• Tidak ada hasil yang ditemukan

upaya pembinaan akhlak terhadap anak asuh di panti

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "upaya pembinaan akhlak terhadap anak asuh di panti"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PEMBINAAN AKHLAK TERHADAP ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN AR-RAHMAN MUHAMMADIYAH MUARA LABUH KECAMATAN SUNGAI PAGU KABUPATEN SOLOK SELATAN

ARTIKEL

VIVI EKA PUTRI NPM. 10070211

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)

The Strategy Of Shemale To Servi Salon’s Customer (Cose Study: Plazza Pariaman In Kampung Perak, District Of Central Pariaman, Pariaman City)

Maharani Mardiah K1 Rinel Fitlayeni, MA2 Yuhelna, MA3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

Shemale or effimende men are who women sexand dress like a women.the really present themseves as women. Basically, sexsual orientation ofshemale or effeminate men are not too defferent. The difeferences are: effiminate men physically dressedas men, and psychologically the indentify themselver to change their appearance into shemale, because of genetic and their profession demand, wheter it was in their work, relationship and demand of profession that force them to be shemale. The purpose of this reseach is to describe the strategy of shemale to serve salon’s contumerin Plazza Pariaman, Kampung Perak, district of Central Pariaman, Pariaman City.

The teory used in this research and paradigma of other people, and descriptive reseach.the informan in this research are the shemales who work in the salon with use of snowball sampling techinc. The total ofinformanst are 7 people. Data type which are used are primer and secunder data. Data collecting method was dene by 3 steps: (1) onservation (moderat perticipantion), (2) interview, (3) documentation. Data analysis unit was is individuals, with Miles & Huberman’s data analysis which consist of reduction, data presentation or data analysis and summary. The result of research showed thet the behavior in maintaining the salon’s customer are: 1) communication in giving services, a) friendly, b) opinion axchnge. 2) facility.

Keyword: Shemale, Salon’s, customer, serve, friendly, opinion, facility.

(3)

PENDAHULUAN

Secara fitrah manusia dibekali potensi kecerdasan oleh Allah SWT., dalam rangka mengaktualisasikan dirinya sebagai hamba („abid) dan khalifah di muka bumi. Kendatipun demikian, potensi manusia tidak akan dapat ter-aktualisasi secara nyata tanpa adanya suatu proses pendidikan, karena pada dasarnya pendidikan berfungsi sebagai media yang menstimulasi dalam per-tumbuhan dan perkembangan fitrah manusia ke arah penyempurnaan dirinya sebagai „abid dan khalifah fil ardh (khalifah di muka bumi). Arifin (1996:11) menjelaskan bahwa : ”Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia dari aspek jasmaniah dan rohaniah yang berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan dan pertumbuhan baru dapat dicapai bila berlangsung melalui proses demi proses ke arah tujuan akhir pertumbuhan dan perkembangan”.

Dari pendapat di atas dapat kita pahami bahwa pendidikan merupakan suatu usaha untuk membina dan mengembangkan pribadi manusia, baik dari segi jasmani maupun rohani dari manusia itu sendiri, yang prosesnya berlangsung secara bertahap.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan selalu mengupayakan kehidupan manusia ke arah yang lebih baik yang diperlukan untuk kehidupan di masa akan datang. Pendidikan berperan penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Oleh sebab itu pemerintah menerapkan sistem pendidikan nasional yang berorientasi pada peningkatan mutu pendidikan.

Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan manusia yang berkualitas dan berakhlak mulia. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003 pasal 3, yang menyatakan bahwa: ”Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”

Dalam pandangan Islam, manusia seutuhnya adalah mereka yang mampu merealisasikan Pendidikan Islam dalam segala aspek kehidupannya, mereka adalah orang yang berfikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan Pendidikan Islam yang telah diperoleh. Dengan

kata lain, manusia seutuhnya menurut Pendidikan Islam adalah orang yang memiliki kepribadian muslim dalam kehidupannya, artinya dampak Pendidikan Islam yang telah diperoleh akan nampak dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, atau sebagai orang berakhlak mulia (Said, 1994:28).

Negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 telah memberikan jaminan terhadap orang-orang lemah dari berbagai aspek kehi-dupan. Dalam Undang-undang Bab XIV tentang kesejahteraan sosial, Pasal 34 menyatakan bahwa: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Ketentuan tersebut mengantarkan kita kepada suatu pengertian bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar terutama dari kalangan anak-anak yatim mendapat perhatian serius dari pemerintah serta mempunyai tempat tersendiri dari sudut pandang Islam maupun dari sudut pandang perundang-undangan yang berlaku.

