• Tidak ada hasil yang ditemukan

upaya guru bimbingan dan konseling dalam

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "upaya guru bimbingan dan konseling dalam"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM

MENGEMBANGKAN KARAKTER CERDAS PESERTA DIDIK DI SMA N 1 KOTO XI TARUSAN

JURNAL

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)

Oleh:

YUDI PURNAMA NPM 09060186

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGEMBANGKAN KARAKTER CERDAS PESERTA DIDIK DI SMA N 1 KOTO XI TARUSAN

Oleh:

Yudi Purnama

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

The background of research was the result observation by researcher to do at SMAN 1 Koto XI. It has guidance counselor has do action, almoust student whichs attituded and unpolite attituded, then they called their parents and give individual conclucation then has had program about it. Many students whichs not came to the class when teaching learning process, freedom ceremony, and then dorve motorcyling with high speed, it has always distrubed the people, until to their bad attitude in teaching learning process, like chitting. The research used qualitative research, and also used descriptive method. The porpuse this research is to describe how the way perventive, kurative, and presevative has did by an. So guidance counselor, into development characteristic the student achievement. It can be seen from how to choice the topic, material, media, evaluation, analysis, and judgement to development of students achivement in teaching process by individual information service, individual counceling, and guidance counselor.

Although, who the informan in this research has (1). guidance counselor teacher, (2) headmaster.

The data of research has collected used interview. Based on interview about the way how guidance counselor to development characteristic studentys achievement at SMAN 1 koto XI, Tarusan. It can be conclude from choiced the topic, material, media, evaluatin, judgement, analysis. Who the guidance counselor has do information service, individual counceling, and guidence of group has systematis.

Keyword : Guidance counselor, how the way, character student

Latar Belakang Masalah

Karakter merupakan bagian integral yang harus dibangun, agar generasi muda memiliki sikap dan pola pikir yang berlandaskan moral yang kokoh dan benar.

Pendidikan karakter untuk generasi muda atau para peserta didik harus dilakukan secara komprehensif dan integral, baik di lingkungan sekolah, rumah dan lingkungan masyarakat. Darman (2008:5) menyatakan, kontribusi pendidikan diharapkan bagi perkembangan para peserta didik termaktub dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang berbunyi Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Pendidikan yang bermutu tidak cukup dilakukan hanya melalui transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga harus didukung oleh peningkatan profesionalisasi dan sistem manajemen tenaga kependidikan serta pengembangan kemampuan peserta didik untuk menolong diri sendiri dalam memilih dan mengambil keputusan demi pencapaian cita-citanya. Kemampuan seperti itu tidak hanya menyangkut aspek perkembangan pribadi, sosial, kematangan intelektual, dan sistem nilai. Oleh karena itu, pendidikan yang bermutu merupakan pendidikan yang seimbang, tidak hanya mampu mengantarkan peserta didik pada pencapaian standar kemampuan akademis, tetapi juga mampu membuat perkembangan diri yang sehat dan produktif.

(3)

Desmita (2009:36) mengemukakan peserta didik itu adalah “Orang-orang yang sedang mengalami proses perkembangan yang memiliki karakteristik, kebutuhan, dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhinya”. Pencapaian standar kemampuan akademis dan tugas-tugas perkembangan peserta didik, memerlukan kerjasama yang harmonis antara para pengelola atau manajemen pendidikan, pengajaran, dan bimbingan, sebab ketiganya merupakan bidang-bidang utama dalam pencapaian tujuan pendidikan. Para peserta didik memandang sekolah sebagai lembaga yang dapat mewujudkan cita-cita mereka.

Sementara orang tua menaruh harapan kepada sekolah untuk dapat mendidik anak agar menjadi orang yang pintar dan berakhlak mulia. Apa yang diharapkan dari pendidikan untuk perkembangan peserta didik, setiap negara atau bangsa memiliki orientasi dan tujuan yang relatif berbeda (Yusuf dan Nurihsan, 2005:3).

