• Tidak ada hasil yang ditemukan

UAS HK.Pajak(B) Jordan Alejandro C 2019200056

N/A
N/A
Bimantara Putra Vanamie

Academic year: 2024

Membagikan "UAS HK.Pajak(B) Jordan Alejandro C 2019200056"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Jordan Alejandro Colunga

NIM : 2019200056

Mata Kuliah : Hukum Pajak Kelas : B

1. Sehubunganَ denganَ pengertianَ “Pajak”. yangَ dalamَ perkembangannyaَ mempunyaiَ dinamika makna dimulai dari adanya penggunaan kata pajak yang mengandung makna Upeti, Iuran Wajib, Kewajiban, Prestasi, dan Kontribusi, saudara jelaskan bagaimana perbedaan dari nomenklatur makna tersebut dalam keterkaitannya dengan sejarah pajak khususnya di Indonesia!

JAWAB:

Pengertian Pajak Oleh seorang ahli bernama Mr.Dr.N.J. Feldmann dalam bukunya berjudul De Overheidsmiddelen van Indonesia, Leiden,1949 mengatakan bahwa Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontraprestasi, dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum. Pemungutan pajak pun terus berkembang dan diterapkan oleh banyak negara di belahan dunia, termasuk di Indonesia. Sejarah pajak di Indonesia sebenarnya sudah dimulai jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa dan Jepang ke Nusantara. Ketika itu rakyat Indonesia mengenalnya dengan istilah upeti, pemungutan jenis pajak yang bersifat memaksa. Perbedaannya adalah upeti diberikan kepada raja, dan sebagai imbal baliknya maka masyarakat mendapat jaminan keamanan dan ketertiban dari raja. Pada saat itu, raja dianggap sebagai wakil Tuhan dan apa yang terjadi di masyarakat

dianggap dipengaruhi oleh raja.

kontribusi pajak

peran pajak dalam pembangunan Indonesia pada dasarnya semakin meningkat antarwaktu. Hal ini terutama jika ditinjau dari kontribusi pajak dalam postur pendapatan APBN yang kini telah mencapai lebih dari 70%. Besarnya proporsi tersebut menggarisbawahi peran pemerintah dalam pembangunan (size of the government) akan sangat tergantung dari ketersediaan uang pajak. Dengan

ketergantungan yang tinggi tersebut, keberhasilan kinerja pemungutan pajak sejatinya akan menjamin ketahanan fiskal Indonesia sekaligus menciptakan state building di Indonesia.

Faktor sumber daya alam (SDA). Dalam kasus Indonesia, kita mencermati

determinan utama keinginan untuk membenahi peran pajak meningkat seiring dengan ada atau tidaknya shock terhadap kontribusi SDA, baik atas PPh migas, PNBP SDA, hingga pajak ekspor komoditas. Turunnya permintaan dan harga internasional atas komoditas unggulan Indonesia cenderung meningkatkan keinginan untuk

memobilisasi penerimaan pajak dan sebaliknya. Lihat saja kondisi fiskal saat dan pasca Korean boom 1951-1953, oil boom 1982, atau commodity boom 2005-2008.

Singkatnya, kontribusi sektor SDA berpengaruh bagi pasang surut peran pajak.

Prestasi pajak

Dalam hal ini melihat kepada keberhasilan pemberlakuan regulasi pajak, yang dimana meningkatkan kesadaran masyarat, memberikan kemudahan dalam melakukan kegiatan pahak serta meningkatkan pendapatan negara melalui pajak. Terlihat pada Usaha mikro kecil menengah (UMKM) telah mendapatkan keringanan tarif pajak penghasilan (Pph) hanya menjadi 0,5%. Aturan ini sudah hampir satu tahun berjalan sejak pertama kali berlaku pada 1 Juli 2018 lalu. Aturan

(2)

baru pajak UMKM ini berhasil meningkatkan tingkat kepatuhan membayar pajak walaupun memang masih ada rasa ketidakpuasan dalam pemberlakuan regulasi tersebut. Jika menoleh kepada sejarah, sangat berpengaruh kepada kebiasaan ataupun

regulasi mengenai pajak srkarang ini. mulai dari mekanisme pembayaran pajak, objektifitas pajak, regulasi pajak serta macam pemungutan pajak.

