• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1) TUGAS AKHIR STUDI EFISIENSI PENYALURAN AIR SALURAN SEKUNDER B0NTI – B0NTI DAERAH IRIGASI BANTIMURUNG KAB

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "(1) TUGAS AKHIR STUDI EFISIENSI PENYALURAN AIR SALURAN SEKUNDER B0NTI – B0NTI DAERAH IRIGASI BANTIMURUNG KAB"

Copied!
128
0
0

Teks penuh

BURHANUDDIN BADRUN2, ANDI RUMPANG YUSUF3 This study aims to determine the efficiency of the secondary Maros channel in the Bantimurung irrigation area. To determine the efficiency of water distribution availability at the efficiency level in the secondary canal in Bantimurung irrigation area, Maros Regency. The problem highlighted in this study is the efficiency of irrigation water supply in the secondary canal Bonti-bonti, Bantimurung District, Maros Regency, South Sulawesi by paying attention to the drainage in the canal and the water demand in agricultural plots/land .

The research design uses a descriptive quantitative approach that describes the state of water supply efficiency in the Bonti-Bonti Canal. For the availability of water in the bonti-bonti secondary channel, channel 1 has an actual discharge of 13.55 ltr/s and channel 2 has an actual discharge of 29.00 ltr/s.

PENDAHULUAN

  • Latar Belakang
  • Rumusan Masalah
  • Tujuan Penelitian
  • Batasan Masalah
  • Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan acuan dalam menilai tingkat efisiensi distribusi air irigasi dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang memerlukan. Berdasarkan fenomena permasalahan dan konsep solusi yang diberikan peneliti, maka untuk mengantisipasinya perlu dilakukan pemanfaatan air secara efisien atau pendistribusian air secara adil dan merata, sehingga setiap pengguna air atau petani memanfaatkan air. secara profesional dapat digunakan. Oleh karena itu penulis sangat tertarik untuk mengambil permasalahan tersebut sebagai bahan penelitian, Judul penelitian ini adalah “Studi Efisiensi Saluran Sekunder Bonti – Bonti Maros Pada Daerah Irigasi Bantimurung”.

Bagaimana ketersediaan distribusi air pada saluran sekunder Bonti-Bonti di daerah irigasi Bantimurung Kabupaten Maros. Untuk mengetahui efisiensi ketersediaan distribusi air pada tingkat efisiensi saluran sekunder di daerah irigasi Bantimurung Kabupaten Maros.

KAJIAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Irigasi

Mawardi Erman (2007: 5) menyatakan bahwa irigasi adalah suatu usaha memperoleh air dengan menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk keperluan menunjang produksi pertanian. 25 Tahun 2001 (BAB I Pasal 1) tentang irigasi disebutkan bahwa yang dimaksud dengan irigasi adalah usaha penyediaan dan pengaturan air untuk menunjang pertanian, yang jenisnya meliputi irigasi air permukaan, irigasi air tanah, irigasi pompa, dan irigasi kolam. irigasi.

Tujuan, Fungsi dan Manfaat Irigasi .1 Tujuan

  • Manfaat irigasi antara lain

Mendukung produktivitas pertanian dalam rangka meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani.

  • Jaringan Irigasi Pompa
  • Jaringan Irigasi Rawa

Irigasi air tanah adalah suatu sistem irigasi yang sumber airnya berasal dari bawah tanah dan dialirkan melalui jaringan irigasi permukaan atau pipa dengan menggunakan pompa. Jaringan irigasi pompa merupakan suatu sistem irigasi permukaan yang mengambil air dari sungai atau sumber lain dengan menggunakan pompa air.

Klasifikasi Jaringan Irigasi

Sebagian besar jaringan irigasi desa yang dibangun secara mandiri oleh masyarakat dapat digolongkan ke dalam jaringan irigasi sederhana ini. Jaringan irigasi semi teknis mempunyai ciri bahwa fasilitas yang ada untuk menjalankan keempat fungsi tersebut lebih baik dan lengkap dibandingkan jaringan irigasi sederhana. Misalnya dibangun bangunan intake permanen, diukur debitnya, namun sistem jaringan distribusinya masih sama dengan sistem irigasi sederhana.