Menurut Majid (2011:12) “Karakter adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan perbuatannya”. Sedangkan menurut Gunawan (2012:4) “Karakter berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya. Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, dan individu juga mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut”.

Selanjutnya menurut Prayitno (2010:24) Karakter adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri indvidu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang tinggi.

Sedangkan Kecerdasan adalah Kemampuan memanipulasi unsur-unsur kondisi yang dihadapi untuk suksesmencapai tujuan”.

Jadi dapat disimpulkan karakter cerdas adalah sifat pribadi yang relatif stabil pada diri individu yang menjadi landasan bagi penampilan perilaku dalam standar nilai dan norma yang disertai dengan kemampuan dalam memanipulasi kondisi untuk sukses mencapai tujuan. Para pakar pendidikan yaitu Prayitno dan Belferik Manullang yang telah melakukan kesepakatan terkhususnya di Sumatera Barat memilih konsep Karakter Cerdas sebagai “Brand Name” model pendidikan karakter pada setiap jenjang dan unsur pendidikan di Sumatera Barat.

Salah satu hadits Bukhari (Bahreisy 1980:6003) pernah mengatakan bahwa

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlak di antara mereka.” Jika ternyata baiknya akhlak menjadikan sempurnanya iman, maka tidak ada alasan bagi sekolah untuk menomorduakan keseriusan dalam upaya pembentukkan akhlak atau karakter dibanding keseriusan mengejar keunggulan teknologi.

Berdasarkan Al-qur’an surat Lukman ayat 13 yang artinya“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”( Qs. 31: 13)

Ayat di atas menjelaskan bahwa menanamkan nilai-nilai keislaman dan nilai- nilai karakter pada diri anak tersebut diberikan melalui pemberian bimbingan.

Di beberapa sekolah, pelaksanaan konsep karakter cerdas ini diintegrasikan ke dalam Mata Pelajaran dengan menggunakan format klasikal, termasuk di dalamnya pelayanan bimbingan konseling. Dalam penyelenggaraannya materi pendidikan karakter cerdas diintegrasikan ke dalam materi pelayanan bimbingan konseling yang dituangkan ke dalam program-program pelayanan dan Rancangan Pelaksanaan Layanan (RPL), maupun Satuan Pendukung (satkung). Hal ini merupakan upaya yang ditujukan untuk pembentukkan karakter cerdas pada setiap jenjang dan unsur pendidikan. Nilai karakter cerdas yang terbentuk diharapkan sesuai dengan pengembangan nilai-nilai karakter beriman dan bertakwa, jujur, cerdas, tangguh, dan peduli yang mengacu kepada butir nilai-nilai pancasila.

Prayitno (2010:2) menyebutkan nilai- nilai karakter cerdas tersebut direfleksikan kepada tugas perkembangan siswa itu sendiri diantaranya:

(1) Mencapai hubungan-hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya antar jenis kelamin yang sama atau berbeda. (2) Mencapai peranan sosial sebagai pria dan wanita. (3) Menerima kesatuan tubuh sebagaimana adanya dan menggunakannya secara efektif. (4) Mencapai kemerdekaan emosional terhadap orang tua dan orang

(4)

dewasa lainnya. (5)Mencapai keadaan dimilikinya jaminan untuk kemerdekaan ekonomi. (6) Memilih dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan. (7) Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan kehidupan berkeluarga. (8) Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang perlu untuk kehidupan sebagai Warga Negara. (9) Mengembangkan hasrat dan mencapai kemampuan bertingkah laku yang dapat dipertimbangkan secara sosial. (10) Menguasai seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman.

Ciri-ciri siswa yang berkarakter cerdas menurut Prayitno (2010:2) diantaranya yaitu:

a. Beriman dan Bertakwa

1) Beragama : percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, 2) melaksanakan perintah dan menjauhi larangan Tuhan sesuai dengan ajaran agama yang dianut, 3) amanah, 4) bersyukur, 5) ikhlas.

b. Jujur

1) Berkata apa adanya, 2) berbuat atas dasar kebenaran, 3) membela kebenaran, 4) bertanggung jawab, 5) menepati hak dan kewajiban, 6) memegang janji.

c. Cerdas

1) Aktif/dinamis, 2) terarah/berfikir logis, 3) analisis dan objektif, 4) mampu memecahkan masalah/menemukan solusi, 5) kreatif : menciptakan hal baru, 6) Berpikiran maju, 7) konsisten, 8) berpikiran positif, 9) terbuka.

d. Tangguh

1) Sabar/mengendalikan diri, 2) disiplin, 3) ulet/tidak putus asa, 4) bekerja keras, 5) terampil, 6) berani berkorban, 7) berani menanggung resiko.

e. Peduli

1) Mematuhi peraturan/hukum yang berlaku, 2) sopan/santun, 3) loyal dengan menaati perintah sessuai dengan tugas dan kewajiban, 4) demokratis, 5) sikap kekeluargaan, 6) gotong royong, 7) toleransi/suka menolong, 8) musyawarah, 9) tertib/menjaga ketertiban, 10) damai/anti kekerasan, 11) pemaaf, 12) menjaga kerahasiaan.

SMA N 1 Koto XI Tarusan meskipun bukan merupakan piloting dari pelaksanaan pendidikan karakter di Sumatera Barat namun sekolah ini merupakan salah satu sekolah di Kabupaten Pesisir Selatan yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter cerdas

ke dalam mata pelajaran secara tidak langsung, salah satunya dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling. Pelayanan Bimbingan Konseling di sekolah, diberikan oleh Guru BK yang merupakan salah satu komponen pendidikan yang berperan dalam pembentukkan karakter siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di lapangan pada hari Rabu tanggal 8 Januari 2014 di SMA N 1 Koto XI Tarusan terlihat bahwa Guru BK sudah melakukan tindakan atau perlakuan bagi kebanyakan siswa yang memiliki sikap dan perilaku tidak normatif tersebut dengan pemanggilan orang tua dan pemberian layanan konseling individual bahkan telah disusun program mengenai hal itu. Namun masih banyak siswa yang belum bisa berperilaku secara normatif, seperti masih ada siswa yang membolos di jam pelajaran, cabut pada saat upacara bendera, membawa siswa dari sekolah lain secara ilegal ke lingkungan sekolah yang menjadi pemicu tawuran antar pelajar, melakukan aksi

‘convoy’ sepeda motor yang acap kali meresahkan masyarakat setempat karena mengendarainya dengan kecepatan yang tinggi, serba serbi gaya pacaran para siswa, sampai kepada perilaku curang akademis, seperti mencontek dan sejenisnya.

Berdasarkan fenomena di lapangan penulis akan melakukan penelitian mengenai Upaya Guru BK dalam Mengembangkan Karakter Cerdas Peserta Didik di SMA N 1 Koto XI Tarusan.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Adanya siswa yang bolos di jam pelajaran,

2. Adanya siswa yang cabut pada saat upacara bendera,

3. Adanya siswa yang membawa siswa dari sekolah lain secara ilegal ke lingkungan sekolah yang menjadi pemicu tawuran antar pelajar,

4. Adanya siswa yang melakukan ‘convoy’

sepeda motor yang meresahkan masyarakat setempat, karena berkendara ugal-ugal,

5. Adanya siswa yang memiliki gaya pacaran yang melampaui norma-norma agama, dan adat istiadat,

(5)

6. Adanya perilaku curang akademis siswa seperti mencontek dan sejenisnya.

Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka fokus penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Upaya preventif yang dilakukan Guru BK dalam mengembangkan karakter cerdas peserta didik.

