TUGAS PRAKTIK KERJA LAPANGAN
LAPORAN
Disusun Oleh:
CYNTHIA HARIANJA 190304084
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2023
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
LAPORAN Disusun Oleh:
CYNTHIA HARIANJA 190304084
Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Sebagai Salah Satu Syarat
Kelulusan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing
Ketua Program Studi Dosen Pembimbing
(Rulianda P.Wibowo, SP., M.Ec., Ph.d) (Rulianda P.Wibowo, SP., M.Ec., Ph.d) NIP. 198010212005011004 NIP. 198010212005011004
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2023
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya, penulis diberikan kesempatan untuk membuat dan menyelesaikan tugas praktik kerja lapangan ini dengan baik.
Adapun maksud dan tujuan penulis membuat laporan ini adalah sebagai tugas pengganti dari praktik kerja lapangan yang tidak dapat diikuti oleh penulis, sehingga tugas ini bertujuan untuk memenuhi nilai praktik kerja lapangan (PKL) penulis. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Rulianda Purnomo Wibowo, SP., M.Ec., Ph.d selaku ketua program studi agribisnis yang telah memberikan izin kepada penulis serta memberikan tugas ini sebagai pemenuhan untuk nilai praktik kerja lapangan (PKL).
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian tugas laporan praktik kerja lapangan ini masih terdapat kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk dapat penulis jadikan sebagai bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja dan pengetahuan penulis kedepannya.
Medan, 04 Agustus 2023
Penulis
ii DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penulisan ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 4
2.2. Pertumbuhan Ekonomi ... 6
2.3. Kriteria Sektor Unggulan ... 6
2.4. Pengertian Analisis Location Quotient (LQ) ... 8
BAB III METODE ANALISIS KAJIAN ... 9
3.1. Metode Pengumpulan Data ... 9
3.2. Metode Analisis Data ... 9
BAB IV GAMBARAN UMUM DAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN KARO ... 12
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Karo ... 12
4.1.1. Batas Wilayah ... 12
4.1.2. Demografi ... 13
4.2. Sarana dan Prasarana Kabupaten Karo ... 15
4.3. Potensi Kabupaten Karo ... 21
4.3.1. Pertanian ... 21
4.3.2. Kehutanan ... 21
4.3.3. Peternakan ... 21
4.3.4. Perikanan ... 22
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
5.1. Deskripsi Data ... 23
5.1.1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Karo ... 23
iii
iii
5.1.2. Perkembangan Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di
Provinsi Sumatera Utara ... 25
5.1.3. Perkembangan Jumlah Produksi pada Sektor Pertanian di Kabupaten Karo ... 27
5.2. Hasil ... 35
5.2.1. Analisis LQ pada Sektor Perekonomian di Kabupaten Karo ... 35
5.2.2. Analisis LQ pada Subsektor Pertanian di Kabupaten Karo ... 43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 56
6.1. Kesimpulan ... 56
6.2. Saran ... 58
DAFTAR PUSTAKA ... 60
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
1 Data Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kabupaten Karo Menurut Kecamatan Tahun 2022
14 2 Jumlah Sekolah dan Siswa di bawah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karo, 2022 16 3 Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan di
Kabupaten Karo, 2022 18
4 Data Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kabupaten
Karo, 2022 20
5 Perkembangan Nilai PDRB atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Karo 23 6 Perkembangan Nilai PDRB atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Sumatera Utara (Milyar Rupiah)
25 7 Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Pangan di
Kabupaten Karo 28
8 Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Pangan di
Provinsi Sumatera Utara 28
9 Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Hortikultura di
Kabupaten Karo 30
10 Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Hortikultura di
Provinsi Sumatera Utara 31
11 Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Perkebunan di
Kabupaten Karo 33
12 Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Perkebunan di
Provinsi Sumatera Utara 34
13 Perhitungan PDRB Sektor Ekonomi dengan Total PDRB
Kabupaten Karo 35
v
v
14 Perhitungan PDRB Sektor Ekonomi dengan Total PDRB di
Provinsi Sumatera Utara 37
15 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) pada Sektor
Perekonomian di Kabupaten Karo 39
16 Perhitungan Produksi Komoditi Tanaman Pangan dengan
Total Produksi di Kabupaten Karo (vi/vt) 43 17 Perhitungan Produksi Komoditi Tanaman Pangan dengan
Total Produksi di Provinsi Sumatera Utara (Vi/Vt) 44 18 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) pada Komoditi
Subsektor Tanaman Pangan di Kabupaten Karo 44 19 Perhitungan Produksi Komoditi Tanaman Hortikultura
dengan Total Produksi di Kabupaten Karo (vi/vt) 45 20 Perhitungan Produksi Komoditi Tanaman Hortikultura
dengan Total Produksi di Provinsi Sumatera Utara (Vi/Vt) 47 21 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) pada Komoditi
Subsektor Tanaman Hortikultura di Kabupaten Karo 48 22 Perhitungan Produksi Komoditi Tanaman Perkebunan
dengan Total Produksi di Kabupaten Karo (vi/vt) 52 23 Perhitungan Produksi Komoditi Tanaman Perkebunan
dengan Total Produksi di Provinsi Sumatera Utara (Vi/Vt) 53 24 Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) pada Komoditi
Subsektor Tanaman Perkebunan di Kabupaten Karo 54
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
1 Peta Kabupaten Karo 13
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan output yang diperoleh dari perkembangan sektor-sektor ekonomi, budaya, sosial, serta cara pandang untuk menyejahterakan masyarakat secara berkelanjutan (sustainable).
Pembangunan ekonomi daerah merupakan sebuah proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya bersama-sama dalam mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menciptakan lapangan kerja baru serta merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam suatu daerah.
Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah tersebut.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka adapun kebijakan yang perlu dilakukan ialah dengan mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi pembangunan yang dimiliki oleh daerah tersebut. Di mana hal ini berkaitan erat dengan penentuan kegiatan sektor ekonomi yang unggul pada suatu daerah.
Dalam menentukan potensi kegiatan sektor ekonomi pada suatu daerah maka yang perlu diperhatikan adalah sektor ekonomi yang unggul dan mempunyai daya saing dalam beberapa tahun terakhir serta sektor ekonomi yang memiliki potensial untuk dikembangkan di masa yang akan datang.
2
2
Kabupaten Karo merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara, di mana Kabupaten Karo termasuk salah satu daerah yang ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini dikarenakan letak geografis Kabupaten Karo yang strategis dan tersedianya sumber daya alam yang sangat melimpah, sehingga menjadikan Kabupaten Karo sebagai kabupaten yang berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Utara.
Dengan adanya sumber daya yang melimpah di Kabupaten Karo, maka dapat diperkirakan sektor pertanian merupakan salah satu sektor unggulan di Kabupaten Karo. Namun selain sektor pertanian, sektor lainnya memiliki kemampuan tumbuh yang berbeda-beda, sehingga terdapat kemungkinan sektor lain juga termasuk sektor unggul atau basis di Kabupaten Karo. Oleh karena itu, dalam rangka perencanaan pembangunan ekonomi maka perlu diidentifikasikan terlebih dahulu sektor-sektor unggulan dan potensial yang ada di Kabupaten Karo. Salah satu indikator yang biasa digunakan untuk menentukan sektor-sektor ke dalam kategori basis atau non basis adalah metode Location Quotient (LQ). Untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Karo, maka diperlukan data-data PDRB dan pertumbuhan ekonomi serta data produksi di Kabupaten Karo dan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2012-2022.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka adapun rumusan masalah pada laporan ini adalah sebagai berikut.
3
1. Bagaimanakah analisis Location Quotient (LQ) pada sektor perekonomian di Kabupaten Karo?
2. Bagaimanakah analisis Location Quotient (LQ) pada subsektor pertanian yang terdapat di Kabupaten Karo?
1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka adapun tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk menganalisis sektor basis dan non-basis di Kabupaten Karo.
2. Untuk menganalisis subsektor pertanian yang basis dan non-basis yang terdapat di Kabupaten Karo.
4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah merupakan sebuah proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya bersama-sama dalam mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).
Pembangunan ekonomi daerah juga merupakan suatu proses yang terdiri dari pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, ahli ilmu pengetahuan, dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah memiliki tujuan utama dalam meningkatkan jumlah serta jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka pemerintah dan juga masyarakat harus bekerjasama dan berinisiatif dalam melakukan pembangunan daerah tersebut.
Pengembangan wilayah adalah upaya dalam menyatukan sumber daya alam, manusia, dan teknologi dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri. Konsep pengembangan wilayah sesungguhnya memiliki tujuan yakni untuk memperkecil kesenjangan pertumbuhan dan ketimpangan kesejahteraan antar wilayah. Pada hakikatnya, pembangunan adalah sebuah usaha terorganisasi dan terkoordinasi untuk menciptakan secara legal lebih banyak pilihan bagi anggota
5
masyarakat untuk memenuhi aspirasinya yang paling humanistik, yaitu peningkatan kesejahteraannya.
Dalam pemetaan strategic development region, suatu wilayah pengembangan diharapkan memiliki unsur-unsur strategis berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, dan infarstruktur yang saling berkaitan dan melengkapi sehingga dapat dikembangkan secara optimal dengan memperhatikan sifat sinergisme diantaranya.
Menurut Dirjen Penataan Ruang, ada beberapa prinsip dasar dalam pengembangan wilayah, antara lain :
1. Sebagai growth centre, artinya pengembangan wilayah tidak hanya bersifat internal wilayah, tetapi harus diperhatikan sebaran atau pengaruh (spread effect) pertumbuhan yang dapat ditimbulkan bagi wilayah sekitarnya, bahkan secara nasional.
2. Pengembangan wilayah memerlukan upaya kerjasama pembangunan antar daerah dan menadi persyaratan utama bagi keberhasilan pengembangan wilayah.
3. Pola pengembangan wilayah bersifat integral yang merupakan integrasi dari daerah-daerah yang tercakup dalam wilayah melalui pendekatan kesetaraan.
4. Dalam pengembangan wilayah, mekanisme pasar juga harus menjadi persyaratan bagi perencanaan pembangunan suatu kawasan.
Selain itu, pengembangan wilayah juga dapat diartikan sebagai suatu upaya dalam memberdayakan stakeholders di suatu wilayah dalam memanfaatkan sumber daya alam dengan teknologi untuk wilayah administratif atau wilayah fungsional dalam rangka meningkatkan kualitas hidup rakyat wilayah tersebut. Dalam jangka
6
panjang, pengembangan wilayah memiliki target dalam pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah (Richardson, 1991).
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah yang terjadi di wilayah tersebut. Adapun macam-macam teori pertumbuhan wilayah adalah sebagai berikut (Tarigan, 2004).
Pengertian PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) menurut Badan Pusat Statistik (BPS) ialah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Nilai PDRB dapat menunjukkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi. Dengan demikian, perlu diketahui sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan di suatu daerah yang mendorong pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis seperti Location Quotient (LQ) dan Tipologi Klassen untuk mengetahui terjadi atau tidaknya pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah.
2.3. Kriteria Sektor Unggulan
Sektor unggulan pada umumnya berkaitan dengan suatu perbandingan, baik itu perbandingan berskala regional, nasional maupun internasional. Suatu daerah akan
7
mempunyai sektor unggulan jika daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga bisa menghasilkan ekspor.
Sektor unggulan merupakan sektor yang mempunyai keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif dengan produk sektor sejenis dari daerah lain serta memberikan nilai manfaat yang besar. Sektor unggulan juga mempunyai potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah, terutama terdapatnya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu 8 akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress). Namun, penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.
Sektor unggulan di suatu daerah erat kaitannya dengan data PDRB daerah yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan pada PDRB terdapat informasi yang sangat penting, yakni kontribusi setiap sektor serta tingkat pertumbuhan dalam suatu daerah. Adapun kriteria sektor unggulan mempunyai beberapa variasi yang tergantung pada seberapa besar peranan sektor tersebut dalam pembangunan wilayah. Berikut beberapa kriteria sektor unggulan.
1. Sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi.
2. Sektor unggulan tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar.
3. Sektor unggulan tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang.
4. Sektor unggulan tersebut mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.
8
5. Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut.
6. Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas.
7. Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah.
8. Sektor tersebut harus berkembang sehingga mampu memberi pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya.
2.4. Pengertian Analisis Location Quotient (LQ)
Analisis LQ (Location Quotient) ialah salah satu pendekatan yang digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. Teori ekonomi basis mengklasifikasikan seluruh kegiatan ekonomi ke dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan sektor non- basis. Kegiatan sektor basis merupakan suatu kegiatan yang hasilnya berupa barang atau jasa untuk diekspor ke luar kawasan daerah tersebut. Sedangkan, kegiatan sektor non basis ialah suatu kegiatan yang hasilnya berupa barang dan jasa untuk masyarakat dalam kawasan kehidupan ekonomi masyarakat tersebut.
Analisis LQ mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah itu dengan peranan sektor-sektor dalam perekonomian regional atau nasional. Analisis LQ ini membantu untuk menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat suatu sektor.
9 BAB III
METODE ANALISIS KAJIAN
3.1. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan menggunakan data time series yaitu data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan tahun 2010 menurut lapangan usaha di Kabupaten Karo dan Provinsi Sumatera Utara, periode tahun 2012-2022.
Data ini diperoleh dari berbagai sumber seperti melalui Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karo dan Provinsi Sumatera Utara serta artikel dan literatur lainnya yang terkait dengan penelitian ini.
3.2. Metode Analisis Data
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode analisis Location Quotient (LQ). Analisis Location Quotient (LQ) merupakan suatu pendekatan tidak langsung yang digunakan untuk mengukur kinerja basis ekonomi suatu daerah, artinya analisis ini digunakan untuk melakukan pengujian sektor- sektor ekonomi yang termasuk dalam kategori sektor unggulan.
Teknik LQ digunakan untuk mengukur konsentrasi dari suatu industri dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah itu dengan peranan industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional.
Ada beberapa cara untuk mengukur LQ dari suatu sektor dalam ekonomi regional, yaitu melalui pendekatan nilai produksi suatu komoditi, nilai tambah
10
PDRB dan tenaga kerja. Berikut ini merupakan rumus dari masing-masing pendekatan serta keterangannya.
1. Pendekatan Nilai Produksi Komoditi (Sektor Pertanian) Rumus : 𝑳𝑸 = 𝒗𝒊/𝒗𝒕
𝑽𝒊/𝑽𝒕 Keterangan :
vi = Nilai produksi komoditi i pada kabupaten vt = Total produksi sektor i pada kabupaten Vi = Nilai produksi komoditi i pada provinsi Vt = Total produksi sektor i pada provinsi 2. Pendekatan Nilai Tambah PDRB
Rumus : 𝑳𝑸 = 𝒗𝒊/𝒗𝒕
𝑽𝒊/𝑽𝒕 Keterangan :
vi = Nilai PDRB sektor i pada daerah analisis vt = Total PDRB pada daerah analisis
Vi = Nilai PDRB sektor i pada daerah acuan Vt = Total PDRB pada daerah acuan
11
3. Pendekatan Tenaga Kerja Rumus : 𝑳𝑸 = 𝑳𝒊/𝑳𝒕
𝑵𝒊/𝑵𝒕 Keterangan :
Li = Jumlah tenaga kerja sektor i pada tingkat region yang lebih rendah Lt = Total tenaga kerja pada tingkat region yang lebih rendah
Ni = Jumlah tenaga kerja sektor i pada tingkat region yang lebih atas Nt = Total tenaga kerja pada tingkat region yang lebih atas
Dari perhitungan LQ, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Apabila nilai LQ > 1, maka sektor tersebut merupakan sektor basis. Sektor tersebut tidak hanya memenuhi kebutuhan di dalam daerah saja, namun juga kebutuhan di luar daerah karena sektor ini sangat potensial untuk dikembangkan. Artinya, peranan sektor tersebut di daerah tersebut lebih menonjol daripada peranan sektor itu secara nasional. Dengan kata lain, daerah tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk sektor i, sehingga sektor i merupakan sektor basis atau ekspor.
2) Apabila nilai LQ < 1, maka sektor tersebut merupakan sektor non basis dan perlu impor produk dari luar daerah karena sektor ini kurang prospektif untuk dikembangkan. Artinya, peranan sektor tersebut di daerah tersebut tidak menonjol dibandingkan dengan peranan sektor itu secara nasional, sehingga sektor i merupakan sektor non basis atau impor.
12 BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN POTENSI EKONOMI KABUPATEN KARO 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Karo
4.1.1. Batas Wilayah
Kabupaten Karo merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis, letak Kabupaten Karo berada di antara 2,500 – 3,190 Lintang Utara dan 97,550 – 98,380 Bujur Timur dengan luas 2.127,25 Km2 atau 2,97 % dari luas Provinsi Sumatera Utara.
Wilayah Kabupaten Karo berada pada ketinggian 200 - 1.500 meter di atas permukaan laut. Secara umum Kabupaten Karo berbatasan dengan :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Kabupaten Deli Serdang.
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Samosir.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kabupaten Simalungun.
4. Sebelah Barat Kabupaten Karo berbatasan dengan Provinsi Nangroe Aceh Darusalam.
Ibukota Kabupaten Karo adalah Kecamatan Kabanjahe dengan luas wilayah 44,65 km2. Kabupaten Karo terdiri dari 17 kecamatan antara lain: kecamatan Mardingding, Laubaleng, Tigabinanga, Juhar, Munte, Kutabuluh, Payung, Tiganderket, Simpang Empat, Naman Teran, Merdeka, Kabanjahe, Berastagi, Tigapanah, Dolat Rayat, Merek dan Barusjahe.
13
Gambar 1. Peta Kabupaten Karo 4.1.2. Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Karo secara keseluruhan pada tahun 2022 adalah sebanyak 414.429 jiwa, di mana penduduk terbanyak berada di Kecamatan Kabanjahe. Laju pertumbuhan tertinggi berada di Kecamatan Merek yaitu sebesar 2,17 sedangkan kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Kabanjahe.
Berikut ini merupakan tabel yang berisikan data penduduk, laju pertumbuhan penduduk, dan rasio jenis kelamin penduduk menurut kecamatan di Kabupaten Karo pada tahun 2022.
14
Tabel 1. Data Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk dan Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kabupaten Karo Menurut Kecamatan Tahun 2022
No Kecamatan Jumlah Penduduk
(Ribu orang)
Laju Pertumbuhan
Penduduk (%)
Kepadatan Penduduk
per km2
Rasio Jenis Kelamin
1 Mardingding 20.470 1,44 77 100
2 Laubaleng 21.173 1,40 84 96
3 Tigabinanga 22.803 1,05 142 99
4 Juhar 15.034 0,98 69 99
5 Munte 23.478 1,38 187 96
6 Kutabuluh 12.972 1,61 66 95
7 Payung 12.483 1,10 264 94
8 Tiganderket 14.767 0,87 170 96
9 Simpang Empat
21.736 1,04 233 97
10 Naman Teran 14.933 1,21 170 98
11 Merdeka 15.985 1,44 362 99
12 Kabanjahe 75.387 1,37 1.688 99
13 Berastagi 49.197 1,13 1.613 100
14 Tigapanah 35.143 1,43 188 96
15 Dolat Rayat 10.132 1,58 314 98
16 Merek 23.672 2,17 189 100
15
17 Barusjahe 25.064 0,97 196 95
Karo 414.429 1,31 195 98
Sumber : Kabupaten Karo dalam Angka 2023, BPS Kabupaten Karo
Berdasarkan data tersebut, maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Karo secara keseluruhan pada tahun 2022 adalah sebanyak 414.429 jiwa, di mana penduduk terbanyak berada di Kecamatan Kabanjahe. Laju pertumbuhan tertinggi berada di Kecamatan Merek yaitu sebesar 2,17. Selain itu, dapat diketahui juga kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Kabanjahe yaitu sebesar 1.688 jiwa/km2.
4.2. Sarana dan Prasarana Kabupaten Karo
Secara umum sarana dan prasarana merupakan alat penunjang keberhasilan suatu proses yang dilakukan di dalam pelayanan publik, karena jika kedua hal tersebut tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak dapat mencapai hasil yang diharapkan atau sesuai dengan yang telah direncanakan. Oleh karena itu, untuk menunjang aktivitas masyarakat Kabupaten Karo, maka terdapat beberapa sarana dan prasarana yang diharapkan dapat mendukung beberapa aspek kehidupan masyarakat Kabupaten Karo. Berikut ini merupakan sarana penunjang kegiatan pemerintah di Kabupaten Karo, antara lain:
1. Sarana Pemerintahan
Secara Administrasi Kabupaten Karo terdiri dari 17 Kecamatan dan 269 Desa/kelurahan (259 Desa dan 10 Kelurahan). Pusat Pemerintahan Kabupaten Karo berada di Kabanjahe. Selain itu, jumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Kabupaten Karo pada 2022 tercatat sebanyak 4.989 orang yang
16
terdiri dari sebagian besar Golongan III yaitu terdiri dari 61,57% dan Golongan IV sebesar 23,87%. Sedangkan Golongan II hanya sekitar 14,05%
dan sisanya adalah Golongan I.
2. Sarana Pendidikan
Sektor Pendidikan adalah salah satu pilar yang mendukung program pembangunan daerah, di samping sektor pertanian dan kesehatan. Berikut ini merupakan jumlah unit sekolah dan murid pada Kabupaten Karo.
Tabel 2. Jumlah Sekolah dan Siswa di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karo Tahun 2022
No Tingkat Pendidikan
Jumlah Sekolah (Unit) Jumlah Siswa (Orang)
1 SD 295 41.747
2 SMP 68 20.867
3 SMA 24 13.703
4 SMK 12 5.076
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2023
Pada tingkat pendidikan dasar (SD) tahun ajaran 2022/2023 ada sebanyak 295 unit sekolah, 2.782 orang tenaga pengajar dan 41.747 orang siswa. Pada tingkat SMP ada 68 unit sekolah dan ada sebanyak 1.312 orang tenaga pengajar dan 20.867 orang siswa. Sedangkan pada tingkat SMA ada sebanyak 24 unit sekolah dan 13.703 orang siswa, serta tenaga pengajar berjumlah 748 orang.
17
3. Sarana Kesehatan
Ketersediaan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat. Sarana Kesehatan yang tersedia di Kabupaten Karo pada tahun 2021, antara lain: rumah sakit sebanyak 3 unit, rumah sakit bersalin sebanyak 1 unit, poliklinik sebanyak 29 unit, puskesmas sebanyak 19 unit, puskesmas pembantu sebanyak 179 unit dan apotek sebanyak 17 unit. Pada tahun 2022, tercatat ada 63 orang dokter, 29 orang dokter gigi, 179 orang tenaga keperawatan , 586 orang tenaga bidan, dan 45 orang tenaga farmasi di Kabupaten Karo.
4. Sarana Ekonomi
Dengan adanya keberadaan sarana ekonomi maka, sarana tersebut nantinya akan dijadikan penopang dari setiap keberlangsungan kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok. Adapun sarana ekonomi yang terdapat di Kabupaten Karo adalah perbankan dan koperasi. Pada tahun 2021, jumlah kantor KCP bank yang tercatat di Kabupaten Karo adalah sebanyak 52 kantor dan 5 unit kantor KC. Sedangkan untuk koperasi, pada tahun 2022 jenis koperasi yang terbanyak yang berada di Kabupaten Karo adalah Koperasi Unit Desa (KUD) yaitu sebanyak 31 unit.
Mayoritas koperasi berada di Kecamatan Kabanjahe. Jumlah total anggota koperasi pada tahun 2022 ada sebanyak 76.500 orang dengan 24.229 diantaranya terdaftar di koperasi jenis KUD. Adapun jumlah simpanan
18
keseluruhan di koperasi tahun 2021 adalah sebesar 100,4 juta, kemudian naik pada tahun 2022 menjadi 153,9 juta.
5. Sarana Tempat Ibadah
Tabel 3. Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kecamatan di Kabupaten Karo, 2020
No Kecamatan Masji d
Gereja Protesta n
Gereja Katholi k
Pur a
Vihar a
Klent eng
1 Mardingding 14 65 14 1 0 0
2 Laubaleng 19 58 11 1 0 0
3 Tigabinanga 20 49 13 0 0 0
4 Juhar 12 44 7 1 0 0
5 Munte 17 63 16 1 0 0
6 Kutabuluh 11 45 12 1 0 0
7 Payung 7 23 4 0 0 0
8 Tiganderket 16 39 6 1 0 0
9 Simpang Empat
14 39 6 0 0 0
10 Naman Teran 12 27 4 0 0 0
11 Merdeka 12 20 4 0 0 0
12 Kabanjahe 26 77 8 0 1 0
13 Berastagi 21 39 4 0 2 1
14 Tigapanah 10 60 11 0 0 0
19
15 Dolat Rayat 3 19 2 0 1 0
16 Merek 3 42 10 0 0 0
17 Barusjahe 12 57 17 0 0 0
Karo 229 766 149 6 4 1
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2023
Sarana tempat ibadah sangat penting untuk umat beragama dalam melakukan kegiatan agamanya. Mayoritas penduduk Kabupaten Karo didominasi oleh Masyarakat beragama kristen protestan yaitu sebanyak 57,68% dan diketahui terdapat sebanyak 766 unit gereja protestan sebagai sarana ibadah masyarakat kristen protestan di Kabupaten Karo.
6. Sarana Jalan dan Transportasi
Pada tahun 2022, Panjang jalan di Kabupaten Karo adalah 1.401,887 km yang terdiri dari Jalan Negara, Jalan Provinsi, dan Jalan Kabupaten berdasarkan tingkat kewenangannya. Selanjutnya informasi dari Polres Tanah Karo, jumlah Surat Izin Mengemudi terbanyak yang dikeluarkan adalah Tipe A-TU dengan jumlah sebanyak 5.218. Surat Izin Mengemudi terbanyak kedua adalah SIM C yakni sebanyak 4.828. Adapun Surat Izin Mengemudi Tipe D tidak ada dikeluarkan. Berikut ini merupakan data panjang jalan menurut kondisi jalan di Kabupaten Karo (km) pada tahun 2022.
20
Tabel 4. Data Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan di Kabupaten Karo, 2022
Kondisi Jalan 2022 (km)
Baik 466,47
Sedang 347,775
Rusak 153,055
Rusak Berat 320,65
Jumlah/Total 1.287,95
Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2023
Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui masih terdapat jalanan yang rusak yaitu sebesar 153,055 km dan yang rusak berat sepanjang 320,65 km, yang mana ini harusnya menjadi perhatian lebih bagi pemerintah untuk segera memperbaiki fasilitas jalan dan transportasi sehingga masyarakat Kabupaten Karo tidak mengalami kesulitan dalam menempuh perjalanannya.
7. Sarana Air Bersih dan Listrik
Pada Tahun 2022, di Kabupaten Karo terdapat 43.659 pelanggan listrik PLN pada unit Tigabinanga. Daya listrik yang terpasang pada Unit Tigabinanga Kabupaten Karo adalah sebesar 38.467.255. Pelanggan terbanyak berasal dari Kecamatan Tigabinanga yaitu sebanyak 13.771 pelanggan. Sedangkan Kecamatan Juhar memiliki pelanggan tersedikit yaitu hanya sebanyak 1.427 pelanggan. Untuk jumlah pelanggan air PDAM Tirtanadi dan PDAM Tirta malem adalah 109.407 pelanggan.
21
4.3. Potensi Kabupaten Karo 4.3.1. Pertanian
Pada tahun 2022, produksi tanaman sayuran seperti bawang merah adalah 163.460 kuintal, bawang daun adalah 106.985 kuital, kentang 973.851 kuinta dan kubis adalah 1.601.365 kuintal. Sedangkan untuk luas areal perkebunan di Kabupaten Karo, seperti kepala sawit adalah sebesar 1.738 ha, untuk kelapa adalah sebesar 1.738 ha, karet adalah sebesar 143 ha, kakao adalah sebesar 4.108 dan kopi adalah sebesar 9.171 ha. Sedangkan untuk produksi perkebunan di Kabupaten Karo, untuk kelapa sawit sebesar 6.604 ton, kelapa 1.376 ton, karet sebesar 80 ton, kopi sebesar 8.330 ton dan kakao sebesar 404 ton.
Selain itu, juga terdapat tanaman pangan dimana menurut dinas pertanian Kabupaten Karo luas lahan sawah yang ada di Kabupaten Karo pada tahun 2022 tercatat seluas 10.750 ha. Luas tersebut terdiri dari 97,39% lahan sawah irigasi dan 2,61% lahan sawah non irigasi.
4.3.2. Kehutanan
Luas hutan lindung di Kabupaten Karo pada tahun 2022 adalah 59.720,53 ha dan luas hutan konservasi / suaka alam sebesar 4.310,55 ha. Untuk luas lahan kritis di Kabupaten Karo adalah 31.570,22 ha dan lahan kritis terbesar berada di Kecamatan Kutabuluh.
4.3.3. Peternakan
Adapun hewan ternak yang mendominasi di Kabupaten Karo pada tahun 2022 adalah babi dengan jumlah sebanyak 24.195 ekor. Menurut dinas pertanian Kabupaten Karo, jumlah babi terbanyak berada pada Kecamatan Merek yaitu terdiri
22
dari 57,49% dari jumlah keseluruhan. Selain itu, ada juga hewan ternak lainnya seperti kambing dan domba sebanyak 17.694 ekor. Sedangkan untuk populasi ungags, hewan yang mendominasi adalah ayam kampung yaitu sebanyak 411.393 ekor.
4.3.4. Perikanan
Berdasarkan data dari dinas perikanan, terdapat 849 Rumah Tangga Perikanan (RTP) yang menggunakan kolam, 4 RTP yang menggunakan balai benih ikan, dan 19 RTP yang menngunakan cek dam/ waduk untuk melakukan budidaya pada tahun 2022 di Kabupaten Karo.
23 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Data
5.1.1. Perkembangan Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kabupaten Karo
Pengertian PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) meurut Badan Pusat Statistik (BPS) ialah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Nilai PDRB dapat menunjukkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.