Salah satu prinsip perancangan jaringan irigasi adalah pemisahan fungsi jaringan pembawa dan jaringan saluran pembuangan. Jaringan irigasi teknis meliputi: bangunan pengambilan air permanen, sistem distribusi air yang dapat diukur dan dikendalikan, serta jaringan pendukung.

Gambar 2.1.JaringanIrigasiSederhana  2.6.2  Jaringan Irigasi Semi Teknis
Gambar 2.1.JaringanIrigasiSederhana 2.6.2 Jaringan Irigasi Semi Teknis

Jenis Jaringan Irigasi

  • Jaringan Irigasi Utama
  • Jaringan Irigasi tersier

Prasarana Irigasi

  • Bangunan Irigasi
  • Bangunan Utama
  • Pengambilan Bebas
  • Mata Air
  • Waduk/Embung
  • Stasiun Pompa Air
  • Bangunan Pengatur

Bangunan induk juga diharapkan mampu mengarungi sedimen yang masuk ke jaringan irigasi dan mengukur laju aliran. Badan bendungan (dinding penahan air) pada bendungan dilengkapi dengan pintu air untuk mengalirkan banjir dan ditutup bila debitnya kecil. Idealnya bangunan induk ini terdiri dari beberapa bangunan, yaitu: 1) Bangunan pelimpah untuk mengalirkan air banjir ke seluruh badan. jalan;.

Abstraksi bebas adalah suatu bangunan yang berada di tepi sungai untuk mengalirkan air ke jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi muka air sungai pada bangunan tersebut lebih tinggi dari pada lahan yang akan diairi. Kotak tersier dilengkapi dengan pintu untuk mengubah pendistribusian air.Bangunan pengendali jaringan tersier tidak dilengkapi dengan bangunan meteran sehingga pendistribusian air hanya terbuka dan tertutup.

Debit Air Saluran

Pengukuran debit langsung dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang dibuat sedemikian rupa sehingga debit dapat dibaca secara langsung atau dengan bantuan tabel.

Pengukuran dengan current meter

Ukur debit aliran pada kedalaman tertentu sesuai dengan kedalaman sungai pada setiap titik interval yang dibuat sebelumnya. Kebutuhan air di sawah untuk tanaman padi dapat ditentukan oleh beberapa faktor berikut (Mawardi Erman. Banyaknya kebutuhan air di sawah berbeda-beda menurut tahap pertumbuhan tanaman dan tergantung dari cara pengelolaan lahan.

Gambar 2.4 Current meter
Gambar 2.4 Current meter

Pola Tanam

Pola tanam merupakan gambaran rencana penanaman berbagai jenis tanaman yang ditanam di suatu negara beririgasi dalam waktu satu tahun. Maksud dari pola tanam adalah memanfaatkan persediaan air irigasi seefektif mungkin, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.

Pemberian Air

Saluran Irigasi

Efisiensi Irigasi

Efisiensi penggunaan air adalah perbandingan jumlah air sebenarnya yang dibutuhkan tanaman untuk penguapan dengan jumlah air yang masuk ke saluran masuk. Untuk mendapatkan gambaran efisiensi irigasi secara keseluruhan, diperlukan gambaran menyeluruh mengenai gabungan saluran irigasi dan saluran drainase, mulai dari bendungan: saluran irigasi primer, sekunder, tersier, dan kuaterner; petak tersier dan jaringan irigasi/drainase pada petak tersier. Penyediaan air tampaknya mempengaruhi efisiensi saluran irigasi, yang didasarkan pada luas daerah irigasi, cara pengairan yang teratur atau terus menerus, dan luas satuan rotasi.

Menurut DPU KP Republik Indonesia, secara umum kehilangan air pada jaringan irigasi dapat dibagi sebagai berikut. Rumus yang digunakan untuk menentukan efisiensi penerapan air (water applicationefisiensi) dari saluran primer sampai ke lahan sawah adalah sebagai berikut. Asa = Air yang sampai ke daerah irigasi, dan Adb = Air yang diambil dari bangunan kran.

