BAB II KAJIAN PUSTAKA
B. Kerangka Pikir
Bagan Kerangka Pikir
KTSP
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Menyimak Berbicara Membaca Menulis
MASALAH
Penerapan Metode Send A Problem
Langkah – Langkah Metote Send A Problem 1. Siklus I
2. Siklus II
PTK
Perencanaan Pelaksanaan Penilaian Refleksi
Analisis Temuan
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Jika, penggunaan metode send a problem diterapkan dengan benar. Maka, keterampilan berbicara siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Towuti Kabupaten Luwu Timur meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus.
siklus I meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Siklus II merupakan penyempurnaan atau perbaikan dari siklus I apabila masih terdapat kekurangan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
B. Subjek dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Towuti Kabupaten Luwu Timur pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014 selama dua bulan, dimulai pada bulan Oktober sampai bulan Desember 2013. Subjek penelitian adalah siswa kelas IPA II dengan jumlah siswa 34 orang, yang terdiri dari 14 laki- laki dan 20 perempuan.
C. Fokus Penelitian
Faktor yang menjadi pengamatan dan evaluasi untuk melihat keterlaksaan dan keberhasilan rencana tindak an /penelitian adalah:
1. Faktor proses, yakni pelaksanaan kegiatan pembelajaran melalui metode Send A Problem.
2. Faktor output, yakni hasil belajar siswa setelah pelaksaan pembelajaran melalui metode Send A Problem.
28
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dirancang atas dua siklus yaitu: a) siklus pertama (4 kali pertemuan) dan b) siklus dua (4 kali pertemuan). Hal-hal penting yang dilakukan pada siklus tersebut antara lain:
1. Mengidentifikasi keadaan siswa selama proses belajar mengajar berlangsung di dalam kelas untuk hal-hal sebagai berikut:
Sikap siswa terhadap model send a problem dalam proses pembelajaran.
a. Keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar.
b. Pertanyaan, jawaban, atau tanggapan yang diajukan siswa.
c. Keterampilan siswa dalam memahami bacaan yang ditugaskan baik scara individu maupun secara kelompok.
2. Melakukan analisis refleksi
Pelaksanaan tindakan sikap siklus mengikuti langkah-langkah skenario sebagai berikut:
Bagan 3.1 Adaptasi alur PTK Kammis dan Taggart (Arikunto dkk., 2009) Siklus I
a. Merancang tindakan siklus I b. Melaksanakan tindakan
c. Memantau tindakan yang dilaksanakan (observasi) d. Mengevaluasi hasil observasi
e. Mengadakan refleksi
Siklus II
a. Merancang tindakan berdasarkan pengalaman siklus I PRATINDAKA
N Perencanaan
Tindakan Refleksi
Observasi
Pelakasanaa Tindakan
Refleksi
Pelakasanaa Tindakan Observasi
SIKLUS I
SIKLUS II
Hasil Perencanaan
Tindakan
b. Melaksanakan tindakan perbaikan
c. Memantau tindakan yang dilaksanakan (observasi) d. Mengevaluasi hasil observasi
e. Mengadakan refleksi II
Selanjutnya diuraikan gambaran kegiatan yang dilakukan masing-masing siklus sebagai berikut:
1. Tahap pelaksanaan tindakan
Adapun langkah-langkah pada tindakan ini adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan tindakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disiapkan.
b. Membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen.
c. Memantau dan mengobservasi tindakan yang dilaksanakan dengan menggunakan lembar observasi.
d. Mengevaluasi 1) Tahap observasi
Pada tahap ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang memuat catatan-catatan tentang situasi yang terjadi di dalam kelas selama tindakan berlangsung.
2) Tahap refleksi
Dari hasil observasi dikumpul dan dianalisis pada tahap ini. Dari hasil yang didapatkan, peneliti dapat merefleksi diri dengan melihat hasil observasi apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa.
Hasil refleksi pada siklus I ini dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat perencanaan pada tahap siklus II, sedangkan hal-hal yang sudah baik akan dipertahankan.
Gambaran Umum Siklus II
Siklus II dilaksanakn selama empat kali pertemuan. Hal-hal pokok yang dilakukan adalah:
1. Tahap perencanaan
Pada tahap ini langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a. Melanjutkan aktivitas yang telah dilakukan pada siklus I.
b. Memperbaiki dan membenahi kelemahan siklus I.
c. Merencanakan kembali skenario pembelajaran merujuk dari hasil refleksi I.
