Stroke disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak, terjadi karena tekanan darah di otak cukup tinggi sehingga menekan pembuluh darah, sehingga pembuluh darah yang tersumbat tidak dapat mengatasi tekanan tersebut. Akibatnya, bagian otak tidak mendapat pasokan makanan. Tekanan yang kuat menyebabkan kebocoran dan juga merusak sel-sel otak di sekitarnya. Jika tekanannya terlalu tinggi, pasien bisa mengalami koma atau bahkan meninggal. Pecahnya pembuluh darah Bisa juga terjadi karena dinding pembuluh darah melemah sehingga mudah robek. Stroke hemoragik dibagi menjadi dua, yaitu stroke hemoragik intraserebral dan stroke hemoragik subarachnoid (Sutrisno, 2007). Stroke jenis ini terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh darah di otak. Stroke iskemik trombotik secara klinis dikenal sebagai trombosis serebral. Sebagian besar stroke ini terjadi saat tidur ketika pasien relatif mengalami dehidrasi dan dinamika sirkulasi berkurang. Lokasi paling umum adalah di arteri serebral tengah, arteri vertebralis basilar, dan arteri karotis interna.
Pada banyak kasus, trombosis pembuluh darah besar disebabkan oleh aterosklerosis yang diikuti dengan cepatnya pembentukan bekuan darah, juga didukung oleh tingginya kadar kolesterol (Sutrisno, 2007). Stroke emboli tidak terjadi di otak, melainkan di jantung. Embolus berasal dari bahan trombotik yang terbentuk pada dinding rongga jantung atau katup mitral. Penggumpalan darah yang terjadi pada daerah peredaran darah organ jantung mengakibatkan darah tidak mampu menyuplai oksigen dan nutrisi ke otak. Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung menurun dan perfusi menurun. Stroke jenis ini terjadi ketika penderitanya menjalani aktivitas fisik, misalnya olahraga. penyumbatan pembuluh darah di otak (Sutrisno, 2007). Kontrol tekanan darah yang buruk merupakan faktor terpenting dalam kematian akibat stroke dan hal ini telah ditunjukkan dalam penelitian perawatan stroke.
Penelitian baru menunjukkan bahwa seseorang yang berolahraga 5 kali atau lebih dalam seminggu memiliki risiko lebih rendah terkena stroke (Ratnasari, 2014). Orang yang memiliki faktor risiko stroke lebih rentan terkena stroke dibandingkan orang yang tidak memiliki faktor risiko. Pencegahan stroke meliputi pencegahan primer, sekunder dan tersier dengan menggabungkan empat faktor utama yang mempengaruhi penyakit yaitu gaya hidup, lingkungan, biologi dan kesehatan (Nastiti, 2011).
Trombus atau bekuan darah terbentuk pada permukaan kasar plak aterosklerotik yang terbentuk di dinding arteri. Trombus ini dapat membesar dan akhirnya menyumbat lumen arteri sehingga mengurangi aliran darah ke otak dan mengakibatkan stroke iskemik (Kowalak, et al., 2011).
Patofisiologi Stroke Iskemik
Sebagian trombus dapat pecah dan menjadi embolus. Embolus bergerak melalui aliran darah dan dapat menyumbat arteri yang lebih kecil. Emboli (atau emboli jika jumlahnya banyak) umumnya berasal dari jantung. Tempat pembentukan plak yang banyak ditemukan adalah pada arteri serebral tengah, arteri karotis interna, arteri vertebralis (Kowalak, et al., 2011). Trombus dapat berasal dari plak aterosklerotik atau darah dapat menggumpal di area stenosis, sehingga aliran darah melambat. Trombus dapat terlepas dari dinding pembuluh darah dan terbawa sebagai embolus dalam aliran darah. Trombus menyebabkan iskemia pada jaringan otak yang menyebabkan penurunan aliran darah dan oksigen ke otak. Penurunan pasokan oksigen ini mengakibatkan kerusakan pada 12 saraf kranial. Kerusakan pada saraf ini mengakibatkan sistem kendali yang saling berhubungan. Terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang menyebabkan seluruh aktivitas kehidupan sehari-hari menjadi terputus dan tidak terpenuhi secara maksimal (Muttaqin, 2008).
