PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
- Tujuan Umum
- Tujuan Khusus
Mengetahui faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang Tahun 2021. 5 d) Untuk mengetahui faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie, Kabupaten Pinrang berdasarkan Pendidikan IBU.Keluarga.
Manfaat Penelitian
- Manfaat Bagi Instansi Pendidikan
- Manfaat Bagi Masyarakat
- Manfaat Bagi Peneliti
Faktor risiko stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang berdasarkan berat badan lahir rendah. Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 12-60 Bulan Di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang Berdasarkan Pemberian ASI Eksklusif. Faktor Risiko Stunting Pada Anak Usia 12-60 Bulan Di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang Berdasarkan Pemberian MP ASI.
Faktor risiko stunting pada anak usia 12 sampai 60 bulan di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang berdasarkan tingkat pendidikan. Faktor risiko stunting pada anak usia 12 sampai 60 bulan di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang berdasarkan pendapatan orang tua. FAKTOR RISIKO KEJADIAN MENAKJUBKAN PADA ANAK 12-60 BULAN DI PUSKESMAS TADANG PALIE KABUPATEN PINRANG TAHUN 2021.
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Stunting
Stunting didefinisikan dengan menilai tinggi badan atau tinggi badan anak (tinggi berbaring untuk anak di bawah 2 tahun dan tinggi berdiri untuk anak berusia 2 tahun ke atas) dan menilainya dengan membandingkannya dengan rentang nilai standar yang dapat diterima. Terdapat kesepakatan internasional bahwa anak-anak didefinisikan sebagai stunting jika tinggi badan mereka dibandingkan usia mereka lebih dari dua standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO9. Menurut Kementerian Kesehatan, stunting adalah suatu kondisi dimana balita mengalami penurunan tinggi badan atau tinggi badan dibandingkan usianya.
Kondisi ini diukur dengan tinggi badan atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi dari median Standar Pertumbuhan Anak WHO. Ketika keterbelakangan pertumbuhan terjadi pada awal kehidupan – terutama pada 1.000 hari pertama sejak konsepsi hingga usia dua tahun – berkurangnya pertumbuhan mempunyai konsekuensi fungsional yang merugikan bagi anak-anak. Beberapa dampaknya adalah buruknya kognisi dan hilangnya produktivitas, dan jika disertai dengan kenaikan berat badan yang berlebihan di masa kanak-kanak, peningkatan risiko penyakit kronis terkait pola makan di masa dewasa.
Epidemiologi
Pertumbuhan linier pada anak usia dini merupakan indikator kuat pertumbuhan yang sehat, mengingat hubungannya dengan risiko kesakitan dan kematian, penyakit tidak menular di kemudian hari, serta pembelajaran dan produktivitas. Sebuah studi tahun 2018 di Indonesia menemukan bahwa 29,9 persen anak di bawah 24 bulan mengalami stunting. Angka ini lebih rendah dibandingkan tahun lalu, namun masih di atas rata-rata regional (22 persen).4 Menurut WHO, stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang rendah jika prevalensinya kurang dari 20 persen, dan sedang jika angkanya antara 20 dan 29 persen. persen adalah. , tinggi jika antara 30 dan 39 persen, dan sangat tinggi jika lebih besar atau sama dengan 40 persen.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir, stunting memiliki prevalensi tertinggi dibandingkan masalah gizi lainnya seperti gizi buruk, kurus, dan obesitas. Prevalensi balita sangat stunting dan balita stunting usia 0–59 bulan di Indonesia pada tahun 2017 masing-masing sebesar 9,8% dan 19,8%. Kondisi ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, prevalensi balita sangat pendek sebesar 8,5% dan balita pendek sebesar 19%2.
Faktor Resiko Stunting
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian retardasi pertumbuhan. Ringkasan kebijakan mengenai stunting menyatakan bahwa pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu kerangka tindakan. Temuan penelitian lain juga menyebutkan bahwa pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu faktor risiko tertinggi terjadinya stunting.
Bayi yang mendapat ASI eksklusif mempunyai risiko mengalami hambatan pertumbuhan 0,6 lebih rendah dibandingkan bayi yang mendapat ASI non-eksklusif21. Pemberian MP-ASI pada waktu yang tepat sangat bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan gizi serta tumbuh kembang bayi dan merupakan masa transisi dari pemberian ASI eksklusif ke pemberian makanan keluarga17. 16 Pemberian MP-ASI pada waktu yang tepat dan prosedur yang tepat akan sangat bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan gizi serta tumbuh kembang bayi dan merupakan masa transisi dari pemberian ASI eksklusif ke pemberian makanan keluarga.
Dampak Stunting
Pencegahan Stunting
Tinjauan Keislaman
Hipotesis alternatif (Ha): Terdapat hubungan pemberian ASI dengan prevalensi stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie. Hipotesis alternatif (Ha): Terdapat hubungan pemberian MPASI dengan prevalensi stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie. Penelitian dilakukan terhadap faktor risiko stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie.
Hasil analisis faktor risiko stunting pada anak usia 12 sampai 60 bulan di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang berdasarkan berat badan lahir rendah. Hasil analisis faktor risiko stunting pada anak usia 12 sampai 60 bulan di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang berdasarkan pemberian ASI Eksklusif. BBLR merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12 sampai 60 bulan di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai ρ sebesar 0,000.
Kerangka Teori
KERANGKA KONSEP
Kerangka Konsep
Kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko stunting pada anak usia 12-60 bulan di desa Tadang Palie kabupaten Pinrang.
