Pastor Yusuf H Ibrahim dan ibu St Nur yang mendoakan dan berkorban segalanya untuk Ananda. Segala puji bagi kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan segala bentuk anugerah yang tiada terhitung jumlahnya serta shalawat dan salam tersampaikan kepada kekasih Allah dan kekasih hamba-hambanya, pemimpin yang dirindukan oleh hamba-hambanya, a nabi yang membawa cinta kasih kepada umat manusia yaitu Nabi Muhammad Saw. Para senior dan sahabat-sahabat Himpunan Mahasiswa Komisariat Islam (HMI) Al-Tsawrah yang tak terlupakan menjadi sahabat dialektika, aksi dan karya sosial sehingga dapat sekaligus mendukung pemikiran penulis.
Teman-teman Badan Pelatihan Kaderisasi (BPL) HMI yang telah menjadi mitra diskusi dan bahu-membahu mengelola kegiatan untuk membentuk kepribadian penulis. Ibrahim dan St. Ibunda Nur yang telah merestui seluruh jodoh dengan memberikan dukungan materiil dan non materil, serta sang adik yang terus mengingatkannya. Hasil penelitian yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa dalam pembagian warisan Islam, laki-laki mendapat 2 berbanding 1 dari perempuan, sedangkan pembagian warisan adat mengikuti sistem pewarisan adat seperti sistem patrilineal, matrilineal, dan bilateral, peradilan agama merupakan satu kesatuan. lembaga penegak hukum dan lembaga pihak yang berperkara. Bagi warga negara yang beragama Islam, putusan pengadilan agama tidak hanya menggunakan hukum waris Islam (Hukum Kompila Islam) dalam menyelesaikan perkara waris, namun pengadilan agama dan hakim sebagai pelaksana harus mendalami, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat ( Pasal 5(1), UU No.48 Tahun 2009).
The Indonesian state enforces three inheritance systems, namely the civil inheritance system, the customary inheritance system, and the Islamic inheritance system, of which the three are divided into two laws, namely positive law (civil inheritance and Islamic inheritance) and customary law (customary inheritance). Customary law of inheritance is a crystallization of people's lives, born from their outlook on life, which they consider to be correct and in accordance with the construction of their lives, although customary law of inheritance is not codified and unwritten, but customary the position of the heir. is constitutionally recognized as a living norm of Indonesian society that must be respected. The purpose of this study is to determine the distribution of inheritance according to customary law and Islamic law, to know the existence of customary inheritance in law and to resolve customary inheritance disputes in the religious courts.
The results of the research that have been carried out by researchers that in the distribution of Islamic inheritance men receive 2 to 1 from women while the distribution of customary inheritance follows the customary inheritance system such as Patrilineal, Matrilineal and Bilateral System, Religious Courts as. one of the law enforcement agencies and institutions for justice seekers For citizens who are Muslim, the decisions of the Religious Court not only use the Islamic Law of Inheritance (Compendium of Islamic Law) in resolving inheritance cases, but the Religious Courts and judges as implementers must follow and understand the legal values and sentiments that live in society (Article 5 paragraph 1 of Law No. 48 of 2009).
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
- Kegunaan Teoritis
- Kegunaan Praktis a. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dan landasan bagi pengembangan ilmu hukum baik dari segi peraturan perundang-undangan di bidang hukum waris Islam maupun hukum waris adat. Hasil penelitian ini dapat menambah referensi bagi pengembangan hukum di Fakultas Agama Islam Program Studi Hukum Keluarga Islam Universitas Islam Malang. Kami berharap hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain untuk meningkatkan pengembangan hukum di bidang hukum waris Islam dan hukum waris adat.
Sehingga hukum adat sebagai hukum yang hidup dalam kehidupan bermasyarakat, lebih khusus lagi hukum adat menjadi solusi permasalahan dalam menyelesaikan konflik dalam masyarakat dan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cara pembagian warisan Islam dan hukum adat, serta upaya perbaikan hukum untuk meningkatkan kesadaran. di masyarakat. Penelitian ini diharapkan menjadi landasan yang kuat, alasan bagi para pengambil kebijakan yaitu DPR RI, DPRD, Presiden, Mahkamah Agung, Kementerian Agama dan lembaga yang berwenang.