2. Jelaskan dengan singkat pendekatan pajak dari aspek sosiologis dan aspek hukum!

JAWAB:

Aspek Sosiologi: Pada aspek ini pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan hasil apakah yang dapat disampaikan kepada masyarakat.

Aspek Hukum: Pendekatan Dalam Segi Hukum, ini menitik beratkan pada perikatan

(verbintenis), hak dan kewajiban wajib pajak, subjek pajak dalam hubungannya dengan subjek hukum. Hak penguasa untuk mengenakan pajak. Timbulnya utang pajak, hapusnya utang pajak, penagihan pajak dengan paksa, sanksi administratif maupun sanksi pidana, penyidikan,

pembukuan, soal keberatan, meminta banding, ordonansi kepatuhan, hingga daluwarsa.

Peraturan-peraturan yang menjadi dasar hal-hal tersebut di atas, dinilai dan dikaji sejauh mana peraturan itu mempunyai kekuatan hukum atau memberi kepastian hukum.

3. Sebutkan dan jelaskan beberapa asas pemungutan pajak yang dikemukakan para ahli, dan asas pemungutan pajak yang dianut secara normatif dalam undang-undang perpajakan!

JAWAB: Asas pemungutan pajak menurut Four Maxims of Adam Smith:

❖ Equality

Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil dimaksudkan bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingannya dan manfaat yang diminta.

❖ Certainty

Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar serta batas waktu pembayaran.

❖ Convenience

Kapan Wajib Pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan Wajib Pajak. Sebagai contoh pada saat Wajib Pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as You Earn.

❖ Economy

Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi Wajib Pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian pula beban yang dipikul Wajib Pajak.

Asas pemungutan pajak dalam undang-undang:

❖ Asas finansial, pungutan pajak dilakukan sesuai dengan kondisi keuangan (finansial) atau besaran pendapatan yang diterima oleh wajib pajak.

❖ Asas ekonomis, hasil pemungutan pajak di Indonesia harus digunakan sesuai dengan kepentingan umum (kepentingan rakyat secara menyeluruh). Pajak juga tidak boleh menjadi penyebab merosotnya kondisi perekonomian rakyat. Bahkan, dengan adanya pemanfaatan hasil pajak, diharapkan pemerintah bisa membangun negeri ini secara maksimal tanpa harus mendapatkan pembiayaan melalui skema lain seperti utang

(3)

luar negeri.

Asas yuridis, pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23 ayat 2 UUD 1945.

Selain itu pemungutan pajak di Indonesia juga diatur oleh beberapa undang-undang

❖ Asas umum, pemungutan pajak di Indonesia didasarkan atas keadilan umum. Artinya, baik pemungutan maupun penggunaan pajak memang dirancang dari dan untuk

masyarakat Indonesia.

❖ Asas kebangsaan, setiap orang yang lahir dan tinggal di Indonesia, wajib membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku di negeri ini. Berdasarkan asas kebangsaan pula, warga asing yang tinggal atau berada di Indonesia selama lebih dari 12 bulan tanpa pernah

sekalipun meninggalkan negara ini wajib dikenai pajak selama penghasilan yang mereka dapatkan bersumber dari Indonesia.

❖ Asas sumber, merupakan dasar pemungutan pajak sesuai dengan tempat perusahaan berdiri atau tempat tinggal wajib pajak. Jadi, pajak yang dipungut di Indonesia hanya diberlakukan untuk orang yang tinggal dan bekerja di Indonesia.

❖ Asas wilayah, asas ini berlaku berdasarkan wilayah tempat tinggal wajib pajak.

4. Bagaimana pendapat saudara mengenai pelaksanaan fungsi pajak pada masa pandemi di Indonesia!

JAWAB:

pajak mempunyai dua fungsi penting dalam perekonomian suatu negara, yakni:

Fungsi budgetair (penerimaan negara)

Fungsi budgetair adalah fungsi pajak sebagai sumber pemasukan keuangan negara dengan cara mengumpulkan dana atau uang dari Wajib Pajak (WP) ke kas negara untuk membiayai pembangunan nasional atau pengeluaran negara lainnya. Dengan kata lain, pajak merupakan sumber pendapatan negara yang memiliki tujuan menyeimbangkan pengeluaran negara dengan pendapatan negara.

