• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI VIABILITAS DAN UJI VIGOR BENIH

N/A
N/A
Syari Simanjuntak

Academic year: 2024

Membagikan " UJI VIABILITAS DAN UJI VIGOR BENIH "

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

UJI VIABILITAS DAN UJI VIGOR BENIH (Laporan Praktikum Silvikultur)

Oleh

Syari Mela Simanjuntak 2114151033 Kelompok 4

JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2023

(2)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara agraris yang begitu melimpah akan kekayaan alam dengan kondisi iklim yang sangat mendukung bagi pengembangan budidaya tanaman. Namun demikian, petani juga menyadari bahwa kondisi iklim dan cara bercocok tanam saja belum menjadi jaminan bahwa tanaman dapat berproduksi secara optimal dan kegiatan usaha tani yang dilakukan akan berhasil.

Sehingga bagi petani, sebagai langkah awal di dalam usaha pembudidayaan tanaman perlu adanya penyiapan benih dengan kualitas yang baik. Wacana tentang kualitas benih mempunyai kaitan yang erat dengan viabilitas dan vigor benih (Lesilolo, 2018).

Untuk mendapatkan benih unggul, benih harus diperoleh dari sumber benih yang telah dimuliakan Pengujian benih tanaman hutan di Indonesia sampai saat ini masih terbatas pada uji perkecambahan yang dilakukan di laboratorium dengan kondisi yang ideal. Daya berkecambah yang dihasilkan dari pengecambahan ini belum mampu menggambarkan kemampuan benih menghadapi tekanan pada kondisi lingkungan yang mungkin terjadi di lapangan dan pada saat penyimpanan. Dengan demikian untuk keperluan operasional diperlukan uji vigor yang dapat menggambarkan potensi benih dalam kisaran kondisi lingkungan yang lebih luas. Benih dengan vigoritas tinggi akan mampu berproduksi normal pada kondisi sub optimum dan di atas kondisi normal, memiliki kemampuan tumbuh serempak dan cepat, serta lebih tahan untuk disimpan dalam kondisi yang tidak ideal. Kecepatan tumbuh mengindikasikan vigor kekuatan tumbuh benih karena benih yang cepat tumbuh lebih mampu menghadapi kondisi lapang yang sub-optimal (Yuniarti et al., 2014).

Salah satu parameter viabilitas benih adalah Vigor. Vigor merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal dan berproduksi normal pada kondisi sub

(3)

optimum (Widajati, et al., 2013). Peubah vigor benih atas vigor kekuatan tumbuh dan daya simpan. Vigor benih dapat diindikasikan misalnya dengan tolak ukur laju perkecambahan, keserempakan tumbuh. Vigor daya simpan dapat diindikasikan dengan tolak ukur daya hantar listrik, vigor benih terhadap deraan etanol/fisik, dan sebagainya (Aryunis, 2019). Vigor benih dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari ketika benih masih berada di tanaman induk sampai pemanenan, pengolahan, ketika dalam transportasi, sampai sebelum ditanam.

Selain itu vigor benih juga dipengaruhi oleh proses dan cara benih dikeringkan, dibersihkan, disortir dan dikemas di unit pengolahan benih (seed processing), serta cara dan kondisi penyimpanan benih (Ilyas, 2013). Vigor benih dapat dibagi dua yaitu vigor kekuatan tumbuh benih yang mencerminkan vigor benih bila ditanam di lapangan dan vigor daya simpan yang mencerminkan kemampuan benih untuk berapa lama benih dapat disimpan (Widajati, at al., 2013).

Menurut Sadjad, et al. (2019), untuk memperkirakan kekuatan tumbuh di lapangan, kelompok benih harus bisa disimulasi vigornya dengan menggunakan metode yang tepat. Makin dini suatu metode dapat mengindikasikan vigor benih dengan akurat akan semakin baik hasilnya, baik untuk mengungkapkan kebenaran indikasi mutu genetik maupun mutu fisiologis. Setiap jenis akan memiliki kriteria vigor, misalnya vigor kekuatan tumbuh relatif untuk indikator kuat atau kurang kuat. Analisis vigor menjadi lebih sederhana apabila tolok ukur itu bersifat relatif, yaitu untuk membandingkan suatu kelompok benih terhadap kelompok benih lainnya.