2. Upaya kuratif yang dilakukan Guru BK dalam mengembangkan karakter cerdas peserta didik.

3. Upaya presevatif yang dilakukan Guru BK dalam mengembangkan karakter cerdas peserta didik.

Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah pada penelitian ini adalah

“Bagaimana upaya guru BK dalam mengembangkan karakter cerdas peserta didik di SMA N 1 Koto XI Tarusan tahun ajaran 2014/2015”?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian bertujuan untuk mendeskripsikan:

1. Upaya preventif yang dilakukan Guru BK dalam mengembangkan karakter cerdas peserta didik.

2. Upaya kuratif yang dilakukan Guru BK dalam mengembangkan karakter cerdas peserta didik.

3. Upaya presevatif yang dilakukan Guru BK dalam mengembangkan karakter cerdas peserta didik.

Manfaat Penelitian

Peneliti berharap agar penelitian ini bermanfaat bagi:

1. Peserta Didik

Hasil penelitian diharapkan agar mampu menerima informasi bagi peserta didik mengenai cara guru BK dalam mengembangkan siswa berkarakter cerdas yang harus diterapkan dalam kehidupan di sekolah maupun sehari- hari.

2. Orang tua

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi bagi orang tua membentuk/membantu siswa dalam mengembangkan siswa berkarakter cerdas.

3. Guru Mata Pelajaran

Hasil penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan informasi mengenai upaya dalam mengembangkan siswa berkarakter cerdas, sehingga dapat membantu meningkatkan prestasi siswa.

4. Guru BK

Sebagai referensi umum bagi tenaga pendidik terutama Guru BK dalam mengembangkan siswa berkarakter cerdas.

5. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling

Sebagai masukan untuk mempersiapkan calon guru BK dengan wawasan dan keterampilan yang handal mengenai upaya guru BK dalam mengembangkan karakter cerdas peserta didik nantinya.

6. Kepala Sekolah

Sebagai masukan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat dengan melibatkan guru BK dalam mengembangkan karakter cerdas peserta didik di sekolah.

7. Peneliti

Bagi peneliti ini akan sangat bermanfaat karena menambah wawasan dan kemampuan peneliti dibidang Bimbingan dan Konseling. Penelitian ini nantinya juga akan memberikan pengalaman berharga yang sangat berarti bagi peneliti sehingga bisa dijadikan pelajaran untuk ke depannya, serta salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata 1 (S-1) pada program studi Bimbingan Konseling.

Metodologi Penelitian

Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, maka dapat ditentukan bahwa penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Disini penulis menggambarkan tentang bagaimana upaya guru BK dalam mengembangkan karakter cerdas peserta didik di sekolah, berkaitan dengan hal itu, Moleong (2010:6) menyatakan bahwa Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

(6)

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Sementara Yusuf (2005:83) mengemukakan “Penelitian deskriptif adalah salah satu penelitian yang bertujuan mendeksripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu”.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif akan menghasilkan data deskriptif tentang kata- kata dan tindakan dari perilaku yang diamati.

Serta aktivitas yang diperlukan dengan melihat, meninjau dan mencari informasi data, kemudian digambarkan dengan jelas dan tepat menurut semestinya. Dalam penelitian ini yang akan diungkap oleh peneliti adalah mendeskripsikan upaya guru BK dalam mengembangkan karakter cerdas peserta didik di SMA N 1 Koto XI Tarusan.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Koto XI Tarusan. Pemilihan lokasi ini sebagai tempat penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa pada lokasi ini peneliti menemukan gejala-gejala atau fenomena yang menjadi permasalahan yang akan diteliti dan sekolah ini telah memiliki Guru BK yang berlatar belakang pendidikan DIII dan S1 Bimbingan dan Konseling.

Informan Penelitian

Informan kunci dalam penelitian ini adalah tiga orang Guru BK. Selain itu informan tambahan dalam penelitian ini adalah satu orang kepala sekolah di SMA N 1 Koto XI Tarusan. Penenetuan informan lanjutan ditentukan melalui teknik purposive sampling. Penentuan informan lanjutan dijajaki melalui petunjuk arah dan saran dari informan kunci.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam mendapatkan data yang akurat untuk mengungkapkan permasalahan di atas, maka peneliti menggunakan instrumen yaitu:

1. Wawancara

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data secara langsung dari subjek yang diwawancarai.