Pathway Stroke Iskemik
Manifestasi Klinik Stroke Iskemik
Faktor-Faktor Risiko Stroke Iskemik
Sindrom depresi sulit dikenali pada pasien pasca stroke, depresi terpikirkan ketika pemulihan lebih lambat dari hasil yang diharapkan, kurangnya kerjasama selama terapi, emosi.
Pemeriksaan Penunjang Stroke Iskemik 1. Pemeriksaan Scanning
Penatalaksanaan Stroke Iskemik 1. Penatalaksanaan Medis
Konsep Perawatan Diri dan Defisit Perawatan Diri .1 Pengertian Perawatan Diri dan Defisit Perawatan Diri
Tujuan Perawatan Diri
Ketidakmampuan seseorang dalam melakukan aktivitas makan secara mandiri, misalnya ketidakmampuan menyiapkan makanan untuk dimakan, mengambil makanan, mengunyah makanan, meletakkan makanan pada peralatan makan (Nurarif & Kusuma, 2015). Ketidakmampuan seseorang untuk melakukan dan menyelesaikan aktivitas mandi/perawatan diri secara mandiri. Misalnya ketidakmampuan mengakses kamar mandi, mengambil perlengkapan mandi, meraih sumber air, mencuci badan, menyikat gigi dan mengeringkan badan (Nurarif & Kusuma, 2015). Ketidakmampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas berpakaian dan berdandan untuk diri sendiri. Misalnya saja ketidakmampuan dalam mengambil pakaian, memasangkan pakaian pada bagian atas dan bawah, mengancingkan pakaian, menggunakan resleting, menghilangkan ciri-ciri pakaian dan menjaga penampilan yang memuaskan (Nurarif. & Kusuma, 2015).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Diri 1. Hubungan sosial
Body image merupakan cara seseorang dalam memandang bentuk tubuhnya, body image sangat mempengaruhi praktik perawatan diri seseorang. Ketika seorang perawat dihadapkan pada klien yang terlihat acak-acakan, acak-acakan, atau ceroboh dalam mengurus dirinya sendiri, maka perlu adanya edukasi tentang pentingnya personal hygine bagi kesehatan (Isro'in & Andarmoyo, 2012). Namun hal tersebut saja tentunya tidak cukup, karena motivasi merupakan kunci penting dalam penerapan personal higiene. Permasalahan yang sering muncul adalah kurangnya motivasi karena kurangnya pengetahuan. mendiskusikannya dengan klien, memeriksa kebutuhan perawatan diri klien dan memberikan informasi yang benar dan memadai kepada klien (Isro'in & Andarmoyo, 2012).
Klien dengan keterbatasan fisik biasanya tidak mempunyai tenaga dan ketangkasan untuk melakukan perawatan diri. Kelemahan akibat arthritis, stroke, atau kelainan otot menghalangi klien melakukan tugas perawatan diri seperti mandi, menyikat gigi, memakai handuk, memakai pakaian, dan bangun.
Dampak Defisit Perawatan Diri 1. Dampak Fisik
Konsep Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Iskemik
- Pengkajian Keperawatan 1. Identitas klien
- Diagnosis Keperawatan
- Intervensi Keperawatan Pasien Stroke Iskemik Menurut (Wilkinson, 2011) sebagai berikut
- Implementasi Keperawatan Pasien Stroke
- Evaluasi Keperawatan Pasien Stroke
Pengkajian psikologis pada pasien stroke mencakup beberapa dimensi yang memungkinkan perawat mempunyai persepsi yang jelas terhadap status emosional, kognitif dan perilaku klien. Menilai mekanisme coping yang digunakan klien juga penting untuk menilai respon emosional klien terhadap keadaan. penyakit yang mereka derita. Perubahan peran klien dalam keluarga dan masyarakat, serta reaksi atau dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari. Dengarkan suara napas tambahan, misalnya rhonchi, pada klien dengan peningkatan produksi sekret dan penurunan kemampuan batuk. Hal ini biasanya ditemukan pada pasien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran. Penilaian terhadap sistem kardiovaskular menunjukkan bahwa syok hipovolemik sering terjadi pada klien stroke, tekanan darah biasanya meningkat, dan dapat terjadi hipertensi (tekanan darah > 200 mmHg).
Disfungsi persepsi penglihatan akibat gangguan sensorik primer antara mata dan korteks penglihatan. Sering terlihat pada klien stroke hemiplegik kiri.