Metode Kajian
- Metode Kajian
- Pendekatan Kajian
- Bahan Hukum
- Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
- Teknik Analisis Bahan Hukum
Penulis menggunakan pendekatan perundang-undangan dalam penelitian ini, yaitu penulis menginginkan dan menganalisis landasan hukum yang mengamanatkan agar hukum adat waris dijadikan sebagai sumber hukum bagi hakim ketika memutus perkara waris Islam jika ditemukan hukum adat tersebut. warisan itu ada.. di masyarakat. Dalam arti peraturan yang telah dikodifikasi oleh pejabat yang berwenang dalam bentuk perintah yang dituangkan dalam undang-undang dapat diterapkan. Dengan menggunakan pendekatan perbandingan hukum, penulis dapat melakukan kajian mengenai perbandingan hukum. Menurut Getteridge, perbandingan hukum adalah suatu metode studi dan penelitian hukum. Kajian perbandingan hukum merupakan kegiatan membandingkan hukum suatu negara dengan negara atau hukum yang lain. masa lalu dan masa kini, selain itu juga membandingkan satu putusan pengadilan dengan putusan pengadilan lainnya.Pendekatan perbandingan ini penulis gunakan untuk memperoleh informasi dan perbandingan hukum waris islam dan hukum waris adat yang ada di indonesia.
48 Tahun 2009 tentang Kehakiman, Revisi Peraturan Dalam Negeri (H.I.R), Peraturan Hukum Daerah Luar Negeri (RBg), Al-Quran, Surat An-Nisa dan Kompilasi Hukum Islam. Selain itu juga merupakan putusan hakim (hukum perkara), putusan hakim merupakan wujud nyata dari peraturan perundang-undangan yaitu law in action. Pengantar Ilmu Hukum, Pengantar Hukum di Indonesia, Hukum Adat, Hukum Waris di Indonesia, Hukum Waris Islam di Indonesia, Hukum Acara Perdata, Hukum Peradilan Agama di Indonesia, Hukum Acara Agama, termasuk jurnal hukum, naskah, tesis dan disertasi dan lain-lain. penelitian hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin diselidiki. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan informasi tentang sumber penelitian, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder yaitu Internet.
Bahan dasar penelitian kepustakaan dapat berupa bahan/sumber primer dan sekunder, dimana kedua bahan tersebut mempunyai sifat dan jenis yang berbeda. Teknik tersebut untuk memperoleh landasan teori dengan cara mengkaji dan mempelajari buku-buku, peraturan perundang-undangan serta hasil-hasil penelitian lainnya yang dapat mendorong kelanjutan penelitian. Menganalisis bahan hukum merupakan suatu proses memposisikan data menurut kategori sehingga penulis dapat memilah dan mengelompokkan data yang relevan dan tidak relevan.
Analisis data meneliti dan bergerak lebih mendalam ke dalam kedua-dua bahan undang-undang primer dan sekunder.
Definisi Istilah
Hakim adalah pejabat peradilan perdata yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk mengadili, (Pasal 1 ayat 8 KUHAP), suatu perkara yang diajukan kepadanya. Hakim wajib menerima dan memeriksa perkara yang misalnya dipermasalahkan oleh para pihak, untuk kemudian mengambil keputusan bahwa perkara yang bersangkutan mendapat kekuatan hukum dan penjelasan perkaranya. Pertimbangan hukum merupakan pandangan-pandangan hakim dalam upaya menciptakan kepastian hukum terhadap suatu permasalahan tertentu, pertimbangan hukum merupakan hasil analisa hakim terhadap hasil pemikiran seluruh konteks permasalahan.
Putusan pengadilan atau yang biasa disebut putusan pengadilan adalah suatu perkataan yang diucapkan oleh hakim sebagai pejabat yang diberi wewenang dalam sidang pengadilan dan bertujuan untuk mengakhiri atau menyelesaikan sesuatu.
PENUTUP
Saran