Tabel 2.3 Efisiensi Irigasi Berdasarkan Standart Perencanaan    Irigasi
Tabel 2.3 Efisiensi Irigasi Berdasarkan Standart Perencanaan Irigasi

Kehilangan Air Irigasi

  • Evaporasi
  • Perkolasi
  • Rembesan

Evaporasi adalah penguapan yang terjadi dari permukaan (seperti lautan, danau, sungai), permukaan tanah (kolam di dalam tanah dan penguapan dari permukaan air tanah dekat permukaan bumi), dan permukaan tumbuhan (transpirasi). Laju penguapan dinyatakan dengan volume air yang hilang akibat proses per satuan luas dalam satuan waktu. Cara yang paling umum digunakan untuk menentukan volume yang diuapkan dari permukaan air bebas adalah dengan menggunakan panci evaporasi.

Berbagai percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa penguapan yang terjadi dari evaporation pan lebih cepat dibandingkan dari permukaan air yang luas. Investigasi terhadap perkolasi di lapangan diperlukan untuk mengetahui dengan benar angka perkolasi yang terjadi. Pada daerah dengan kemiringan diatas 5% akan terjadi kehilangan minimal 5 mm/hari akibat perkolasi dan perkolasi.

Terkadang air mengalir keluar dari saluran masuk ke lembah sungai, yang kemudian dapat dialihkan, atau ke akuifer yang digunakan kembali. Metode yang dapat digunakan adalah metode input-output yang terdiri dari pengukuran input dan output uang dari suatu penampang saluran yang dipilih. Keakuratan metode ini meningkat dengan perbedaan antara tingkat input dan output yang dihasilkan (Hansen et al. 1992).

Kehilangan air melalui rembesan dan kebocoran tidak terjadi (Kartasaputra dan Sutejo, 1994). Secara keseluruhan, jumlah saluran primer dan sekunder di DI Bantimurung sepanjang 46,107 km, saluran utama sepanjang 9,41 km, dan saluran sekunder sepanjang 33,935 km.

Metode Pengumpulan Data .1 Observasi Lapangan

  • Dokumentasi
  • Wawancara

Data Penelitian

Variabel Penelitian

Desain Penelitian

Dari penelitian ini akan diketahui berapa jumlah air yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian.Beberapa ruas saluran dipilih untuk dilakukan pengukuran di lapangan.

Alur Penelitian

Langkah-Langkah Pengukuran

Asa = Air yang sampai ke daerah irigasi, dan Adb = Air yang berasal dari kran rumah. Bab IV menyajikan data penelitian yang dilakukan di lapangan, analisis data penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Data yang dihitung adalah: luas penampang saluran (A), kecepatan rata-rata (Vav), debit saluran (Q aktual), kebutuhan air tanaman padi, kebutuhan air setiap luas lahan sawah, efisiensi air irigasi pada setiap areal sawah. saluran.

Diskripsi Data Penelitian

Saluran sekunder S3 = B.BB2 yang menerima air dari tikungan batuan Bassi dengan panjang saluran 1903 meter dan luas irigasi 130 Ha. S4 = B.BB3 Saluran sekunder yang menerima air dari Bending Basi Battu dengan panjang saluran 1201 meter dan luas irigasi 234 Ha.

Kecepatan Rata-rata (Vav)

Pengukuran pada titik ketiga ± 2405 m

  • Luas Penampang Saluran (A)
  • Debit Aliran Saluran Debit Aktual ( Q akt )
  • Perhitungan Dimensi Saluran Sekunder Saluran
  • Kebutuhan Air untuk Tiap Petak Sawah
  • Kebutuhan Air (Q aktual ) di Saluran dan Petak Sawah
  • Efisiensi Pemberian Air di Setiap Saluran Irigasi
  • Pembahasan
  • Diskripsi Data Penelitian
  • Kecepatan Rata-rata (Vav)

Perhitungan debit air pada saluran dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh efisiensi saluran dalam memenuhi kebutuhan air tanaman padi di sawah. Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan maka diperoleh debit air dari masing-masing saluran sebagai berikut. . Kebutuhan air untuk tanaman padi dilihat dari kebutuhan maksimalnya yaitu pada umur padi berumur dua bulan. Hasil pengukuran di lapangan diperoleh data kebutuhan air setiap sawah pada umur padi 0,5 bulan sampai dengan 4 bulan sebagai berikut.

