• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Hukum Dalam Hukum Acara Pidana

N/A
N/A
Dantziel Myanzka

Academic year: 2024

Membagikan "Upaya Hukum Dalam Hukum Acara Pidana"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Upaya Hukum, Eksekusi, dan

Hakim Pengawas dan Pengamat

Achmad Dhani Maulana

(2)

Upaya Hukum

Upaya Hukum dapat dilakukan setelah adanya suatu putusan atas suatu peristiwa hukum.

Upaya Hukum ini beragam pula dan tidak terlimitas dalam hal banding ataupun kasasi saja, melainkan pula dalam peninjauan

kembali ataupun kasasi demi kepentingan Hukum.

(3)

Banding

Banding merupakan Upaya Hukum yang dapat dilakukan berdasar pasal 233-243 KUHAP.

Banding sendiri dapat diajukan oleh terdakwa dan penasehat hukum dengan jangka waktu 7 hari setelah putusan diputus sebelum menjadi berkekuatan hukum, ataupun setelah menjadi terdakwa.

Dasar/Alasan permintaan Banding tidak secara eksplisit dijelaskan dalam Undang-Undang, yang umum

dikarenakan tidak setuju ataupun keberatan terhadap suatu putusan. Permintaan banding dapat sepenuhnya ada dikarenakan secara umum dari putusan tersebut, terperinci, ataupun dikarenakan dari hal tertentu dalam putusan yang menyebabkan ketidaksetujuan dan

keberatan.

(4)

Banding

Banding tetap dapat dilakukan walaupun tidak adanya memori banding, namun dapat disertakan bersama dengan permohonan banding.

Banding sendiri mempunyai akibat berupa:

1. Putusan menjadi mentah kembali;

2. Segala putusan beralih menjadi tanggung jawab yuridis Pengadilan tingkat banding;

3. Putusan yang disbanding tidak mempunyai daya eksekusi.

Suatu pihak dapat melakukan banding sendiri dalam jangka waktu 14 hari sudah harus dikirim dan diterima oleh Pengadilan Tinggi.

(5)

Kasasi

Kasasi dapat ditemukan dalam pasal 244-258 KUHAP, dengan pihak terdakwa ataupun penasehat hukumnya, atau Penuntut Umum.

Kasasi dilakukan umum dikarenakan dalam suatu putusan Peraturan dikarenakan adanya suatu kesalahan dalam penerapan hukum atau dalam procedural dalam mengadili, ataupun pengadilan melakukan ultravires terhadap suatu kasus.

Jangka waktu dari Kasasi sendiri merupaka 14 hari setelah terhtiung semenjak Putusan Pengadilan Tinggi diberitahukan, dan hanya dapat diajukan satu kali, yang wajib disertakan dengan mengajukan memori kasasi atau risalah kasasi.

(6)

Kasasi

Putusan Kasasi ihwalnya dapat berupa : 1. Putusan tidak dapat diterima;

Berbagai macam alasan seperti terlambat dalam pengajuan

permohonan atau memori kasasi, ataupun tidak adanya memori

kasasi

2. Putusan Menolak Permohnan kasasi;

3. Mengabulkan permohonan kasasi.

(7)

Upaya Hukum Luar

Biasa

(8)

Kasasi demi Kepentingan Hukum

Kasasi demi Kepentingan Hukum muncul dalam Putusan yang telah berkekuatan Hukum tetap.

Tujuan dari Kasasi demi Kepentingan Hukum sendiri untuk tidak terjadinya perbedaan penafsiran hukum.

Berdasarkan pasal 259 ayat (1) KUHAP hanya Jaksa Agung yang diperkenankan untuk memohon terhadap Kasasi demi Kepentingan Hukum, dan hanya dapat diajukan satu kali.

Tenggang waku untuk pengajuan Kasasi demi

kepentingan Hukum sendiri berbeda, dengan tidak adanya pembatasan waktu, dan hanya terjadi setelah suatu putusan telah menjadi berkekuatan hukum tetap.

