• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH HUKUM KEKERABATAN ADAT

N/A
N/A
Mazt Tamim

Academic year: 2023

Membagikan "MAKALAH HUKUM KEKERABATAN ADAT"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Similarity Report

PAPER NAME

hukum adat kel 05 VD.pdf

WORD COUNT

1999 Words

CHARACTER COUNT

13703 Characters

PAGE COUNT

12 Pages

FILE SIZE

218.9KB

SUBMISSION DATE

Oct 20, 2023 12:58 PM GMT+7

REPORT DATE

Oct 20, 2023 12:58 PM GMT+7

18% Overall Similarity

The combined total of all matches, including overlapping sources, for each database.

14% Internet database 2% Publications database

Crossref database Crossref Posted Content database

15% Submitted Works database

Excluded from Similarity Report

Bibliographic material Quoted material

Cited material Small Matches (Less then 8 words)

Summary

(2)

HUKUM KEKERABATAN ADAT

Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Hukum Adat Pembimbing Dosen Badrut Tamam, S.H.,M.H.

Disusun Oleh kelompok 05:

Achmad Reynaldi Valentino (222102020002) Dimitri Malik Samudera (222102020012)

PROGRAM STUDI : HUKUM EKONOMI SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER

FAKULTAS SYARIAH OKTOBER 2023

8

9

(3)

II

KATA PENGANTAR

Pertama-tamalah mari kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang sudah memberikan rahmat serta karunia-Nya yang begitu banyak, hingga tugas mata kuliah ini bisa kita selesaikan untuk menyelesaikan makalah kelompok Mata Perkuliahan Hukum Adat dengan judul “Hukum Kekerabatan Adat”.

Kami sadar bahwasanya dalam penulisan tugas ini tidak jauh atas bantuan beberapa pihak yang dengan ketulusan hati memberikan saran-saran serta kritikan untuk penyelesaian tugas kuliah ini.

Penulis sadar bahwasanya isi dari makalah ini itu masih kurang dari kaata kesempurnaan. Maka dari itu, penulis begitu berharap banyak macam saran-saran serta kontribusi dan juga tak lupa kritik yang bersifat membangun seluruh pihak.

Akhir kata semoga tugas kuliah ini bisa bermanfaat untuk berkembangnya pendidikan di dunia.

Jember, 13 Oktober 2023

Kelompok 05

4 5

15

(4)

III

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang...1

B. Rumusan masalah...2

C. Tujuan...2

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian hukum kekeluargaan adat...3

B. Keturunan...3

C. Sistem kekerabatan adat...5

D. Macam-macam sistem kekerabatan...6

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan...8

B. Saran...8 DAFTAR PUSTAKA

5

(5)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perihal susunan kekerabatan dikatakan sebagai suatu hal yang begitu esensial dari tatanan masyarakat. M. Forrtes berpendapat bahwasannya sistem kekerabatan dalam masyarakat itu bisa dipakai guna menunjukkan susunan sosial terhadap masyarakat. Didalam masyarakat umum, kekerabatan dikenal sebagai keluarga inti, kekeluargaan besar, keluarga billateral, keluarga unilateral terhadap masyarakat, lebih tepatnya untuk rakyat pedesaan. Sistem kekerabatan ini menunjukkan ciri-ciri awal masyarakat pedesaan di mana kekerabatan tengah dialami atau dilihat.

Kesamaan keluarga begitu dekat dengan masyarakat di negara berkembang sepertihal-nya Indonesia. Kekerabatan disini yang dimaksud adalah ikatan berdasarkan darah daging (keturunan) yang bisa dicari melalui garis keturunan dari ayah, ibu, maupun keduanya. Tali kekerabatan begitu bermakna ketika dikaitkan atas banyak aspek kehidupan yang mengandung afiliasi kebudayaan, religius, politik, dan lain-lain sebainya. Sehingga kaitanya antara anggota dan kedudukan didalam suatu organisasi kemasyarakatan dilihat melalui ikatan kekerabatannya.

