TUGAS KELOMPOK 4

(1)

TRANSISI ENERGI TERBARUKAN

KELOMOK ; 4

BERNARD CANDRA PANGKA BU’ULOLO(202214026) AVIN FEBRIAN(202214006)

ARNOLDUS JUL KEFLIN SARUMAHA(202214029)

(2)

AGENDA

 POULASI DAN BAHAN BAKAR ENERTGI TERBARUKAN Dengan pertumbuhan populasi yang terus meningkat dan ketersediaan bahan bakar fosil yang terbatas, kemampuan untuk mengakses sumber energi dan mengembangkan energi terbarukan menjadi lebih penting dari sebelumnya.

Ketersediaan energi terbarukan seperti energi angin dan energi surya juga dapat terganggu selama peristiwa besar, seperti musim dingin yang panjang, musim panas tanpa angin, dan dinamika cuaca yang tidak terduga.

Krisis energi adalah kondisi di mana terdapat prospek keterbatasan sumber daya, sumber daya yang terbatas, gangguan keamanan pasokan, dan kekhawatiran yang meningkat dari perspektif lingkungan (Coyle

& Simmons, 2014).

(3)

MENGATASI KOMPREHENSIF BAHAN BAKAR

UNTUK MENGATASI POPULASI BAHAN BAKAR ENERGI TERBARUKAN, LANGKAH-LANGKAH YANG KOMPREHENSIF DAN BERKELANJUTAN PERLU DIAMBIL. PERTAMA-TAMA, INVESTASI BESAR-BESARAN DALAM PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ENERGI TERBARUKAN DIPERLUKAN. INI MENCAKUP PENGEMBANGAN TEKNOLOGI YANG LEBIH EFISIEN DAN MURAH UNTUK ENERGI SURYA,

ANGIN, HIDRO, DAN BIOMASSA.SELANJUTNYA, DIPERLUKAN KEBIJAKAN ENERGI YANG KUAT UNTUK MENDORONG PENGGUNAAN ENERGI TERBARUKAN. INI TERMASUK INSENTIF FISKAL, SEPERTI PEMBEBASAN PAJAK ATAU SUBSIDI UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI TERBARUKAN, SERTA ATURAN YANG MEMBATASI ATAU MENGURANGI SUBSIDI UNTUK BAHAN BAKAR FOSIL.PENDIDIKAN DAN KESADARAN MASYARAKAT JUGA PENTING UNTUK MENINGKATKAN ADOPSI ENERGI TERBARUKAN. MELALUI

KAMPANYE PENDIDIKAN DAN INFORMASI YANG TEPAT, MASYARAKAT DAPAT MEMAHAMI MANFAAT ENERGI TERBARUKAN BAGI LINGKUNGAN DAN EKONOMI MEREKA.SELAIN ITU, KERJA SAMA INTERNASIONAL DIPERLUKAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGEMBANGAN

DAN ADOPSI ENERGI TERBARUKAN. INI TERMASUK PERTUKARAN PENGETAHUAN, TEKNOLOGI, DAN SUMBER DAYA ANTAR NEGARA UNTUK MEMPERCEPAT KEMAJUAN DALAM BIDANG ENERGI TERBARUKAN.PENGURANGAN HAMBATAN REGULASI DAN ADMINISTRATIF

JUGA DIPERLUKAN UNTUK MEMPERCEPAT PROSES PERIZINAN DAN PEMBANGUNAN PROYEK ENERGI TERBARUKAN. INI TERMASUK PENYEDERHANAAN PROSES PERIZINAN DAN PEMBENTUKAN KEBIJAKAN YANG MENDUKUNG PENGEMBANGAN ENERGI

TERBARUKAN.DENGAN KOMBINASI LANGKAH-LANGKAH INI, POPULASI BAHAN BAKAR ENERGI TERBARUKAN DAPAT DITINGKATKAN SECARA SIGNIFIKAN, MEMBANTU MENGURANGI KETERGANTUNGAN PADA BAHAN BAKAR FOSIL DAN MEMPERCEPAT TRANSISI MENUJU

EKONOMI BERBASIS ENERGI TERBARUKAN YANG BERKELANJUTAN.

(4)

PERSPEKTIF DAYA SAING ENERGI TERBARUKAN INDONESIA

DALAM HAL MEMENUHI KEBUTUHAN ENERGI DI DALAM NEGERI, INDONESIA TERUS

BERGERAK DARI KETERGANTUNGAN TERHADAP SUMBER ENERGI FOSIL KE SUMBER ENERGI TERBARUKAN. HAL INI DILAKUKAN UNTUK MEWUJUDKAN PEMERATAAN ENERGI DI SELURUH WILAYAH. MELIHAT POTENSI DAN KETERSEDIAAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN DI ALAM, BUKAN TIDAK MUNGKIN INDONESIA DAPAT MEMENUHI TARGET BAURAN EBT SEBESAR 23%

PADA TAHUN 2025 DAN 31% PADA TAHUN 2030. HANYA SAJA UNTUK MEMENUHI TARGET BAURAN EBT TERSEBUT TIDAKLAH MUDAH, BANYAK TANTANGAN YANG DIHADAPI OLEH INDONESIA. OLEH KARENA ITU, KAJIAN INI MEMBAHAS TENTANG TANTANGAN-TANTANGAN YANG DIHADAPI OLEH INDONESIA DALAM MEMENUHI PERMINTAAN PASAR UNTUK PRODUK DAN LAYANAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN BERDASARKAN BUKU-BUKU DAN

LITERATUR-LITERATUR TERKINI. DIHARAPKAN TANTANGAN-TANTANGAN TERSEBUT NANTINYA MENDORONG INDONESIA UNTUK MENGAMBIL LANGKAH BERANI DALAM MEREVITALISASI SEKTOR ENERGI, KEBIJAKANKEBIJAKAN STRATEGIS, SERTA INVESTASI YANG SIGNIFIKAN.

(5)

PENDORONG TRANSISI ENERGI TERBARUKAN

•

Mitigasi perubahan iklim setelah pandemi Covid-19 telah menjadi masalah global yang vital. Salah satu alasannya adalah sektor industri yang terus tumbuh pasca perlambatan ekonomi selama pandemi dan menjadi ancaman besar bagi lingkungan. Menanggapi memburuknya perubahan iklim," United Nations Framework Convention on Climate Change"(UNFCCC) telah merumuskan kebijakan untuk memitigasi perubahan iklim dengan mengurangi emisi karbon. Sebagai anggota, Indonesia telah menyatakan komitmennya untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29% hingga 41% pada tahun 2030 melalui kerja sama internasional yang dituangkan dalam Perjanjian Paris. Mengikuti komitmen

internasional tersebut, Indonesia harus merancang kebijakan pajak karbon yang efektif mengurangi

emisi karbon. Selain itu, pajak karbon dapat menjadi langkah awal dalam pelaksanaan transisi energi

fosil ke energi baru dan terbarukan. Namun faktanya, akibat kenaikan biaya produksi, penerapan

pajak karbon disinyalir menyebabkan kenaikan harga, yang berujung pada penurunan tenaga kerja

dan peningkatan pengangguran. Selain itu, daya beli masyarakat juga akan melemah. Sehingga

berdampak besar pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun

rencana pajak karbon yang akan mengurangi emisi karbon dengan tetap menitikberatkan pada

kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif untuk melakukan

penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rancangan pajak karbon harus sejalan dengan nilai

Pancasila, agar kesejahteraan masyarakat dapat sejalan dengan komitmen pemerintah.

(6)