• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indikator Kinerja Sasaran Program Termanfaatkannya Sarana Produksi Pertanian Sesuai dengan Kebutuhan (IKSP-2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Indikator Kinerja Sasaran Program Termanfaatkannya Sarana Produksi Pertanian Sesuai dengan Kebutuhan (IKSP-2)"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

3.3.2. Indikator Kinerja Sasaran Program Termanfaatkannya Sarana Produksi Pertanian Sesuai dengan Kebutuhan (IKSP-2)

Sasaran program ini memiliki indikator kinerja sasaran program yaitu Tingkat Kemanfaatan Sarana Produksi Pertanian Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian.

3.3.2.1. Indikator Kinerja Tingkat Kemanfaatan Sarana Produksi Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (IKSP-2, IK-3)

Berdasarkan perhitungan pencapaian kinerja Tingkat Kemanfaatan Sarana Produksi Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebagaimana perhitungan pada point 3.2.2.1.

maka realisasi atas indikator adalah sebesar 84,11% atau tercapai 103,73% dari target indikator sebesar 81,33% sehingga untuk pencapaian indikator ini masuk dalam katagori sangat berhasil.

Pencapaian atas indikator tingkat pemenuhan prasarana pertanian dapat dilihat pada tabel 16 berikut.

Tabel 16. Capaian Indikator Kinerja Tingkat Kemanfaatan Sarana Produksi Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

Keberhasilan atas indikator Tingkat Kemanfaatan Sarana Produksi Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian didukung atas keberhasilan indikator antara lain :

3.3.2.1.1. Indikator Kinerja Tingkat Kemanfaatan Distribusi Pupuk dan Pestisida (IKSP-2, IK-3, 3.1)

Berdasarkan perhitungan pencapaian kinerja Tingkat Kemanfaatan Distribusi Pupuk dan Pestisida sebagaimana perhitungan pada point 3.2.2.1.1. maka realisasi adalah sebesar 77,35% atau tercapai

3 81,33 % 84,11 % 103,41 % Sangat

Berhasil 3.1. Tingkat kemanfaatan distribusi pupuk dan

pestisida

82,65 % 77,35 % 93,59 % Berhasil

3.2. Tingkat kemanfaatan Alsintan 80,00 % 90,86 % 113,58 % Sangat

Berhasil

Indikator Kinerja Realisasi 2021 Capaian Kinerja

2021 Katagori Target

2021 Tingkat Kemanfaatan Sarana Produksi Pertanian

Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian

(2)

93,59% dari target indikator sebesar 82,65% sehingga pencapaian indikator ini masuk dalam katagori berhasil. Jika dibandingkan dengan tahun 2020, capaian indikator Tingkat Kemanfaatan Distribusi Pupuk dan Pestisida, tercapaian 84,17%, sehingga jika dibandingkan dengan capaian tahun 2021 maka terdapat penurunan sebesar 6,82%, hal ini disebabkan karena alokasi dukungan anggaran dan volume kegiatan pendukung mengalamai penurunan pada tahun 2021 jika dibandingkan tahun 2020, baik dari penyediaan alokasi maupun pendistribusian pupuk bersubsidi, pupuk non subsidi dan pupuk organik.

Pupuk dan pestisida merupakan sarana produksi yang mempengaruhi produksi komoditas strategis pertanian. Pupuk membantu dalam meningkatkan indeks pertanaman serta luas panen yang akhirnya akan mendorong peningkatan produksi. Penggunaan pestisida diharapkan dapat mengurangi potensi gagal panen akibat Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang pada akhirnya berkontribusi terhadap luas panen pertanian. Distribusi pupuk termasuk didalamnya adalah pupuk subsidi dan pupuk non-subsidi (pupuk organik dan pembenah tanah serta pupuk anorganik).

Distribusi pestisida merupakan gabungan dari pestisida kimia dan pestisida alami. Penyediaan tidak hanya dalam lingkup mengadakan, namun dalam cakupan yang lebih luas lagi meliputi bagaimana penditribusian pupuk dan pestisida kepada petani.

Dukungan atas indikator kinerja Tingkat Kemanfaatan Distribusi Pupuk dan Pestisida adalah melalui antara lain : Realisasi penyaluran pupuk bersubsidi, Pupuk bersubsidi yang terdistribusi merupakan pupuk bersubsidi yang disalurkan kepada petani melalui Lini IV (Kios Pengecer). Data penyaluran tersebut diperoleh dari PT. Pupuk Indonesia (Persero) sebagai dasar penagihan subsidi pupuk. Untuk tahun 2021, pupuk bersubsidi yang terdistribusi per Tanggal 31 Desember 2021 sebesar 7.924.201 Ton dari alokasi sebanyak

(3)

8.296.571 Ton, dengan rincian per provinsi sebagaimana pada lampiran.

Gambar 22. Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo beserta Direktur Jenderal PSP memastikan ketersediaan pupuk bersubsidi tahun 2021

3.3.2.1.2. Indikator Kinerja Tingkat Kemanfaatan Alsintan (IKSP-2, IK-3, 3.2)

Dalam proses produksi pertanian, pemanfaatan alat dan mesin pertanian (alsintan) dinilai berhasil meningkatkan produksi pertanian dan sekaligus mengatrol perekonomian masyarakat. Alsintan merupakan salah satu elemen penting untuk mendorong sektor pertanian semakin maju, mandiri dan modern. Alsintan amat membantu dan memudahkan petani dalam mengembangkan budidaya pertaniannya.

Berdasarkan perhitungan pencapaian kinerja tingkat pemenuhan pengairan lahan pertanian sebagaimana perhitungan pada point 3.2.1.1.2. maka realisasi adalah sebesar 90,86% atau tercapai 113,58% dari target indikator sebesar 80,00% sehingga pencapaian indikator ini masuk dalam katagori sangat berhasil. Jika dibandingkan dengan tahun 2020 dimana tercapaian 100% maka terdapat penurunan sebesar 9,14% pada tahun 2021. Hal ini disebabkan perbedaan pengukuran yang dilakukan pada pengukuran tingkat pemanfaatan tahun 2020 dan 2021.

(4)

Pelaksanaan pengambilan sampel dalam rangka perhitungan pemanfaatan alsintan 2021 dilakukan terhadap alsintan banpem prapanen yang dilaksanakan pada tahun 2020 sebanyak 394 unit dari total unit sebanyak 25.529, dengan menggunakan metode slovin dengan margin of error 5%. Hasil perhitungan atas tingkat kemanfatan alsintan prapanen dapat terlihat pada tabel. 17 dibawah ini.

Tabel 17. Tingkat Kemanfaatan Alsintan Tahun 2020

Tingkat pemanfaatan alsintan prapanen adalah sebesar 90,86%

sedangkan untuk masing-masing alsintan diketahui tingkat kemanfaatan

> 82%. Tingkat kemanfaatan alsintan paling rendah adalah pompa air yaitu 82,76%, hal ini disebabkan karena sepanjang tahun 2020 sampai dengan tahun 2021, beberapa daerah di wilayah Indonesia masih memiliki intensitas hujan yang cukup tinggi sehingga ketersediaan air masih mencukupi. Pompa air akan dimanfaatkan pada saat ketersediaan air sudah mulai menurun atau Ketika memasuki musim kemarau. Sedangkan berdasarkan survey tingkat kemanfaatan alsintan yang paling tinggi adalah Traktor R-4 sebesar 100%, alsintan ini banyak digunakan petani dalam proses pengolahan lahan pada saat musim tanam karena memberikan keuntungan antara lain, pengolahan lahan lebih cepatan dan effisien sehingga mampu memperpendek waktu olah tanah dan dapat menekan biaya produksi.

Dukungan atas pengadaan Alsintan Prapanen tahun 2021 adalah sebanyak 25.134 unit dengan anggaran sebesar Rp699.741.575,526,-rincian atas realisasi dapa dilihat pada tabel 18 terlampir.

