas yang bertanggung jawab. Ini dapat membantu mencegah insiden serupa di masa depan.

12. Evaluasi Keselamatan Kerja: Lakukan evaluasi keselamatan kerja secara berkala untuk mengidentifikasi dan memperbaiki area yang memerlukan perbaikan.

D. Proses Penanganan Keadaan Darurat di bengkel pengukuran

Proses penanganan keadaan darurat di bengkel pengukuran adalah aspek kritis dalam menjaga keselamatan pekerja dan menghindari potensi kerusakan peralatan. Ketika terjadi situasi darurat, langkah-langkah berikut perlu diterapkan dengan cepat dan efisien:

1. Pemahaman dan Pelatihan: Setiap pekerja di bengkel pengukuran harus memiliki pemahaman yang jelas tentang prosedur darurat dan telah menerima pelatihan yang sesuai. Mereka harus tahu bagaimana mengatasi berbagai jenis keadaan darurat, termasuk kebakaran, kecelakaan, atau bocornya bahan berbahaya.

2. Panggilan Darurat: Jika terjadi keadaan darurat yang mengancam keselamatan pekerja, segera hubungi nomor darurat yang relevan, seperti nomor pemadam kebakaran atau layanan medis. Komunikasi yang cepat dan efektif sangat penting.

3. Evakuasi Aman: Dalam situasi darurat, evakuasi dapat menjadi tindakan yang paling penting. Pastikan ada jalur evakuasi yang jelas dan aman, serta tanda- tanda evakuasi yang mudah dikenali. Pekerja harus tahu cara keluar dari bengkel dengan aman dan segera mengikuti prosedur evakuasi yang ditetapkan.

4. Pemadam Api dan Peralatan Darurat: Pastikan bahwa bengkel dilengkapi dengan pemadam api yang dapat diakses dengan mudah, serta peralatan darurat lainnya seperti selang pemadam, kotak obat, atau peralatan penyelamatan.

Pekerja harus tahu cara menggunakan peralatan ini dengan benar.

5. Komunikasi dan Koordinasi: Selama keadaan darurat, komunikasi dan koordinasi antara semua pekerja sangat penting. Pastikan semua orang tahu bagaimana menghubungi satu sama lain dan memantau perkembangan situasi.

Penggunaan sistem komunikasi yang efektif adalah kunci.

(25)

25 6. Laporan dan Evaluasi: Setelah situasi darurat telah teratasi, penting untuk melaporkan insiden tersebut dan mengevaluasi responsnya. Hal ini dapat membantu dalam penyusunan rencana perbaikan dan pencegahan di masa depan.

Proses penanganan keadaan darurat di bengkel pengukuran harus didasarkan pada perencanaan yang matang, pelatihan, dan kesadaran yang tinggi terhadap keselamatan. Melalui implementasi prosedur yang tepat, bengkel pengukuran dapat mengurangi risiko dan memastikan bahwa pekerja dapat bertindak dengan cepat dan efisien dalam situasi darurat.

E. Tata tertib di bengkel pengukuran

Tata tertib di bengkel pengukuran adalah serangkaian peraturan dan pedoman yang harus diikuti oleh semua anggota tim dan pekerja di lingkungan tersebut. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, efisien, dan tertib. Berikut ini beberapa aspek penting dalam tata tertib bengkel pengukuran:

1. Kedisiplinan dalam Jadwal Kerja: Pekerja harus mematuhi jadwal kerja yang telah ditetapkan. Pergantian shift dan waktu kerja harus diikuti sesuai aturan yang berlaku. Ini membantu dalam menjaga produktivitas dan menjaga pengukuran berjalan sesuai rencana.

2. Penggunaan Peralatan dan Alat Ukur: Pekerja harus menghormati peralatan dan alat ukur. Hal ini mencakup pemeliharaan, penggunaan yang benar, dan pelaporan jika ada masalah teknis. Perawatan yang baik akan memperpanjang umur peralatan dan mencegah insiden.

3. Keselamatan Kerja: Keselamatan adalah prioritas utama. Pekerja harus mematuhi semua prosedur keselamatan yang berlaku, termasuk penggunaan peralatan pelindung diri, pencegahan kebakaran, dan penanganan bahan berbahaya.

4. Bersih dan Tertata: Pekerja harus menjaga kebersihan dan keteraturan di bengkel pengukuran. Setelah selesai dengan proyek, semua alat, bahan, dan limbah harus disimpan dengan rapi dan sesuai. Ini membantu mencegah kecelakaan dan memudahkan pekerjaan berikutnya.

5. Komunikasi yang Efektif: Komunikasi yang jelas dan efektif adalah kunci.

Pekerja harus berkomunikasi dengan sesama anggota tim dan manajemen mengenai masalah, perubahan rencana, atau insiden darurat. Ini memastikan semua orang di bengkel tahu apa yang terjadi.

6. Penghormatan Terhadap Hak-Hak Lainnya: Pekerja harus menghormati hak- hak dan privasi rekan kerja, serta hak-hak intelektual terkait dengan pekerjaan pengukuran. Ini termasuk hak cipta, paten, dan informasi rahasia.