2. Tahap pelaksanaan tindakan
Pada tahap ini, tindakan yang dilakukan sesuai dengan perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus I. Langkah-langkah yang dilkukan relatif sama dengan pelaksanaan pada siklus I dengan mengadakan perbaikan pada metode mengajar yang diterapkan.
3. Tahap observasi dan evaluasi
Pada prinsipnya observasi yang dilaksanakan pada siklus II hampir sama dengan observasi yang dilakukan pada siklus I.
4. Tahap refleksi
Dari hasil yang diperoleh pada tahap observasi dan evaluasi dikumpull dan dianalisis. Dari hasil yang didapatkan, penulis dapat membuat kesimpulan atas pembelajaran tipe send a problem yang dilakukan selama II siklus.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Lembar observasi digunakan untuk memperoleh
informasi tentang kemampuan awal siswa sebelum proses pembelajaran serta penguasaan siswa terhadap mata pelajaran setelah proses pembelajaran.
Selain lembar observasi, peneliti mengunakan lembar penilaian sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan tindakan penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Data hasil penelitian ini dikumpulkan melalui:
a. Lembar observasi yaitu untuk merekam proses belajar mengajar berlangsung berupa keberhasilan dan kelemahan tindakan yang diberikan.
b. Data tentang hasil siswa yang diperoleh dari tes pada saat proses ataupun setelah pembelajaran.
Data di atas dapat diperoleh melalui instrumen sebagai berikut:
1) Data hasil belajar pra siklus
Data diapatkan sebelum masuk dalam siklus penelitian, dilakukan di awal petemuan dengan menggunakan tes awal.
2) Data hasil observasi
Data ini dipeolah dari hasil pengamatan secara langsung proses pembelajaran yang dilakukuan oleh peneliti dengan menggunakan blangko pengamatan yang telah disusun sebelumnya. Observasi dilakukan sepanjang siklus I dan silkus II berlangsung.
3) Data hasil belajar siswa
Data hasil belajar siswa diambil pada saat proses dan setelah proses pembelajaran berlangsung. Data ini dapat berupa hasil tes tertulis sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai.
4) Data hasil belajar pasca siklus
Data ini didapatkan setelah pelaksanaan siklus I dan siklus II. Hasil data ini untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca siswa secara individu, maka dilakukan kembali evaluasi tes akhir. Tetapi apabila tes hasil siklus II sudah mencapai batas ketuntasan, dalam artian 85 % siswa yang sudah mencapai nilai 71 ke atas, maka tidak perlu dilakukan evaluasi tes akhir (tes pasca tindakan).
G. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul berupa data kuantitatif dianalisis dengan perhitungan persentase. Teknik ini digunakan untuk memperoleh gambaran umum mengenai perilaku siswa dalam proses pembelajaran, efektivitas tindakan, dan hambatan- hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas serta hasil be lajar yang dicapai siswa di setiap akhir siklus.
Metode send a problem dalam judul Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Dengan Menggunakan Metode Send A Problem, dikaitkan dengan ketuntasan belajar siswa. Adapun kriteria ketuntasan individu yang digunakan dalam penelitian in adalah siswa dianggap tuntas apabila memperoleh skor minimal 71 dari skor ideal tes hasil belajar. Sedangkan ketuntasan klasikal jika mencapai minimal 85 % siswa dinyatakan tuntas belajar. Skor ideal tes hasil belajar adalah 100,00 berarti siswa dianggap tuntas belajar jika memperoleh skor sama atau lebih dari 71.
Prosedur dalam analisis kuantitatif ini menggunakan rumus sebagai berikut:
100 maks. x
skor Jumlah
perolehan skor
Jumlah Siswa
100%
siswa x Jumlah
atas ke 71 nilai n mendapatka yang
siswa Jumlah (P)
Persentase
H. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan ini adalah bila skor rata- rata hasil belajar keterampilan berbicara siswa mengalami peningkatan menurut Depdiknas 2006. Siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh skor minimal 71 dari skor ideal dan tuntas secara klasikal 85% ke atas dari jumlah siswa yang memperoleh skor minimal 71 ke atas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dibahas hasil penelitian pada proses pembelajaran peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan model kooperatif tipe Send A Problem siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Towuti Kabupaten Luwu Timur. Adapun yang dianalisis adalah pelaksanaan tindaka pada siklus I dan siklus II.
1. Deskripsi Kegiatan Awal
Pada kegiatan awal, peneliti berkunjung ke SMA Negeri I Towuti berkaitan dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Send A Problem pada pembelajaran berbicara. Dari hasil wawancara dengan guru kelas XI IPA, maka ditetapkanlah pelaksanaan observasi pratindakan proses pembelajaran berbicara dengan mengikuti jadwal yang ada di sekolah tersebut.
a. Orientasi terhadap proses belajar mengajar
Gambaran awal pelaksanaan proses belajar mengajar peningkatan keterampilan berbicara yaitu peneliti memberikan materi wacana secara individu sebagai tes awal pemahaman berbicara dengan menjawab soal-soal sesuai materi bacaan.
b. Analisi dan refleksi awal
Hasil pengamatan (orientasi awal) pelaksanaan interaksi proses belajar mengajar yang dilaksanakan membuktikan bahwa kondisi pembelajaran
36
peningkatan keterampilan berbicara siswa masih rendah. Adapun data hasil pemberian tes awal dapat dilihat pada tabel di bawah ini
Tabel 4.1. Hasil Tes Kemampuan Awal (pra tindakan) Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Towuti.
Nilai
Jumlah siswa
Persentase
Kategori
0 – 39 40 – 60 61 – 74 75 – 89 90 – 100
- 17 9 8 -
- 50 26,47 23,52 -
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat tinggi
Jumlah 34 100,00
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dikemukakan bahwa dari 34 siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Towuti 17 siswa atau sekitar 50 % siswa yang tingkat hasil belajar bahasa Indonesia dalam hal keterampilan berbicara pada kategori masih rendah, pada kategori sedang terdapat 9 siswa atau sekitar 26,47 %, kemudian pada kategori tinggi terdapat 8 siswa atau sekitar 23,52 %.
Tabel. 4.2 Statistik Skor Hasil Belajar bahasa Indonesia murid Sebelum Menggunakan metode Send A Problem.
Statistik Nilai Statistik
Subjek 34
Skor Tertinggi 75
Skor Terendah 55
Rentang Skor 20
Skor Rata-rata 65,72
Skor Ideal 100
Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi dan Persentase Jumlah Siswa Dalam Setiap Kategori Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pra Siklus .
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
85-100 Sangat Tinggi
65-84 Tinggi 55-64 Sedang 35-54 Rendah
00-34 Sangat Rendah
Distribusi Frekuensi Jumlah Murid Dalam Setiap Kategori Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Pra Siklus
frekuensi
2. Pelaksanaan Siklus
Data setiap siklus dipaparkan secara terpisah untuk melihat adanya persamaan, perbedaan, dan perkembangan setiap siklus.
a. Siklus I (Pertama)
Siklus pertama terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
1. Perencanaan (Planning)
a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk menentukan standar kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Send A Problem
b. Membuat rencana pembelajaran kooperatif tipe Send A Problem c. Membuat lembar kerja siswa
d. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK e. Menggunakan alat evaluasi pembelajaran.
2. Pelaksanaan (Acting)
Siklus I dilaksanakan selama 3 kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan 1 kali untuk pelaksanaan tes siklus I dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Send A Problem.
Pada awal pertemuan peneliti membentuk kelompok diskusi. Peneliti memberikan motivasi kepada siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran sekaligus menyajikan informasi (materi) melalui bahan bacaan.
Setelah informasi (materi) dibagikan kepada semua kelompok, masing- masing anggota kelompok asal dengan yang sama tergabung dalam kelompok lain untuk diskusi.
Pada proses berlangsungnya diskusi kelompok, peneliti (guru) memantau setiap kelompok, membimbing, serta mengarahkan dan menjelaskan materi atau persoalan yang belum dimengerti atau dipahami. Setelah kembali dari kelompok lainnya, setiap anggota kelompok mempersiapkan untuk menyampaikan hasil tugasnya pada anggota kelompok asalnya masing-masing dan secara bergiliran siswa menyampaikan apa yang telah dibahas pada kelompok yang lain. Dalam hal ini guru menekankan pentingnya kerjasama dan kekompakan dalam kelompoknya.
3. Observasi dan Evaluasi
Di awal pertemuan siklus pertama, selama proses pembelajaran kooperatif tipe Send A Problem belum bisa mengikuti pembelajaran ini dengan baik. Hal ini disebabkan siswa belum terbiasa dengan pembelajaran ini.