(5)

Tabel 18. Sebaran Penyediaan Alat dan Mesin Pertanian tahun 2021

Indikator Kinerja Sasaran Program Terwujudnya Birokrasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang Efektif dan Efisien dan Berorientasi pada Layanan Prima (IKSP-3)

Sasaran program ini memiliki indikator kinerja sasaran program yaitu Nilai Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

3.3.2.2. Nilai PMPRB Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (IKSP-3, IK-4)

Berdasarkan perhitungan pencapaian Nilai PMPRB Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebagaimana perhitungan pada point 3.2.3.1. maka realisasi atas indikator Nilai

PMPRB Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah sebesar 36,13% atau tercapai 103,73% dari target indikator

sebesar 34,83% sehingga untuk pencapaian indikator ini masuk dalam katagori sangat berhasil. Pencapaian atas indikator tingkat pemenuhan prasarana pertanian dapat dilihat pada tabel 19 berikut.

Tabel 19. Capaian Indikator Kinerja Tingkat Kemanfaatan Sarana Produksi Pertanian Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian

Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi yang selanjutnya disingkat PMPRB adalah model penilaian mandiri yang berbasis

4 34,83 Nilai 36,13 Nilai 103,73 % Sangat

Berhasil Nilai PMPRB Direktorat Jenderal Prasarana dan

Sarana Pertanian

Realisasi 2021 Capaian Kinerja

2021 Katagori Target

Indikator Kinerja 2021

(6)

prinsip Total Quality Management dan digunakan sebagai metode untuk melakukan penilaian serta analisis yang menyeluruh terhadap kinerja instansi pemerintah. PMPRB berpedoman pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tahun 2020 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2020-2024.

Dalam peraturan ini digunakan program-program reformasi birokrasi sebagai unsur komponen pengungkit dan sasaran reformasi birokrasi sebagai hasil.

Nilai PMPRB Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap system penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka mencapai good governance. Penilaian mencakup hasil evaluasi capaian 8 program area perubahan Reformasi Birokrasi pada komponen Pengungkit baik Pemenuhan maupun Reform berdasarkan Lembar Kerja Evaluasi Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi dapat dilihat pada lampiran.

Metodologi yang digunakan untuk melakukan penilaian pada komponen pengungkit, adalah teknik “criteria referrenced test”

dengan cara menilai setiap komponen dengan kriteria penilaian dari masing-masing komponen yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan untuk melakukan penilaian komponen hasil, antara lain menggunakan hasil survey eksternal pelaksanaan reformasi birokrasi, Ketercapaian Kinerja Instansi, dan Informasi Terkini Kementerian Pertanian. Kriteria penilaian tertuang dalam Lembar Kerja Evaluasi (LKE) Reformasi Birokrasi. Nilai akhir, kesimpulan, dan rencana aksi tindak lanjut diperoleh berdasarkan konsensus tim asesor.

Nilai PMPRB tahun 2021 mengalami peningkatan nilai 2 dibandingkan dengan Nilai PMPRB tahun 2020. Penilaian ini tidak secara langsung dapat disandingkan karena pengukuran pada tahun 2020 tidak sama dengan pengukuran yang dilakukan tahun 2021.

Pada tahun 2020 Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana

(7)

Pertanian mendapatkan nilai sebesar 14,42, nilai tersebut jika dikonfersi dengan pengukuran yang digunakan pada tahun 2021 setara dengan nilai 43.

Pencapaian indikator nilai PMPRB juga didukung oleh Sistem Akuntabilitas Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang terus meningkat. Berdasarkan penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian sesuai Resume Hasil Evaluasi (LHE) Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) pada Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Tahun Anggaran 2021 yang dilaksanakan pada tahun 2020, berdasarkan no.

R.134/PW.160/G/04/2021 tanggal 27 April 2021 diperoleh nilai sebesar 91,01 (Sembilan Puluh Satu koma Nol Satu) atau dengan predikat “AA” atau interprestasi Sangat Memuaskan. Nilai tersebut merupakan akumulasi dari seluruh komponen manajemen kinerja dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 20. Komponen Penilaian

Sumber Data : LHE AKIP Ditjen PSP 2021

Sesuai dengan formula Nilai komponen perencanaan kinerja (30%) + Nilai komponen pengukuran kinerja (25%) + nilai komponen pelaporan kinerja (15%) + nilai komponen evaluasi internal (10%) + nilai komponen capaian kinerja (20%). Dari total penilaian sebagaimana terlihat pada Tabel 4. Penilaian atas komponen perencanaan sebesar 29.20, komponen pengukuran kinerja sebesar 24,06, komponen pelaporan kinerja sebesar 14,16, komponen evaluasi internal sebesar 8.32 dan komponen pencapaian

No Komponen yang Dinilai Bobot (%)

Nilai Akuntabilitas

Kinerja

Capaian (%)

1 Perencanaan Kinerja 30 29.20 97.33

2 Pengukuran Kinerja 25 24.06 96.24

3 Pelaporan Kinerja 15 14.16 94.40

4 Evaluasi Internal 10 8.32 83.20

5 Pencapaia Sasaran/Kinerja Organisasi 20 15.28 76.40 Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja 100 91.02

(8)

sasaran/kinerja organisasi sebesar 15,28 sehingga pencapaian nilai akuntabilitas kinerja sebesar 91,02.

Sebagaimana nilai tersebut apabila dibandingkan dengan nilai tahun 2020 sebesar 90.12 ada peningkatan 0,9 nilai.

Ini merupakan Hasil penilaian Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian terhadap implementasi SAKIP di lingkungan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian berupa Hasil penilaian berbentuk Nilai AKIP. Tren pencapaian nilai AKIP Ditjen PSP dapat terlihat pada Gambar 23.

Dari gambar dapat terlihat bahwa hasil evaluasi terhadap implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dilakukan dari tahun 2016 s/d 2021 mengalami peningkatan, hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan di lingkup Ditjen PSP semakin akuntabel.

Gambar 23. Tren pencapaian nilai AKIP

3.3.3. Indikator Kinerja Sasaran Program Terkelolanya Anggaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian yang Akuntabel dan Berkualitas (IKSP-4)

Sasaran program ini memiliki indikator kinerja sasaran program yaitu Nilai kinerja anggaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertania.

(9)

3.3.3.1. Indikator Kinerja Nilai kinerja Anggaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (IKSP-4, IK-5)

Berdasarkan perhitungan pencapaian Nilai kinerja anggaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sebagaimana perhitungan pada point 3.2.4.1. maka realisasi atas indikator Nilai kinerja anggaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian adalah sebesar 88,15 atau tercapai 106,20% dari target indikator sebesar 83,00 sehingga untuk pencapaian indikator ini masuk dalam katagori sangat berhasil. Pencapaian atas indikator tingkat pemenuhan prasarana pertanian dapat dilihat pada gambar 24 berikut.

Sumber Data : Aplikasi SMART Kementerian Keuangan

Gambar 24. Capaian Indikator Kinerja PMK 22/PMK.02/2021 Direktorat Jenderal PSP Tahun 2021

Sesuai data pencapaian indikator kinerja PMK 22/PMK.02/2021 Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sesuai monitoring dan nilai kinerja Unit Eselon I tahun anggaran 2021, nilai kinerja Direktorat Jenderal PSP sebesar 88.15 dengan rata-rata nilai

(10)

kinerja satker lingkup Direktorat Jenderal PSP sebesar 81,29 dengan penyerapan anggaran 98,60, konsistensi 82,07, capaian Rincian Output 100 dan Nilai efisiensi 59,35 dengan tingkat efisiensi 3,74.

Dibandingkan dengan pencapaian nilai kinerja anggaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian pada tahun 2020, nilai kinerja anggaran terdapat peningkatan nilai sebesar 1,70.

Tren pencapai IKSP nilai PMK 22/PMK.02/2021 adalah sebagaimana dalam grafik Gambar 25.

Gambar 25. Pencapaian Nilai kinerja (NK) berdasarkan PMK 22/PMK.02/2021 Ditjen PSP th 2017 sd 2021

Terjadinya naik turun capaian nilai kinerja yang cukup signifikan dari tahun 2017 bila disandingkan dengan pencapaian nilai tahun 2018 dan ada peningkatan di tahun 2019 karena upaya sosialisasi yang telah dilakukan Ditjen PSP dalam pencapaian kinerja telah tersosialisasi dengan baik pada satker di lingkup Ditjen PSP serta di tahun 2020 dan 2021.

Rata-rata nilai kinerja satker lingkup Direktorat Jenderal PSP telah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan yaitu sebesar 81,29, sesuai data monitoring partisipasi satuan kerja tahun anggaran 2021,

84.03

81.26

85.20

86.46

88.15

76.00 78.00 80.00 82.00 84.00 86.00 88.00 90.00

2017 2018 2019 2020 2021

Nilai PMK 22 Ditjen PSP

2017 2018 2019 2020 2021

(11)

sebanyak 92 satker lingkup Direktorat Jenderal PSP konsisten menyampaikan dan mengentri laporan pencapaiannya bulan Januari 2021 s/d Desember 2021 sehingga indikator partisipasi “hijau” atau bagus.

Jika melihat berdasarkan target yang telah ditetapkan dalam PK Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian pencapaian atas indikator kinerja “Nilai kinerja Anggaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian” rata-rata memuaskan dengan capaian 100%. Tren pencapaian kinerja Ditjen PSP dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 26. Tren Pencapaian Nilai kinerja (NK) berdasarkan PMK 22/PMK.02/2021 Ditjen PSP th 2017 sd 2021

Sebagaimana terlihat pada gambar 12, Tren pencapaian nilai kinerja berdasarkan PMK 249 Ditjen PSP dari tahun 2017 sampai tahun 2021 berada diatas target yang telah ditetapkan, hal tersebut juga dipengaruhi dari peningkatan nilai kinerja berdasarkan Ditjen PSP.

Pada tahun 2018 terjadi penurunan nilai karena adanya perubahan metode perhitungan berdasarkan PMK 249/2011 yang dituangkan

(12)

pada PMK 214 tahun 2017, namun upaya peningkatan nilai kinerja terus dilakukan Sekretariat Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian sehingga pada tahun 2019 pencapaian nilai kinerja menjadi jauh lebih baik. Pada tahun 2020 dan 2021 terjadi peningkatan.

Upaya-upaya yang telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dalam rangka meningkatkan pencapaian atas penerapan PMK 22/PMK.02/2021 antara lain : 1. Melakukan sosialisasi pelaporan online dan Pemutahiran Data

Pelaporan Online Ditjen PSP Tahun 2021. Kegiatan berupa pertemuan dan workshop pelaporan online yaitu berupa aplikasi SMART, MPO dan E-Monev Bappenas. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dari petugas pelaporan online dari seluruh satker Ditjen PSP di seluruh Indonesia sehingga diperoleh data dan informasi kegiatan yang lengkap. Tahun 2021 terkendala dengan adanya pandemi Covid 19 sehingga pertemuan secara tatap muka langsung tidak dilaksanakan tapi dilakukan dengan secara online yang dilaksanakan di ruang rapat

AWR Ditjen PSP

tanggal 7 – 9 April 2021 di Fox Haris hotel city center Bandung.

Serta pertemuan pertemuan workshop pemutakhiran data melalupi aplikasi Pelaporan Online (MPO) dilaksankan di Hotel Grand Keisha Yogyakarta tanggal 22 – 24 September 2021.

(13)

Melakukan penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian melalui penyajian data informasi pembangunan PSP dengan pengolahan data dan informasi.

2. Melakukan evaluasi dan monitoring serta percepatan pelaporan online satker secara berkala, untuk meningkatkan kedisiplinan satker dalam menyampaikan pelaporan kinerja serta pemutahiran data atas pelaksanaan kegiatan dan kinerja menyeluruh satker lingkup Ditjen PSP.

3.4

Analisis Capaian Kegiatan Utama Pendukung Pencapaian Indikator Kinerja

Tahun 2021 adalah tahun ke 2 (kedua) dalam kurun waktu 2020-2024 pelaksanaan pembangunan Prasarana dan Sarana Pertanian. Capaian kinerja kegiatan pada tahun ini bila dibandingkan dengan target yang ditetapkan selama lima tahun adalah sebagai berikut :

1) Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier

Sementara itu jika dilihat dari pencapaian target rencana renstra 2020- 2024 sebesar 1.276.264 Ha, mulai tahun 2020-2021 telah dilaksanakan seluas 466.402 Ha atau 36,54%, sisa target pengembangan jaringan Irigasi 2020-2024 akan dilaksanakan pada tahun-tahun berikutnya.

(14)

Tabel 21. Capaian kegiatan Pengembangan Jaringan Irigasi Periode TA. 2020-2024 (Tahun 2021)

Gambar 27. Grafik Capaian kegiatan Pengembangan Jaringan Irigasi Periode TA. 2020-2024 (Tahun 2021)

2) Pengembangan Sumber Air Untuk Tanaman Pangan, Perkebunan, Hortikultura dan Peternakan.

Target kegiatan pengembangan sumber air tahun 2021 dalam renstra Ditjen PSP 2020-2024 sebanyak 2.700 unit, sementara alokasi anggaran tahun 2021 hanya cukup digunakan untuk pencapaian target sebesar 838 unit. Apabila dibandingkan dengan target Renstra 2020- 2024 dari 13.500 unit, yang telah dilaksanakan tahun 2021 sebanyak 972 unit yang berasal dari dana Tugas Pembantuan sebanyak 838 unit dan dana Bantuan Pemerintah Pusat sebanyak 134 unit.

(15)

Tabel 22. Capaian Kegiatan Pengembangan Sumber Air TA. 2020- 2024 (Tahun 2021)

Keterangan:

realisasi 2021: realisasi TP (838 unit) + realisasi Banpem Pusat (134 unit)

Gambar 28. Grafik Capaian kegiatan Pengembangan Sumber Air TA. 2020-2024 (Tahun 2021)

3) Pengembangan Embung Pertanian/Dam Parit/Long Storage

Target kegiatan pengembangan embung pertanian pada renstra Ditjen PSP 2020-2024 sebanyak 2.500 unit. Apabila dibandingkan dengan target renstra 2020-2024, maka pada tahun 2021 telah dilaksanakan sebanyak 494 unit atau 49,00%.

0 500 1000 1500 2000 2500 3000

2020 2021 2022 2023 2024

Rancangan Renstra Pengembangan Sumber Air TA. 2020-2024

Target Realisasi

(16)

Tabel 23. Capaian Kegiatan Pengembangan Embung Pertanian TA.

2020-2024 (Tahun 2021)

Keterangan; realisasi 2021: realisasi TP (401 unit) + realisasi Banpem Pusat (96 unit)

Gambar 29. Grafik Capaian Kegiatan Pengembangan Embung Pertanian TA. 2020-2024 (Tahun 2021)

4) Optimasi Lahan

Berdasarkan target 2015-2021 kegiatan optimasi Lahan sebesar 1.667.509 unit, telah dilaksanakan optimasi lahan pada tahun 2015- 2021 sebanyak 1.530.416 unit atau mencapai 91,78 %. Penurunan capaian kegiatan karena terjadinya perubahan kebijakan pengelolaan optimasi lahandan dokumen anggaran, RKAKL dan POKnya mengalami keterlambatan. Beberapa lokasi CPCL memiliki eskalasi yang berat sehingga lokasi harus di batalkan karena keterbatasan waktu pelaksanaan, adanya keterbatasan sumberdaya (SDM) yang menangani administrasi baik di provinsi maupun di Kabupaten.

Target (Ha)

2020 500 731 146,20%

2021 500 497 99,40%

2022 500 - -

2023 500 - -

2024 500 - -

Total 2.500 1.228 49,12%

Revitalisasi Renstra 2020-2024

Tahun Realisasi (Ha) (%)

0 100 200 300 400 500 600 700 800

2020 2021 2022 2023 2024

Rancangan Renstra Pengembangan Embung Pertanian TA. 2020-2024

Target Realisasi

(17)

Gambar 30. Capaian Kegiatan & Target Optimasi Lahan Periode TA.

2015-2021

5) Penyaluran Pupuk Bersubsidi

Berdasarkan target 2016-2021 kegiatan penyaluran pupuk bersubsidi teralokasi sebesar 55,201,314 ton, telah dilakukan penyaluran pupuk bersubsidi pada tahun 2016-2020 sebanyak 52,977,868 ton atau mencapai 95,97 %.

Gambar 31. Alokasi dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi TA. 2016-2021 Dari gambar 28 terlihat trend penyaluran pupuk bersubsidi semakin meningkat, namun di tahun 2021 ada penurunan dikarenakan realokasi anggaran dan hal tersebut berhubungan dengan target Kementerian Pertanian dalam mendukung program Ketahanan Pangan dan semakin meningkatnya pemahaman akan penggunaan pupuk di masyarakat.

2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 Target 951,30 4,779 135,94 83,500 404,10 50,000 37,871 Realisasi 928,40 3,999 125,60 63,303 337,02 44,826 27,251 Persentase 97.59 83.68 92.39 75.81 83.40 89.65 71.96

97.59

83.68 92.39 75.81 83.40 89.65

71.96

- 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

- 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000

Trend Kinerja Optimasi Lahan

2016 2017 2018 2019 2020 2021

Target 9,550,00 9,550,00 9,550,00 8,874,00 8,900,46 8,776,84 Realisasi 9,197,76 9,270,00 9,289,62 8,708,64 8,587,62 7,924,20

Persentase 96.31 97.07 97.27 98.14 96.49 90.29

96.31 97.07 97.27 98.14

96.49

90.29

86.00 88.00 90.00 92.00 94.00 96.00 98.00 100.00

- 2,000,000 4,000,000 6,000,000 8,000,000 10,000,000 12,000,000

Pupuk Bersubsidi 2016-2021

(18)

6) Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP)

Berdasarkan target 2016-2021 kegiatan AUTP teralokasi sebesar 4.900.000 Ha, telah dilakukan Klaim Asuransi Usaha Tani Padi pada tahun 2016-2020 sebanyak 4.675.342 Ha atau mencapai 95,42%.

Tabel 24. Capaian Kegiatan AUTP TA. 2016-2021 (Tahun 2021)

Gambar 32. Capaian kegitan AUTP 7) Asuransi Ternak Sapi/Kerbau (AUTS/K)

Berdasarkan target 2016-2020 kegiatan AUTS teralokasi sebesar 630.000 Ternak, telah dilakukan Klaim Asuransi Ternak Sapi/Kerbau pada tahun 2016-2020 sebanyak 560.694 Ternak atau mencapai 89,00%.

Tahun Target (Ha)

Capaian (Ha)

% Capaian 2016 500.000 499.962 100%

2017 1.000.000 997.961 100%

2018 1.000.000 806.200 81%

2019 1.000.000 971.219 97%

2020 1.000.000 1.000.000 100%

2021 400.000 400.000 100%

Total 4.900.000 4.675.342 95,42%

(19)

Tabel 25. Capaian Kegiatan AUTS TA. 2016-2021

Gambar 33. Capaian kegitan AUTS/K TA. 2016-2021

3.4

Analisis Efisiensi Sumber Daya

Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dengan Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian, menjadi pelaksana penganggaran dengan nominal kedua terbesar di Kementerian Pertanian sebesar Rp 3.441.546.270.000,- dan dilaksanakan oleh 93 satker dimana di dalamnya hanya terdapat satu satker pusat.

Pencapaian atas kinerja Ditjen PSP dan Efisiensi tahun 2021 sesuai aplikasi SMART (Sistem Monitoring dan Evaluasi Kinerja Terpadu Kementerian Keuangan) dapat dilihat pada Tabel 29.

Dengan tanggung jawab nominal dan target fisik yang besar serta ditambah dengan banyaknya jumlah Satuan Kerja Pelaksana Program, pelaksanaan kegiatan prasarana dan sarana pertanian di seluruh Indonesia bukanlah sebuah pekerjaan mudah. Namun dengan kerja keras dari semua pihak, Ditjen PSP berhasil merealisasikan 98,00% alokasi anggarannya, dengan

Tahun Target (Ekor)

Capaian (Ekor)

% Capaian 2016 20.000 20.000 100%

2017 120.000 91.831 77%

2018 120.000 88.673 74%

2019 150.000 140.190 93%

2020 120.000 120.000 100%

2021 100.000 100.000 100%

Total 630.000 560.694 89,00%

100%

77% 74%

93% 100% 100%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

120%

- 50,000 100,000 150,000 200,000

2016 2017 2018 2019 2020 2021

Kinerja AUTS Th. 2016-2021

Target (Ekor)

Capaian (Ekor)

% Capaian

(20)

capaian keluaran sebesar 100% (berdasarkan aplikasi SMART Kementerian Keuangan).

Pencapaian tersebut juga tidak dapat dipungkiri karena konsistensi dari seluruh Satker untuk melakukan pencairan anggaran mendekati RPD (Rencana Pencairan Dana) sehingga skor RPD tingkat Eselon I di aplikasi SMART mencapai nilai 100, yang merupakan nilai sempurna. RPD ini dibandingkan terhadap RPD yang sudah tercatat secara otomatis di DIPA masing-masing Satker sehingga keseluruhan proses benar-benar otomatis tanpa campur tangan operator satker untuk menentukan nilai kinerjanya.

Sementara untuk efisiensi, angka tersebut diperoleh dari jumlahan selisih antara realisasi anggaran seharusnya per output dan realisasi anggaran aktual per output di setiap satker yang dibandingkan dengan total anggaran yang seharusnya dikeluarkan untuk membiayai penyelesaian pada setiap volume keluaran per output. Formula ini diartikan sebagai besarnya sumber daya yang dapat dihemat oleh pelaksana kegiatan dalam melaksanakan keseluruhan volume keluaran yang ditargetkan. Nilai efisiensi berada pada 3.74 yang dapat menunjukkan kemampuan unit kerja dalam mengelola sumber daya anggaran yang dikelola untuk mencapai output yang optimal.

Kegiatan Ditjen PSP sebagian besar merupakan kegiatan fisik atau pengadaan alat mesin yang standar harga satuannya sudah dapat diperkiraan sejak awal penyusunan dokumen penganggaran, maka dengan berbagai optimalisasi dan pengefektifitasan pekerjaan di lapangan, Ditjen PSP berhasil mencapai efisiensi sebesar 3,74. Ini berarti Ditjen PSP telah mampu melakukan efisiensi anggaran sebesar 3,74% dalam melaksanakan keseluruhan kegiatannya di seluruh Satker pelaksana kegiatan Prasarana dan Sarana Pertanian.

Dari keseluruhan skor yang dijabarkan di atas, kinerja Ditjen PSP pada Tahun Anggaran 2021 adalah sebesar 88.15. Skor tersebut masuk ke dalam kategori Sangat Baik.

(21)

3.6 Analisis Capaian Kinerja Ditjen PSP terhadap Business Canvas

Janji pertama yaitu kualitas layanan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian diberikan kepada seluruh penerima layanan. Layanan ini dilakukan kepada internal pertanian, mulai dari petugas di tingkat pusat, propinsi, kabupaten dan petani pada khususnya. Layanan ini berupa anggaran,peningkatan kompetensi SDM di pusat maupun daerah berupa Rapat Koordinasi, Rapat teknis, pembinaan, pendampingan dan lain-lain.

Janji kedua yaitu ketersediaan prasarana dan sarana pertanian sesuai kebutuhan berdasarkan prioritas diberikan kepada seluruh penerima layanan dari internal Kementerian Pertanian, dipenuhi dengan memfasilitasi pembangunan prasarana dan sarana pertanian sesuai kebutuhan dan ketersedian anggaran.