Anak-anak yatim, piatu, dan anak-anak yatim piatu serta anak-anak terlantar, merupakan bagian dari masyarakat Islam yang perlu dibimbing dan dipelihara, sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Ma’un ayat 1-3. Artinya : “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?. Itulah orang yang menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi Makan orang miskin” (QS.

Al-Ma’un: 1-3).

Dari surat Al-Ma’un tersebut jelaslah bahwa agama Islam sangat memperhatikan kehidupan anak-anak yatim, Islam mengajarkan kepada pemeluknya agar anak-anak yatim diperlakukan secara baik, dipelihara dan didik, agar dia dapat tumbuh dan berkembang seperti anak- anak lainnya yang masih mempunyai orang tua.

Dilihat dari ajaran Islam dan dasar Negara Indonesia, jelaslah bahwa anak yatim dan anak terlantar merupakan tanggung jawab bersama sebagai umat yang beragama, berbangsa, dan bernegara.

Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah merupakan lembaga sosial yang menampung anak- anak yatim dan anak-anak miskin yang terlantar untuk dibina dan dididik agar mereka dapat memperoleh pendidikan yang layak seperti halnya anak-anak yang lain. Tempat penitipan anak juga menekankan kepada anak panti untuk bersikap sesuai dengan nilai-nilai Islam. Namun masih ada juga diantara anak panti tersebut yang masih bersikap dan berbuat hal-hal yang tidak sesuai dengan ajaran Islam seperti, ada anak asuh yang mencuri barang atau uang temannya, ada anak asuh yang melawan kepada pengasuh asrama, dan berkata kotor. Faktor yang mempengaruhi akhlak anak asuh di panti asuhan ini adalah faktor internal dan faktor eksternal, tapi faktor yang lebih dominan adalah faktor eksternal atau faktor yang berada dari luar. Dalam satu sisi hal ini tentunya menggambarkan sisi kehidupan yang berbeda dan

(4)

bertentangan dengan apa yang diajarkan di panti tersebut.

Bertolak dari latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1). “Faktor apa saja yang mempengaruhi akhlak anak asuh di Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah Muara Labuh? 2). Bagaimana upaya pembinaan akhlak di Panti Asuhan Ar- Rahman Muhammadiyah Muara Labuh Keca,mmatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan?

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tindakan sosial menurut Weber. Yang mana teori tindakan sosial ini terdiri dari empat tipe yaitu:

1. Tipe tindakan sosial yang bersifat rasional instrumental/ Means End Scheme

Tipe tindakan sosial yang bersifat rasional instrumental artinya tindakan sosial yang disusun orang itu disusun dengan skema dimana alat itu harus mengarah ke pencapaian tujuan secara efisien dan efektif. Cara efisien berarti memperhitungkan energi yang dikeluarkan. Sedangkan efektif berarti mengarahkan tindakan sosial itu untuk mencapai tujuan.

2. Tindakan sosial yang rasional nilai

Tindakan sosial yang rasional nilai itu ditentukan oleh suatu kepercayaan yang sadar akan nilai itu sendiri. ”Yang bagi individu mempercayainya dapat”. Menata tindakan dan orientasi yang direncanakan secara konsisten lengkap dengan jalan menuju nilai itu.

3. Tindakan sosial afektif / tindakan emosional

Perilaku yang murni afektual itu menunjuk pada reaksi yang tidak terkontrol pada rangsangan khusus. Tindakan sosial afektual itu ditentukan oleh keadaan perasaan khusus si aktor.

4. Tindakan sosial tradisional

Tindakan sosial itu disebut tradisional kalau perilaku si faktor itu ditentukan oleh kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.

Titik tolak bagi teori weber adalah individu yang bertindak yang tindakan-tindakannya itu hanya dapat dimengerti menurut arti subyektifnya. Kenyataan sosial bagi dia pada dasarnya terdiri dari tindakan-tindakan sosial individu yang berarti secara subyektif (Lawang, 1986:220).