Definisi Operasional
Hasil pengukuran: risiko jika bayi tidak diberikan ASI eksklusif Tidak ada risiko jika bayi diberikan ASI eksklusif. 4. Hasil pengukuran: risiko jika bayi tidak disusui dengan benar Tidak ada risiko jika bayi disusui dengan benar. Definisi operasional: Hasil yang diterima orang tua dinilai dalam bentuk uang yang diterima dari pelaksanaan usaha atau kegiatan ekonomi dalam jangka waktu tertentu dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Penyakit kronis yang diderita anak antara lain: asma, tuberkulosis, diabetes, kelainan jantung bawaan, kanker, epilepsi, HIV/AIDS, anemia sel sabit, obesitas, penyakit jiwa dan penyakit yang berhubungan dengan disabilitas seperti autisme, hiperaktif dan disabilitas. Definisi Operasional : Cacat fisik adalah kecacatan yang mengakibatkan terganggunya fungsi tubuh seperti amputasi pada kaki atau tangan, cacat pada persendian, anggota badan dan sebagainya, cacat tulang belakang, paraplegia, cacat akibat polio, TBC pada kaki dan persendian, otak. kelumpuhan.
Hipotesis
Hipotesis nol (Ho): Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada anak usia 12 sampai 60 bulan di Puskesmas Tadang Palie. Hipotesis alternatif (Ha): Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada anak usia 12 sampai 60 bulan di Puskesmas Tadang Palie. Hipotesis nol (Ho): Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan kejadian stunting pada anak usia 12 sampai 60 bulan di Puskesmas Tadang Palie.
Hipotesis Alternatif (Ha): Terdapat hubungan antara tingkat pendapatan orang tua dengan kejadian stunting pada anak usia 12 sampai 60 bulan di Puskesmas Tadang Palie. Selain itu diperoleh nilai ρ sebesar 0,000 (<0,05), menerima H1 dan menolak H0 yang berarti BBLR merupakan faktor risiko stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie Pinrang. Daerah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif merupakan faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12 hingga 60 bulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian MP ASI merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai ρ sebesar 0,000 yang berarti berarti H1 diterima dan H0 ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan orang tua merupakan faktor risiko terjadinya retardasi pada anak usia 12-60 bulan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai faktor risiko stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
Pemberian ASI eksklusif merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai ρ sebesar 0,001. Cara pemberian MP ASI merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai ρ sebesar 0,000. Tingkat pendidikan ibu bukan merupakan faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai ρ sebesar 0,338.
Pendapatan orang tua merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12 sampai 60 bulan di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang. Berdasarkan hasil uji chi-square diperoleh nilai ρ sebesar 0,007.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Populasi dan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kejadian stunting pada anak usia 12 sampai 60 bulan di Puskesmas Tadang Palie Kabupaten Pinrang Tahun 2021 yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi-square untuk mengetahui faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12 hingga 60 bulan, yang dapat disajikan sebagai berikut. Selain itu diperoleh nilai ρ sebesar 0,001 (<0,05), dimana H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti ASI Eksklusif merupakan faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12 sampai 60 bulan di Puskesmas Tadang Palie. Pusat, Kabupaten Pinrang.
Selain itu diperoleh nilai ρ sebesar 0,000 (<0,05) dimana H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti cara pemberian MP ASI merupakan faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie. Pusat, Kabupaten Pinrang. Selain itu diperoleh nilai ρ sebesar 0,007 (<0,05) dimana H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti tingkat pendapatan orang tua merupakan faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie. , Kabupaten Pinrang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berat badan lahir rendah merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai ρ sebesar 0,000 yang berarti berarti H1 diterima dan H0 ditolak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua bukan merupakan faktor risiko terjadinya stunting pada anak usia 12-60 bulan di Puskesmas Tadang Palie. Berdasarkan hasil uji chi square diperoleh nilai ρ sebesar 0,338 yang berarti H1 ditolak. Hubungan Faktor Resiko dengan Stunting pada Anak Usia 3-5 Tahun di TK/Paud Kecamatan Tuminting. Rakhmahay A, Dewi YLR, Murti B. Analisis regresi logistik determinan stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah.
Faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada anak usia 24 sampai 59 bulan di wilayah operasi Puskesmas Andalas Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2018. Hubungan berat badan lahir anak dengan kejadian stunting pada balita di wilayah kerja Puskesmas Sonder Kabupaten Minahasa. FAKTOR RISIKO TERHADAP KEJADIAN MENAKJUBKAN PADA BALITA 12 BULAN DI DESA PURWOKERTO KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL.
Faktor Risiko Kejadian Kecacatan pada Balita Usia 25-59 Bulan di Wilayah Puskesmas Kotagede I Kota Yogyakarta Tahun 2018.
Teknik Pengambilan Sampel
Jenis Data dan Instrumen Penelitian
Teknik Analisa Data
Pengolahan Dan Penyajian Data
Etika Penelitian
Alur Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan Hildagradis pada tahun 2014 menunjukkan bahwa pemberian MP-ASI non-variasi pada anak yang tidak lagi mendapat ASI memiliki risiko dua kali lipat mengalami stunting dibandingkan dengan anak yang diberikan MP-ASI rentang. 56 Pemberian MP-ASI pada usia yang tidak tepat pada anak yang masih mendapat ASI merupakan faktor protektif terjadinya stunting. Hubungan ASI eksklusif dengan stunting pada anak kecil Hubungan ASI eksklusif dengan stunting pada anak kecil.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Populasi/Sampel
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Analisis
PEMBAHASAN
PENUTUPAN
Kesimpulan