Tentang fungsi dan makna berbagai adat dan lembaga perkawinan juga hak-hak serta kewajiban masyarakat dimana termasuk anggota kelompok kekerabatan yang berbeda dan hubungan aturan kekerabatan bersama kehidupn ekonomi finansial, politik, keyakinan (agama), dan lain sebagainya. Menrut para ahli antropolog dan sosiolog, kehidupan seseorang dalam masyarakat sebenarnya tidak dapat berfungsi dengan baik dan benar, utamanya disaat masyarakat primitif, masyarakat petani serta budaya tradisional mulai berubah pada tahun 1930-an sampai 1940-an, disini adat istiadat tradisional di seluruh dunia mulai luntur.1

110 Bushar Muhammad, Pokok-pokok Hukum Adat, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2006), hal 74.

(6)

2

Dalam konteks kajian sistem kekerabatan, perhatian bergeser pada dasawarsa 1950-an pada aturan serta lembaga kekeluargaan yang bisa diartikan, digambarkan, serta diklasifiikasikan dengan jelas dan tegas, serta yang kelompoknya umumnya mengikuti adat istiadat dalam susunan kekerabatan bersama kelompok yang condong menyimpang atas norma, ataupun dalam istilah akrab kehilangan struktur atau, lebih longgar, struktur sosial yang memberi individu banyak kebebasan untuk merubah aturan mereka dalam kondisi tertentu sesuai dengan kebutuhan mereka. Oleh karena itu, dalam artikel yang disebut hukum kekerabatan ini, kami mencoba memaparkan pengertian dari hukum kekerabatan, pewarisan, sistem kekerabatan, serta hukum adat dan sistem kekerabatan yang berbeda.

B. Rumusan Masalah

Untuk memperkecil lingkup penjelasan didalam menyusun makalah maka penulis membatasi permasalahan yang dipaparkan antaranya :

1. Apa yang dimaksud hukum kekeluargaan adat?

2. Apa yang dimaksud keturunan ?

3. Bagaimana sistem kekerabatan hukum adat?

4. Apa macam-macam sistem kekerabatan ? C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan atas penyusunan makalah ini yakni : 1. Menjelaskan pengertian hukum kekeluargaan adat.

2. Untuk kita mengetahui maksud dari keturunan.

3. Untuk kita mengetahui sistem kekerabatan hukum adat.

4. Untuk mengetahui macam-macam sistem kekerabatan.

7

7

7

11

(7)

3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Hukum Kekeluargaan Adat

Dalam ketentuan kekeluargaan adat istiadat ialah suatu hukum adat yang mengatur mengenai bagaimana kedudukan individu seseorang sebagai anggota kerabatnya, kedudukan seorang anak kepada orangtuanya serta sebaliknya kedudukan atas anak kepada kerabatnya begitu sebaliknya dan permasalahan perwalian anak. Jelasnya hukum adat kekerabatan itu mengatur mengenai pertalian sanak saudara, atas dasar pertalian darah (sekuturunan), ikatan pernikahan serta ikatan dalam suatu adat.2

Kata lain hukum kekerabatan adat dari beberapa ahli yang pertama Prof. Dr. Mr. Barend Ter Haar, Bzn mengatakan bahwasanya Hukum Kesanak Saudaraan, kemudian yang kedua Djaren Saragih, S.H menyebut sebagai Hukum Keluarga, yang ketiga Prof. H. Hilman Hadikusuma, S.H mengatakan sebagai Hukum Adat Kekerabatan.3 Dapat disederhanakan bahwa hukum kekeluargaan adat bisa diartikan sebagai suatu hukum adat yang bisa mengatur masalah kedudukan pribadi seseorang sebagai anggota kerabatnya (keluarga), hubungan anak dengan orangtuanya, kedudukan anak dengan kerabatnya, serta masalah-masalah perwalian anak.