Fungsi regulerend

Fungsi regulerend merupakan fungsi pajak sebagai alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan negara dalam lapangan sosial dan ekonomi. Artinya, pajak dapat digunakan untuk menghambat laju inflasi, alat untuk mendorong kegiatan ekspor,

proteksi atau perlindungan terhadap barang produksi dari dalam negeri, menarik investasi modal yang membantu perekonomian agar semakin produktif. Pandemi melemahkan berbagai sektor penting di Indonesia, baik sektor ekonomi, pariwisata, pendidikan, perindustrian maupun kesehatan.

5. Sebutkan apa yang menjadi tujuan dari diberlakukannya undang-undang mengenai Pengadilan Pajak!

JAWAB: Secara umum tujuan yang dapat dicapai dari diberlakukannya pajak adalah untuk mencapai kondisi meningkatnya ekonomi suatu negara yaitu (1) untuk membatasi konsumsi dan dengan demikian mentransfer sumber dari konsumsi ke investasi. (2) untuk mendorong tabungan dan menanam modal. Secara khusus di Negara Indonesia pajak diperuntukan bagi kesejahteraan masyarakat. Maka diketahui bahwa pajak yang dipungut memiliki tujuan yaitu untuk:

1. Meningkatkan pendapatan Negara Indonesia semaksimal mungkin agar dapat digunakan untuk pembiayaan Negara dan pembangunan nasional. Pajak yang digunakan untuk pembiayaan Negara serta pembangunan nasional dapat meningkatkan kemakmuran rakyat dengan menjamin keadilan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan.

2. Menunjang kebijaksanaan pemerintah dalam meningkatkan investasi, daya saing dan meningkatkan kemakmuran rakyat. Hal tersebut sesuai dengan teori yang ada dimana fungsi pajak

(4)

menurut Suandy (2011) adalah fungsi regularend dimana pajak berfungsi untuk mengatur masyarakat dalam bidang ekonomi, sosial dan politik dengan adanya investasi.

6. Uraikan dengan singkat bagaimana proses dan mekanisme penagihan pajak dengan surat paksa!

JAWAB: Prosedur Penagihan dengan Surat Paksa berdasarkan pada Pasal 2 huruf a Peraturan Menteri Keuangan No. 24/PMK.03/2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus (PMK 24/2008), untuk melaksanakan penagihan pajak, mula-mula menteri keuangan akan menunjuk beberapa pejabat sebagai pejabat untuk penagihan pajak.

Adapun beberapa pejabat itu meliputi:

a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar, Kepala Kantor Pelayanan Pajak Madya, dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta untuk penagihan pajak yang meliputi PPh, PPN, dan PPnBM;

b. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama untuk penagihan pajak yang meliputi PPh, PPN, PPnBM, PBB, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB);

c. Kepala Kantor Pelayanan Pajak lainnya untuk penagihan pajak yang meliputi PPh, PPN, dan PPnBM;

d. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) untuk penagihan pajak yang meliputi PBB serta BPHTB.

Pejabat yang ditunjuk oleh menteri keuangan tersebut berwenang untuk mengangkat dan memberhentikan juru sita pajak sebagai pelaksana tindakan penagihan pajak. Untuk melaksanakan penagihan pajak, harus terlebih dahulu dimulai dengan penerbitan surat teguran oleh pejabat. Penyampaian surat teguran dapat dilakukan secara langsung, melalui pos atau melalui perusahaan jasa ekspedisi, atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat.

7. Sebutkan dan jelaskan upaya yang dapat dilakukan oleh para pihak, baik penanggung pajak maupun fiskus berkenaan dengan pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa!

JAWAB: Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar Wajib Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan dan menjual barang yang telah disita. Jurusita adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan. Tugas Jurusita Pajak:

a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus b. Memberitahukan Surat Paksa

c. Melaksanakan penyitaan atas barang Penanggung Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan

d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.

Sedangkan Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggungjawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajakmenurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Penagihan dengan surat paksa dilakukan apabila jumlah tagihan pajak tidak atau kurang bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, atau sampai dengan jatuh tempo penundaan pembayaran atau tidak memenuhi angsuran pembayaran pajak. Apabila Wajib Pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana ditentukan dalam surat teguran maka penagihan selanjutnya dilakukan oleh juru sita pajak. Apabila utang pajak tidak dilunasi oleh Wajib Pajak dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan, maka pejabat menerbitkan surat perintah melaksanakan penyitaan. Pengajuan keberatan oleh Wajib Pajak tidak mengakibatkan penundaan pelaksanaan Surat Paksa dan apabila Wajib Pajak dinyatakan pailit,

(5)

Surat Paksa diberitahukan kepada Kurator, Hakim Pengawas atau Balai Harta Peninggalan.

Sedangkan dalam hal Wajib Pajak dinyatakan bubar atau dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang dibebani untukmelakukan pemberesan atau likuidator.

8. Sebutkan dan jelaskan jenis sengketa pajak dan cara penyelesaian sengketanya!

JAWAB: Sengketa Pajak adalah Sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan yang dapat diajukan banding atau gugatan kepada pengadilan pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan, termasuk gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan Undang undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.Undang-Undang No. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak sebenarnya telah mengatur cara penyelesaian sengketa pajak.

Artikel kali ini pun akan mengulas poin-poin penting seperti cara melakukan gugatan, banding serta istilah-istilah dalam pengadilan pajak yang sebaiknya diketahui wajib pajak. Sengketa pajak bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti:

❖ Adanya kebijakan perpajakan yang dikeluarkan Ditjen Pajak berdasarkan kewenangan yang diberikan undang-undang. Namun, wajib pajak merasa tidak puas dengan kebijakan tersebut sehingga mengajukan upaya hukum yang memang diperbolehkan oleh UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak.

❖ Adanya perbedaan interpretasi antara WP dan Ditjen Pajak mengenai aturan perundang- undangan

❖ Perbedaan metode perhitungan jumlah pajak mengenai jumlah yang harus disetor pada negara.

❖ Keberatan atas penetapan sanksi denda pajak.

Cara penyelesaian sengketa pajak:

Cara Mengajukan Banding atas Kebijakan Pajak Wajib pajak yang keberatan atas suatu kebijakan perpajakan dapat mengajukan banding ke pengadilan pajak. Namun, untuk mengajukan banding, UU No 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak menetapkan sejumlah syarat banding atas keputusan pajak yang harus dipenuhi WP antara lain:

❖ Mengajukan surat banding berbahasa Indonesia pada pengadilan pajak yang daerah kewenangannya meliputi wilayah pejabat yang menerbitkan keputusan.

❖ Surat banding diajukan dalam jangka waktu tiga bulan sejak diterimanya keputusan yang disbanding, kecuali diatur lain oleh peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

❖ Untuk setiap satu keputusan diajukan satu surat banding.

❖ Banding diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan dicantumkan tanggal diterima surat keputusan yang dibanding.

❖ Dalam hal Banding diajukan terhadap besarnya jumlah Pajak yang terutang, Banding hanya dapat diajukan apabila jumlah yang terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50%.

Cara Mengajukan Gugatan

Sama halnya seperti banding, UU Pengadilan Pajak juga menetapkan sejumlah syarat jika wajib pajak ingin mengajukan gugatan. Berikut ini syarat yang dimaksud:

❖ Gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada Pengadilan Pajak.

❖ Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap pelaksanaan penagihan Pajak adalah 14 hari sejak tanggal pelaksanaan penagihan pajak.

(6)

❖ Jangka waktu untuk mengajukan Gugatan terhadap Keputusan selain Gugatan adalah 30 hari sejak tanggal diterima keputusan yang digugat.

❖ Gugatan dapat diajukan oleh penggugat, ahli warisnya, seorang pengurus, atau kuasa hukumnya.

❖ Apabila selama proses gugatan penggugat meninggal dunia, gugatan dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya, kuasa hukum dari ahli warisnya, atau pengampunya dalam hal penggugat pailit.

Referensi

Dokumen terkait

“ Sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat

Sengketa pajak sebagai sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dan pejabat pajak yang berwenang

Pengertian sengketa pajak sendiri adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang berwenang

“Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat

Selain itu, ada juga menyatakan bahwa Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang

“Sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat

Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang sebagai akibat

Menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2002, sengketa pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan antara Wajib Pajak dan Pejabat yang berwenang sebagai akibat