Tabel 5. Perkembangan Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Karo
Lapangan Usaha
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah)
2018 2019 2020 2021 2022
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
7.729,99 7.883,42 7.876,71 8.106,36 8.421,76 B. Pertambangan
dan Penggalian 33,72 36,21 32,56 33,28 34,91 C. Industri
Pengolahan 43.759 480,71 467,42 480,79 506,93 D. Pengadaan
Listrik dan Gas 12,41 13,33 13,83 14,37 14,96
24
E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
11,21 12,05 12,2 12,25 12,52
F. Kontruksi 924,97 999,22 958,86 960,59 988,31 G. Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1.389,2 1.485,18 1.458,89 1.519,81 1604,46
H. Transportasi dan
Pergudangan 630,96 682,2 658,7 654,79 711,77 I. Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum
346,84 375,37 369,98 375,29 396,89 J. Informasi dan
Komunikasi 131,25 142,04 148,72 158,76 169
K. Jasa Keuangan
dan Asuransi 172,02 184,37 184,42 195,29 203,65 L. Real Estat 435,31 470,86 475,93 469,35 490,27 M,N. Jasa
Perusahaan 26,33 28,38 27,37 27,36 28,57
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
771,63 836,03 831,03 815,96 818,69
P. Jasa Pendidikan 344,91 373,04 373,09 386,25 404,73 Q. Jasa Kesehatan
dan Kegitan Sosial 168,52 182,3 182,25 179,49 187,49 R,S,T,U. Jasa
Lainnya 177,32 191,59 189,51 192,34 202,63
25
PDRB KAB.
KARO
13.744,1 7
14.376,2 8
14.261,4 7
14.582,3 3
15.197,5 2 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2023
Berdasarkan tabel 5 di atas, maka dapat diketahui bahwa total PDRB Kabupaten Karo mengalami kenaikan setiap tahunnya, di mana dalam 5 tahun terakhir nilai PDRB tertinggi terjadi pada tahun 2022 yaitu sebesar 15.197,52 milyar rupiah. Sedangkan nilai PDRB yang terendah terjadi pada tahun 2012 yaitu hanya sebesar 10.258,34 milyar rupiah.
5.1.2. Perkembangan Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Provinsi Sumatera Utara
Produk Domestik Bruto pada tingkat nasional serta Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi) itu menggambarkan bagaimana kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu. Dalam menyusun PDB ataupun PDRB digunakan 2 pendekatan, yaitu lapangan usaha dan pengeluaran. Keduanya menyajikan komposisi data nilai tambah dirinci menurut sumber kegiatan ekonomi (lapangan usaha) dan menurut komponen penggunaannya. PDB maupun PDRB dari sisi lapangan usaha merupakan penjumlahan seluruh komponen
Tabel 6. Perkembangan Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Provinsi Sumatera Utara (Milyar Rupiah)
Lapangan Usaha
PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha (Milyar Rupiah)
2018 2019 2020 2021 2022
26
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
127.202,
7 133.726 136.327 141.601, 2
148.924, 6 B. Pertambangan
dan Penggalian 6.792,01 7.099,79 6.936,06 7.069,09 7.258,99 C. Industri
Pengolahan 96.174,6 97.362,1 96.548,3
1 97.928 99.867,0 7 D. Pengadaan
Listrik dan Gas 694,58 728,79 751,85 788,92 826,87 E. Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
489,61 516,23 535,77 555,17 567,2
F. Kontruksi 64.507,1
1 69.212,03 66.843,3 1
68.300,4 9
70.253,2 9 G. Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
90.652,7
1 96.936,19 95.120,4 6
98.560,0
7 105.028 H. Transportasi dan
Pergudangan
24.372,5
1 25.786,5 22.492,5 9
21.676,3 6
24.426,6 5 I. Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum
12.131,7
4 13.209,12 11.985,5 9
11.888,9 6
12.740,1 7 J. Informasi dan
Komunikasi
14.024,3
2 15.375,56 16.323,9 1
17.386,1 9
18.706,7 4 K. Jasa Keuangan
dan Asuransi
14.854,3
5 15.138,89 15.334,7 6
16.017,9 4
16.628,8 6 L. Real Estat 21.740,0
3 22.792,55 23.149,9 8
23.728,1 4
24.801,4 2 M,N. Jasa
Perusahaan 4.678,85 4.950,74 4.717,73 4.711,1 5.124,48
27
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
16.406,8
4 17.736,89 17.803,3 18.174,3 6
18.040,0 4
P. Jasa Pendidikan 10.418,7
5 10.924,95 11.091,3 3
11.429,9 2
12.015,7 6 Q. Jasa Kesehatan
dan Kegitan Sosial 4.977,05 5.207,26 5.079,18 5.092,08 5.337,52 R,S,T,U. Jasa
Lainnya 2.644,92 2.810,24 2.705,2 2.743,87 2.981,11 PDRB
SUMATERA UTARA
512.762,
6 539.513,9 533.746, 4
547.651, 8
573.528, 8 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2023
Untuk melihat produktivitas ekonomi (dengan mengabaikan inflasi), maka digunakan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). Berdasarkan harga konstan tahun 2010, PDRB Sumatera Utara pada tahun 2022 merupakan PDRB tertinggi selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 573.528,8 milyar rupiah. Sektor yang berkontribusi paling tinggi merupakan sektor Pertanian Kehutanan dan Perikanan yaitu sebesar 25,97%, selanjutnya diikuti oleh sektor Industri Pengolahan sebesar 17,41% dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 18,31%.
5.1.3. Perkembangan Jumlah Produksi pada Sektor Pertanian di Kabupaten Karo
Sektor pertanian di Kabupaten Karo terdiri dari beberapa subsektor, antara lain:
1) Tanaman Pangan
28
2) Tanaman Hortikultura (Sayuran, Buah-buahan, tanaman hias dan tanaman biofarmaka)
3) Tanaman Perkebunan
5.1.3.1. Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Pangan
Tabel 7. Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Karo
Tanaman Pangan
Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Karo
2018 2019 2020 2021
Padi 58.571,71 58.368,73 57.841,43 69.828,73
Jagung 551.863,82 767.304,6 755.922 757.927
Kacang tanah 34,63 16 1,3 0
Ubi jalar 8.221,07 7.347,6 10.479 16.085
Beras 33.424,62 33.308,76 33.493,45 40.054,88 Total Produksi 652.115,85 866.345,69 857.737.18 883.895,61 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, data diolah, 2023
Tabel 8. Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Pangan di Provinsi Sumatera Utara
Tanaman Pangan
Produksi Tanaman Pangan di Provinsi Sumut
2018 2019 2020 2021
Padi 2.108.284,72 2.078.901,59 4.200.112,3 2.004.142,51 Jagung 1.710.784,96 1.960.424 1.965.444 1.724.398
Kacang tanah 4.321,22 4.888,5 5.738,3 5.485
Ubi jalar 92.554,55 97.989,4 78.071,5 80.144
Beras 1.203.116,84 1.186.348,96 1.184.852,99 2.004.142,51 Total Produksi 5.119.062,29 5.328.552,45 7.434.219,09 5.818.312,02 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, data diolah, 2023
29
Berdasarkan tabel data produksi tanaman pangan di Kabupaten Karo dan Provinsi Sumatera Utara di atas, maka dapat diketahui produksi padi di Kabupaten Karo cenderung mengalami kenaikan produksi dari tahun ke tahun, sedangkan pada Provinsi Sumatera Utara terjadi penurunan produksi pada tahun 2019 dan 2021. Untuk produksi jagung di Kabupaten Karo cenderung mengalami kenaikan produksi dari tahun ke tahun, sedangkan produksi jagung Provinsi Sumatera Utara terjadi penurunan yaitu pada tahun 2021. Pada komoditi kacang tanah di Kabupaten Karo, produksinya terus menurun selama tahun 2018-2021, sedangkan produksi kacang tanah Provinsi Sumatera Utara cenderung mengalami kenaikan produksi dari tahun ke tahun, namun produksi tertinggi terjadi pada tahun 2020.