B. Keturunan

1. Hal Keturunan

Maksud dari keturunan disini ialah suatu ketunggalan leluhur, maknanya terdapat hubungan sedarah diantara seseorang dengan yang lain, dua orang ataupun lebih yang mempunyai tali kekerabatan. Jadi dapat dimaksudkan tunggal leluhur didalam sini ialah keturunan seorang dengan yang lain. Hubungan melalui kekeluargaan disini menjadi faktor yang begitu penting di keesokan harinya mengenai hal-hal berikut ini:

2 Tahali, A. Hukum Adat Di Nusantara Indonesia. (Jurnal Syariah Hukum Islam, 2018), hal 84.

3 Rosdalina Bukido, Hukum adat, (Sleman, Deepublish : 2017), hal 139.

1

1 2

2

3

(8)

4

• Masalah Pernikahan yakni guna mempercayai apakah ada hubungan kekeluargaan yang menjadikan larangan untuk bersuami istri, semisal begitu dekat, antara kakak-adik, sedarah daging, serta lain sebagainya.

• Masalah Kewarisan, didalam masalah ini disebutkan bahwa hubungan kekeluargaan menjadi suatu asas dasar dari pembagian harta warisan atau peninggalan.

Keturunan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

• Lurus

Yakni ketika seseorang masuk melalui keturunan langsung dari atas kebawah maupun sebaliknya, semisal diantara ayah dan anak ke cucunya.

• Menyimpang/bercabang

Yakni jikapun kedua orang atau lebih terdapat ketunggalan leluhur, misalnya bersaudara ayah atau ibu ataupun sekakek-nenek.

2. Hubungan Anak Dan Orang Tua

Didalam hukum keluarga adat istiadat hubungan seorang anak dengan orang tuanya begitu penting, dikarenakan didalam hukum keadatan anakkandung mempunyai posisi yang begitu penting disetiap somah (gezin) penduduk asli. Oleh hal itu, sejak anak masih didalam kandungan sampai lahir, masyarakat adat masih banyk mengadakan upacara adat yang sifatnya religimagis, yang kegiatannya berurutan sesuai dengan bertumbuhnya fisik biologis anak tersebut, semua itu bertujuan untuk melindungi anak dan ibu hamil dari semua bahaya serta gangguan- gangguan yang bisa muncul setelah kelahiran anak, sehingga anak tumbuh menjadi seorang anak yang bisa memenuhi segala harapan orang tuanya.4

Tetapi perlu kita ketahui, bahwasanya tidak semua anak yang keluar dengan keadaan normal sepertihalnya yang dijelaskan diatas.

Terdapat anak yang lahir diluar perkawinan, anak lahir sebab zina, dan juga anak hadir setelah terjadi perceraian. Tetapi tetap anak kandunglah yang memiliki posisi penting dalam keluarga.

4 Wilbert D. Kolkman dkk., Hukum Adat Kekeluargaan, (Bali: Pustaka Larasan, 2012), hal 41

1

1 3

13

(9)

5 3. Hubungan Anak Dan Keluarga

Secara umum, ikatan diantara anak serta keluarganya bergantung pada kondisi sosial masyarakat masing-masingkhususnya, pada sistem pergaulan. Dapat diketahui bahwasanya di Indonesia terdapat perkumpulan-perkumpulan adat yang strukturnya didasarkan pada tiga jenis garis keturunannya, yakni garis keturunan dari ibu, garis keturunan ayah, serta garis keturunan ayah-ibu.

4. Mengangkat Anak (Adopsi)

Pengangkatan anak pada hakekatnya adalah penerimaan anak lain yang maduk dalam silsilah keluarga, dengan hal itu akan berkembang ikatan kekeluargaanya yang sama antara pengadopsi dan anak angkat semacam antara orang tua dan darah danging yakni anak kandung.

C. Sistem Kekerabatan Adat

Di dalam urusan kewarisan adat istiadat tidak dapat dipisahkan dari sistem kekerabatan, sebab sistem kekerabatan menjadi tolak ukur keluarnya garis keturunan didalam keluarganya, baik pihak lakinya maupun pihak dari perempuan, yang meneruskan garis keturunan dalam keluarga, akibatnya perbagian harta dan warisan disandarkan atas penarikanya garis keturunan kedalam keluarga tersebut.