Data hasil observasi selama proses pelaksanaan siklus I tercermin pada lembar observasi di bawah ini:
Tabel 4.3 : Hasil Observasi Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus 1 No Aspek yang diamati Pertemuan Ke- Rata-
Rata
Persentase I II III IV (%)
1 Jumlah siswa yang hadir pada
27 30 30 33
7,5 88,23%
saat kegiatan pembelajaran
2 Siswa yang
memperhatikan pada saat proses pembelajaran
20 23 24 30 6,06 17,64%
3 Siswa yang aktif dalam
Pembelajaran 10 12 11 10 2,10 34,55%
4 Siswa yang masih perlu bimbingan
Dalam berbicara
30 10 11 10 3,81 11,20%
5 Siswa yang kurang terampil dalam
berbicara dengan baik dan benar
15 13 4 4 2,25 6,61%
6 Siswa yang mampu berbicara dengan baik dan benar
4 4 6 3 4,25 12,5%
7 Siswa yang melakukan aktifitas
negatif pada saat
pembelajaran
(main-main, ribut, keluar
masuk kelas,
menganggu, dan lain- lain)
9 6 6 2 1,43 4,20%
Pada tabel 2 di atas diperoleh bahwa pada siklus I dari 34 siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran sebanyak 88,23 %; siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran sebanyak 17,64 %; siswa yang aktif dalam pembelajaran 34,55%; siswa yang masih perlu bimbingan sebanyak 11,20%;
siswa yang kurang terampil dalam berbicara sebanyak 6,61 %; siswa yang mampu berbicara dengan baik dam benar sebanyak 12,5%; siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, keluar masuk kelas, mengangu, dan lain-lain) mencapai 4,20 %.
Sedangkan data hasil tes siklus I terdapat pada table di bawah ini:
Tabel 4.4 Data Hasil Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri I Towuti pada Siklus 1
Nilai Jumlah sis wa Persentase (%) Kategori 0 – 39
40 – 60 61 – 74
3 6 -
8,82 17,64
-
Sangat rendah Rendah Sedang
75 – 89 90 – 100
25 -
73,52 -
Tinggi Sangat tinggi
Jumlah 34 100
Dari tes siklus I di atas tergambar bahwa dari 34 siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Towuti, 3 siswa atau 8,82% pada kategori sangat rendah; pada kategori rendah mencapai 6 siswa atau 17,64%; kemudian pada kategori tinggi sebanyak 25 siswa atau 73,52%.
Jadi, dari tabel 4.4 di atas dapat disimpulkan bahwa yang mencapai batas ketuntasan sekitar 25 siswa atau 73,52 %, sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan yaitu 9 siswa atau 26,47%.
Tabel 4.5 Statistik Skor Hasil Belajar Siklus I Kelas XI IPA SMA Negeri I Towuti
Statistik Nilai Statistik
Subjek 34
Skor Tertinggi 87,5
Skor Terendah 25
Rentang Skor 62,5
Skor Rata-rata 69,11
Skor Ideal 100
Nilai Variansi 418,31
Standar Deviasi 21,93
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi dan Persentase Jumlah Siswa Dalam Setiap Kategori Hasil Belajar Bahasa Indonesia siklus I.
4. Refleksi
Di awal pertemuan pertama dan kedua sebagian siswa belum dapat mengikuti pembelajaran ini dengan baik, hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan pembelajaran ini dan masih perlu beradaptasi. Dari hasil pengamatan sering terjadi keributan terutama dalam pembagian kelompok, perpindahan untuk diskusi baik dari kelompok asal ke kelompok ahli maupun sebaliknya, selain menimbulkan keributan juga membutuhkan waktu yang banyak untuk mengarahkan siswa untuk berdiskusi pada tempatnya, penyebab yang lain adalah banyaknya waktu yang terbuang karena siswa masih bingung dengan pembelajaran ini.
Secara umum selama penelitian berlangsung hingga akhir siklus I semangat belajar siswa semakin nampak, mereka semakin bias bekerjasama
0 5 10 15 20 25 30
85-100 Sangat Tinggi
65-84 Tinggi 55-64 Sedang 35-54 Rendah
00-34 Sangat Rendah
Distribusi Frekuensi Jumlah Murid Dalam Setiap Kategori Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Siklus 1
frekuensi
dengan anggota kelompoknya meskipun masih ada beberapa kelompok yang masih belum bisa beradaptasi dan berkomunikasi dengan baik. Pada akhir siklus I siswa diberi tes untuk menentukan sejauh mana kemampuan mereka atas materi yang telah diberikan dan dibahas selama siklus I. Pelaksanaan berjalan dengan lancar meskipun masih ada siswa yang bekerjasama bahkan mengantuk dengan temannya. Demikian pula pada proses belajar mengajar masih terlihat siswa yang masih pasif, siswa yang demikian umumnya kurang memahami materi yang diberikan.
Maka dari itu, perlu dilanjutkan pada siklus II, dengan perencanaan sebagai berikut:
a) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.
b) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
c) Memberikan pengakuan dan penghargaan (reward).
b. Siklus II (Kedua)
Seperti pada siklus pertama, siklus kedua ini terdiri dari perencanan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan refleksi.
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan pada siklus kedua didasarkan pada perencanaan siklus pertama, yaitu:
a) Memberikan motivasi kepada kelompok agar lebih aktif lagi dalam pembelajaran.
b) Lebih intensif membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
c) Memberikan pengakuan dan penghargaan.
d) Membuat perangkat pembelajaran metode Send A Problem yang lebih mudah dipahami siswa.
2. Pelaksanaan (Acting)
Aktivitas yag dilakukan pada siklus II merupakan tindak lanjut dai siklus I.
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan sebagai perbaikan dari siklus sebelumnya dengan tindakan-tindaka yang diasari oleh hasil observasi dan evaluasi serta refleksi. Pelaksanaan siklus II berlangsung 4 kali pertemuan, termasuk 1 kali pertemuan tes siklus II.
3. Observasi dan Evaluasi
Pada siklus II, model Send A Problem yang diterapkan mengalami peningkatan, siswa mulai beradaptasi dengan kelompoknya, kerjasama sudah mulai terorganisir dengan baik, sehingga siswa termotivasi untuk belajar.
Hal tersebut bisa dilihat pada data hasil observasi di bawah ini:
Tabel 4.6 Data Hasil Obsevasi Siswa Selama Mengikuti Pembelajaran Siklus II.
No Aspek yang diamati Pertemuan Ke- Rata- Rata
Persentase (%) I II III IV
1 Jumlah siswa yang hadir pada
saat kegiatan
pembelajaran
33 33 33 34 8,31 97,79%
2 Siswa yang memperhatikan pada
saat proses
pembelajaran
24 27 27 33 7 81,61%
3 Siswa yang aktif dalam Pembelajaran
10 17 14 15 3,5 41,17%
4 Siswa yang masih perlu bimbingan
Dalam berbicara
25 15 9 8 3,56 41,91
5 Siswa yang kurang terampil dalam berbicara
11 9 3 8 1,93 22,79
6 Siswa yang mampu berbicara dengan baik dan benar
4 8 8 5 1,56 18,38
7. Siswa yang melakukan aktifitas
negatif pada saat pembelajaran
(main-main, ribut,
8 4 4 2 1,12 13,23
sering keluar masuk kelas, menganggu, dan lain-lain)
Pada tabel 4.5 di atas diperoleh bahwa pada siklus II dari 34 siswa yang hadir pada saat kegiatan pembelajaran sebanyak 97,79 %; siswa yang memperhatikan pada saat proses pembelajaran sebanyak 81,61 %; siswa yang aktif dalam pembelajaran 41,17 %; siswa yang masih perlu bimbingan sebanyak 22,79 %; siswa yang kurang terampil dalam berbicara sebanyak 18,38 %; siswa yang mampu berbicara dengan baik dan benar mencapai 18,38 %; siswa yang melakukan aktifitas negatif selama proses pembelajaran (main-main, ribut, keluar masuk kelas, menganggu, dan lain-lain) mencapai 13,23 %.
Sedangkan data hasil tes siklus II tergambar pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.7 Data Hasil Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri I Towuti pada Siklus II
No
Nilai Jumlah
siswa
Persentase (%)
Kategori
1.
2.
3.
4.
0 – 34 35 – 54 55 – 64 65 – 84
1 - - 15
2,94 - - 44,11
Sangat rendah Rendah Sedang Tinggi
5. 85 – 100 18 52,94 Sangat tinggi
Jumlah 34 100
Dari tes siklus II di atas tergambar bahwa dari 34 siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Towuti, 1 siswa atau 2,94% siswa yang tingkat hasil belajar bahasa Indonesia dalam hal keterampilan berbicara pada kategori sangat rendah; pada kategori tinggi sebanyak 15 siswa atau 44,11%; kemudian pada ketegori sangat tinggi sebanyak 18 siswa atau sekitar 52,94% .