Produksi ubi jalar di Kabupaten Karo cenderung mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun, produksi tertingginya terjadi pada tahun 2021. Begitu pula dengan produksi ubi jalar di Provinsi Sumatera Utara yang terus mengalami fluktuasi, produksi tertingginya terjadi pada tahun 2019. Pada produksi beras baik di Kabupaten Karo maupun di Provinsi Sumatera Utara sama-sama mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Namun, produksi beras tertinggi untuk Kabupaten Karo dan Provinsi Sumatera Utara terjadi pada tahun 2021.
30
5.1.3.2. Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Hortikultura
Tabel 9. Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Hortikultura di Kabupaten Karo
Tanaman Hortikultura
Produksi Tanaman Hortikultura di Kabupaten Karo
2018 2019 2020 2021
Bawang daun 68.501 86.516 88.219 87.149
Bawang merah 38.764 60.409 82.167 114.924
Buncis 130.109 205.114 249.091 334.107
Cabai Rawit 62.721 75.967 113.079 151.766
Cabai besar 484.320 475.870 704.823 657.554
Kacang panjang 5.765 17.397 10.545 6.252
Kangkung 3.892 3.450 3.995 3.787
Kembang kol 385.168 503.269 529.825 521.850
Kentang 574.125 723.080 703.675 966.907
Ketimun 3.115 11.122 7.360 2.580
Kubis 949.703 1.478.602 1.347.180 1.679.523
Labu siam 128.404 185.734 61.181 56.990
Petsai/Sawi 418.729 584.401 549.564 549.468
Semangka 7.500 3.755 3.030 11.015
Stroberi 1.903 933 605 778
Terung 231.443 166.148 237.781 222.575
Tomat 717.280 816.932 1.319.309 1.639.007
Wortel 512.085 919.915 932.470 1.338.250
Alpukat 26.750 35.192 35.066 43.081
Duku 1.795 5.574 6.335 11.558
Durian 26.428 65.307 30.355 30.194
Jambu biji 240 160 76 142
Jeruk siam 2.123.736 1.436.105 1.222.063 2.448.895
Mangga 4.597 12.004 19.317 30.981
31
Manggis 240 933 595 5.495
Nangka 150 136 6 12
Nenas 12.325 11.788 9.617 3.049
Pepaya 4.635 1.792 4.601 12.671
Pisang 89.521 81.506 106.268 125.526
Salak 15.896 48.495 47.150 55.455
Sawo 1.190 3.509 3.900 2.966
Sirsak 1.145 1.459 795 2.145
Jahe (kg) 123.100 131.200 65.325 50.000
Gerbera/Herbras
(tangkai) 262.000 321.400 494.000 713.000
Krisan (tangkai) 10.416.369 7.769.941 4.389.300 3.787.500 Mawar (tangkai) 243.500 544.300 1.854.000 2.988.800 Sedap malam (tangkai) 491.500 459.900 312.600 1.427.000 Total Produksi 18.568.644 17.249.315 15.545.268 20.082.952 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2023
Tabel 10. Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Hortikultura di Provinsi Sumatera Utara
Tanaman Hortikultura
Produksi Tanaman Hortikultura di Provinsi Sumut
2018 2019 2020 2021
Bawang daun 109.809 132.588 136.147 151.498
Bawang merah 163.368 180.717 292.221 537.754
Buncis 248.317 286.741 365.966 490.308
Cabai Rawit 398.259 492.462 611.601 786.793
Cabai besar 1.558.346 1.540.083 1.858.342 2.086.234
Kacang panjang 321.066 293.128 321.890 278.372
Kangkung 136.518 136.518 169.965 229.807
Kembang kol 401.637 532.782 577.393 589.056
Kentang 1.080.156 1.187.777 1.243.255 1.588.371
32
Ketimun 275.480 224.304 246.284 225.511
Kubis 1.728.339 2.195.374 2.019.661 2.327.805
Labu siam 154.476 212.431 112.027 109.428
Petsai/Sawi 628.294 787.277 654.237 748.361
Semangka 688.197 411.700 636.267 199.026
Stroberi 2.318 1.021 605 833
Terung 697.627 602.442 815.275 507.123
Tomat 1.036.496 1.185.831 1.627.443 2.021.697
Wortel 562.528 958.208 993.062 1.414.457
Alpukat 158.633 185.253 320.117 353.750
Duku 148.117 167.161 167.389 242.571
Durian 828.724 901.051 746.747 1.194.266
Jambu biji 113.824 84.562 108.617 155.882
Jeruk siam 4.096.828 2.969.344 3.369.054 4.481.533
Mangga 264.329 319.802 326.003 460.805
Manggis 76.932 131.101 195.207 257.171
Nangka 108.809 113.943 156.637 158.861
Nenas 1.456.174 1.382.864 1.582.054 1.650.558
Pepaya 248.668 304.215 300.650 499.664
Pisang 1.186.482 1.140.502 1.002.536 1.208.346
Salak 1.944.546 2.355.057 3.019.320 2.928.810
Sawo 95.722 140.401 198.863 185.265
Sirsak 13.609 16.354 16.767 26.502
Jahe 5.452.774 2.815.186 7.194.297 11.299.794
Gerbera/Herbras
(tangkai) 266.280 326.532 500.175 715.495
Krisan (tangkai) 10.422.489 7.775.742 4.396.041 3.793.943 Mawar (tangkai) 269.222 558.347 1.867.259 3.001.669 Sedap malam (tangkai) 722.700 575.480 393.048 1.482.936 Total Produksi 38.066.093 33.624.281 38.542.422 48.390.255
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2023
33
Berdasarkan tabel produksi tanaman hortikultura di Kabupaten Karo dan Provinsi Sumatera Utara di atas, maka dapat diketahui bahwa pada Kabupaten Karo produksi yang cenderung stabil dan mengalami kenaikan setiap tahunnya, antara lain: bawang merah, buncis, cabai rawit, tomat, wortel, duku, mangga, bunga gerbera dan bunga mawar. Selain komoditi-komoditi tersebut, jumlah produksi komoditi lainnya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Sedangkan untuk Provinsi Sumatera Utara produksi tanaman hortikultura yang cenderung stabil dan mengalami kenaikan setiap tahunnya adalah tanaman bawang daun, bawang merah, buncis, cabai rawit, kangkong, kembang kol, kentang, tomat, wortel, alpukat, duku, mangga, manggis, nangka, sirsak, bunga gerbera dan bunga mawar. Selain komoditi tersebut, produksi komoditi lainnya cenderung mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
5.1.3.3. Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Perkebunan
Tabel 11. Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Karo
Tanaman Perkebunan
Produksi Tanaman Perkebunan di Kabupaten Karo
2018 2019 2020 2021
Aren 602,81 775 815 856
Cengkeh 78,01 84 123 164
Coklat 3.193,92 3.195 3.204 3.225
Karet 72,6 73 73 73
Kelapa Sawit 5.738,35 27.622,73 27.677,27 27.736,36
Kelapa 1.333,54 1.336 1.336 1.359
34
Kemiri 2.302 2.305 2.307 2.312
Kopi Arabica 7.402 7.402 7.403 7.411
Kulit Manis 110 114 117 121
Lada 2 2 3 3
Pinang 38,52 49 54 59
Tembakau 417,57 403 443 444
Vanili 3 3 8 7
Kakao 3,19 3,2 3,2 3,23
Total Produksi (ton) 21.297,79 43.366,93 43.566,47 43.773,59 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2023
Tabel 12. Perkembangan Jumlah Produksi Tanaman Perkebunan di Provinsi Sumatera Utara
Tanaman Perkebunan
Produksi Tanaman Perkebunan di Provinsi Sumut
2018 2019 2020 2021
Aren 5.332,81 6.100 6.619 7.236
Cengkeh 989,33 1.097 1.814 2.028,69
Coklat 33.383,66 34.792 35.696 36.310
Karet 309.371 309.973 310.016 310.018
Kelapa Sawit 1.682.290,52 7.006.986,36 7.199.750 7.451.890,91
Kelapa 97.016,44 99.132 99.972 100.036
Kemiri 13.747,5 13.529,4 13.805 13.980
Kopi Arabica 66.831 66.831 67.469 71.588
Kulit Manis 3.680,83 3.792 4.012 4.329
Lada 87,4 87 206 219
Pinang 4.089,77 4.113 4.358 4.613
Tembakau 1.405,01 1.405,01 1.737 1.751
Vanili 83,41 84 106 126
Kakao 33,95 34,79 35,69 36,31
Total Produksi 2.218.342,63 7.547.946,56 7.745.595,69 8.004.161,91 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, 2023
35
Berdasarkan tabel jumlah produksi tanaman perkebunan pada Kabupaten Karo dan Provinsi Sumatera Utara di atas, maka dapat diketahui bahwa pada Kabupaten Karo produksi tanaman perkebunan yang cenderung stabil dan mengalami kenaikan adalah tanaman aren, cengkeh, coklat, karet, kelapa sawit, kelapa, kemiri, kopi arabika, kulit manis, lada, pinang dan kakao. Selain komoditi tersebut, produksinya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
Sedangkan untuk Provinsi Sumatera Utara, produksi yang cenderung mengalami kenaikan, antara lain: aren, cengkeh, coklat, karet, kelapa sawit, kelapa, kulit manis, pinang, tembakau, vanili dan kakao. Sedangkan untuk tanaman kemiri, kopi arabica dan lada cenderung mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun.
5.2. Hasil
5.2.1. Analisis LQ pada Sektor Perekonomian di Kabupaten Karo
Tabel 13. Perhitungan PDRB Sektor Ekonomi dengan Total PDRB di Kabupaten Karo
vi/vt (Kabupatan Karo) Lapangan Usaha
Tahun
2018 2019 2020 2021 2022
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
0.5624 0.548 0.552 0.5559 0.5542 B. Pertambangan
dan Penggalian 0.0024 0.0025 0.0023 0.0023 0.0023 C. Industri
Pengolahan 0.0318 0.0334 0.0328 0.0330 0.0334
36
D. Pengadaan
Listrik dan Gas 0.0009 0.0009 0.0010 0.0010 0.0010 E. Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.0008 0.0008 0.0009 0.0008 0.0008
F. Kontruksi 0.0673 0.0695 0.0672 0.0659 0.0650 G. Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
0.1011 0.1033 0.1023 0.1042 0.1056
H. Transportasi
dan Pergudangan 0.0459 0.0475 0.0462 0.0449 0.0468 I. Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum
0.0252 0.0261 0.0259 0.0257 0.0261 J. Informasi dan
Komunikasi 0.0095 0.0099 0.0104 0.0109 0.0111 K. Jasa Keuangan
dan Asuransi 0.0125 0.0128 0.0129 0.0134 0.0134 L. Real Estat 0.0317 0.0328 0.0334 0.0322 0.0323 M,N. Jasa
Perusahaan 0.0019 0.0020 0.0019 0.0019 0.0019 O. Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0.0561 0.0582 0.0583 0.0560 0.0539
P. Jasa Pendidikan 0.0251 0.0259 0.0262 0.0265 0.0266 Q. Jasa Kesehatan
dan Kegitan Sosial 0.0123 0.0127 0.0128 0.0123 0.0123
37
R,S,T,U. Jasa
Lainnya 0.0129 0.0133 0.0133 0.0132 0.0133
Sumber: Data diolah, 2023
Tabel 14. Perhitungan PDRB Sektor Ekonomi dengan Total PDRB di Provinsi Sumatera Utara
Vi/Vt (Provinsi Sumatera Utara) Lapangan Usaha
Tahun
2018 2019 2020 2021 2022
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
0.2481 0.2479 0.2554 0.2586 0.2597
B. Pertambangan
dan Penggalian 0.0132 0.0132 0.0130 0.0129 0.0127 C. Industri
Pengolahan 0.1876 0.1805 0.1809 0.1788 0.1741
D. Pengadaan
Listrik dan Gas 0.0014 0.0014 0.0014 0.0014 0.0014 E. Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.0010 0.0010 0.0010 0.0010 0.0010
F. Kontruksi 0.1258 0.1283 0.1252 0.1247 0.1225
G. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
0.1768 0.1797 0.1782 0.1800 0.1831
H. Transportasi
dan Pergudangan 0.0475 0.0478 0.0421 0.0396 0.0426
38
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
0.0237 0.0245 0.0225 0.0217 0.0222
J. Informasi dan
Komunikasi 0.0274 0.0285 0.0306 0.0317 0.0326
K. Jasa Keuangan
dan Asuransi 0.0290 0.0281 0.0287 0.0292 0.0290
L. Real Estat 0.0424 0.0422 0.0434 0.0433 0.0432 M,N. Jasa
Perusahaan 0.0091 0.0092 0.0088 0.0086 0.0089
O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0.0320 0.0329 0.0334 0.0332 0.0315
P. Jasa
Pendidikan 0.0203 0.0202 0.0208 0.0209 0.0210
Q. Jasa Kesehatan dan Kegitan Sosial
0.0097 0.0097 0.0095 0.0093 0.0093
R,S,T,U. Jasa
Lainnya 0.0052 0.0052 0.0051 0.0050 0.0052
Sumber: Data diolah, 2023
39
Tabel 15. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) pada Sektor Perekonomian di Kabupaten Karo
Lapangan Usaha
Perhitungan LQ Kabupaten Karo (vi/vt)/(Vi/Vt) Rata-rata
LQ Keterangan
2018 2019 2020 2021 2022
A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
2.2672 2.2124 2.1624 2.1500 2.1341 2.1852 Basis B.
Pertambangan dan
Penggalian
0.0099 0.0102 0.0089 0.0088 0.0088 0.0093 Non basis
C. Industri
Pengolahan 0.1283 0.1349 0.1283 0.1275 0.1285 0.1295 Non basis D. Pengadaan
Listrik dan Gas
0.0036 0.0037 0.0038 0.0038 0.0038 0.0038 Non basis E. Pengadaan
Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
0.0033 0.0034 0.0033 0.0032 0.0032 0.0033 Non basis
F. Kontruksi 0.2713 0.2804 0.2632 0.2548 0.2504 0.2640 Non basis G.
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
0.4074 0.4168 0.4005 0.4031 0.4066 0.4069 Non basis
40
H.
Transportasi dan
Pergudangan
0.1851 0.1914 0.1808 0.1737 0.1804 0.1823 Non basis
I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
0.1017 0.1053 0.1016 0.0995 0.1006 0.1017 Non basis
J. Informasi dan
Komunikasi
0.0385 0.0399 0.0408 0.0421 0.0428 0.0408 Non basis K. Jasa
Keuangan dan Asuransi
0.0505 0.0517 0.0506 0.0518 0.0517 0.0512 Non basis L. Real Estat 0.1277 0.1321 0.1307 0.1245 0.1242 0.1278 Non basis M,N. Jasa
Perusahaan 0.0077 0.0080 0.0075 0.0073 0.0072 0.0075 Non basis O.