Bungin (2011:111) mengemukakan bahwa

“Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka anatara pewawancara dan

informan atau orang yang diwawancarai dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara”.

Sejalan dengan itu Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani (2012:131) menjelaskan

“Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu pada seseorang yang menjadi informan atau responden”. Wawancara yang dilakukan oleh peneliti menggunakan wawancara terbuka. Dimana informan mengetahui bahwa sedang diwawancarai dan mengetahui pula apa maksud dan tujuan wawancara ini. Dalam hal ini peneliti menggunakan wawancara terbuka, menurut Narbuko (2005:84) wawancara terbuka yang dilakukan “yaitu Wawancara yang menggunakan panduan pokok masalah yang diteliti”. Wawancara terbuka yang peneliti lakukan menggunakan pedoman wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan mengenai Upaya Guru BK dalam Mengembangkan Karakter Cerdas Peserta Didik di SMA N 1 Koto XI Tarusan dan hambatan serta penanggulangannya dalam pembentukan karakter cerdas.

Teknik Keabsahan Data

Untuk menjamin keabsahan data dan kepercayaan data penelitian yang peneliti peroleh dilakukan dengan cara sebagaimana dikemukakan Sugiyono (2011:366), yaitu:

kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), dapat dipercaya (depenability).

Teknik Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, kemudian peneliti akan mengolah data dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif analitik maksudnya data yang diperoleh tidak dituangkan dalam bentuk angka statistik melainkan tetap dalam bentuk kualitatif. Data dalam yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis, Miles dan Hubman (Sugiono, 2011:338) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan analisis, yaitu: Reduksi data (data reduction), Penyajian data (display data), Penarikan kesimpulan (verifikasi).

Hasil dan Pembahasan

1. Upaya preventif yang dilakukan oleh guru BK melaui layanan informasi yaitu degan cara memilih topik yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dengan

(7)

materi pengembangan potensi diri, pribadi yang berkarakter, serta materi tentang potensi, kemampuan, arah dan kondisi karir peserta didik nantinya.

Materi layanan itu dilakukan melalui metode ceramah, dan tanya jawab dengan peserta didik. Selanjud nya guru BK menggunakan media berupa media tulis, pamflet dan LCD. Selanjut nya dilaksanakan di ruangan kelas dengan 1 jam pertemuan setiap minggunya, dievaluasi dengan tanya jawab dengan pesertaa didik. Analisis dan tindak lanjut yang dilakukan yaitu menganalisis dari hasil evaluasi yang telah dilakukan selanjutnya ditindaklanjuti dengan cara memberi layanan lanjutan pada peserta didik.

Menurut Prayitno (2001:6) tugas pokok Guru BK yaitu;

(1) Mengumpulan data siswa, (2) Memberikan layanan informasi, (3) Memberikan konseling perorangan, (4) Memberikan konseling kelompok, (5) memberikan bimbingan karir, (6) Memberikan layanan penempatan, (7) Melakukan layanan konsultasi, baik dengan siswa, orang tua, atau dengan personil sekolah lainnya, (8) Melakukan tindak lanjut dari hasil konsultasi

Dalam menjalankan tugas dan kewajiban, seyogyanya Guru BK menjalankan perannya dengan baik.

Menjalankan peran sebagai Guru BK dengan baik akan membantu satu sama lain. Selain terselesainya program yang telah direncanakan, peserta didik juga bisa dibantu dari permasalahan yang dihadapinya.

Jadi peran guru BK adalah melaksanakan semua kegiatan layanan bimbingan dan konseling dan memberikan bantuan kepada peserta didik yang membutuhkan, baik untuk penyelesaian masalah ataupun pengembangan kemampuan terhadap dirinya.

