• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SKRIPSI ANALISIS PROBLEMATIKA SISTEM ZONASI PADA KEEFEKTIFAN PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 2 MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SKRIPSI ANALISIS PROBLEMATIKA SISTEM ZONASI PADA KEEFEKTIFAN PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 2 MALANG"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROBLEMATIKA SISTEM ZONASI PADA KEEFEKTIFAN PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI SMA NEGERI 2 MALANG

SKRIPSI

OLEH:

SITI KHODIJAH NPM. 21601011209

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 2020

(2)
(3)

vi ABSTRAK

Khodijah, Siti. 2020. Analisis Problematika Sistem Zonasi pada Keefektifan Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Islam Malang. Pembimbing 1: Drs. Rosichin Mansur, M.Pd.

Pembimbing 2: Moh. Eko Nasrulloh, M.PdI.

Kata Kunci: Problematika, Sistem Zonasi, Keefektifan Proses Pembelajaran

Pendidikan merupakan hal yang paling penting untuk pertumbuhan dan kemajuan bangsa. Karena bangsa yang besar dan maju dilihat dari kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) tidak lain karena bagusnya kualitas pendidikan yang ada di dalam bangsa tersebut. Maka dari itu, guna untuk memperbaiki kualitas dan kemajuan bangsa Indonesia, pemerintah memperbaiki sistem pendidikannya dengan cara memberikan kebijakan baru dengan adanya sistem zonasi pada proses PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) di sekolah-sekolah negeri maupun swasta di Indonesia. Dengan tujuan untuk pemerataan kualitas pendidikan, menciptakan banyak sekolah favorit, dan peningkatan kualitas guru di Indonesia. Salah atunya kebijakan sistem zonasi ini telah diterapkan oleh SMA Negeri 2 Malang.

Meskipun tujuan diterapkannya sistem zonasi pada proses PPDB (Penerimaan Peserta Didik Baru) sangat baik, rupanya implementasi sistem zonasi di SMA Negeri 2 Malang menuai banyak problematika. Salah satunya yaitu penurunan tingkat kemauan belajar siswa terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Adapun fokus penelitian pada penelitian ini yaitu tentang problematika-problematika apa saja yang terjadi setelah diterapkannya sistem zonasi di SMA Negeri 2 Malang, kemudian bagaimana keefektifan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya sistem zonasi di SMA Negeri 2 Malang, serta strategi-strategi apa saja untuk mengatasi problematika-problematika yang terjadi terutama pada keefektifan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis problematika-problematika sistem zonasi di SMA Negeri 2 Malang, menganalisis keefektifan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam setelah diterapkannya sistem zonasi di SMA Negeri 2 Malang, dan strategi-strategi apa saja yang digunakan untuk mengatasi problematika akibat sistem zonasi terutama untuk keefektifan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan datanya menggunakan metode observasi terbuka, menggunakan metode wawancara tidak terstruktur dan menggunakan metode dokumentasi. Adapun metode analisis data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif melalui proses pereduksian data (data reduction), kemudian penyajian data (data display), dan conclusion drawing/verification (penarikan kesimpulan). Sedangkan, uji keabsahan datanya

(4)

vii

dengan meningkatkan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan menggunakan bahan referensi.

Dari hasil temuan penelitian didapatkan adanya problematika yang terjadi setelah diterapkannya sistem zonasi di SMA Negeri 2 Malang yaitu kurangnya keefektifan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang disebabkan karena adanya penurunan tingkat kemauan belajar siswa. Hal ini di latar belakangi oleh siswa berasal dari lingkungan dan keluarga berekonomi rendah dan kurang perhatian terhadap pendidikan, termasuk dalam hal pembelajaran keagamaan.

Simpulan penelitian ini, problematika yang terjadi setelah diterapkannya sistem zonasi yaitu proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang kurang efektif. Dan strategi-strategi yang dilakukan oleh para guru Pendidikan Agama Islam untuk mengatasi problematika tersebut di antaranya meningkatkan fasilitas sekolah untuk mendukung sarana belajar siswa, dan menggunakan strategi-strategi yang telah di anjurkan oleh pemerintah untuk proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Hal yang perlu diperhatikan sebagai saran-saran yaitu diharapkan adanya peningkatan strategi-strategi yang dilakukan oleh seluruh komponen sekolah khususnya para guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan keefektifan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang. Sehingga, proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat berjalan dengan efektif dan tujuan dari pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang dapat tercapai dengan baik.