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
0.2263 0.2346 0.2281 0.2164 0.2075 0.2226 Non basis
P. Jasa
Pendidikan 0.1012 0.1047 0.1024 0.1024 0.1026 0.1027 Non basis Q. Jasa
Kesehatan dan Kegitan Sosial
0.0494 0.0512 0.0500 0.0476 0.0475 0.0491 Non basis R,S,T,U. Jasa
Lainnya 0.0520 0.0538 0.0520 0.0510 0.0513 0.0520 Non basis Sumber: Data diolah, 2023
41
Berdasarkan tabel hasil perhitungan Location Quotient di atas, maka dapat diketahui bahwa sektor unggulan atau basis di Kabupaten Karo hanya sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dengan rata-rata nilai LQ > 1 yaitu sebesar 2,1852. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian, kehutanan dan perikanan di Kabupaten Karo sangat berpotensi untuk mendorong perekonomian Kabupaten Karo karena memiliki kekuatan dan prospek yang baik di masa mendatang.
Sedangkan sektor-sektor lainnya tergolong ke dalam sektor non basis atau tidak unggulan.
Dengan demikian, seperti yang sudah diketahui bersama, pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan. Maka, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karo dipengaruhi oleh peningkatan produksi sejumlah sektor-sektor ekonomi yang diperoleh di Kabupaten Karo tersebut.
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Karo berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar Kabupaten Karo, hal ini sesuai dengan teori basis ekonomi. Pertumbuhan sektor ekonomi yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja, dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja. Dengan demikian, Kabupaten Karo juga akan mempunyai sektor unggulan jika Kabupaten Karo dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor.
42
Sektor- sektor basis yang ada di Kabupaten Karo yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan merupakan tulang punggung perekonomian di Kabupaten Karo sebab mempunyai keuntungan kompetitif yang cukup tinggi. Artinya, secara tidak langsung hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Karo memiliki keunggulan komparatif untuk sektor- sektor basis tersebut, sehingga sektor- sektor tersebut di Kabupaten Karo lebih menonjol daripada peranan sektor tersebut di tingkat Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan tersebut tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan di dalam Kabupaten Karo saja, namun juga kebutuhan di luar Kabupaten Karo karena sektor tersebut sangat potensial untuk dikembangkan.
Sedangkan, sektor- sektor non basis yang ada di Kabupaten Karo seperti sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor informasi dan komunikasi, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estat, sektor jasa perusahaan, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan serta sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial, merupakan sektor- sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries.
Artinya, peranan sektor- sektor non basis yang ada di Kabupaten Karo tersebut lebih kecil daripada peranan sektor-sektor tersebut di tingkat Provinsi Sumatera Utara.
Selain itu, sektor- sektor tersebut perlu mengimpor produk dari luar Kabupaten Karo dikarenakan sektor-sektor tersebut kurang prospektif untuk dikembangkan,
43
sehingga sektor- sektor non basis ini perlu diperhatikan oleh pemerintah di Kabupaten Karo.
Tumbuh atau tidaknya Kabupaten Karo akan ditentukan oleh bagaimana kinerja daerah tersebut terhadap permintaan akan barang dan jasa dari luar. Jika sektor- sektor basis yang ada di Kabupaten Karo dikembangkan dengan baik tentunya mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karo, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan Kabupaten Karo secara optimal.
5.2.2. Analisis LQ pada Subsektor Pertanian di Kabupaten Karo 1) Tanaman Pangan
Tabel 16. Perhitungan Produksi Komoditi Tanaman Pangan dengan Total Produksi di Kabupaten Karo (vi/vt)
vi/vt (Kabupaten Karo) Tanaman Pangan
Tahun
2018 2019 2020 2021
Padi 0.0898 0.0673735 0.0674 0.0790
Jagung 0.8463 0.8856795 0.8812 0.8575
Kacang Tanah 0.000005 0.00002 0.000002 0
Ubi Jalar 0.0126 0.0084811 0.0122 0.0182
Beras 0.0513 0.0384474 0.0390 0.0453
44
Tabel 17. Perhitungan Produksi Komoditi Tanaman Pangan dengan Total Produksi di Provinsi Sumatera Utara (Vi/Vt)
Vi/Vt (Provinsi Sumatera Utara) Tahun
Tanaman
Pangan 2018 2019 2020 2021
Padi 0.4118 0.3901 0.5650 0.3445
Jagung 0.3342 0.3679 0.2644 0.2964
Kacang Tanah 0.0008 0.0009 0.0008 0.0009
Ubi Jalar 0.0181 0.0184 0.0105 0.0138
Beras 0.2350 0.2226 0.1594 0.3445
Tabel 18. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) pada Komoditi Subsektor Tanaman Pangan di Kabupaten Karo
Perhitungan LQ
Tahun Rata-rata
LQ Keterangan
2018 2019 2020 2021
Padi 0.2181 0.1727 0.1194 0.2294 0.1849 Non basis
Jagung 2.5322 2.407 3.3335 2.8932 2.7916 Basis
Kacang Tanah 0.0629 0.0201 0.0020 0 0.0213 Non basis
Ubi Jalar 0.6973 0.4612 1.1633 1.3211 0.9107 Basis
Beras 0.2181 0.1727 0.2450 0.1316 0.1918 Non basis
Sumber: Data diolah, 2023
Berdasarkan tabel 18 di atas, maka dapat diketahui bahwa pada subsector tanaman pangan di Kabupaten Karo selama tahun 2018-2021 diperoleh hasil rata- rata nilai LQ pada lima komoditas diantaranya adalah padi, jagung, kacang tanah, ubi jalar dan beras. Di mana tanaman yang tergolong dalam kategori basis atau unggulan adalah tanaman jagung dan ubi jalar. Di mana masing-masing nilai rata-
45
rata LQ nya lebih besar dari 1, tanaman jagung (LQ = 2,7916) dan tanaman ubi jalar (LQ = 0,9107). Sedangkan untuk tanaman padi, kacang tanah dan beras termasuk ke dalam tanaman non basis di Kabupaten Karo.
Hal ini menunjukkan bahwa tanaman jagung dan ubi jalar sangat potensial untuk dikembangkan, sehingga nantinya tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan di daerah Kabupaten Karo saja, namun juga kebutuhan di luar daerah Kabupaten Karo.
Dengan kata lain, Kabupaten Karo dapat menjadi wilayah pengekspor untuk kedua komoditi tersebut. Sedangkan untuk komoditi padi, kacang tanah dan beras yang memiliki nilai LQ < 1, artinya ketiga komoditi tersebut kurang prospektif untuk dikembangkan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan di daerah Kabupaten Karo dan perlu mengimpor dari luar daerah Kabupaten Karo.
2) Tanaman Hortikultura
Tabel 19. Perhitungan Produksi Komoditi Tanaman Hortikultura dengan Total Produksi di Kabupaten Karo (vi/vt)
vi/vt (Kabupaten Karo) Tanaman
Hortikultura
Tahun
2018 2019 2020 2021
Bawang daun 0.0037 0.0050 0.0057 0.0043
Bawang merah 0.0021 0.0035 0.0053 0.0057
Buncis 0.0070 0.0119 0.0160 0.0166
Cabai Rawit 0.0034 0.0044 0.0073 0.0076
Cabai besar 0.0261 0.0276 0.0453 0.0327
Kacang panjang 0.0003 0.0010 0.0007 0.0003
Kangkung 0.0002 0.0002 0.0003 0.0002
Kembang kol 0.0207 0.0292 0.0341 0.0260