PENDAHULUAN
Latar Belakang
Untuk mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia khususnya keterampilan berbicara siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Towuti Kabupaten Luwu Timur, penulis menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Submit a Problem. Cara Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri I Towuti Kabupaten Luwu Timur melalui Model Pembelajaran Kooperatif Soal. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan keterampilan berbicara menggunakan metode Submit a Problem pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Towuti Kabupaten Luwu Timur.
Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berbahasa Indonesia menggunakan metode Submit a problem pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Towuti Kabupaten Luwu Timur. 2010.” Penerapan Model Pembelajaran Kolaboratif Tipe Send-a-Problem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Batu.”
Masalah Penelitan
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Diharapkan kepada para guru SMA dan peneliti dari hasil penelitian ini mempunyai inovasi pembelajaran yang baru sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia khususnya pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia melalui pengiriman soal. metode untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas XI IPA. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat guru SMA mendapatkan pengalaman langsung menggunakan metode kirim perolem dalam pengalaman langsung menggunakan metode kirim perolem untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas XI IPA agar meningkat. Sebagai gambaran penggunaan metode send a prolem untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa kelas XI IPA.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan peneliti pengalaman nyata dan dapat menggunakan metode pengiriman probe dalam proses pembelajaran keterampilan berbicara di kelas awal, jika nantinya menjadi guru. Diharapkan pihak lembaga dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya dan memberikan pengetahuan tentang keterampilan berbicara di Kelas XI IPA.
KAJIAN PUSTAKA
Kajian Pustaka
- Penelitian Relevan
- Pembelajaran Bahasa Indonesia
- Keterampilan Berbicara dan Ruang Lingkupnya
- Aktivitas Belajar Siswa
- Prestasi Belajar
- Metode Pembelajaran Send A Problem
Namun ada juga yang mengatakan bahwa hasil belajar pada dasarnya berbeda dengan prestasi belajar. Hasil belajar menunjukkan kualitas jangka waktu yang lebih lama, misalnya satu kelas, satu semester, dan sejenisnya. Hasil belajar tersebut dapat dilihat dari hasil ulangan harian (formatif), hasil ulangan semester antara (subsumatif), dan hasil ulangan semester (sumatif.
Dari perbedaan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mempunyai jangkauan makna yang lebih luas dibandingkan dengan hasil belajar. Lebih lanjut di sini harus dikemukakan bahwa hasil belajar (membaca, prestasi belajar) merupakan hasil suatu proses yang kompleks.
Kerangka Pikir
Namun apabila hasil tes siklus II sudah mencapai batas ketuntasan yang berarti 85% siswa memperoleh nilai 71 atau lebih, maka tidak perlu dilakukan evaluasi tes akhir (tes pasca tindakan). Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dinyatakan bahwa dari 34 siswa pada kelas 47%, maka yang berkategori tinggi terdapat 8 siswa atau sekitar 23,52. 6 Siswa yang dapat berbicara dengan baik dan benar. main-main, membuat keributan, keluar. pergi ke kelas,. mengganggu, dll).
Pada tabel 2 di atas diketahui bahwa pada siklus I, 88,23% dari 34 siswa hadir pada saat kegiatan pembelajaran; siswa yang memperhatikan saat proses pembelajaran sebanyak 17,64%; siswa yang aktif belajar 34,55%; siswa yang masih membutuhkan bimbingan sebanyak 11,20%;. Jadi dari tabel 4.4 diatas dapat disimpulkan bahwa yang mencapai batas ketuntasan sebanyak 25 siswa atau 73,52%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan sebanyak 9 siswa atau 26,47%. Begitu pula dalam proses belajar mengajar masih terlihat siswa yang masih pasif, siswa tersebut umumnya kurang memahami materi yang diberikan.