(9)

Peninjau an Kembali

Peninjauan Kembali merupaka upaya hukum luar biasa dikarenakan dapat diajukan setelah suatu putusan telah menjadi berkekuatan hukum tetap, dan dapat diajukan dalam semua lapisan

Pengadilan, terkecuali dalam putusan bebas atau lepas sesuai dengan pasal 263 ayat (1) KUHAP.

Dapat diajukan oleh terpidana ataupun ahli warisnya, dengan ahli waris meneruskan permintaan terpidana.

Alasan peninjauan kembali sendiri dapat terjadi : 1. Apabila terdapat keadaan baru;

2. Adanya pertentangan.

(10)

Eksekusi

Eksekusi suatu dilaksanakan dalam suatu putusan yang memang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dengan

menyangkut eksekusi dari putusan.

Eksekusi putusan sendiri dapat berupa putusan yang menyatakan pemidanaan, bebas, pelepasan dari segala tuntutan hukum.

Pelaksanaan putusan sendiri dilakukan oleh Jaksa, dengan setelah adanya

putusan dapat dijatuhkan pidana mati, penjara, ataupun denda, dengan

koordinasi dengan Kepolisian Republik Indonesia.

(11)

Eksekusi Hukuman

Mati

Eksekusi dilakukan dengan cara tembak mati.

Dalam prosesnya akan menunggu putusan PK dan grasi, yang dapat diajukan oleh

terpidanan ataupun Jaksa.

Tata cara Pelaksanaan pidana mati dapat ditemukan dalam UU No. 5 tahun 1969 dengan Kepala Polisi daerah setempat pengadilan bertanggung jawab dalam

menentukan waktu dan tempat pelaksanaan,

dan Jaksa memberi tahu kepada terpidana

akan dilaksanakan pidana mati berdasar

pasal 6 ayat (1) KUHAP.

(12)

Hakim

Pengawas dan Pengamat

Hakim Pengawas mempunyai fungsi untuk mengawasi dalam proses pelaksanaan

pemidanaan yang dijalan oleh terpidana/tersangka

Hakim Pengamat bertugas untuk melakukan pengamatan setelah dilakukannya proses pemidanaan.

Tugas dari kedua hakim ini adalah guna melihat kepastian terhadap putusan dilaksanakan sesuai dengan undang-undang, dan untuk sebagai

pengamatan yang bermanfaat bagi terpidana

sebagai suatu pembinaan untuk terpidana.

Referensi

Dokumen terkait

Bahan hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan upaya hukum peninjauan kembali terhadap putusan bebas (vrijspraak) dalam Sistem Peradilan

Bahan hukum primer, berupa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan upaya hukum peninjauan kembali terhadap putusan bebas (vrijspraak) dalam Sistem Peradilan

Upaya hukum biasa yang pertama terhadap putusan atau penetapan Pengadilan Agama adalah upaya banding, yaitu permintaan atua permohonan salah satu

1. Upaya Hukum adalah hak para pihak untuk tidak menerima putusan pengadilan dengan melakukan permohonan yang berupa banding, kasasi atau hak para pihak untuk

Guna mengurangi kecenderungan para pihak untuk melakukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung terhadap putusan terakhir pengadilan (putusan pengadilan tingkat banding),

Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 34/PUU-XI/2013 Terhadap Upaya Hukum Peninjauan Kembali Dalam Hukum Acara Pidana Terkait Asas Litis Finiri Oportet, disusun

Manata Binsar Tua Samosir : Upaya Hukum Peninjauan Kembali Oleh Jaksa Ditinjau Dari Hukum Acara Pidana (Studi Kasus: Polycarpus Budihari Priyanto), 2009.. USU Repository

12Berdasarkan pembahasan tersebut, maka pada putusan upaya hukum peninjauan kembali dengan nomor 134 PK/Pdt.Sus-Pailit/2016, upaya hukum yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali