PEDOMAN TEKNIS
TUGAS PEMBANTUAN PENGEMBANGAN MUTU KOPI
?yp Iii , ? 1 c.,
' 36 0
DIREKTORAT MUTU DAN STANDARDISASI
DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN
HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
2O12
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kegiatan Tugas Pembantuan Pengembangan Mutu Kopi telah selesai disusun.
Pedoman Teknis ini merupakan acuan bagi dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi maupun Kabupaten/Kota yang mendapat alokasi dana Tugas Pembantuan (TP) untuk kegiatan dimaksud.
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kegiatan Tugas Pembantuan Pengembangan Mutu Kopi mencakup: tujuan, sasaran, pola pikir pencapaian sasaran kegiatan;
pelaksanaan kegiatan yang terdiri dan i aspek administrasi dan aspek teknis; pengawalan dan pembinaan;
pengendalian dan pelaporan.
Kami menyadari bahwa pedoman ini masih belum sempurna, untuk itu saran yang membangun dan i pembaca sangat diharapkan untuk penyempurnaannya di masa depan. Semoga pedoman ini dapat bermanfaat.
Jakarta, Januari 2012
Direktur Mutu dan .• • - rdisasi
I Dr. Ir. Garxlj NIP. 195$0
'
-
i
M.Agr.St 8709.1.001
DAFTAR ISI
Halaman
I PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Tujuan 5
1.3 Sasaran 5
1.4 Pola Pencapaian sasaran Kegiatan 5
II PELAKSANAAN KEGIATAN 6
2.1 Aspek Administrasi 6
2.2 Aspek Teknis 9
III PENGAWALAN DAN PEMBINAAN 10
IV PENGENDALIAN 12
V PELAPORAN 13
VI KETENTUAN LAIN 13
VIII PENUTUP 14
LAMPIRAN 16
7a944 Puafi2#ta4 ( erye.6aaga c z
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Mutu merupakan salah satu kunci dalam daya saing suatu produk, tak terkecuali pada produk pertanian, baik yang dipasarkan dalam bentuk segar maupun olahan yang dipasarkan untuk pasar dalam negeri maupun ekspor. Untuk dapat meningkatkan mutu hash pertanian, perlu diupayakan perbaikan mutu mulai dan i masa pra panen, panen, pasca panen dan pengolahan sebagai suatu rantai yang saling terkait.
Perbaikan mutu pada pra panen dapat dilakukan dengan menerapkan cara budidaya yang baik (Good Agricultural Practices), sedangkan pada pasca panen dan pengolahan dapat ditingkatkan dengan penerapan cara penanganan yang baik (Good Handling Practices) dan cara pengolahan yang balk (Good Manufacturing Practices).
Dengan penerapan GAP, GHP, dan GMP secara konsisten, sebagai langkah awal penerapan sistem HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) akan dapat menjamin mutu produk yang dihasilkan.
Upaya peningkatan mutu di sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan, masih perlu mendapat perhatian khusus untuk memenuhi kriteria mutu yang diinginkan oleh pasar. Produk perkebunan pada umumnya masih dipasarkan dalam bentuk primer sehingga bernilai rendah dan rentan terhadap fluktuasi harga.
Kecenderungan yang terjadi dewasa ini, harga
_
7"944 Pem4 a« P em4 a Roa
3
komoditas primer perkebunan semakin lama semakin menurun sedangkan harga produk olahannya semakin meningkat. Kondisi ini menuntut upaya diversifikasi pengolahan produk hasil perkebunan dikembangkan, sehingga mempunyai nilai ekonomi yang cukup tinggi, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun untuk tujuan ekspor.
Menyadari hal tersebut, maka pendekatan pembangunan subsektor perkebunan ke depan diarahkan kepada pengembangan produk, dan bukan lagi pada pengembangan komoditas.
Pengembangan produk subsektor perkebunan khususnya produk kopi, upaya pendekatannya lebih difokuskan pada pengembangan mutu melalui penerapan sistem jaminan mutu. Dengan penerapan sistem jaminan mutu dalam proses produksi kopi, dengan didukung pembinaan dan pengawasan intensif diharapkan petani atau kelompok tani mampu menerapkan sistem jaminan mutu secara konsisten dalam kurun waktu yang ditetapkan. Konsistensi penerapan sistem jaminan mutu merupakan salah satu unsur yang disyaratkan dalam sertifikasi Indikasi Geografis (IG).
Untuk beberapa daerah yang memiliki produk kopi dengan cita rasa yang spesifik dikaitkan dengan kondisi geografisnya, maka perlu mempersiapkan proses sertifikasi IG dengan tahapan sebagai berikut: 1) Pembentukan masyarakat IG; 2) Penerapan Sistem Jaminan Mutu selama 3 (tiga) tahun berturut-turut ; 3) Permohonan sertifikasi IG.
7agaa Pe a~ia.rtaaaa eK9em6a %9a c 7ffusu Zoti
Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hash l Pertanian, melalui tugas pembantuan menyusun program pengembangan mutu kopi untuk mendukung pemasaran hasil di subsektor perkebunan yang pada gilirannya mampu meningkatkan nilai tambah produk dan kesejahteraan petani.
1.2 Tujuan
Pedoman Teknis Pengembangan Mutu Kopi disusun dengan tujuan antara lain sebagai berikut a. Sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu kopi melalui dana Tugas Pembantuan
b. Menyamakan persepsi tentang pelaksanaan peningkatan mutu kopi.
c. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para pelaksana dalam melaksanakan kegiatan pengembangan mutu kopi
1.3 Sasaran
Para pelaksana kegiatan Tugas Pembantuan Pengembangan Mutu Kopi di 16 Provinsi dan 34 Kabupaten (lampiran I) dalam rangka peningkatan daya saing melalui perbaikan mutu kopi, sebagaimana tercantum pada Lampiran 1.
1.4 Pola Pikir Pencapaian Sasaran Kegiatan
Dalam rangka meningkatkan Nilai Tambah Daya Saing (NTDS) kopi, perlu dibangun agribisnis
74944 Pem6 P e « z
pedesaan yang menghasilkan produk kopi bermutu dan aman dikonsumsi. Adapun persyaratan pembangunan agribisnis pedesaan meliputi:
a. Sumberdaya (potensi produk kopi yang mencukupi, SDM pengelola usaha yang kompeten)
b. Teknologi yaitu dukungan alat dan sarana pasca panen dan pengolahan hash l yang memadai, sesuai dengan kebutuhan dan prasarana yang tersedia, sebagai gambaran dapat dilihat pada Lampiran 2.
c. Modal usaha, khususnya untuk pembelian bahan baku dan i anggota kelompok
d. Adanya jaminan pasar II. PELAKSANAAN KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan dibagi dalam 2 (dua) kelompok kegiatan yaitu:
2.1. Aspek Administrasi
a. Persiapan, meliputi: Penetapan OP/CL, Pembuatan Rekening Kelompok, Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK), Pembuatan dan Penandatanganan Naskah Perjanjian Kerjasama.
b. Meknisme Transfer Dana, meliputi Permohonan Pencairan Dana, Penerbitan Surat Permintaan Pembayaaran (SPP) dan Surat Perintah Membayar (SPM), Penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), adapun
i
skema pencairan dana sebagaimana digambarkan pada skema sebagai berikut :
4 (SPP)
KPA P4
(Kuasa Pengguna Pejabat Penguji
Anggaran) dan Perintah
Pembayaran) A
3 (RUKK)
Bendahara PPK
(Pejabat Pembuat Komitmen)
2 (RUKK) Korlap/Tim Teknis
(Koordinator Lapangan/Tim Teknis)
5(SPM) KPPN
6(SP2D danTransfer Dana Bansos)
1 (RUKK) Ketua Kelompok
Sasaran Bantuan Sosial
Keterangan skema:
7g944 2e'fJa e4944 ff4t4z
• Ketua Kelompok Sasaran Bantuan Sosial mengajukan Surat Permohonan Pencairan Dana dilampiri Rencana Usulan Kegiatan Kelompok (RUKK) kepada pemegang anggaran (PPK/KPA) melalui Koordinator Lapangan/Tim Teknis.
• Surat permohonan beserta RUKK oleh Koordinator
Lapangan/Tim Teknis dilakukan
penelitian/penalaahan lebih lanjut sebelum diteruskan ke PPK
• Oleh PPK, konsep surat dan RUKK dipelajari dan ditelaah menyangkut kebenaran dan keabsahannya
• Surat permohonan dan RUKK untuk selanjutnya diajukan ke Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yaitu Kepala Dinas Kabupaten/Kota sebagai dasar pembuatan/penerbitan SPP
• SPP yang diterbitkan oleh KPA selanjutnya diajukan ke Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran (P4) sebagai dasar penerbitan SPM
• Oleh Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran, SPM diajukan ke KPPN guna penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D)
• SP2D tersebut sebagai dasar transfer dana kepada Ketua Kelompok Sasaran penerima bantuan sosial
c. Penarikan dan Pemanfaatan Dana, meliputi Penarikan oleh Ketua Kelompok Sasaran, Pemanfaatan dan Pembelanjaan Dana, Pelaksanaan Pekerjaan Fisik di Lapangan, Serah Terima Hasil Pekerjaan
7uyao Pu..Ga.Qua.c mea.r ga.c llulu Raai
d. Pembinaan dan Pertanggungjawaban, meliputi:
Pembinaan Pelaksanaan Bantuan Sosial, Pertanggungjawaban
Secara lebih jelas pelaksanaan administrasi dapat mengacu pada Pedoman Umum Pengelolaan Bantuan Sosial Kegiatan Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian Tahun 2011 dan Peraturan Menteri Keuangan No. 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
2.2. Aspek Teknis
a. Kriteria Penerima Bantuan
Kriteria Gapoktan Penerima Bantuan, adalah sebagai berikut :
1) Memiliki organisasi dan kepengurusan yang diusulkan oleh Kepala Dinas dan disyahkan oleh Bupati
2) Mempunyai tempat usaha / sarana untuk tempat bantuan yang akan diterima;
3) Mempunyai luas lahan usaha minimal 50 ha (lahan usaha anggota);
4) Mempunyai kemampuan teknis dan manajemen usaha yang baik
5) Mempunyai sumberdaya manusia yang siap untuk mengelola dan operator yang terampil
7a9aa lei 6a rtaa oJa«gaa ?F1atu
Kegiatan Pengawalan dan Pembinaan Pemanfaatan Alat dan Sarana Pengembangan Mutu di masing- masing tingkat mempunyai tugas sebagai berikut : 1. Tingkat Pusat
a. Menyusun pedoman teknis untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan
b. Menggalang kerjasama kemitraan dengan provinsi dan kabupaten dalam melaksanakan advokasi, pengendalian, pemantauan dan evaluasi
c. Melaksanakan pengawalan dan pembinaan dan pemanfaatan alat dan sarana
d. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pengadaan alat dan sarana di pusat dan provinsi
2. Tingkat Provinsi
a. Menyusun jukiak pengadaan alat dan sarana di provinsi yang mengacu kepada pedoman teknis pusat
b. Melaksanakan sinkronisasi dan koordinasi lintas sektoral di tingkat propinsi dalam rangka pengadaan alat dan sarana di provinisi
c. Melaksanakan pelatihan, bimbingan teknis, dan manajemen alat dan sarana
d. Menyusun dan melaporkan hasil pemantauan dan pengendalian serta menyampaiakan laporan ke pusat (Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Kementerian Pertanian)
3. Tingkat Kabupaten
744 P4 4(4$ qux6a.94.c tutu Z&
a. Menyusun petunjuk teknis (JUKNIS) dengan mengacu kepada pedoman teknis dan petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) disesuaikan dengan kondisi teknis, ekonomi, sosial budaya setempat (spesifikasi lokasi)
b. Melakukan sosialisasi dan seleksi calon gapoktan penerima alat dan sarana
c. Melakukan pembinaan, pelatihan, bimbingan teknis, dan manajemen penggunaan alat dan sarana di daerahnya
d. Melakukan pemantauan, pengendalian, dan evaluasi
IV. PENGENDALIAN
Pengendalian kegiatan dilakukan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan Kuasa Pengguna Anggaran. Proses pengendalian di setiap wilayah direncanakan dan diatur oleh masing—masing instansi, dengan memperhatikan 6 tahap kritis kegiatan yaitu:
1. Tahap Sosialisasi yang dilakukan oleh tim pengarah/ pembina di tingkat pusat/ provinsi dan tim teknis di kabupaten / kota
2. Tahap Persiapan pelaksanaan seleksi calon kelompok sasaran dan calon lokasi yang dilakukan oleh tim teknis kabupaten/ kota
3. Tahap penyaluran dana bantuan sosial ke rekening kelompok
4. Tahap Pencairan dana bantuan sosial yang dilakukan oleh kelompok
5. Tahap kebenaran serta ketepatan pemanfaatan dana bantuan sosial yang dilakukan oleh kelompok
79a4 J4.ftua genr~a.s94 tutu <Oft
6. Tahap pengembangan usaha produktif yang dilakukan oleh kelompok.
V. PELAPORAN
Secara umum pelaporan mengacu pada Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Tahun 2012, untuk kegiatan Pengembangan Mutu Hasil Pertanian secara teknis dilaporkan kepada Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian c.q Direktur Mutu dan Standardisasi. Perkembangan pelaksanaan kegiatan APBN-TP TA 2012 dilaporkan secara berkala mencakup :
1. Pelaksanaan pengadaan alat dan sarana serta distribusinya untuk pengukuran fisik kegiatan penanganan mutu kopi _ _ -
2. Perkembangan usaha produk oleh Kelompok Tani/ Gapoktan, meliputi : produksi, pemasaran, dan masalah/ kendala yang dihadapi.
3. Perkembangan kelembagaan Kelompok Tani/
Gapoktan.
Pada akhir tahun anggaran, pelaksana kegiatan wajib menyampaikan Laporan Akhir.
VI. KETENTUAN LAIN
Dalam pengembangan mutu kopi ini terdapat kegiatan pengadaaan alat dan sarana, bimbingan teknis penerapan jaminan mutu, pendampingan penerapan jaminan mutu dan sertifikasi yang merupakan suatu rangkaian kegiatan berkesinambungan. Oleh karena itu, tahap penyaluran dana bantuan sosial ke rekening kelompok pelaksanaannya paling
7uyaa aatua.c Peu 9eu 4a 9auTutu Zoe
lambat bulan Maret 2012, sedangkan untuk pengadaan alat dan sarana oleh Kelompok Tani/ Gapoktan paling lambat selesai Bulan Mei 2012, dilanjutkan dengan pendampingan penerapan jaminan mutu oleh fasilitator yang sudah bersertifikat dan dilakukan pengawasan mutu kopi secara internal oleh pengawas mutu kopi yang sudah bersertifikat, sehingga pada bulan November 2012 dapat dilakukan sertifikasi.
Untuk mendukung penerapan jaminan mutu, akan diadakan Bimbingan Teknis Fasilitator Kopi masing-masing 3 (tiga) orang dan Bimbingan Teknis Pengawas Mutu Kopi masing-masing 2 (dua) orang petugas yang berasal dan i Kabupaten penerima Tugas Pembantuan. Penyelenggaraan bimbingan teknis dilaksanakan melalui dana dekonsentrasi di Provinsi yang ditunjuk.
VII. PENUTUP
Standar dan sistem standar mutu merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dani pembinaan mutu hasil pertanian sejak proses produksi bahan baku hingga produk di tangan konsumen. Penerapan sistem jaminan mutu secara optimal sebagai alat pembinaan mutu hasil pertanian bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses produksi di bidang pertanian termasuk sub:, sektor perkebunan. Yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya saing dan mendorong kelancaran pemasaran komoditi pangan serta mendorong berkembangnya investasi di sektor pertanian.
7a as mfi4 di a.c Pe geKyemi4Kga,c 7X a xa~ii 14
Program Pembinaan Mutu Hasil Pertanian merupakan salah satu terobosan menuju terciptanya hasil pertanian yang bermutu, berdaya saing, dan merupakan iangkah strategis yang diharapkan mampu memacu pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesempatan kerja, meningkatkan kesejahteraan petani, dan pengembangan perekonomian wilayah/ daerah.