Pada tabel 4.5 di atas diketahui bahwa pada siklus II, 97,79% dari 34 siswa hadir pada saat kegiatan pembelajaran; 81,61% siswa memperhatikan saat proses pembelajaran; siswa yang aktif belajar 41,17%; siswa yang masih membutuhkan bimbingan sebanyak 22,79%; siswa yang kurang mahir berbicara sebanyak 18,38%; siswa yang berbicara baik dan benar mencapai 18,38%; siswa yang melakukan aktivitas negatif selama proses pembelajaran (bermain-main, membuat keributan, masuk dan keluar kelas, mengganggu, dan sebagainya) mencapai 13,23. Dari tes siklus II di atas terlihat bahwa dari 34 siswa di kelas tersebut terdapat 15 siswa atau 44,11%; kemudian pada kategori sangat tinggi terdapat 18 siswa atau sekitar 52,94%. Jadi, dari tabel 4.6 di atas diketahui bahwa sebanyak 33 siswa atau 97,05% sudah mencapai batas ketuntasan, sedangkan hanya 1 siswa atau 2,94% yang belum mencapai batas ketuntasan.
Sebagaimana dinyatakan dalam tes kolektif pada poin kedua alinea keempat: apabila hasil tes siklus II telah mencapai batas ketuntasan, dalam arti 85% siswa telah mencapai nilai 71 atau lebih, maka tidak ada pertanyaan tentang perlunya mengevaluasi tes terakhir (tes pasca tindakan). Berdasarkan pemaparan hasil penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif sebelumnya, dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan keterampilan berbicara siswa yang menggunakan metode Send A Problem pada kelas yang diterima tanpa menggunakan strategi Send A Problem. Artinya terdapat 9 dari 34 siswa yang memerlukan perbaikan karena belum mencapai kriteria ketuntasan individu, sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 97,05% atau 33 dari 34 siswa dalam kategori tuntas dan 2,2 . 94% atau 1 dari 34 siswa berada pada kategori tidak tuntas.
Hipotesisi Tindakan
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Subjek dan Lokasi Penelitian
Fokus Penelitian
Prosedur Penelitian
Metode pengiriman soal dengan judul Upaya meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode “Kirim soal” berkaitan dengan ketuntasan belajar siswa. Siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai minimal 71 dari nilai ideal dan tuntas secara klasikal 85% atau lebih dari jumlah siswa yang memperoleh nilai minimal 71 atau lebih. Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian proses pembelajaran peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan model kolaboratif tipe Submit a Problem pada siswa kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Towuti Kabupaten Luwu Timur.
Pada kegiatan awal, peneliti mengunjungi SMA Negeri I Towuti mengenai penerapan metode pembelajaran kooperatif “Submit a Problem” dalam pengajaran berbicara. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi inti yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif Submit a Problem. Pada awal pertemuan siklus I, pada saat proses pembelajaran kooperatif tipe Submit a problem, mereka belum mampu mengikuti pembelajaran ini dengan baik.
Pada siklus II ini kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I dihilangkan, siswa yang biasanya melakukan kegiatan ekstrakurikuler mulai berkurang, bahkan siswa yang tadinya pasif mulai menjadi aktif. Selain itu skor kemampuan berbicara dengan menggunakan metode Send A Problem lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berbicara tanpa menggunakan metode Send A Problem. Kemampuan berbicara siswa tanpa menggunakan metode Submit Problem pada Siklus I dikategorikan sangat rendah, sedang dan tinggi, sedangkan kemampuan berbicara siswa yang menggunakan metode Submit Problem pada Siklus II berada pada kategori sangat rendah, sedang dan tinggi. siklus dikategorikan tinggi dan sangat tinggi.
Penelitian ini telah berhasil dari segi tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode Send A Problem. Kemampuan berbahasa Indonesia metode Send A Problem siswa Kelas I Towuti Kabupaten Luwu Timur Siklus II berkategori tinggi dan sangat tinggi. Penelitian ini telah berhasil sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Indonesia menggunakan metode Send A Problem siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Towuti.