Kebutuhan air aktual pada saluran dan areal penelitian dilakukan pada saat padi berumur 2 bulan, yang sebenarnya dihitung seperti pada diagram berikut. Berdasarkan tabel di atas, Anda dapat melihat diagram di bawah ini untuk mengetahui jumlah kebutuhan air pada saluran dan sawah. Berdasarkan diagram di atas, aliran sebenarnya pada saluran S4 dapat memenuhi kebutuhan air irigasi secara umum pada daerah irigasi.

Pendistribusian air irigasi di bonti-bonti D.I Bantimurung dilakukan dengan membuka pintu air setinggi-tingginya tanpa memperhatikan kebutuhan air pada masing-masing daerah irigasi. Dalam pengelolaan distribusi air, pengisian air pada saluran sekunder harus disesuaikan dengan kebutuhan tiap area persawahan. Berdasarkan pengamatan, debit air pada saluran sekunder tidak sesuai dengan kebutuhan air petak, sehingga konsumsi air tidak merata.

Sawah yang menerima air irigasi dari saluran S4 mempunyai debit aliran eksisting yang melebihi kebutuhan air pada petak tersebut, sedangkan sawah lainnya mempunyai keluaran air irigasi yang tidak mencukupi kebutuhan air pada daerah irigasi. Meningkatkan kualitas pengelolaan distribusi air pada seluruh saluran sekunder di daerah irigasi Bantimurung, khususnya saluran bonti-bonti. Berdasarkan data, debit air pada saluran sekunder tidak dapat memenuhi kebutuhan air di sawah.

Tabel 4.2 Kecepata Rata-Rata (Vav)
Tabel 4.2 Kecepata Rata-Rata (Vav)

Pengukuran pada titik ketiga ± 2405 m

  • Luas Penampang Saluran (A)
  • Debit Aliran Saluran Debit Aktual ( Q akt )
  • Perhitungan Dimensi Saluran Sekunder Saluran
  • Kebutuhan Air untuk Tiap Petak Sawah
  • Kebutuhan Air (Q aktual ) di Saluran dan Petak Sawah
  • Efisiensi Pemberian Air di Setiap Saluran Irigasi
  • Pembahasan

Setiap saluran sekunder yang diteliti mempunyai luas daerah irigasi, panjang saluran dan luas penampang basah yang berbeda-beda. Pada musim kemarau, para petani di bonti bonti atau Bantimurung masih menanam padi, hal ini dikarenakan persediaan air di Bendungan Batu Bassi dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan irigasi. Pembukaan pintu air di bagian hulu saluran yang tidak terkendali akan mengurangi debit air di bagian hilir saluran.

Untuk setiap irigasi di bonti bonti irigasi sekunder di Bantimurung DI Bantimurung mempunyai nilai efisiensi yang berbeda-beda. Pada saluran S3 yang mempunyai luas irigasi 130 ha dan panjang saluran 1903 m dengan debit aktual 68,00 ltr/s mempunyai efisiensi irigasi sebesar 84%.

5.1 Kesimpulan

Saran

34; Pengaruh Operasional Bangunan Pengendali Sungai Kalimas di Surabaya, Wonokromo, Terhadap Banjir Kota Surabaya dan Solusinya." Jurnal Aplikasi Teknik Sipil.

Gambar

Gambar 2.1.JaringanIrigasiSederhana  2.6.2  Jaringan Irigasi Semi Teknis
Gambar 2.2. Jaringan Irigasi Semi Teknis  2.6.3  Jaringan Irigasi Teknis
Gambar 2.3 : Jaringan Irigasi Teknis  Tabel 2.1 Klasifikasi Jaringan Irigasi
Gambar 2.4 Current meter
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan studi yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menekankan proses penelitian