Janji ketiga yaitu pemanfaatan prasarana dan sarana pertanian secara optimal untuk pertanian diberikan kepada seluruh penerima layanan internal Kementerian Pertanian dan beberapa penerima layanan eksternal Kementerian Pertanian, meliputi petani, pekebun, peternak, dan pembudidaya ikan. Janji ini dipenuhi dengan fasilitasi pembiayaan, pupuk bersubsidi, peralatan dan mesin pertanian pra panen, dan pembiayaan pertanian.

Kesemua janji tersebut diberikan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian melalui bimbingan teknis dan sosialisasi. Adapun layanan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian secara garis besar terbagi menjadi 2 (dua) yaitu layanan berbayar dan layanan tidak berbayar. Layanan berbayar dan layanan tidak berbayar. Layanan berbayar yaitu layanan perizinan. Sementara layanan tidak berbayar meliputi layanan irigasi pertanian, layanan alat dan mesin pertanian, layanan perluasan dan perlindungan lahan, layanan pupuk dan pestisida, layanan pembiayaan pertanian, dan layanan reformasi birokrasi Direktorat

(22)

Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Dalam menjaga kepuasan dan relasi yang baik dengan penerima layanan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian melakukan 2 (dua) aktivitas yang tergambar pada blok customer relationship yaitu pengawasan peredaran prasarana dan sarana pertanian, serta pendampingan dan pengawasan penggunaan prasarana dan sarana pertanian.

3.7. Capaian Kinerja Lainnya

2.7.1. Nilai Maturitas SPIP

Maturitas penerapan SPIP tingkat Eselon I diatur sesuai ketentuan Dasar penilaian mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008 tentang sistem pengengdalian intern pemerintah, dimana BPKP sebagai instansi pembina penyelenggaraan SPIP melakukan pembinaan penyelenggaraan SPIP; Peraturan Kepala BPKP No. 4 tahun 2016 tentang pedoman penilaian dan strategi peningkatan maturitas SPIP;

Ruang lingkup penilaian tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP meliputi unsur :

1. Lingkungan pengendalian;

2. Penilaian risiko;

3. Kegiatan Pengendalian;

4. Informasi dan komunikasi;

5. Pemantauan.

Penilaian tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP pada Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dilakukan secara Online kepada 92 Pegawai, terdiri pejabat eselon I, II, III, IV, Fungsional umum dan fungsional tertentu. Periode yang dinilai adalah penyelenggaraan SPIP tahun 2019 sampai dengan juni 2020.

Penilaian tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP Ditjen PSP dengan pendekatan kuantitatif. BPKP menetapkan 25 fokus maturitas SPIP yaitu :

(23)

Tabel 26. Fokus Maturitas SPI

Sumber Data : Buku Merah Itjentan 2021

Pengukuran terhadap 25 fokus penilaian maturitas menghasilkan nilai maturitas SPIP sebesar “3.744”.

Ke 25 fokus penilaian maturitas mengikuti prinsip yang sifatnya umum, kendati pengelompokannya mengikuti sub unsur SPIP. Lebih lanjut, hasil penilaian terhadap 25 fokus penilaian menunjukkan kondisi sebagai berikut :

Tabel 27. Hasil penilaian 25 fokus penilaian sub unsur SPIP

No Kategori Fokus Maturitas Level Frekuensi

0 Belum Ada 0 0

1 Rintisan 1 0

2 Berkembang 2 0

3 Terdefinisi 3 13

4 Terkelola dan Terukur 4 5

5 Opimum 5 7

Jumlah 25

Sumber Data : Buku Merah Itjentan 2021

Dengan maturitas pada level 3 atau terdefinisi maka penyelenggaraan SPIP di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian secara umum memiliki karakteristik, sebagai berikut.

1. Unit kerja telah melaksanakan pengendalian intern di semua tingkatan organisasi/unit organisasi dan terdokumentasi dengan baik.

2. Unsur – unsur SPIP telah diimplementasikan secara penuh.

No Unsur SPIP Jml fokus

Maturitas

1 Lingkungan Pengendalian 8

2 Penilaian Risiko 2

3 Kegiatan Pengendalian 11

4 Informasi dan Komunikasi 2

5 Pemantauan 2

25 Jumlah

(24)

3. Dokumentasi pengendalian intern telah dilaksanakan secara konsisten, tertib dan rapi.

4. Evaluasi atas pengendalian intern telah dilakukan secara berkala meskipun tanpa dokumen yang memadai. Pimpinan mendukung dan melembagakan pemenatauan pengendalian intern.

5. Dilakukan program pendidikan dan pelatihan untuk pemantauan pengendalian intern.

6. Manajemen telah mulai peduli denga permasalahan pengendalian, meskipun beberapa kelemahan masih ada.

7. Pegawai telah peduli dengan tanggun jawab mereka terhadap pengendalian. Praktek pengendalian mulai dilaksanakan secara sadar oleh personil yang terkait berdasarkan kebijakan dan SOP yang ditetapkan.

Karakteristik Maturitas SPIP Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian “Terdefinisi”, maka karakteristik penyelenggaraan SPIP secara umum menunjukkan bahwa Ditjen PSP sudah melaksanakan praktik pengendalian intern dan terdokumentasi dengan baik. Namun evaluasi atas pengendalian intern dilakukan tanpa dokumentasi yang memadai.

2.7.2. Kegiatan Konservasi dan Rehabilitasi Lahan (Kegiatan Pengembangan Jalan Usaha Tani)

Pembangunan pertanian menuju pertanian modern serta berwawasan agribisnis memerlukan penambahan maupun penyempurnaan prasarana dan sarana pertanian yang menunjang digunakannya peralatan dan mesin untuk pra dan pasca panen serta pengangkutan saprodi dan hasil pertanian dari dan ke lokasi. Penggunaan peralatan dan mesin pertanian sudah merupakan kebutuhan yang sangat mendesak karena semakin berkurangnya tenaga kerja yang masih bertahan dibidang pertanian.

Selain itu jalan pertanian yang ada sebagian besar masih berupa galengan dan belum memenuhi syarat bagi penggunaan peralatan dan mesin maupun pengangkutan saprodi dan hasil panen. Agar peralatan mesin pertanian maupun alat transportasi dapat dimanfaatkan oleh

(25)

petani secara optimal, maka perlu dibangun atau dikembangkan sarana jalan pertanian pada lahan usahanya.

Sehubungan dengan berbagai permasalahan tersebut diperlukan adanya suatu “Pengembangan Jalan Pertanian” untuk merangsang masyarakat/petani dalam pembangunan/rehabilitasi jalan pertanian sehingga masyarakat/petani merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap pengembangan dan pemeliharaan jalan tersebut.

1. Tujuan

Tujuan kegiatan Konservasi dan Rehabilitasi Lahan pengembangan jalan pertanian adalah:

a. Membangun jalan pertanian baru, meningkatkan kapasitas atau merehabilitasi jalan pertanian.

b. Memperlancar mobilitas alat mesin pertanian, pengangkutan sarana produksi pertanian dan hasil produksi pertanian dari dan ke lahan pertanian.

2. Sasaran

Sasaran kegiatan Konservasi dan Rehabilitasi Lahan pengembangan jalan pertanian :

a. Terbangun jalan pertanian baru dan atau terehabilitasinya jalan pertanian sebanyak 1135 unit yang sesuai dengan standar yang telah di tentukan di kawasan peruntukan pertanian meliputi kawasan budidaya tanaman pangan, kawasan budidaya perkebunan, kawasan budidaya hortikultura dan kawasan budidaya perternakan.

b. Memudahkan mobilitas alat mesin pertanian, pengangkutan sarana produksi pertanian dan hasil produksi pertanian dari dan ke lahan pertanian di kawasan peruntukan pertanian meliputi kawasan budidaya tanaman pangan, kawasan budidaya perkebunan, kawasan budidaya hortikultura dan kawasan budidaya perternakan.

3. Pengawasan dan Pengendalian

Pengawasan dan Pengendalian dilaksanakan melalui kegiatan monitoring dan supervisi yang dilakukan oleh seluruh Tim baik Tim Pusat, Tim Teknis Propinsi dan Tim Teknis Kabupaten). Untuk Tim Pusat dalam masa pandemi maka pengawasan dan pengendalian dapat dilakukan melalui dengan Zoom Meeting.

(26)

4. Pemanfaatan dan pemeliharaan kegiatan Pelaksanaan Kegiatan Konservasi Dan Rehabilitasi Lahan Pertanian Melalui Bantuan Pemerintah Jalan Pertanian Tahun Anggaran 2021 .

Kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan dilakukan oleh petani/kelompok tani dan menjadi tanggungjawab petani/kelompok tani. Seluruh pertanggungjawaban pelaksanaan Kegiatan Lahan Konservasi Dan Rehabilitasi Tahun Anggaran 2021 harus dimasukkan dalam aplikasi Pelaporan Online

5. Anggaran, Realisasi dan Capaian Pelaksanaan

Kegiatan Pengembangan Jalan Pertanian Tahun 2021 mendapat alokasi anggaran dalam 3 (tiga) kali pengalokasian yaitu :

Uraian Anggaran

Banpem

Operasional Total

DIPA Awal 67.976.500.000 3.523.500.000 71.500.000.000 ABT untuk PEN 52.516.500.000 2.983.500.000 55.500.000.000 Tambahan Pagu 1.700.000.000 300.000.000 2.000.000.000 Total Anggaran 122.193.000.000 6.807.000.000 129.000.000.000

Tahun 2021 juga terdapat revisi pengurangan anggaran karena refocusing dan kegiatan pengembangan jalan pertanian terkena refocusing anggaran sebesar Rp. 9.523.500.000 dengan rinician sebagai berikut :

1. Belanja Honor Output Kegiatan : 35.000.000 2. Belanja Barang Non Operasional : 133.000.000 3. Belanja Sewa Kendaraan : 54.000.000 4. Belanja Perjadin PM Dlm Kota : 591.000.000 5. Belanja Perjadin PM Luar Kota : 417.500.000 6. Belanja Bantuan Pemerintah :8.293.500.000

Jumlah :9.523.500.000

Atas anggaran sisa yang tersedia realisasi anggaran yang ada sebesar 99.63% dengan rincian sebagai berikut :

(27)

Untuk Capaian Kinerja atas output kegiatan adalah DIPA Reguler dengan mata anggaran 526311 seperti terlampir.

Sedangkan untuk Anggaran Belanja Tambahan tahun 2021 alokasi dan sebaran pelaksanaan seperti pada Lampiran.

Dalam pelaksanaan Kegiatan Jalan Pertanian yang menjadi kendala adalah lambatnya pelaporan pertanggungjawaban di masing-masing lokasi kegiatan sehingga diperlukan metode-metode untuk lebih mempercepat proses pelaporan.

2.7.3. Pengembangan Food Estate berbasis Korporasi Petani di Kalimantan Tengah tahun 2021.

Pengembangan kawasan food estate di lahan pertanian rawa Kalimantan Tengah mulai dilaksanakan pada tahun 2020 di Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Pulang Pisau. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) pada TA 2020 melaksanakan kegiatan intensifikasi lahan pada lahan seluas 30.000 ha yang terdiri dari 20.000 ha di Kabupaten

Kapuas dan 10.000 ha di Kabupaten Pulang Pisau. Untuk tahun anggaran 2021 Ditjen PSP melaksanakan kegiatan intensifikasi lahan seluas 14.135 ha yang tebagi menjadi seluas 13.000 ha di Kabupaten Kapuas dan 1.135 ha di Kabupaten Pulang Pisau. Sedangkan pada tahun anggaran 2022 akan dilaksanakan intensifikasi lahan seluas 2.000 hektar di Kabupaten Kapuas. Kegiatan ekstensifikasi lahan yang dimulai pada TA 2021 dengan luas 16.643 ha dan pada tahun 2021 direncanakan pada target luasan 10.000 ha. Pengembangan food

Uraian Banpem Operasional Total Keterangan

PAGU Anggaran : 113.900.000.000 5.576.500.000 119.476.500.000 DIPA Awal (Reguler) : 68.800.000.000 3.073.000.000 71.873.000.000 Banpem ABT-PEN : 45.100.000.000 2.503.500.000 47.603.500.000

Sudah teralokasi 113.700.000.000 5.576.500.000 119.276.500.000 DIPA Awal (Reguler) : 68.600.000.000 3.073.000.000 71.673.000.000 Banpem ABT-PEN : 45.100.000.000 2.503.500.000 47.603.500.000

Sudah Realisasi : 113.600.000.000 5.438.448.365 119.038.448.365 99,63%

DIPA Awal (Reguler) *) : 68.600.000.000 2.943.181.750 71.543.181.750 99,54%

Banpem ABT-PEN **) : 45.000.000.000 2.495.266.615 47.495.266.615 99,77%

Yang belum terealisasi - 138.051.635 138.051.635

DIPA Awal (Reguler) *) : - 129.818.250 129.818.250 0,27%

Banpem ABT-PEN **) : - 8.233.385 8.233.385 0,02%

(28)

estate di Kalimantan Tengah juga mengembangkan multikomoditas berupa tanaman hortikultura (buah dan sayur), ternak itik dan perkebunan (kelapa genjah).

Pelaksanaan dan hasil dari kegiatan intensifikasi lahan, ekstensifikasi lahan dan multi komoditas TA 2021 dan TA 2021 serta rencana pada TA 2022 secara keseluruhan mencapai 72.778 ha lahan sawah menjadi bagian penting dari pengembangan food estate secara keseluruhan. Untuk memberikan informasi dan gambaran terkait dengan pencapaian selama tiga tahun ini, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian menyusun

“Laporan Kemajuan Pelaksanaan Food Estate Kalimantan Tengah TA 2020-2022” sebagai upaya untuk mencatatkan upaya yang telah dilakukan, hasil yang telah dicapai, rencana ke depan dan tantangan yang ada dalam pengembangan food estate khususnya pada aspek pemanfaatan lahan pertanian rawa.

Pengembangan kawasan food estate di lokasi yang sesuai dirancang berdasarkan empat pendekatan, yaitu: pengembangan wilayah melalui pendekatan kawasan, Integrasi sektor dan subsector, lingkungan berkelanjutan dan pemberdayaan masyarakat (local community development). Hal ini bertujuan agar food estate di Kalimantan Tengah dapat meningkatkan produksi pangan dan kesejahteraan masyarakat, menghemat dan menghasilkan devisa negara, mempercepat pemerataan pembangunan, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah dan perekonomian nasional.

(29)

Kegiatan

intensifikasi lahan dalam rangka mendukung

Pengembangan Food Estate di Kalimantan

Tengah

dilaksanakan untuk meningkatkan indeks pertanaman dan produktivitas hasil komoditas padi pada lahan sawah eksisting

yang siap untuk diolah tanah dan ditanami. Hal ini berkaitan dengan lahan sawah yang ada dan dibudidayakan oleh petani secara umum masih memiliki IP 100-150 dan produktivitas 2-3 ton/hektar.

Infrastruktur Jalan dan Irigasi

(30)

Kegiatan ekstensifikasi lahan sawah merupakan kegiatan pada pengembangan food estate yang berfokus pada upaya penambahan luas lahan sawah eksisting yang berasal dari lahan bera atau lahan pertanian yang bervegetasi berat melalui penataan lahan, pembangunan prasarana lahan dan irigasi tingkat usaha tani. Pada tahun anggaran 2021 kegiatan ekstensifikasi lahan sawah dilaksanakan pada lahan seluas 16.643 ha yang berlokasi di 2 kabupaten yaitu Kabupaten Kapuas seluas 12.769 ha dan Kabupaten Pulang Pisau seluas 3.874 ha. Rencana kegiatan ekstensifikasi lahn sawah untuk tahun 2022 seluas 15.520 ha yang berlokasi di Kabupaten Kapuas seluas 14.720 ha dan Kabupaten Pulang Pisau seluas 800 ha.

Gambar . Konstruksi dan Pengolahan tanah dan tanam Ekstensifikasi di Kab. Pulang Pisau dan Kapuas

Kinerja kegiatan budidaya padi pada lokasi intensifikasi lahan TA 2021

(31)

Target luas lahan kegiatan ekstensifikasi TA 2021

Pengembangan tanaman pangan berupa benih padi dan saprodi untuk 13.519 ha, pengendali OPT padi, Combine Harvester Besar sebanyak 2 unit, Power Trasher sebanyak 55 unit, dan Dryer UV 1 unit.

Pengembangan komoditas perkebunan sebagai komoditas pendukung pada kawasan food estate Kalimantan Tengah berupa benih kelapa genjah dan pupuk organik. Kelapa genjah memiliki sifat cepat berbuah, produksi buahnya tinggi dan mudah diambil niranya.

Penanaman dilakukan pada lahan pekarangan dan/ jalan usaha tani yang memiliki atau dekat dengan sumber air. Pada tahun 2021 difasilitasi benih kelapa genjah sebanya 144 ribu pohon Berdasarkan perhitungan usahatani maka tanaman kelapa genjah akan berbuah mulai bulan ke 40 dengan produktivitas 100 butir/pohon/tahun. Potensi

(32)

produksi sebesar 17,8 juta butir dengan nilai penjualan sebesar Rp.

44,5 Milyar per tahun.

Pengembangan peternakan di food estate Kalimantan Tengah berupa budidaya itik petelur dan pasca panen serta pemasaran telur itik.

Bantuan diberikan kepada kelompok ternak di Kabupaten Kapuas dan kabupaten Pulang Pisau berupa itik lokal jenis petelur, berumur minimum 4 bulan atau siap berproduksi, kendang ternak model panggung dengan kepadatan 5-6 ekor/m2 , tinggi lantai dari tanah 1,2- 1,5 m, dan menggunakan bahan kandang dari sumber daya setempat, pakan, serta obat dan vitamin. Ternak itik per kelompok sebanyak 550 ekor yang terdiri dari 500 ekor betina dan 50 ekor jantan.

Fasilitasi ternak itik tahun 2021 sebanyak 48 ribu ekor. Produksi telur sampai dengan tahun 2021 mencapai 822 ribu telur dengan nilai penjualan Rp.2,6 milyar (dalam bentuk segar dan telur asin).

Pengembangan usaha yang dilakukan adalah pembibitan telur untuk menghasilkan DOD bagi pasar umum maupun kelompok ternak di food estate.

Pengembangan hortikultura di food estate Kalimantan Tengan dilakukan melalui fasilitasi kawasan jeruk, durian, lengkeng, dan sayuran (cabai, kangkung, sawi hijau). Penerima kegiatan adalah kelompok tani hortikultura di Kabupaten Kapuas dan kabupaten Pulang Pisau pada lahan pasang surut tipe C.

Fasilitasi pada tahun 2021 berupa kawasan pisang 200 ha, kelengkeng 30 ha, durian 30 ha, jeruk 30 ha, dan sayuran 100 ha, serta pemeliharaan tanaman buah yang ditanam pada TA 2020.

(33)

Produksi sayuran dari lokasi yang difasilitasi seluas 200 hektar diprediksi mencapai 1.682 ton senilai 26 milyar, sedangkan potensi dari budidaya sayuran pada luasan yang difiasilitasi yaitu 590 ha mencapai 4.720 ton senilai 33 milyar (pada tahun ke 3-4).

Pengembangan Center Of Excellence, melalui kegiatan pilot percontohan multi komoditas di dua lokasi yaitu satu lokasi di Kabupaten Kapuas (Bataguh) dan Kabupaten 24 Pulang Pisau (Belanti Siam) dengan luasan masing-masing 1.000 hektar. Kegiatan pada tahun 2021 berupa pengawalan mekanisasi, pasca panen, pengembangan ternak itik, dan inovasi kolaboratif.

Kegiatan pengembangan sumber daya manusia meliputi identifikasi potensi wilayah dan survey potensi bisnis dan kelembagaan, sosialisasi dan penyusunan rencana kerja, pembinaan dan pengawalan korporasi petani, pengawalan/supervisi penyuluh pertanian, dan pengadaan sarana IT mendukung food estate. Selain itu melakukan pengawalan khusus untuk pembentukan dan operasionalisasi korporasi petani. Pada tahun 2020 telah berhasil dibentuk 8 Badan Usaha Milik Petanian (BUMP) yang berasal dari Kabupaten Kapuas dan Pulang Pisau

(34)

Kendala dan solusi pemecahan pada kegiatan intensifikasi lahan

Kendala dan solusi pemecahan pada kegiatan ekstensifikasi lahan

(35)

Kegiatan intensifikasi lahan merupakan salah satu kegiatan untuk mendukung pengembangan food estate di Kalimantan Tengah melalui pemberian bantuan sarana produksi dan pengolahan tanah yang bertujuan untuk memacu proses pencapaian kondisi lahan siap tanam, dilakukannya budidaya dan kesuburan tanah. Capaian kegiatan intensifikasi lahan berupa tersalur dan dimanfaatkannya sarana

(36)

produksi oleh petani, dicapainya pengolahan tanah di lokasi kegiatan, dan dihasilkannya peningkatan produksi sebesar 11,5% pada lokasi yang diintervsnsi oleh kegiatan ini. Produksi dari pengembangan multi komoditas juga telah menunjukan hasil yang positif dengan nilai penjualan yang cukup besar termasuk adanya potensi penghasilan/pendapatan petani dari tanaman yang mulai berbuah pada tahun ke 3 setelah tanam. Peranserta aktif dari petani, kelompok tani, penyuluh dan pemerintah daerah merupakan kunci utama dalam kesuksesan kegiatan ini. Diharapkan dengan peran aktif semua pihak dalam membangun kawasan food estate di lahan rawa Kalimantan Tengah maka tujuan dari kegiatan ini dapat tercapai dengan baik secara berkelanjutan.

3.8 Akuntabilitas Anggaran

Realisasi anggaran Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian TA. 2021 adalah sebesar Rp3.372.721.499.053 dari target Rp3.441.546.270.000 (98,00%). Realisasi anggaran TA 2021 dapat dilihat seperti pada 28 berikut :

Tabel 28. Realisasi Anggaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Per Kewenangan TA. 2020

Sumber Data : aplikasi OmSpan, per 31 Desember 2021

No Per Kewenangan Pagu Realisasi %

1 Kantor Pusat 2,083,790,861,000 2,054,620,131,449 98.60 2 Dekonsentrasi 45,111,977,000 44,118,995,461 97.80 3 Tugas Pembantuan 1,312,643,432,000 1,273,982,372,143 97.05 Tot Ditjen PSP 3,441,546,270,000 3,372,721,499,053 98.00

(37)

Tabel 29. Realisasi Anggaran Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Per Kegiatan TA.2021

Sumber Data : aplikasi OmSpann, per 31 Desember 2021

Anggaran tersebut sebagian besar dipergunakan untuk melaksanakan kegiatan fisik pembangunan prasarana dan sarana pertanian di daerah melalui tugas pembantuan dan pengadaan alsintan secara e-catalog.

Mekanisme pengelolaan anggaran untuk pelaksanaan kegiatan fisik di lapangan dilakukan secara Bantuan Pemerintah (Banpem), sehingga tercapai efisiensi penggunaan anggaran melalui : 1). Tidak adanya unsur pengambilan keuntungan dari anggaran banpem yang diserahkan, 2).

Adanya potensi penambahan volume pekerjaan dari volume yang ditargetkan melalui swadaya masyarakat/petani. Selain itu, efisiensi penggunaan anggaran juga tercapai melalui diterapkannya pengadaan alsintan secara e-catalog. Dengan sistem e-catalog ini telah disepakati perjanjian antara LKPP dan pengusaha terkait adanya jaminan dari pengusaha bahwa harga alsintan yang diusulkan dalam e-catalog adalah lebih rendah dari harga pasar.