Tulisan ini menyajikan vigoritas pada benih hasil pemuliaan dan yang belum dimuliakan dengan menggunakan 3 metode uji yaitu evaluasi uji perkecambahan dengan memperhatikan laju pertumbuhan kecambah dan indeks perkecambahan, mengamatai sifat-sifat benih misalnya ukuran benih, warna, bentuk, dan struktur benih atu sifat-sifat lainnya, dan yang terakhir uji biokimia misalnya dengan pewarnaan pada jaringan dengan larutan Tetrazolim.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan pada praktikum yang dilakukan kali ini adalah sebagai berikut:

1. Agar mahasiswa mengetahui cara-cara uji viabilitas benih.

(4)

2. Agar mahasiswa mampu melakukan uji viabilitas benih pohon hutan.

3. Agar mahasiswa mampu menganalisis hasil uji viabilitas benih pohon hutan.

4. Agar mahasiswa mengetahui beberapa metode yang dapat digunakan dalam penentuan vigor benih.

5. Agar mahasiswa mengetahui manfaat dilakukannya uji vigor benih.

6. Agar mahasiswa dapat menguji vigor benih dengan uji pewarnaan.

(5)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uji Viabilitas Benih

Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme dan atau gejala pertumbuhan serta daya kecambah yang merupakan tolok ukur viabilitas benih. Viabilitas atau tingkat perkecambahan suatu benih dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal perkecambahan atau pertumbuhan benih berupa tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan zat penghambat. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi meliputi keadaan lingkungan yang mendukung seperti pH, air, temperatur, oksigen, cahaya, dan medium (Sadjad, 2013).

Pada uji viabilitas benih, baik uji daya kecambah atau uji kekuatan tumbuh benih, penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan yang lain dalam satu substrat. Sebagai parameter untuk viabilitas benih digunakan persentase perkecambahan. Pengujian kecambah atau viabilitas menggambarkan kecambah yang potensial. Potensi perkecambahan merupakan hal yang secara langsung didapatkan pada pengujian perkecambahan. Pengujian perkecambahan secara luas digunakan, baik untuk pengujian benih standar maupun untuk pengujian informal secara sederhana di persemaian (Sutopo, 2014).

Pengujian viabilitas ada beberapa macam yaitu pengujian dengan kertas, tetrazolium (TZ), pengujian menggunakan pasir, dan pengujian perkecambahan baku atau SGT (Standard Germinator Test). Pengujian berth dengan tetrazolium merupakan salah satu uji yang efektif. Uji TZ memanfaatkan prinsip dehidrogenase yang merupakan group enzim metabolisme pada sel hidup dan diamati perubahan warnanya (Sutopo, 2014).

(6)

2.2. Uji Vigor Benih

Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang viabilitas, masing- masing kekuatan tumbuh dan daya simpan benih. Vigor daya simpan merupakan suatu parameter vigor benih yang menunjukkan kemampuan benih selama penyimpanan dalam keadaan sub optimum. Benih yang memiliki vigor tinggi, mampu disimpan untuk periode simpan yang normal dalam keadaan sub optimum dan akan lebih panjang daya simpannya jika dalam keadaan ruang simpan yang optimum (Widajati et al., 2013). Kedua nilai fisiologi ini menempatkan benih pada kemungkinan kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman normal meskipun keadaan biofisik lapangan produksi sub optimum atau sesudah benih melampui suatu periode simpan yang lama. Tanaman dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari performansi fenotipis kecambah atau bibitnya, yang selanjutnya mungkin dapat berfungsi sebagai landasan pokok untuk ketahananya terhadap berbagai unsur musibah yang menimpa. Vigor benih untuk kekuatan tumbuh dalam suasana kering dapat merupakan landasan bagi kemampuannya tanaman tersebut untuk tumbuh bersaing dengan tumbuhan pengganggu atau pun tanaman lainnya dalam pola tanam multipa. Vigor benih untuk tumbuh secara spontan merupakan landasan bagi kemampuan tanaman mengabsorpsi sarana produksi secara maksimal sebelum panen. Juga dalam memanfaatkan unsur sinar matahari khususnya selama periode pengisian dan pemasakan biji. Pada hakekatnya vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang suboptimal (Nurhasybi et al., 2018).

Menurut Sadjad, et al. (2019), untuk memperkirakan kekuatan tumbuh di lapangan, kelompok benih harus bisa disimulasi vigornya dengan menggunakan metode yang tepat. Makin dini suatu metode dapat mengindikasikan vigor benih dengan akurat akan semakin baik hasilnya, baik untuk mengungkapkan kebenaran indikasi mutu genetik maupun mutu fisiologis. Setiap jenis akan memiliki kriteria vigor, misalnya vigor kekuatan tumbuh relatif untuk indikator kuat atau kurang

(7)

kuat. Analisis vigor menjadi lebih sederhana apabila tolak ukur itu bersifat relatif, yaitu untuk membandingkan suatu kelompok benih terhadap kelompok benih lainnya.

Menurut Artola, et al. (2013), vigor yang rendah akan menghasilkan pohon yang buruk, sehingga untuk penanaman seharusnya bibit yang digunakan berasal dari benih dengan vigor tertinggi. Uji vigor sangat tepat diaplikasikan pada sumber-sumber benih yang telah dikukuhkan, misalnya Kebun Benih Semai (KBS). Pada sumber benih tersebut, besaran atau standar vigor harus mampu didefenisikan dengan benar kualitas fisiologisnya disamping kualitas genetiknya.

Jaminan kualitasnya merupakan hal yang wajar diperoleh konsumen karena pengorbanan yang relatif besar. Benih vigor yang dicirikan oleh produksinya yang unggul harus dapat diinformasikan lebih dini bagi konsumen, dan harus bisa disimulasi kinerjanya, seperti kinerja fisik, fisiologis dan genetik. Vigor benih yang tinggi akan menghasilkan tanaman yang baik.

(8)

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat

Praktikum Silvikultur dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 7 Maret 2023 pukul 15.00-17.50 WIB di Lab. Silvikultur, Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

3.2 Alat Dan Bahan

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Gelas plastik, cutter, penggaris, timbangan, luope, seed blower . Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Benih akasia, Buah rambutan, tissu, air biasa.

3.2 Cara Kerja

Adapun cara kerja praktikum ini adalah sebagai berikut : A. Cara kerja viabilitas benih

1. Diambil 1 gram benih akasia sebagai sampel 2. Dihitung jumlah benih sebelum di uji

3. Dimasukkan benih kedalam gelas plastik berisi air biasa sebanyak sepertiga dari gelas tersebut

4. Sisihkan benih yang terapung dari benih yang tenggelam, masing-masing ditaruh pada kertas sampel

5. Amati morfus benih yang tenggelam/melayang, kemudian nyatakan berapa persen benih yang viabilitasnya jelek.

(9)

B. Cara kerja uji Vigor benih

1. Ambillah 10 butir benih rambutansebagai sampel untuk uji viabilitasnya 2. Belahlah benih secara longitudinal atau sejajar bidang yang pipih

3. Amati kondisi endosperm masing-masing benih

4. Hitung berapa jumlah benih yang yang endospermnya bagus, nyatakan dalam persen terhadap jumlah benih sampel

(10)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1 Uji Viabilitas Benih Akasia carva No. Benih pohon Cara uji

viabilitas

Jumlah benih yang

diuji

Viabilitasnya

Baik Jelek

Butir % Butir %

1. Akasia carva Uji berat 10 10 100% 0 0

Tabel 2 Uji Vigor Benih Rambutan No. Benih pohon Ukuran

benih (cm)

Warna endosperm

Vigor

Baik Jelek

Butir % Butir %

1. Rambutan P = 4

L = 3 Putih 10 100% 0 0

2. Rambutan P = 3,5 L = 2,5

Putih

3. Rambutan P = 4

L = 3

Putih

4. Rambutan P = 4

L = 3

Putih

5. Rambutan P = 4

L = 4

Putih 6. Rambutan P = 3,5

L = 3 Putih

7. Rambutan P = 3,5 L = 3

Putih 8. Rambutan P = 3,5

L = 2,5

Putih

9. Rambutan P = 4

L = 3

Putih

10. Rambutan P = 4

L = 3

Putih

4.2 Pembahasan

(11)

Praktikum kali ini menguji viabilitas dan vigor benih Akasia Carva dengan menggunakan metode langsung. Metode langsung yaitu dengan metode pengujian daya perkecambahan. Menurut Faizal et al (2012), perkecambahan benih merupakan salah satu indikator yang berkaitan dengan mutu benih.

