• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS TERSTRUKTUR STUDI KASUS BIDANG SOSIAL BIMBINGAN KONSELING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "TUGAS TERSTRUKTUR STUDI KASUS BIDANG SOSIAL BIMBINGAN KONSELING"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS TERSTRUKTUR STUDI KASUS BIDANG SOSIAL

BIMBINGAN KONSELING

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling yang diampu oleh Dr. Naharus Surur, M.Pd.

Disusun oleh:

Nama : Dina Maretta NIM : K5418025 Kelas : A

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2020

(2)

A. Permasalahan Dalam Bidang Sosial

Bimbingan dan Konseling dalam bidang sosial merupakan suatu proses pemberian bantuan dari guru bimbingan dan konseling/konselor kepada peserta didik/konseli untuk memahami lingkungannya dan dapat melakukan interaksi sosial secara positif, terampil berinteraksi sosial, mampu mengatasi masalah-masalah sosial yang dialaminya, mampu menyesuaikan diri dan memiliki keserasian hubungan dengan lingkungan sosialnya sehingga mencapai kebahagiaan dan kebermaknaan dalam kehidupannya. Ada banyak masalah yang dihadapi oleh anak dalam proses interaksi dengan lingkungan sosial, salah satunya yang dihadapi oleh beberapa anak seperti sulitnya bersosialisasi dengan teman sebaya yang akan dianalisis melalui studi kasus berikut ini agar mengetahui gelaja dan menentukan treatment yang sesuai dengan masalah yang dihadapi.

B. Analisis Permasalahan Melalui Studi Kasus 1. Identifikasi Masalah

 Perasaan takut dalam pengambilan keputusan.

 Kesulitan berteman karena tidak terbiasa bergaul dengan teman sebayanya.

 Malu, takut salah, pendiam, merasa tidak mampu, dan suka menyendiri.

 Faktor ketidakpercayaan diri.

 Ketergantungan pada oranglain.

 Ketidakpercayaan terhadap oranglain.

 Emosi yang naik turun, mudah tersinggung, dan tidak mudah menerima kritikan.

2. Analisis

 Anak pertama dari keluarga yang cukup harmonis dan juga utuh.

 Terkadang terjadi salah paham seperti perbedaan pandangan antara anak dengan orangtua.

 Mampu memahami atau mengerti oranglain.

 Berusaha membantu mengatasi masalah oranglain.

 Keinginan untuk menjadi orang yang terkenal.

 Mendapat perlakuan yang tidak sesuai hatinya.

 Kurang mendapat perhatian.

3. Sintesis

Dalam kehidupan bersosialisasi, seorang anak belajar dari orang-orang terdekatnya seperti orang tua maupun teman-temannya sehingga perlu adanya bimbingan dan juga ajaran dari orang tua agar anak dapat bersosialisasi dengan orang lain dan mampu menerima pembelajaran mengenai kehidupan dari pengalamannya dalam bersosialisasi. Anak kesulitan dalam berteman atau bersosialisasi dikarenakan tidak terbiasa bergaul dengan teman sebayanya, memiliki ketergantungan terhadap orang lain yang lebih tua karena anak merasa terlindungi. Ketika bergaul dengan yang sebaya, anak merasa kurang aman. Adanya perbedaan pandangan dengan orangtua membuat emosi anak menjadi naik turun, mudah tersinggung, dan tidak dapat menerima kritikan sehingga menimbulkan rasa tidak percaya terhadap oranglain

(3)

karena berpikiran bahwa orang terdekatnya saja tidak sepemikiran dengannya yang membuat anak menjadi pendiam dan suka menyendiri.

Seperti pada teori empirisme yang menyatakan bahwa perkembangan seorang individu akan ditentukan oleh empiris atau pengalamannya yang diperoleh selama masa perkembangan individu tersebut termasuk dalam hal bersosialisasi dengan teman sebaya, disini anak pernah mempunyai pengalaman mendapat perlakuan yang tidak sesuai dengan hatinya seperti, anak yang mampu mengerti dan memahami teman yang sedang merasakan kesedihan sehingga anak berusaha dan mencoba membantu temannya namun pada saat anak sedang merasakan hal yang sama, teman tesebut tidak melakukan seperti apa yang anak lakukan kepada temannya. Sehingga anak merasa tidak diperhatikan, dipahami, dan dimengerti apalagi dalam hubungan dengan orang terdekatnya yaitu orang tua yang memiliki perbedaan pandangan.

Dalam hal minat, keinginan atau sebuah cita-cita anak yaitu menjadi orang yang terkenal akan terganggu atau terhambat karena hal-hal yang telah disebutkan diatas, anak menjadi malu dan tidak mampu untuk mengekspresikan diri juga mewujudkan keinginannya itu.

4. Diagnosis

Penyebab timbulya masalah peserta didik dalam bidang sosial khususnya kesulitan bersosialisasi dengan teman sebaya terbagi menjadi dua yaitu:

a. Faktor yang berasal dari dalam diri:

 Tidak percaya diri

 Emosi yang naik turun, mudah tersinggung, dan tidak mudah menerima kritikan.

 Malu, takut salah, pendiam, merasa tidak mampu, dan suka menyendiri.

 Perasaan takut dalam pengambilan keputusan.

b. Faktor yang berasal dari luar diri :

 Kurang mendapat perhatian

 Terjadi salah paham dan beda pandangan dengan orangtua

 Mendapat perlakuan tidak sesuai hatinya

 Kesulitan berteman karena tidak terbiasa bergaul dengan teman sebayanya.

 Ketergantungan pada oranglain.

 Ketidakpercayaan terhadap oranglain.

5. Prognosis

Kemungkinan yang akan terjadi apabila permasalahan yang dihadapi tidak segera mendapat bantuan seperti:

 Anak tidak dapat berkembang

 Tidak peduli terhadap lingkungan

 Mempengaruhi mental anak

(4)

6. Treatment

Treatment yang dapat dilakukan untuk membantu anak dalam hal kesulitan bersosialiasi dimulai dari keluarga dengan bekerjasama dengan pihak sekolah yaitu dilakukannya bimbingan dan arahan agar anak dapat bersosialisasi dengan orang lain dan mampu menerima pembelajaran mengenai kehidupan dari pengalamannya dalam bersosialisasi.

7. Follow Up

Usaha yang berisi kegiatan lanjutan dari usaha yang telah diberikan dan bertujuan untuk mengetahui efektifitas bantuan yang telah diberikan, seperti:

1. Bermain peran

2. Hadirkan suasana terbuka 3. Biarkan anak berekspresi 4. Anak selalu diperhatikan

5. Memebangkitkan rasa percaya diri 6. Ajarkan etika bergaul

Referensi

Dokumen terkait