(26)

26 7. Kepatuhan Terhadap Aturan dan Peraturan: Pekerja harus mematuhi semua aturan dan peraturan yang berlaku, baik itu yang ditetapkan oleh manajemen bengkel atau yang berlaku secara hukum. Ini mencakup perizinan dan peraturan lingkungan.

Tata tertib bengkel pengukuran adalah panduan yang penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang efisien dan aman. Mematuhi tata tertib ini juga membantu mencegah masalah dan konflik di tempat kerja, menjaga reputasi bengkel, dan meningkatkan produktivitas.

(27)

27 BAB V

PENUTUP A. Kesimpulan

Dalam merencanakan pembangunan di bengkel harus memperhatikan segala hal suapay tidak terjadi kesalahan atau kecelakaan saat melaksanakan praktikum. Hal hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan bengkel pengukuran diantaranya:

1. Ukuran dan lokasi

2. Layout atau denah bengkel karena dengan adanya denah maka seseorang yang akan merencanakan pembangunan bengkel mengetahui secara detail posisi meja, kursi, peralatan dan kebutuhan yang ada di bengkel

3. Ventilasi yang baik 4. Pelatihan karyawan

Pengelolaan bengkel praktik pengukuran memiliki karakter khusus sebelum perencanaan diantarannya perencanaan(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan(actuating)

B. Saran

Pengelolaan bengkel yang baik yaitu dengan memperhatikan saftey bagi penggunanya serta K3 yang sesuai dengan peraturan yang ada. Oleh karena itu di dalam proses perencanaan bengkel harus memperhatikan hal hal yang menjadi kategori bahaya saat melakukan praktikum dimana faktor tersebut dapat menjadi penghambat dalam proses implementasi pembelajaran pengeukuran. Selain itu juga manajemen pengadaan bahan dan job harus disesuaikan dengan kebutuhan bengkel pengukuran.

(28)

28 Daftar Pustaka

Alwi, S. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Grafindo Persada.

Dessler, G. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Indeks.

Bachtiar Hasan. (2002). Pendidikan Kejuruan di Indonesia. Dikmenjur.

Bustami Achir. (1995). Merencana Kebutuhan Fasilitas Pelajaran Praktek dan Optimasi Pemakaiannya. Bandung:

PPPGT.

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. 2007. Pedoman Analisis Kebutuhan Sarana Pendidikan SMK ProgramKeahlian Teknik Mesin Perkakas. Jakarta:

Dikmenjur.

Murti, A. W. (2019). Manajemen Operasi dan Produksi. Penerbit Andi.

Nasution, H. N. (2016). Manajemen Produksi dan Operasi. Ghalia Indonesia.

Monczka, R. M., Handfield, R. B., Giunipero, L. C., & Patterson, J. L.

(2018). Purchasing and Supply Chain Management. Cengage Learning.

Mahfud, M. I. (2015). Manajemen Logistik. Penerbit Andi.

Simchi-Levi, D., Kaminsky, P., & Simchi-Levi, E. (2014). Designing and Managing the Supply

Soelipan. "Layout Bengkel Pengukuran." PPPGT Bandung, 1992.

Hubbell, W. S. (2018). Electric Power Systems: A Conceptual Introduction. John Wiley & Sons.

Health and Safety Executive. (2009). The Health and Safety (Safety Signs and Signals) Regulation 1996.United Kingdom.

eristyawan prihantoro, Implementasi Sistem Manajemen Bengkel Praktik Teknik Instalasi Tenaga Listrik , Journal of Educational Evaluation Studies (JEES): Vol. 2 No. 2 (2021): March 2021

Hargiyarto, P. (2011). Analisis Kondisi dan Pengendalian Bahaya pada Bengkel atau Laboratorium untuk Menjamin Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di Sekolah Menengah Kejuruan.

Tarwaka. (2008). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press.

Gambar

Gambar 3.1 Layout Bengkel Pengukuran  (Sumber: Soelipan, PPPGT Bandung, 1992)  Keterangan :

Referensi

Dokumen terkait

• Dari hasil perhitungan jumlah line dan work study, maka kita dapat menentukan kebutuhan mesin yang diperlukan. Perancangan

Penelitian ini merupakan langkah awal evaluasi kualitas daya pada instalasi listrik akibat pemakaian beban non linieryang terdiri dari motor-motor listrik, lampu SL dan

a) Pelanggan bebas mengendalikan pemakaian energi listrik sendiri. b) Pelanggan bebas menentukan pembayaran listrik sesuai kebutuhan dan daya beli. c) Privasi

Proses desain mesin, analisis tentang metoda dan peralatan/komponen mesin yang digunakan untuk memenuhi berbagai operasi yang diperlukan dalam produksi pertanian

Berdasarkan hasil perhitungan rekomendasi perbaikan pada sistem perencanaan (peramalan) kebutuhan material dengan menggunakan metode Croston dan SBA, langkah

Tidak terdapatnya peralatan instrumentasi untuk kebutuhan pengukuran dan monitoring besaran listrik serta besarnya kemungkinan kerusakan yang terjadi pada

Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini menjelaskan tentang 5 pokok bahasan utama, yaitu: Perencanaan Induk, Manajemen Persediaan, Manajemen perencanaan kebutuhan

Merupakan penyaringan pertama dalam proses pengembangan suatu produk yang menghilangkan gagasan-gagasan yang tidak konsisten dengan strategi produk