'7ugaa DrkeaKluai Dgu ga« 711utu Zak 15 .
LAMPIRAN
7uyaa em6a4d a r yemdaaya cXaeaz
LAMPIRAN 1.
Lokasi Penerima Dana Tugas Pembantuan Pengembangan Mutu Kooi Tahun 2012
No Provinsi Kabupaten
1 Aceh Bener Meriah
2 Sumut Tapanuli Selatan
3 Sumbar Solok Selatan
4 Sumsel Empat lawang
5 Bengkulu Rejanglebong
Kepahiang Bengkulu tengah
6 Lampung Lampung Barat
Tanggamus Waykanan
7 Jawa Barat Kab. Bandung
Garut 8 Jawa Tengah Banjarnegara
Magelang Semarang Wonosobo
9 Jawa Timur Lumajang
Bondowoso Pasuruan
10 Bali Badung
Buleleng Tabanan
11 NTB Dompu
12 NTT Ngada
13 Sulawesi Utara Bolaang Mangondow Timur 14 Sulawesi Tengah Toli-Toli
15 Sulawesi Selatan Bulukumba Enrekang Gowa Janeponto Pinrang Sinjai Tana Toraja
16 Papua Pegunungan Bintang
LAMPIRAN 2.
Spesifikasi Alat dan Mesin Pengolahan Kopi Sekunder NO ALAT DAN
MESIN
SPESIFIKASI
1 Mesin sangrai kopi
Kapasitas 10 kg/batch (1 batch = 30-45 menit)
Persyaratan : biji kopi yang akan disangrai harus memiliki kadar air 12 -13 %
Terdiri dan i komponen : a. Silinder sangrai :
- Dimensi : 750 x 350 mm [P x D]
- Bahan : Stainless steel b. Silinder pendingin :
- Dimensi : 920 x 530 mm [D x T] , - Tinggi bagian dalam 170 mm - Bahan : Besi plat (tebal bahan 5 mm) - Blower: % PK, 220 V
Sumber energi :
- Sumber panas burner minyak tanah - Penggerak motor listrik 1/2 HP, 220 V Dilengkapi dengan silinder pendingin, kipas sentrifugal dan penunjuk suhu.
Sistem pemanasan biji : tidak langsung lewat dinding sangrai yang terbuat dan i pelat alumunium
Rangka mesin : Baja profil kotak
Dimensi keseluruhan Mesin (PXLXT) mm:
1150 x710 x 1500
7 aw(a«tua« paageaxI4~gaaa 7f~utu i~aJi
■ Kapasitas 50 kg/batch (1 batch = 30-45 menit)
Persyaratan : biji kopi yang akan disangrai harus memiliki kadar air 12 —13 % Terdiri dari komponen
a. Silinder sangrai :
- Dimensi : 1000 x 640 mm [P x D]
- Bahan : Stainless steel b. Silinder pendingin :
- Dimensi :2000 x 610 mm [D x T] , tinggi bagian dalam 230 mm
- Bahan: Besi plat (tebal bahan 5 mm) Sumber energi :
- Sumber panas burner minyak tanah - Penggerak motor listrik 1 HP, 220 V Dilengkapi dengan silinder pendingin, kipas sentrifugal dan penunjuk suhu.