Perkecambahan benih dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perkecambahan, seperti air, suhu, cahaya, dan media. Perkecambahan benih dimulai dari proses imbibisi atau proses penyerapan air. Daya berkecambah benih memberikan informasi kepada pemakai benih akan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum.

Pada tabel 1 yaitu uji viabilitas benih, pengujian dilakuakan bertujuan untuk mengamati kemampuan benih berkecambah pada kondisi lingkungan yang optimum. Uji viabilitas pada biji Akasia carva yang dilakukan dengan cara mengambil 10 biji akasia dengan memperhatikan warna kulit paling gelap serta ukuran dan volume benih paling besar/berat. Kemudian benih yang telah terpilih sebanyak 10 biji dimasukkan kedalam gelas dengan diberi air dengan volume air lebih kurang 3 kali volume benih yang direndam. Lalu benih akan diamati, sisihkan benih yang terapung dari benih yang tenggelam/melayang, masing- masing ditaruh pada kertas saring. Berdasarkan uji yang telah dilakukan, semua biji yang telah diuji dan dimasukkan kedalam air tenggelam semua. Artinya uji viabilitas benih 100% baik.

Vigor merupakan sejumlah sifat-sifat benih yang mengindikasikan pertumbuhan dan perkembangan kecambah yang normal, cepat dan seragam.

Pada Tabel 2 mendapatkan hasil yaitu vigor benih dari buah rambutan yang dilakukan dengan membelah benih menggunakan cutter secara longtidunal atau sejajar bidang yang pipih. Benih yang diuji pada praktikum ini menggunakan 10 buah rambutan dan hasilnya kesepuluh butir rambutan tersebut termasuk kedalam kategori vigor yan baik dengan persentase 100% atau sempurna. Ukuran panjang benih rambutan yang dibelah berkisar 3,5 - 4 cm sedangkan lebar berkisar 2,5 - 4 cm. Buah rambutan berbentuk lonjong, memiliki dinding buah tebal, biji terbungkus oleh daging buah dan berbentuk elips dengan kulit tipis berkayu.

(12)

Kesepuluh benih rambutan yang diamati juga memiliki endosperm berwarna putih. Jaringan endosperm pada umumnya berwarna putih hingga kuning.

Endosperm adalah lapisan makanan yang terdapat pada benih dan berfungsi sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan embrio (kecambah). Warna putih pada endosperm menunjukkan bahwa lapisan ini masih banyak mengandung amilum, protein, dan nutrisi penting lainnya yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan benih. Namun, tidak semua benih dengan endosperm berwarna putih menjamin keberhasilan perkecambahan (Runtunuwu et al., 2019).

Morfologi tersebut sesuai dengan buah dan biji rambutan yang telah diamati.

Namun, terdapat beberapa buah rambutan yang tidak memiliki bentuk elips. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti varietas, genetik dan lingkungan (Purbasari, 2018).

(13)

V. KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Viabilitas benih adalah kemampuan benih untuk berkecambah bila benih tersebut ditempatkan pada kondisi lingkungan yang optimum. Uji viabilitas benih terdiri dari uji langsung (perkecambahan) dan uji tidak langsung yang memiliki empat metode yaitu uji berdarkan warna kulit benih, uji berdasarkan ukuran, uji potong dan uji radiografi.

2. Uji Viabilitas yang dilakukan pada praktikum yaitu uji berdasarkan ukuran, baik volume maupun berat.

3. Uji viabilitas yang dilakukan mendapatkan 100% viabilitas baik, artinya semua biji yang telah diuji tidak mengalami kecacatan.

4. Uji vigor benih yang dilakukan adalah metode memotong dari benih tersebut, evaluasi uji perkecambahan, mengamati sifat-sifat benih dan uji biokimia.

5. Vigor benih merujuk pada kekuatan dan kemampuan benih untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Benih yang memiliki vigor tinggi cenderung akan lebih sehat, produktif dan toleran terhadap stres lingkungan.

6. Warna endosperm dari benih rambutan ialah putih. Hal tersebut menunjukkan bahwa benih rambutan yang digunakan sebagai bahan praktikum masih segar dan memiliki zat yang dibutuhkan oleh benih jika telah berkecambah.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Artola, A., de los Santos, G. Garca, Casta Aeda and G. Carrillo. 2013. A Seed Vigour Test for Birdsfoot Trefoil (Lotus corniculatos L.). Seed Science and Technology, 31(3), 753-757.

Aryunis. 2019. Penuntun Pratikum Teknologi Benih. Jambi: Fakultas Pertanian, Universitas Jambi.

Faisal, F., Ismadi, I., dan Rafli, M. 2022. Upaya Peningkatan Performa Perkecambahan Benih Dalam Pengujian Di Laboratorium Melalui Perancangan Alat Pengecambah Benih Yang Ideal. Jurnal Agrium, 19(1), 9-17.

Ilyas, S. 2013. Ilmu dan teknologi Benih; Teori dan Hasil-hasil Penelitian. Bogor:

PT. Penerbit IPB Press.

Lesilolo, M. K., Riry, J., dan Matatula, E. A. 2018. Pengujian viabilitas dan vigor benih beberapa jenis tanaman yang beredar di pasaran kota

Ambon. Agrologia, 2(1).

Nurhasybi, Sudrajat, D.J., dan P.S. Aisyah. 2018. Penentuan Kriteria Kecambah Normal yang Berkorelasi dengan Vigor Bibit Tusam (Pinus merkusii Jungh et de Vriese). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman, 5(1), 1-11.

Purbasari, I. 2021. Viabilitas benih terong (Solanum melongena L.) dengan pemberian POC bekicot. Jurnal Agro Indragiri, 6(2): 1-10.

Runtunuwu, I. R., Runtunuwu, S. D., Wanget, S. 2019. Pemurnian galur jagung manado kuning (Zea mays L.) kernal putih dengan metode ear to row. In Cocos, 2(6): 1-13.

(15)

Sadjad, S., E. Murniati dan S. Ilyas. 2019. Parameter Pengujian Vigor Benih.

Dari Komparatif ke Simulatif. Jakarta: PT. Grasindo - PT. Sang Hyang Seri.

Sadjad, Sjamsoe'oed. 2013. Dari Benih Kepada Benih. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Sutopo, Lita. 2014. Teknologi Benih Fakultas Pertanian UNIBRAW. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Widajati, E., E. Murniati, E.R. Palupi, T. Kartika, M. R. Suhartanto, A. Qadir.

2013. Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Bogor : PT. Penerbit IPB Press.

Yuniarti, N., Zanzibar, M., Megawati, M., & Leksono, B. (2014). Perbandingan vigoritas benih Acacia mangium hasil pemuliaan dan yang belum dimuliakan. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 3(1), 57-64.

Referensi

Dokumen terkait

UJI VTAEIJTS DAN VI6{'RB4NIE PADI

Penelitian bertujuan untuk (1) membuat klasifikasi pola topografi pewarnaan TZ untuk menentukan viabilitas benih (2) membuat klasifikasi pola topografi pewarnaan TZ untuk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji RE pada benih kedelai dari sepuluh varietas yang berbeda tingkat vigor (pemilahan berdasarkan nilai indeks vigor) dengan metode uji diatas

Judul yang telah penulis ambil pada penelitian ini adalah “ Pengujian Viabilitas dan Vigor Beberapa Varietas Benih Pepaya Pada Wadah Simpan Yang Berbeda

· Tidak ada batasan minimum-maksimum pemesanan Pengumpul benih: · Perusahaan benih · Pedagang lokal · Pasar lokal · Petani Sumber benih: · Hutan tanaman · Hutan alam ·

• Tidak ada batas pemesanan Pengumpul benih: • Perusahaan benih • Pedagang lokal • Pasar lokal • Petani Sumber benih: • Hutan tanaman • Hutan alam • Lahan petani

Hal ini menunjukkan bahwa benih padi yang disimpan di dalam masing- masing media penyimpanan yang berbeda mempunyai kemampuan untuk tumbuh normal dan memiliki tinggi

CRUB4 menunjukkan respon terbaik pada viabilitas benih variabel potensial tumbuh maksimum dan CRUB2 menunjukkan nilai tertinggi pada viabilitas benih variabel laju perkecambahan saat