3.9 Hambatan Dan Kendala

Pelaksanaan kinerja pembangunan prasarana dan sarana pertanian tahun 2021 masih mengalami hambatan/kendala, sehingga pencapaian target sasaran strategis belum seluruhnya tercapai. Dalam rangka meningkatkan kinerja pada masa mendatang, maka perlu diketahui faktor yang menjadi hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2021. Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan antara lain :

Kegiatan Pagu Total Pagu Realisasi % Capaian

Pengelolaan Air Irigasi untuk Pertanian 654,951,726,000 630,901,780,908 96.33 Perluasan dan Perlindungan Lahan Pertanian 1,051,570,951,000 1,020,297,866,252 97.03 Pengelolaan Sistem Penyediaan dan Pengawasan Alat dan Mesin Pertanian 710,641,449,000 708,483,564,512 99.70 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen PSP 241,249,490,000 237,357,370,496 98.39 Fasilitasi Pupuk dan Pestisida 675,034,253,000 668,818,414,285 99.08 Fasilitasi Pembiayaan Pertanian 108,098,401,000 106,863,120,227 98.86 Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian 3,441,546,270,000 3,372,722,116,680 98.00

(38)

a. Peralihan RPJMN 2015-2019 ke 2020-2024 sehingga Redesain Sistem Perencanaan dan Penganggaran (RSPP) baru resmi dikeluarkan bulan Juli 2020. Pada sisi lain Sasaran Kinerja Kementerian Pertanian telah ditetapkan pada dokumen perencanaan (Renstra, PK, Renja), sehingga perlu disesuaikan.

b. Refocusing dan ABT 2021, Dua kali refocusing anggaran dan satu kali ABT menyebabkan terjadinya perubahan target kinerja pada unit kerja Eselon I.

c. Pandemi Covid 19 PSBB berdampak pada pelaksanaan program/kegiatan tidak hanya di Kantor Pusat tetapi juga di Daerah, termasuk berdampak pada pengisian laporan pelaksanaan program/kegiatan.

d. Koordinasi proses perencanaan antar K/L (Kementan, Bappenas, Kemenkeu) terkendala Revisi Indikator Kinerja, Trilateral Meeting dan Pelaporan menemui kendala dalam rangka mencari solusi terbaik untuk penyelarasan indicator kinerja.

e. Kurangnya pemahaman pelaksana kegiatan terhadap Perjanjian Kinerja yang telah ditetapkan.

3.8 Upaya dan Tindak Lanjut

Untuk mengatasi kendala tersebut di atas, maka diperlukan upaya tindak lanjut dan tindakan antisipatif ke depan sebagai berikut :

1. Melakukan pemantauan secara intensif terhadap dokumen perencanaan yang di revisi, dan membuat jadwal untuk pelaksanaan seluruh kegiatan Sekretariat Direktorat Jendral Prasarana dan Sarana Pertanian.

2. Menyesuaikan semua dokumen perencanaan termasuk renstra dan Perjanjian Kinerja.

3. Melakukan reviu kembali alokasi dan menyesuaikan anggaran dan kegiatannya.

4. Mengatur kinerja dengan mengikuti protokol kesehatan.

(39)

5. Dilakukan upaya pertemuan dengan melalui Online atau virtual meeting 6. Meningkatkan pemahaman SDM lingkup Setditjen terhadap pelaksanaan kegiatan Sekretariat Direktorat Jenderal sebagaimana tertuang dalam Perjanjian Kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian.

(40)

BAB IV PENUTUP

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, maka dalam rangka mendukung pencapaian empat target sukses Kementerian Pertanian telah disusun Rencana Strategis dan Program Kerja Pembangunan Prasarana dan Sarana Pertanian 2020 – 2024. Renstra dimaksud menjadi acuan dalam pencapaian sasaran strategis Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian yaitu meningkatnya produktivitas pertanian melalui terlaksananya penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana pertanian.

Pertanggungjawaban dalam pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan dan pengembangan Prasarana dan Sarana Pertanian dalam pencapaian sasaran strategis tersebut, disampaikan dalam Laporan Kinerja Ditjen PSP.

Dalam Laporan Kinerja ini disajikan informasi kinerja yang telah diperjanjikan disertai evaluasi dan analisis sehingga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan kinerja ke depan.

Untuk itu masih perlu diupayakan perbaikan untuk mengatasi kendala teknis dan administrasi yang dihadapi. Sebagai upaya untuk perbaikan untuk meningkatkan kinerja Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian ke depan, maka perlu dilakukan langkah nyata mulai dari proses perencanaan hingga implementasi pelaksanaan kegiatan di lapang melalui : 1). Peningkatan kualitas perencanaan kegiatan, 2).

Peningkatan sosialisasi, pembinaan dan pengawalan mulai dari pemberkasan bantuan Pemerintah, penyusunan RUKK, transfer dana dan pelaksanaan konstruksi, 3). Peningkatkan sistim monitoring dan pengendalian untuk dapat mengidentifikasi permasalahan dan solusinya sejak dini serta 4). Peningkatan koordinasi dan dukungan seluruh stakeholders baik di pusat maupun daerah dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan prasarana dan sarana pertanian, dan 5). Peningkatan tindakan preventif dan antisipasi terhadap kondisi perubahan iklim yang terjadi.

(41)

LAMPIRAN I

Struktur Organisasi Ditjen PSP

(42)

1 Sekretariat DItjen PSP 86 2 Direkrotat Perluasan dan Perlindungan Lahan 51

3 Direktorat Irigasi Pertanian 44

4 Direktorat Pembiayaan Pertanian 38

5 Direktorat Pupuk dan Pestisida 50

6 Direktorat Alat dan Mesin Pertanian 43 312

No UNIT KERJA Jumlah

Jumlah

LAMPIRAN II

Dukungan Sumber Daya Manusia

(43)

Perjanjian Kinerja Ditjen PSP

AWAL

LAMPIRAN III

(44)
(45)
(46)
(47)

Data Rekapitulasi Pelaku Usaha Pertanian

Lampiran IV

Lampiran IV.a. Jumlah Pelaku Usaha yang mendapatkan KUR

(48)

Lampiran IV.b.

(49)
(50)

Gambar

Tabel 16.  Capaian  Indikator  Kinerja  Tingkat  Kemanfaatan  Sarana  Produksi  Pertanian  Direktorat  Jenderal  Prasarana  dan  Sarana Pertanian
Gambar 22.  Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo beserta Direktur  Jenderal PSP memastikan ketersediaan pupuk bersubsidi  tahun 2021
Tabel 17. Tingkat Kemanfaatan Alsintan Tahun 2020
Tabel 18. Sebaran Penyediaan Alat dan Mesin Pertanian tahun 2021
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian berusaha untuk membantu kelompok tani/Gapoktan/P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi

Program Penyediaan Dan Pengembangan Prasarana Dan Sarana Pertanian Penggunaan dana Tugas Pembantuan (TP) Tahun 2014 dari Direktorat Jenderal Sarana Prasarana Kementerian

10 Hal tersebut yang dialami oleh remaja Batu Gantong Dalam, akibat kurangnya didikan yang baik dari orang tua sehingga membuat merekaterpengaruh dan larut dengan keadaan

Tingkat serangan ulat grayak pada galur harapan kedelai tahan lebih rendah dibandingkan dengan galur rentan yang mengelilinginya (investasi hama terjadi secara alami).. Tingkat

Pada tanaman jagung berumur 54 HST, imago pemakan polong lebih menyukai bagian batang sebagai tempat peletakan telur, rata-rata 40,3%, diikuti oleh rambut tongkol (31,9%), daun

Nilai Tunai Asuransi (SNTA). 1) Dikarenakan peserta yang meninggal dunia sebelum tanggal 1 Januari 2013 iurannya masih dipotong berdasarkan peraturan gaji pokok sebelum

Seperti yang penulis kemukakan di bagian pengantar, pertanyaan yang mendasari tulisan ini ialah apakah falsafah pendidikan Ki Hajar Dewantara yang mengutamakan keseimbangan

Rumusan masalah: Apakah ada hubungan yang signifikan antara konsep diri dengan motivasi beajar remaja panti asuhan Sabilul Ulum AL- Hidayah, Tujuan penelitian ini adalah