Sistem pemanasan biji : tidak langsung lewat dinding sangrai yang terbuat dari pelat alumunium
Rangka mesin : Baja profit kotak
Dimensi keseluruhan Mesin (PXLXT) mm:
1550 x 1200 x 2300 2 Mesin pembubuk
kopi sangrai [grinder]
• Kapasitas 15 kgljam, Type piringan Persyaratan : Bahan yang digunakan adalah biji kopi yang sudah disangrai dengan Kadar Air = 3 - 5 %
Terdiri dari komponen : - Lubang pemasukan bahan
Dimensi : 220 x 210 x 330 mm [PxLxT]
Bahan : Alumunium besi siku - siku - Piringan penggiling :
Dimensi 70 x190 mm [DxT]
Bahan : Stainless steel
Sumber energi : Penggerak energi motor
749aa pe*fi4 4ag ea9e4K6a.rga.c 7llatu ~aJeC
.19
:~
Dimensi 520 x 590 mm [DxT]
Bahan : Stainless steel Sumber energi :
Penggerak energi motor listrik 20 PK / mesin diesel 20 PK lokal ber—SNI
Di lengkapi dengan meja kerja dan ruang pengumpul hasil bubuk [boks plastik]
Transmisi : Sabuk karet V di lengkapi dengan kopling dan pelindung
Rangka mesin : Baja profil kotak Dimensi keseluruhan mesin (PXLXT) mm 1500 X 1000 X 2000
3 Pengemas manual
Kapasitas: 60 bungkus/jam Tipe injak p = 20 cm,
kemasan yang digunakan alumunium foil dan plastik
Daya listrik 400 W, 220 Volt
Dimensi (PXLXT) mm : 340 X 350 X 850 4 Pengemas vakum
mini
Kapasitas 3 bungkus kemasan aluminium @ Og/batch
Penggerak pompa vakum l/2 HP, 220 V.
Transmisi : sabuk karet V Rangka mesin : baja profil kotak Dimensi (P X L X T)mm : 340X350X850 5 Pengemas vakum
kotak
Kapasitas 10 bungkus kemasan aluminium
@ 250g/batch
Penggerak pompa vakum 1HP, 220 V.
Transmisi : sabuk karet V Rangka mesin : baja profil kotak Dimensi (P X L X T) mm : 850X670X900 6 Kemasan
aluminium (min.
5.000 lembar)
Max. isi kemasan @250 g bubuk kopi atau cokelat,
minimal pesan 5000 lembar.
Dimensi (P X L X T)mm : 230 X 80 7 Alat sangrai uji
cita rasa kopi
Kapasitas 100 glbatch [1 batch = 7menit], Persyaratan : kadar air awal biji kopi 12%
Pemanas listrik 1500 W
Dimensi (P X L X T) mm : 480 X 220 X 240 7a9aa exSanluaa Pe+rgem aggaa 1/t4 Zoei
8 Alat sangrai uji cita rasa kopi lengkap [roaster, grinder dan meja
Kapasitas roaster 100 g/batch [1 batch = 7menit]
Persyaratan : kadar air awal biji kopi 12%
- Terdiri dan i komponen : a. Silinder sangrai :
- Dimensi : 480 x 220 x 240 mm [PxLxT]
- Bahan : Stainless steel
- Wadah penampung : Bahan SS (190 x 210 mm)
b. Pembubuk kopi (grinder) : - Kapasitas grinder 5,5 kg/jam
- Dimensi : 220 x 210 x 520 mm [PxLxT]
- Bahan : Besi plat
- Sumber energi : 1 HP, 0.75 KW Dilengkapi dengan blower dan tempat untuk mendinginkan kopi.
Sumber energi :
- Pemanas listrik 1500 W - Penggerak motor listrik'/2 HP
Dimensi mesin keseluruhan (P X L X T) mm:
1110x350x1180
744 PemSa vtua K94 Xutu o~ii
LAMPIRAN 3. Spesifikasi Alat Pengolahan Kopi Beras
Mesin Pulper
Mesin Penqupas Bill Kopi
Mesin Pulper Mekanis
Mesin Pencuci Kopi tipe
7~ya4 eme
Ja€9ac zOftt
Mesin Pencuci
Mesin Sortasi Kopi Mekanis Tipe Meja Getar
Mesin Pengupas Biji
Pengupas Kulit Kopi Kering (Huller)
7ugaa ~ m6ia.ctua.c Peage4Jaagaa 7llutu zo,~i
DIREKTORAT MUTU DAN STANDARDISASI
DIREKTORAT JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN JI. Harsono RM No. 3 Ragunan-Jakarta 12550
Gedung D Lantai 3 PO Box 83/12001/Kbypm
Telpon : 0062-21-7815881, 0062-21-78842568 Fax :0062-21-7811468