Jadi, dari tabel 4.6 di atas dapat disimpulkan bahwa yang mencapai batas ketuntasan sekitar 33 siswa atau 97,05%, sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan hanya 1 siswa atau 2,94%.
Tabel 4.8 Statistik skor Siklus II Kelas XI SMA Negeri I Towuti
Statistik Nilai Statistik
Subjek 34
Skor Tertinggi 90
Skor Terendah 65
Rentang Skor 25
Skor Rata-rata 79,84
Skor Ideal 100
Nilai Variansi 48,42
Standar Deviasi 6,95
Gambar 4.3 Grafik Distribusi Frekuensi Dan Persentase Jumlah Siswa Dalam Setiap Kategori Hasil Belajar Matematika sebelum siklus.
4. Refleksi
Siklus II berlangsung 4 kali pertemuan, termasuk tes siklus II. Pada siklus kedua ini, siswa sudah bisa melaksanakan proses pembelajaran tipe Send A Problem. Kerjasama mulai terorganisir dengan baik sehingga kegiatan diskusi kelompok terlihat kompak dan berlangsung dengan tertib, suasana yang biasanya ribut dan menyita banyak waktu mulai berkurang.
Pada siklus kedua ini, kendala-kendala yang dihadapi siklus I sudah bisa teratasi, siswa yang biasanya melakukan kegiatan di luar materi pembelajaran mulai berkurang, bahkan siswa yang tadinya pasif sudah mulai aktif.
Dari hasil pengamatan ini, memberikan indikasi bahwa perinsip pembelajaran kooperatif khusunya pada tipe Send A Problem yang mengarah pada kerjasama, saling ketergantungan yang positif dapat terpenuhi.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
85-100 Sangat Tinggi
65-84 Tinggi 55-64 Sedang 35-54 Rendah
00-34 Sangat Rendah Distribusi Frekuensi Jumlah Murid Dalam Setiap Kategori Hasil
Belajar Matematika Pada Siklus 1
frekuensi
3. Deskripsi Kegiatan Akhir
Seperti yang telah disebutkan pada tes pengumpulan pada poin kedua bagian keempat, bahwa apabila tes hasil siklus II sudah mencapai batas ketuntasan, dalam artian 85% siswa yang sudah mencapai nilai 71 ke atas, maka tidak perlu dilakukan evaluasi tes akhir (tes pasca tindakan).
B. PEMBAHASAN
Berdasarkan penyajian hasil penelitian secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif sebelumnya dapat dinyatakan bahwa ada peningkatan kemampuan berbicara siswa dengan menggunakan metode Send A Problem siswa kelas XI IPA SMA Negeri I Towuti dibanding siswa yang diajar tanpa menggunakan strategi Send A Problem. Selain itu, hasil kemampuan berbicara yang menggunakan metode Send A Problem lebih tinggi dibandingkan dengan kemampuan berbicara tanpa menggunakan Metode Send A Problem.
Kemampuan berbicara siswa tanpa menggunakan metode Send A Problem siklus I dikategorikan sangat rendah, sedang dan tinggi, sedangkan kemampuan berbicara siswa dengan menggunakan metode Send A Problem siklus II dikategorikan tinggi dan sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan berbicara dengan menggunakan Metode Send A Problem.
Dapat dinyatakan bahwa persentase kemampuan berbicara bahasa Indonesia siswa pada siklus I sebesar 73,52% atau 25 orang dari 34 siswa berada dalam kategori tuntas dan 26,47% atau 9 orang dari 34 siswa berada dalam kategori tidak tuntas. Hal ini berarti bahwa terdapat 9 orang dari 34 siswa yang
perlu perbaikan karena belum mencapai kriteria ketuntasan individual, sedangkan pada siklus II persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 97,05% atau 33 dari 34 siswa berada dalam kategori tuntas dan 2.94% atau 1 dari 34 siswa berada pada kategori tidak tuntas. Dari siklus I sampai siklus II, kemampuan berbicara bahasa Indonesia siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan.
Berdasarkan kriteria hasil belajar mengenai ketuntasan kelas, yaitu 85%, data hasil penelitian pada siklus dua dianggap tuntas kelas di mana yang tuntas mencapai 97,05% dari 34 orang siswa. Penelitian ini telah berhasil sesuai tujuan yang ingin dicapai, yaitu peningkatan keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan Metode Send A Problem.