Diharapkan guru mata pelajaran bahasa Indonesia pada umumnya dapat mengadopsi model pembelajaran berbicara dengan metode Send A Problem, karena dapat meningkatkan minat dan hasil belajar berbicara bahasa Indonesia. Wahyuningsih, Endah. 2011. “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Send-a-Problem Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI SMK Negeri I Boyolangu Tulungagung/Endah Wahyuningsih.”
Instrument Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh sebelum memasuki siklus penelitian yang dilakukan pada awal sesi pretest. Data-data tersebut diolah dari hasil observasi langsung terhadap proses pembelajaran yang dilakukan peneliti dengan menggunakan formulir observasi yang telah disiapkan sebelumnya. Hasil data tersebut diharapkan dapat menentukan peningkatan kemampuan membaca individu siswa, sehingga penilaian akhir tes dilakukan kembali.
Teknik Analisis Data
Hasil Penelitian
Peningkatan aktivitas siswa, yaitu peningkatan jumlah siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran, peningkatan jumlah siswa yang bertanya dan menjawab pertanyaan, peningkatan jumlah siswa yang saling berkomunikasi untuk mendiskusikan materi pembelajaran. Untuk melihat hasil belajar maka dilakukan penilaian terhadap siswa yang menentukan apakah siswa sudah menguasai materi atau belum. Dengan kata lain prestasi belajar adalah bagian dari hasil belajar mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu, yang dinyatakan dalam nilai atau nilai berdasarkan tes yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh guru.
Pembelajaran yang dapat dikatakan optimal adalah pembelajaran dimana guru tidak hanya sekedar menjelaskan saja, namun siswa harus lebih giat dalam menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri serta peran guru sebagai fasilitator dan motivator, hal ini bertujuan agar siswa menjadi lebih mampu. lebih mandiri/terampil dan aktif dalam pembelajaran. . Sebelum materi pelajaran disajikan, dibuat Lembar Kegiatan Siswa (SAS) yang akan dipelajari kelompok, lembar jawaban dan lembar kegiatan. Bagilah siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan empat dan lima orang dengan cara mengurutkan siswa dari atas ke bawah berdasarkan kemampuan akademiknya dan daftar siswa yang diurutkan tersebut dibagi menjadi lima bagian.
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini adalah jika skor rata-rata hasil belajar keterampilan berbicara siswa meningkat menurut Departemen Pendidikan Nasional 2006. Distribusi frekuensi jumlah siswa pada setiap kategori hasil belajar bahasa Indonesia pada siklus 1. frekuensi ..dengan anggota kelompok, walaupun masih ada beberapa kelompok yang masih belum mampu beradaptasi dan berkomunikasi dengan baik.
Pembahasan
Dari siklus I ke siklus II keterampilan berbicara bahasa Indonesia siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan kriteria hasil belajar yang berkaitan dengan ketuntasan kelas yaitu 85% maka data penelitian pada siklus II dianggap tuntas untuk kelas tersebut dimana 97,05% dari 34 siswa tuntas. Guru bahasa Indonesia di semua tingkat kelas hendaknya mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dan menarik di dalam kelas agar siswa tidak merasa bosan di dalam kelas.
26. avgust 2013 v http://library.um.ac.id/free-contents/index.php/pub/detail/ Influence-learning-kooper-tipe-send-a-problem-terhadap-hasil-belajar-accounting- students-class-xi-smk-negeri-i-boyolangu-tulungagung-endah- Wahyuningsih-52247.html.
SIPMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
- Hasil Tes Kemampuan Awal (pra tindakan)
- Statistik Skor Hasil Belajar Pra Siklus
- Hasil Observasi Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus I
- Data Hasil Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Siklus II
- Statisik Skor Hasil Belajar Siklus I
- Data Hasil Observasi Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus II
- Data Hasil Peningkatan Keterampilan Berbicara Pada Siklus II
- Statistik Skor Hasil Belajar Siklus II