Hukum adat kekerabatan ialah suatu hukum adat yang mengurus kedudukan seseorang menjadi anggota keluarga, kedudukan anak dalam hubungan dengan orang tua dan sebalknya, kedudukan anak dalam hubungan dengan kerabat dan sebaliknya, pada intinya hukum adat kekerabatan ada kaitanya dengan pertalian sanak familinya, baik karena hubungan darah, pernikahan, atau hubungan kekerabatan adat. Kerabat sedarah dan ikatan turuntemurun serta ikatan adat dikatakan silsilah keluarga . 5

Kekerabatan didefinisikan sebagai suati unit kesosialan dengan banyak keluarga yang dihubungkan oleh keturunan atau perkawinan. Sistem kekerabatan dipertahankan sedemikian rupa, maka dari itu ketentuan ikatan

5 Aprilianti, kasmawati, hukum adat diindonesia, (bandar lampung: pusaka media anggota IKAPI

No. 008/LPU/2020, 2022) hal 76

1

6

12

(10)

6

kerabat mempunyai fungsi yang kaitanya erat dengan pernikahan, yakni syarat adanya kelangsungan keturunan, adanya silsilah dan status keluarga.

D. Macam-macam Sistem Kekerabatan

Didalam struktur kemasyarakatan hukum adat itu menganut atas 3 (tiga) sistem kekerabatan, yakni :

1. Sistem Kekerabatan Patrilineal

Patrilinieal bermula dari kata pater yang dapat diartikan sebagai bapak atau silsilah keluarga yang sedarah, yaitu struktur keluarga yang hanya berdasarkan garis laki-laki (ayah). Sistem kekerabatan yang menerapkan sistem patrilineal, anak laki-laki jauh lebih esensial baik dalam pangkat ataupun jabatan dalam keluarga, dibandingkan anak perempuan.6

Anak lelaki dalam sistem ini dipandang juga untuk bertanggung jawab tentang keberlangsungan kelompoknya. contohnya di kota Batak, Toba, serta Tapanuli. Seseorang yang semarga secara adat dipandang bersaudara.

Anak perempuan dan laki-laki dengan nama belakang yang sama tidak diperbolehkan menikah, meskipun mereka tidak memiliki hubungan keluarga atau sangat jauh.

Ketika menghubungkan seorang anak lewat ayah kandungnya (atas dasar ikatan keturunan laki-laki). Didalam masyarakat patrilineal, anak turunan lakilaki memiliki status dan hak yang lebih tinggi. Susunan strata kekerabatan patrilineal berlaku di suku Batak serta Bali.

2. Sistem Kekerabatan Matrineal

Sistem kekerabatan matrilineal menelusuri silsilah keluarga hanya melalui ibu, karena anak melakukan kontak sepihak dengan ibu, termasuk kerabat ibu, atas dasar garis keluarga wanita dengan cara sepihak. Hasil dari sistem kekerabatan matrilineal adalah keturunan dari keluarga ibu dianggap begitu penting. Didalam hal pewarisan, semisal, orang-orang dari garis ibu mendapat bagian yang lebih besar daripada generasi ayah. Bentuk

6 Tody Sasmyta. Buku Ajar Hukum Adat. (Malang: Madza Media, 2019) hal 64.

14

(11)

7

kekerabatan ini terdapat di masyarakat kelompok Minangkabau serta Semando.

Ketika seorang anak terikat bersama ibunya (atas dasar garis wanita).

Didalam masyarakat matrilineal, keturunan melalui ibu-nya dianggap begitu penting, sehingga terjadi ikatan kekeluargaan yang begitu luas antara wargnya yang dihubungkan dengan garis ibu. Sistem kekerabatan tersebut ada dalam masyarakat di Minangkabau.

3. Sistem Kekerabatan parental

Seorang keturunan dalam hal ini adalah seorang anak dapat membentuk ikatan bersama orang tuanya secara bilateral. Untuk mempunyai hubungan dengan orang tuanya memiliki suatu aturan tentang perkawinan, pewarisan, dan kewajiban untuk menafkahi dan menghormati.