(5)

BAB I PENDAHULUAN A. KONTEKS PENELITIAN

Pendidikan merupakan hal yang paling penting untuk pertumbuhan dan kemajuan bangsa. Karena bangsa yang besar dan maju dilihat dari kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang tidak lain karena bagusnya kualitas pendidikan yang ada di dalam bangsa tersebut. Maka bangsa yang baik tidak lepas dari baiknya kualitas pendidikan, dan bangsa yang buruk tidak lepas dari buruknya kualitas pendidikan. Menurut hasil riset yang telah dilakukan oleh PISA (Programme for International Students Assessment) di tahun 2016 kualitas pendidikan di Indonesia menduduki peringkat 62 dari 72 negara saing. Meskipun peringkat ini menuai peningkatan yang sangat drastis, karena di tahun 2013 kualitas pendidikan di Indonesia masih menduduki peringkat ke-2 dari bawah 72 negara saing (Youth Corps Indonesia, 30 Oktober 2019). Akan tetapi peningkatan ini masih butuh adanya perubahan-perubahan, kebijakan, atau sistem untuk lebih meningkatkan kembali kualitas pendidikan di Indonesia, karena sesuai yang telah disampaikan di awal pembahasan bahwa negara yang baik adalah negara atau bangsa yang memiliki kualitas pendidikan yang baik pula. Adanya janji kemerdekaan bangsa Indonesia yang tertuang di dalam Undang Undang Dasar 1945 yaitu, “mencerdaskan kehidupan bangsa” sehingga adanya kewajiban bagi pemerintah Indonesia untuk terus memajukan pendidikan dan memberikan kualitas pendidikan yang baik demi terwujudnya cita-cita bangsa sesuai dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (3).

Problematika pendidikan yang terjadi di Indonesia disebabkan dari kurang meratanya kualitas pendidikan di Indonesia. Sehingga adanya ketimpangan sosial masyarakat seperti semua anak bangsa tidak bisa mengenyam pendidikan dengan kualitas yang sama, karena masih adanya tingkat kefavoritan tiap sekolah, yakni adanya sekolah

(6)

favorit yang dianggap mempunyai kualitas pendidikan yang bagus dan sekolah non favorit yang dianggap tidak atau kurang memiliki kualitas pendidikan yang bagus. Akibatnya para orang tua ataupun diri anak sendiri selalu mendambakan untuk bisa mengenyam pendidikan di sekolah favorit. Akibat adanya ketimpangan tersebut pemerintah mengusahakan untuk bisa memeratakan kualitas pendidikan dengan meluncurkan aturan baru dalam sistem Penerimaan Peserta Didik Baru di tahun 2017 yaitu dengan adanya Sistem Zonasi. Sistem Zonasi tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia atau yang biasa disebut Permendikbud Nomor 17 Tahun 2017 tentang

“Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, atau Bentuk lain yang sederajat”. Disebutkan pada bagian keempat Sistem Zonasi pasal 15 yaitu Sekolah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah wajib menerima calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari sekolah paling sedikit sebesar 90%

(Sembilan puluh persen) dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima dan pemerintah daerah dapat menerima calon peserta didik melalui: a. Jalur Prestasi yang berdomisili diluar radius zona terdekat dari sekolah paling banyak 5% dari total jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima, b. Jalur bagi calon peserta didik yang berdomisili diluar zona terdekat dari sekolah dengan alasan khusus meliputi perpindahan domisili orang tua/wali peserta didik atau terjadi bencana alam/sosial, paling banyak 5% dari jumlah keseluruhan peserta didik yang diterima (Permendikbud, No. 17 tahun 2017). Dan jarak zonasi yang diterapkan oleh masing-masing sekolah berbeda-beda, tergantung dari kesepakatan musyawarah pemerintah daerah dan para kepala sekolah.

Setelah diluncurkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2017 banyak menimbulkan polemik ataupun keluhan dari sekolah terutama masyarakat yang merasa keberatan atas kebijakan ini. Masyarakat menyayangkan putra-

(7)

putrinya yang sudah bersusah payah belajar dengan giat dan memperoleh nilai bagus akhirnya tidak bisa masuk pada sekolah yang diinginkan karena jarak radius zonasi yang jauh dari sekolah. Para orang tua juga mengungkapkan hal ini merupakan salah satu wujud ketidakadilan dan merugikan, karena anak yang nilainya tinggi akan kalah dengan anak yang nilainya lebih rendah yang tempat tinggalnya lebih dekat dengan sekolah. Mereka juga mengungkapkan akan berjuang mati-matian demi anaknya bisa masuk sekolah negeri karena melihat dari kualitas pendidikan yang diberikan dan biaya orang tua yang merasa lebih terbantu oleh pemerintah (Kompas.com, 24 Oktober 2019). Banyak pihak sekolah juga mengeluhkan lembaganya yang selama ini memiliki peserta didik (siswa-siswi) yang mempunyai minat belajar dan kualitas belajar yang tinggi karena berasal dari siswa-siswi yang mempunyai nilai bagus dalam pendidikannya, akhirnya tidak sedikit siswa-siswi yang kurang mempunyai minat dan kualitas belajar yang tinggi setelah Penerimaan Peserta Didik Baru melalui jalur zonasi yang diambil dari siswa-siswi manapun dan mempunyai nilai berapapun yang berdomisili di radius zona dekat sekolah. Sehingga para guru mengeluhkan dan keberatan atas kebijakan ini karena membuat kurang efektifnya pada proses pembelajaran dan akan menuai lambatnya perwujudan kualitas pendidikan terutama di sekolah itu sendiri. Pada penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat ketidakadilan sistem zonasi juga pernah disoroti dalam sebuah laporan oleh Brookings Institution yang berjudul

“Housing Costs, Zoning, and Access to High-Scoring Schools”. Laporan ini mempelajari

kaitan antara zonasi, harga rumah dan nilai ujian sekolah dengan menganalisis data nilai ujian nasional dari 84.077 sekolah di 100 area metropolitan terbesar Amerika Serikat pada tahun 2010 dan 2011. Para peneliti menemukan bahwa kebijakan zonasi membatasi akses terhadap perumahan murah di daerah yang lebih makmur dan mengurangi kesempatan edukasi bagi siswa dari keluarga berpendapatan rendah. Jonathan Rothwell, salah satu penulis studi dan mantan peneliti dari Brookings Institution yang kini telah menjadi pakar

(8)

ekonomi senior di Gallup juga mengungkapkan “Edukasi yang baik penting bagi masa depan ekonomi seorang anak, dan di mana anda mampu membeli rumah memiliki pengaruh besar terhadap kesempatan anak anda untuk mendapatkan edukasi tersebut”. Pada mayoritas area metropolitan, satu-satunya cara untuk masuk ke sekolah yang mendapat nilai ujian nasional lebih tinggi adalah dengan tinggal di perumahan mahal. Ini membuat anak-anak yang lahir di bawah kesulitan naik ke atas, yakni anak-anak yang tinggal di daerah terpencil atau jauh dari peradaban juga tidak punya kesempatan untuk menempuh pendidikan yang bagus (Kompas.com, 24 Oktober 2019).

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan diluncurkan mulai dari tahun 2017 sampai di tahun 2019 atau selama tiga tahun masa transisi dan telah mengalami tiga kali amandemen (perubahan) pada isi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait sistem zonasi, yaitu sejak awal diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2017, kemudian adanya perubahan dan perbaikan isi menjadi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14 Tahun 2018, kemudian dirubah kembali dengan penetapan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 51 Tahun 2018 dan kemudian diterbitkannya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2019 sebagai ganti dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 51 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan. Letak perubahan sebanyak 3 kali ini terdapat pada peraturan- peraturan baru terkait besarnya persentasi radius zonasi terdekat, jalur prestasi diluar radius zonasi, dan jalur perpindahan tugas orang tua/wali, yang awal mula persentase radius zonasi terdekat 90%, jalur prestasi diluar zonasi 5%, dan jalur perpindahan tugas orang tua/

wali 5%, menjadi 80% radius zonasi terdekat, 15% jalur prestasi diluar zonasi, dan 5% jalur perpindahan tugas orang tua/wali (Permendikbud, Nomor 20, Tahun 2019). Adanya

(9)

perubahan-perubahan pada isi Permen yang diharapkan bisa lebih rasional dan diterima oleh seluruh masyarakat dan tujuan Penerimaan Peserta Didik Baru melalui sistem zonasi yang harapkan oleh Negara Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan adalah untuk pemerataan kualitas pendidikan, dengan tidak adanya lagi sekolah favorit dan non favorit sehingga para generasi muda (pelajar) memperoleh kualitas pendidikan yang sama.