2. Cara dalam merubah peserta didik yang berperilaku berlawanan dengan karakter cerdas menjadi peserta didik yang berkarakter cerdas, yang dilakukan guru BK adalah dengan melaksanakan layanan konseling individual dengan menggunakan berbagai macam teknik- teknik dalam konseling seperti

pertanyaan terbuka, dorongan minimal, penjajakkan, penafsiran yang dilakukan kepada peserta didik dalam upaya merubah perilakunya yang berlawanan dengan karakter cerdas agar bisa menjadi peserta didik yang berkarakter cerdas.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 81 A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum menyebutkan :

Layanan Bimbingan Konseling adalah kegiatan Guru Pembimbing atau Konselor dalam menyusun rencana pelayanan Bimbingan Konseling, melaksanakan pelayanan Bimbingan dan Konseling, mengevaluasi proses dan hasil pelayanan Bimbingan Konseling serta melakukan perbaikan tindak lanjut memanfaatkan hasil evaluasi.

Berdasarkan uraian tentang peran Guru BK dapat dipahami bahwa seorang Guru BK (Konselor Sekolah) juga merupakan pendidik, yaitu tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan menyelenggarakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaraan dan melakukan pembimbingan dan pelatihan.

3. Upaya presevatif yang dilakukan oleh guru BK melaui layanan bimbingan kelompok yaitu dengan cara memilih topik tugas yang sangat berkaitan dengan kebutuhan pemeliharaan dan pengembangan karakter cerdas peserta didik, tentang kemampuan dan kondisi pribadi yang pembahasannya diorientasikan pada pemahaman dan pengembangan nilai-nilai karakter seperti; potensi diri, kiat menyalurkan bakat, kegemaran serta hobi, sikap terhadap narkoba, KKN, sikap terhadap bencana alam. Selanjutnya topik tentang pengembangan karir, seperti; hidup untuk bekerja dan memilih pekerjaan.

Materi itu disesuaikan dengan pemeliharaan dan perkembangan karakter cerdas peserta didik. Metode ceramah, interaktif atau tanya jawab dengan peserta didik, memancing peserta didik untuk aktif agar bisa menanamkan dan menjalankan dalam keseharian nya baik di sekolah maupun di rumah. Media yang digunakan oleh guru BK untuk layanan bimbingan kelompok di SMA N 1 Koto XI Tarusan yaitu, berupa alat

(8)

peraga, media tulis, pamflet, LCD, kursi dan chart. Cara pelaksanaanya melalui beberapa tahapan yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap pengakhiran. Cara mengevaluasi yang dilakukan guru BK yaitu dengan tanya jawab dengan pesertaa didik menilai pada saat layanan berlangsung dan pada pengakhiran.

Analisis dan tindak lanjut yang dilakukan yaitu menganalisis dari hasil evaluasi yang telah dilakukan selanjutnya ditindak lanjuti dengan cara memberi layanan lanjutan pada peserta didik.

Hamdani dan Afifuddin (2012:213) menjelaskan mengenai peran Guru BK, diantaranya:

1) Guru harus memahami perbedaan individual peserta didik. (2) Guru perlu melakukan identifikasi atas kekuatan dan kekurangan atau kelemahan dari masing-masing peserta didik. (3) Guru mencoba mengelompokkan peserta didik di kelas dalam beberapa kelompok sesuai dengan tingkat permasalahan yang perlu diatasi. (4) Guru bekerja sama dengan orang tua untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal. (5) Menyiapkan materi, strategi, dan media pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik. (6) Mengevaluasi dari yang telah dilakukan sebelumnnya. (7) Umpan balik dari keberhasilan perubahan yang dilakukan peserta didik.

Peran guru BK adalah melaksanakan semua kegiatan layanan bimbingan dan konseling dan memberikan bantuan kepada peserta didik yang membutuhkan, baik untuk penyelesaian masalah ataupun pengembangan kemampuan terhadap dirinya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

1. Upaya guru BK dalam mengembangkan karakter cerdas peserta didik dilihat pada upaya preventif melalui layanan informasi maka dapat disimpulkan penjelasan di atas menyatakan bahwa mulai dari cara pemilihan topik, materi yang diberikan, media yang digunakan, pelaksanaanya, megevaluasi,

menganalisis dan tindak lanjutnya. Yang mana guru BK sudah melaksanakan layanan informasi secara sistematis dan

sudah sesuai dengan

pengoperasionalsasian layanan.

2. Upaya guru BK dalam mengembangkan karakter cerdas peserta didik dilihat pada upaya kuratif melalui layanan konseling individual dalam merubah peserta didik yang berperilaku berlawanan dengan karakter cerdas menjadi peserta didik yang berkarakter cerdas, maka penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa perencana yang dilakukan, cara melaksanakannya, cara mengevaluasinya, menganalisis dan tindak lanjutnya. Yang mana guru BK melaksanakan layanan konseling individual sudah sesuai dengan pengoperasionalsasian layanan dan sistematis.

3. Upaya guru BK dalam mengembangkan karakter cerdas peserta didik dilihat pada upaya presevatif melalui layanan bimbingan kelompok maka dapat disimpulkan penjelasan di atas menyatakan bahwa mulai dari cara pemilihan topik, materi yang diberikan, media yang digunakan, pelaksanaanya, mengevaluasi, menganalisis dan tindak lanjutnya. Yang mana guru BK sudah melaksanakan layanan bimbingan kelompok secara sistematis dan sudah sesuai dengan pengoperasionalsasian layanan.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam penelitian ini, saran peneliti adalah bagi :

1. Guru BK

Agar dapat meningkatkan perannya serta pemahaman akan nilai-nilai karakter cerdas melalui banyak membaca buku- buku konseling dan pendidikan karakter atau dengan mengikuti pelatihan- pelatihan, serta mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku, selanjutnya menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk mengembangkan karakter cerdas dan hendaknya memvariasikan metode, media dalam pemberian layanan.

2. Guru Bidang Studi

(9)

Agar dapat meningkatkan perannya dalam pembentukan karakter peserta didik dan dapat mengembangkan karakter peserta didik lebih baik lagi ke depannya.

3. Peserta Didik

Agar dapat mengaplikasikan pelajaran karakter yang diberikan guru dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

4. Kepala Sekolah

Agar bisa membantu menanamkan karakter yang lebih baik sehingga peserta didik memiliki karakter yang mulia.

5. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat Agar dapat membentuk calon guru BK yang berkarakter sehingga bisa menjad i model dan teladan baik di sekolah maupun di masyarakat.

6. Peneliti selanjutnya

Penulis mengharapkan skripsi ini bisa bermanfaat sebagai pedoman dalam melakukan penelitiaan selanjutnya dengan meneliti berbagai variabel yang berbeda dengan variabel penelitian ini.

KEPUSTAKAAN Al-qur’an.

Bahreisy Hussein. 1980. Himpunan Hadits Pilihan Shahih Bukhari.

Surabaya: Al-ikhlas.

Bungin, Burhan. 2011. Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.

Cholid Narbuko, dkk. 2005. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara.

Darman, Flavianus. 2008. Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Visimedia.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakatra: PT.

Remaja Rosdakarya.

Gunawan Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi.

Bandung: Alfabeta.

Hamdani dan Afifuddin. 2012. Bimbingan dan Penyuluhan. Bandung:

Pustaka Setia.

Majid Abdul. 2011. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Moleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Prayitno, Afriva Khaidir. 2010. Model Pendidikan Karakter Cerdas.

Padang : BK FIP UNP.

Prayitno. 2010. Modul Pendidikan Profesi Pendidik : Tujuan dan Materi Pembelajaran. Padang : BK FIP UNP.

Prayitno. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Yusuf, A. Muri. 2005. Metode Penelitian.

Padang: UNP.Press.

Yusuf, Syamsu & Nurihsan, A. Juntika.

2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mengatasi hambatan penggunaan media sosial pada layanan bimbingan dan konseling perlu adanya kreativitas guru bimbingan