Berdasarkan struktur dengan sistem parental anak hanya bisa mendapatkan semenda melalui pernikahan, secara langsung melalui pernikahannya dan tidak langsung melalui pernikahan kerabat terkecuali perkawinan antara kedua orang tuanya. Kekerabatan melalui garis orang tua (parental) seperti yang telah dijelaskan diatas biasanya diterapkan pada masyarakat jawa, madura, sulawesi, dan kalimantan.7

7 Badrut Tamam, Pengantar Hukum Adat, (Depok: Pustaka Radja, 2022) hal 86-87 8

(12)

8

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Didalam ketentuan dan ketetapaan perraturan di Indonesia salah satunya berawal atas tuntutan hukum, dimana sumber-sumber tersebut perlu diselaraskan melalui asas hukum yang berlaku dengan dasar hukum yang sah serta tidak berbenturan dengan ideologi negara. Suatu aturan yang ditentukan harus diakui dan dipatuhi tanpa terkecuali. Termasuk hukum keluarga yang berlaku.

Penduduk asli Indonesia menganut keyakinan yang berbeda, memiliki suku serta kepercayaan yang berlainan, akibatnya masyarakat memiliki hubungan kekerabatan dan kekkeluargaan yang berbeda juga. Keberagaman adat istiadat di Indonesia mengakibatkan sistem perkawinan dan pewarisan yang berbeda

Hukum kekeluargaan adat meliputi beberapa bidang, yaitu hubungan anak denganorang tua, kemudian keturunan, hubungan anak dengan keluarga dan pengangkatan anak. Kemudian didalam sistem rakyat hukum adat kita mencangkup 3 (tiga) sistem kekerabatann, yakni sistem kekerabatan patrilineal dan matrilineal serta yang terakhir sistem kekerabatan bilateral.

B. Saran

Demikian pembahasan pokok-pokok makalah ini kami hadirkan, dengan pengertian bahwa makalah ini belum maksimal, maka ide serta kritikan yang dapat mempertinggi harapan kami untuk membuat makalah jauh lebih baik lagi kedepannya. Aminn.

(13)

9

DAFTAR PUSTAKA

Bushar, Muhammad. Pokok-pokok Hukum Adat, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2006).

Tahali, A. Hukum Adat Di Nusantara Indonesia. Jurnal Syariah Hukum Islam, 2018.

Bukido, Rosdalina. Hukum adat, (Sleman: Deepublish, 2017).

Wilbert D. Kolkman dkk., Hukum Adat Kekeluargaan, (Bali: Pustaka Larasan, 2012)

Tody Sasmyta. Buku Ajar Hukum Adat. (Malang: Madza Media, 2019).

Aprilianti, kasmawati, hukum adat diindonesia, (bandar lampung: pusaka media anggota IKAPI No. 008/LPU/2020, 2022)

Badrut Tamam, Pengantar Hukum Adat, (Depok: Pustaka Radja, 2022).

(14)

Similarity Report

18% Overall Similarity

Top sources found in the following databases:

14% Internet database 2% Publications database

Crossref database Crossref Posted Content database

15% Submitted Works database

TOP SOURCES

The sources with the highest number of matches within the submission. Overlapping sources will not be displayed.

1

Yonkers High School on 2022-10-27

Submitted works

3%

2

aprina1904.blogspot.com

Internet

2%

3

digilib.iain-jember.ac.id

Internet

2%

4

dokumen.tips

Internet

2%

5

coursehero.com

Internet

2%

6

Udayana University on 2021-11-04

Submitted works

1%

7

edoc.pub

Internet

1%

8

digilib.uinkhas.ac.id 1%

Internet

Sources overview

(15)

Similarity Report

9

Morgan Park High School on 2023-01-04

<1%

Submitted works

10

adoc.pub

<1%

Internet

11

Deptford Township High School on 2021-01-16

<1%

Submitted works

12

archive.umsida.ac.id

<1%

Internet

13

saparrudinn.blogspot.com

<1%

Internet

14

Universitas Airlangga on 2021-01-21

<1%

Submitted works

15

iGroup on 2015-06-17

<1%

Submitted works

Sources overview

Referensi

Dokumen terkait

Pada tabel 4.15 menunjukkan adanya pengaruh variabel self efficacy terhadap variabel employee engagement memperoleh nilai p-value sebesar 0,000. Artinya variabel self

Every effort will be made by the mining operators to work out with the government plans for the administration of the industry on a basis fair and just to both, and we are sure that