Meskipun isi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait zonasi sudah dilakukan sebanyak 3 kali amandemen, tetapi penerapan sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru hingga saat ini masih saja menimbulkan banyak problematika. Problematika-problematika muncul Pertama, dari keluhan para orang tua yang menyatakan kasian terhadap anaknya yang berprestasi akan tetapi dipaksa untuk melanjutkan pendidikannya di sekolah yang dekat dengan tempat tinggal dan tidak diwadahi dengan kualitas dan fasilitas yang bagus. Kedua, dari komponen-komponen sekolah, diantaranya oleh para guru sebagai pendidik atau pihak yang sangat berpengaruh dalam pendidikan di sekolah. Misalnya, keluhan yang disampaikan oleh para guru di SMA Negeri 2 Malang yang mengeluhkan peserta didiknya yang dirasa kurang mampu menerima pelajaran dengan baik akibat adanya sistem zonasi, salah satu keluhan yang disampaikan oleh Ibu Dwi Rifiani, S.Ag, M.Ag, selaku guru Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang menyampaikan terkait kurang efektif dan kondusifnya dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Kurang efektifnya proses pembelajaran melihat dari kurangnya kemauan peserta didik untuk belajar khususya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam disebabkan oleh faktor lingkungan peserta didik yang dekat dengan arena jual beli seperti pasar yang menyebabkan mereka hidup dilingkungan masyarakat yang kurang perhatian atas pendidikan sehingga sedikit dari mereka yang mempunyai antusias dan semangat ketika belajar, dan juga dilatar belakangi oleh pendidikan peserta didik yang

(10)

sebelumnya bukan dari sekolah-sekolah negeri atau sekolah-sekolah favorit yang dianggap bisa mencetak peserta didik yang aktif dan mandiri sehingga menyebabkan peserta didik kurang tanggap dan aktif ketika proses pembelajaran. Maka, dengan ini perlunya suatu solusi untuk menumpas problematika yang menjadi keluhan guru khususnya Pendidikan Agama Islam untuk menciptakan keefektifan dalam proses pembelajaran. Sehingga, dalam hal ini peneliti mengangkat tema penelitian dengan judul “Analisis Problematika Sistem Zonasi pada Keefektifan Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang”, sebagai wujud kepedulian peneliti sebagai mahasiswa yang harus tanggap dalam bidang pendidikan dan diharapkan bisa memberikan solusi-solusi untuk memberantas problematika akibat sistem zonasi pada keefektifan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui strategi-strategi alternatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran agar pembelajaran bisa kembali efektif dan sesuai dengan tujuan.

B. FOKUS PENELITIAN

1. Apa saja problematika-problematika sistem zonasi di SMA Negeri 2 Malang?

2. Bagaimana keefektifan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang?

3. Bagaimana strategi alternatif untuk mengatasi problematika-problematika sistem zonasi pada keefektifan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Mendeskripsikan problematika-problematika sistem zonasi di SMA Negeri 2 Malang.

2. Mendeskripsikan keefektifan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang.

(11)

3. Mendeskripsikan strategi alternatif untuk mengatasi problematika-problematika sistem zonasi pada keefektifan proses ppembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan wawasan yang lebih luas terkait problematika-problematika sistem zonasi yang terjadi pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang

2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah

Diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran strategi alternatif terhadap problematika-problematika sistem zonasi pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang.

b. Bagi Guru

Diharapkan mampu untuk memberikan sumbangsih pemikiran strategi alternatif untuk mengatasi problematika-problematika sistem zonasi pada keefektifan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang, sehingga tidak ada lagi keluhan-keluhan khususnya dari guru Pendidikan Agama Islam terkait ketidakefektifan proses pembelajarannya akibat sistem zonasi.

c. Bagi Siswa

(12)

Diharapkan mampu meningkatkan kemauan belajar siswa khususnya pada proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam, sehingga proses pembelajaran bisa menjadi lebih efektif.

d. Bagi Peneliti yang lain

Diharapkan mampu menambah wawasan ataupun referensi bagi peneliti selanjutnya sebagai bahan pertimbangan penerapan sistem zonasi dalam pendidikan dan diharapkan mengadakan penelitian lebih lanjut untuk menganalisis kembali apakah masih ada problematika-problematika sistem zonasi khususnya terhadap proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam khususnya dan terhadap pendidikan umumnya.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk menghindari kesalahpahaman atau penafsiran terhadap istilah-istilah yang terdapat pada penelitian ini, maka perlu adanya definisi operasional sebagai berikut:

1. Problematika

Problematika adalah kendala-kendala atau persoalan-persoalan akibat adanya kebijakan-kebijakan atau hal-hal yang menyebabkan keluhan-keluhan atau polemik pada masyarakat sehingga tidak adanya peningkatan. Seperti halnya:

adanya kebijakan dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dalam proses Penerimaan Peserta Didik Baru melalui sistem zonasi yang menimbulkan keluhan dari masyarakat dan terjadinya kendala pada pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran.

(13)

2. Sistem Zonasi

Sistem zonasi adalah Proses Penerimaan Siswa Baru melalui jalur radius zona tempat tinggal terdekat dari sekolah dengan kebijakan dan keputusan pemerintah daerah. Sekolah yang menggunakan sistem zonasi pada proses penerimaan peserta didik barunya tidak menggunakan syarat-syarat tertentu dari tiap sekolah seperti halnya dengan melihat nilai hasil kelulusan siswa dari sekolah sebelumnya, atau dengan penerimaan jalur subjektif. Sehingga sudah tidak ada lagi julukan sekolah favorit dan non favorit, karena siswa-siswi dari sekolah tersebut sudah mencakup seluruh siswa-siswi yang tempat tinggalnya lebih dekat ke sekolah, yang mempunyai nilai bagus atau kurang bagus dari nilai kelulusan sekolah sebelumnya, dengan tujuan seluruh siswa memperoleh pendidikan yang sama.

3. Keefektifan Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang singkat tetapi membawa hasil perubahan yang signifikan kepada peserta didik. Hasil perubahan yang signifikan disini termasuk ilmu-ilmu yang disampaikan oleh pendidik saat proses pembelajaran bisa diterima dan difahami oleh peserta didik.

Keefektifan dalam proses pembelajaran kondisi kelas juga sangat mendukung, sehingga kelas yang kondusif akan sangat membantu pada keefektifan dalam proses pembelajaran, karena, kelas yang kondusif akan membantu peserta didik mudah menerima dan memahami pelajaran yang disampaikan.

(14)

1 BAB VI PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang analisis problematika sistem zonasi pada keefektifan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang, yang telah dibahas dalam bab pembahasan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Problematika-problematika akibat sistem zonasi di SMA Negeri 2 Malang antara lain yaitu, berkurangnya kemauan belajar siswa dan memberikan tugas yang lebih berat kepada guru, karena harus menghadapi para siswa dengan jalur zonasi tersebut. Kemauan belajar siswa menurun disebabkan oleh SMA Negeri 2 Malang tidak diuntungkan secara posisi dalam hal zonasi. Yakni, lingkungan terdekat dari sekolah SMA Negeri 2 Malang adalah lingkungan masyarakat berekonomi rendah dan kurang perhatian terhadap pendidikan. Sehingga hal ini dapat mempengaruhi para siswa terutama pada tingkat kemauan belajar pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

2. Keefektifan proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Malang, ternilai kurang efektif. Hal ini disebabkan karena para siswa dengan jalur zonasi di SMA Negeri 2 Malang berlatar belakang dari lingkungan dan keluarga berekonomi rendah dan kurang perhatian dalam pendidikan. Sehingga, hal ini berpengaruh terhadap para siswa, karena

(15)

keluarga yang kurang perhatian terhadap pendidikan anaknya bahkan untuk memberikan pengajaran dalam hal keagamaan, seperti halnya sholat, mengaji, bahkan berperilaku baik sesuai yang diajarkan di dalam agama Islam. Akibat dari kurangnya perhatian keluarga dan lingkungannya tersebut, menyebabkan juga kurangnya tingkat kemauan belajar para siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

3. Strategi-strategi yang digunakan para guru SMA Negeri 2 Malang untuk mengatasi problematika-problematika diatas adalah para guru harus lebih sabar lagi dalam menghadapi para siswa akibat jalur zonasi di SMA Negeri 2 Malang, dan menggunakan strategi-strategi yang telah diaturkan oleh pemerintah yaitu di dalam kurikulum 2013 dalam hal proses pembelajaran.

Guru pendidikan Agama Islam juga mempunyai strategi-strategi yang lain seperti, memberikan punishment (hukuman) untuk para siswa yang bandel, dan memperluas arena ibadah siswa muslim (musholla), sehingga sholat fardhu berjamaah siswa dapat terkontrol dengan baik dan diharapkan dapat menghilangkan alasan para siswa untuk tidak melaksanakan sholat, karena kurangnya tempat untuk beribadah.

B. SARAN-SARAN

Berdasarkan dari pengkajian hasil penelitian peneliti di lapangan, maka peneliti bermaksud untuk memberikan saran-saran, dengan harapan dapat bermanfaat bagi lembaga atau sekolah, para guru, dan peneliti selanjutnya. Adapun saran-saran yang diberikan oleh peneliti sebagai berikut:

(16)

3

1. Bagi sekolah

Seperti yang sudah dijelaskan bahwa mendidik, mengarahkan, dan mengajarkan siswa untuk menjadi siswa yang lebih baik lagi adalah tanggung jawab semua komponen sekolah. Jadi, diharapkan semua komponen sekolah, baik itu kepala sekolah, para guru, karyawan, saling bekerja sama untuk mengatasi problematika-problematika akibat sistem zonasi terutama untuk meningkatkan kemauan belajar siswa.

2. Bagi guru

Diharapkan bagi semua guru untuk lebih sabar lagi dalam mengatasi para siswa akibat sistem zonasi. Dan diharapkan para guru di SMA Negeri 2 Malang agar lebih meningkatkan dan mengembangkan lagi strategi-strategi untuk menyampaikan pembelajaran, sehingga kemuan belajar siswa lebih meningkat kembali dan tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk mengkaji lebih banyak lagi terkait berjalannya sistem zonasi pada setiap tahunnya. Menganalisis apakah masih ada problematika-problematika akibat sistem zonasi, dan penting untuk diberikan solusi yang terbaik, sehingga tidak ada lagi problematika-problematika akibat sistem zonasi dan tujuan dari pembelajaran dan sistem zonasi bisa tercapai dengan baik.

(17)

102

DAFTAR RUJUKAN

Anggito, Albi, & Setiawan, Johan. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif.

Sukabumi: CV Jejak .

Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.

Darnim, Sudarwan & Khairil. (2011). Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Baru. Bandung: CV. Alfabeta.

Departemen Agama RI. (2007). Al-Qur’an dan Terjemah Special for Woman.

Bogor: Exagrafika Yayasan Daarul Qur’an Nusantara.

Dimyati, Johni. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Jakarta: KENCANA PRENADA MEDIA GROUP.

Halimah, Leli. (2017). Keterampilan Mengajar sebagai Inspirasi untuk Menjadi Guru yang Excellent di Abad ke-21. Bandung: PT. Refika Aditama.

Jihad, Asep., & Suyanto. (2013). Menjadi Guru Profesional, Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Area Global. Jakarta:

Esensi Eirlangga Group.

Mulyasa, E. (2006). Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK.

Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA

Mulyono. (2012). Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad Global. Malang: UIN-Maliki Press.

Munisu, HW. (2009). Sastra Indonesia. Bandung: Rosdakarya.

Muzakki, Akh, & Kholilah. (2010). Ilmu Pendidikan Islam Kopertais Wilayah IV Surabaya. Surabaya: Kopertais IV Press.

Rohani, Ahmad HM. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Rosyada, Dede. (2004). Paradigma Pendidikan Demokratis, sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta:

PRENADA MEDIA.

(18)

103

Saefuddin, Asis, & Ika, Berdiati. (2016). Pembelajaran Efektif. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

Saifuddin. (2018). Pengelolaan Pembelajaran Teoritis dan Praktis. Yogyakarta:

Deepublish CV BUDI UTAMA.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

ALFABETA.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian 2 Ilmu Pendidikan Praktis. PT IMTIMA

Winkle, W.S. (1983). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Biografi SMA Negeri 02 Malang. (Online), (www.sman2-malang.sch.id), diakses 19 April 2020.

Cynthia Lova. Orang Tua PPDB Sistem Zonasi Tak Adil, Anak Bisa Kalah dengan Nilainya, (Online), (https:// megapolitan. kompas. com/ read/ 2019 /06/19/19284581/orangtua-ppdb-sistem-zonasi-tak-adil-anak-bisa-kalah- dengan-yang-nilainya?page==all), diakses 24 Oktober 2019

Jennifer Sidharta. Peringkat Pendidikan Indonesia di Dunia, (Online), (https://www.youthcorpsindonesia.org/l/peringkat-pendidikan-indonesia- di-dunia/), diakses 30 Oktober 2019.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-V. Pengertian Problematika, (Online), (https://kbbi.web.id/problematik), diakses 18 Mei 2020.

Pengelola Siaran Pers. Perubahan Permendikbud Nomor 51 tahun 2018 tentang PPDB 2019, (Online), (https://www.kemdikbud.go.id /main /blog /2019 /06/perubahan-permendikbud-nomor-51-tahun-2018-tentang-ppdb-2019), diakses 30 Oktober 2019.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 17 Tahun 2017 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Kejuruan, Atau Bentuk Lain Yang Sederajat. Kemendikbud (online), (emdikbud. go. id/main/blog/2017/06/salinan-permendikbud- nomor-17-tahun-2017-tentang-penerimaan-peserta-didik-baru), diakses 13 Desember 2019.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2019 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah

(19)

104

Menengah Kejuruan, Atau Bentuk Lain Yang Sederajat. JDIH Kemendikbud(online),(https://jdih.kemdikbud.go.id/arsip/Permendikbud%

20Nomor%2020%20Tahun%202019.pdf), diakses 13 Desember 2019.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. BSNP Indonesia (online),(https://bsnp-indonesia.org/wpcontent/uploads/2009/06/ Permendi kbud_Tahun 2016_Nomor022_Lampiran.pdf), diakses 13 Desember 2019.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 51 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Pada Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, Sekolah

Menengah Kejuruan, Atau Bentuk Lain Yang Sederajat.

JDIH Kemendikbud (online), (https: //jdih.kemdikbud. go.id/arsip / PER MENDIKBUD%20NOMOR%2051%20TAHUN%202018.pdf),diakses 13Desember 2019.

Shierine Wangsa Wibawa . Menurut Penelitian Sistem Zonasi Sekolah Memang Tidak Adil, (Online), (https://sains.kompas.com/read/2019/06 /21 / 170 700 023/menurut-penelitian-sistem-zonasi-sekolah-memang-tidak-adil), diakses 24 Oktober 2019.

Solichin, Mohammad Muchlis. (2006). Belajar dan Mengajar dalam Pandangan AL-Ghazali. Jurnal Tadris, Vol. 1 (2), 145.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 tentang Hak Asasi Manusia. JDIH (online), (http://www.dpr.go.id/jdih/uu1945), diakses 13 Desember 2019.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kelembagaan Ristekdikti (online), (https://

kelembagaan. ristekdikti. go. id/wpcontent/ uploads/ 2016/ 08/UU _no_20_th_2003.pdf), diakses 13 Desember 2019.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. JDIH, Kemenkeu (online), (https://jdih. kemenkeu.

go.id/fullText/1989/2TAHUN~1989UU.HTM), diakses 13 Desember 2019.

Wuri Prasetya. Sistem Zonasi Perlukah?, (Online), (https://republika.co.id/

berita/ptyc9r349/sistem-zonasi-perlukah), diakses 24 Oktober 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Lazim, Muhamad, Konsep Materi Pendidikan Akhlak Anak Didik dalam Perspektif Islam, Skripsi- Semarang: Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo

itupun menunjukkan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarang guru di sekolah karena tidak sembarang orang dapat menjabat sebagai guru.1 Pendidikan agama