METODE PENELITIAN

Tipe penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian deskriptif kualitatif dimaksudkan disini yaitu menggambarkan upaya pembinaan akhlak di Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah di Muara Labuh Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan termasuk faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Sugiono (2008:15) metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi yang ilmiah di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Penelitian kualitatif (qualitatif research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa aktivitas sosial. Sikap, kepercayaan, persepsi. Pemikiran secara individual maupun kelompok (Sutopa, 2010:1). Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yakni dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa kejadian yang terjadi saat sekarang ini (Noor, 2012:34).

Penetapan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tekhnik purposive sampling artinya pada penelitian ini peneliti menggunakan mekanisme disengaja (purposive) artinya peneliti menetapkan kriteria-kriteria tertentu yang mesti dipenuhi oleh orang yang dijadikan sumber informasi. Kriteria tersebut mestilah menjadi validitas data yang akan dikumpulkan, Oleh sebab itu dengan mekanisme disengaja peneliti mengetahui identitas orang-orang yang pantas menjadi informan penelitiannya (Afrizal, 2008:100-101).

Peneliti memilih mekanisme (purposive) karena penelitian yang dilakukan terlebih dahulu menentukan kriteria tertentu. Adapun informan dalam penelitian ini adalah pengurus Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah Muara Labuh yang berjumlah 11 orang, yang mana masing-masing pengurus itu terdiri dari: 1 orang ketua Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah, 1 orang wakil ketua, I orang seksi badan pengawas, 2 orang pengasuh, 4 orang anak asuh dan 2 orang pengurus.

Metode pengumpulan data kualitatif dalam penelitian ini menggunakan cara sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti telinga, pencium, mulut dan kulit (Bungin, 2011:118). Pada saat melakukan

(5)

observasi peneliti melakukan pengamatan bagaimana upaya Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah Muara Labuh dalam pembinaan akhlak anak asuhnya. Metode pengumpulan data dengan cara obervasi atau pengamatan langsung tentang bagaimana akhlak anak asuh di panti asuhan tersebut, kemudian peneliti mengamati kegiatan- kegiatan dan upaya yang dilakukan oleh Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah dalam melakukan pembinaan akhlak terhadap anak asunya secara langsung.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan diawal untuk dijawab pada kesempatan lain (Noor, 2012:138). Menurut Esterbeg dalam (Sugiono 2012:72) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Wawancara dilakukan melalui teknik wawancara mendalam dengan mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada informan dan wawacara dilakukan tidak berstruktur agar informan dapat menjawab pertanyaan dan dapat bercerita panjang lebar tentang pokok-pokok permasalahan penelitian. Wawancara ini dilakukan secara bebas tapi lebih terarah dan yang menjadi informannya adalah pengasuh asrama, pengurus panti, anak asuh panti.

Wawancara tersebut dilakukan peneliti pada siang hari dan waktu itu merupakan waktu istirahat. Alat yang digunakan dalam wawancara adalah pedoman wawancara, pena, kertas untuk mencatat hasil wawancara serta kamera. Ketika melakukan wawancara, peneliti langsung mencatat kembali data dan informasi dari hasil wawancara. Hal tersebut peneliti lakukan agar data yang sudah diperolah tidak hilang serta mempermudah peneliti dalam menganalisis data.

3. Studi Dokumentasi

Dokumen adalah metode penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam bentuk rekaman, gambar, suara, tulisan,dan dokumen-dokumen lainnya. Bentuk rekaman biasanya dikenal dengan penelitian analisis dokumen atau analisis isi dengan analisis isi peneliti bekerja secara objektif dan sistematik untuk mendeskripsikan isi bahan dokumentasi (Arikunto, 2010:244).

Dalam penelitian ini peneliti sangat membutuhkan dokumen untuk melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian.

Dokumen yang dibutuhkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah informasi yang berupa dokumentasi berhubungan dengan surat-surat atau tulisan yang berkaitan dengan Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah Muara Labuh dalam upaya pembinaan akhlak terhadap anak asuh yang berada di panti asuhan tersebut serta foto-foto yang berhubungan dengan penelitian. Data literatur yang berbentuk buku-buku dan data-data dokumen lainnya yang peneliti peroleh dari Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman melalui tiga tahap, yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian. seorang peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak, apabila peneliti mampu menerapkan metode observasi, wawancara atau dari berbagai dokumen yang berhubungan subjek yang diteliti. Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan untuk mengorganisasikan data, dengan demikian kesimpulannya dapat diverifikasi untuk dijadikan temuan penelitian terhadap masalah yang diteliti.

2. Display Data (penyajian data)

Penyajian data yang diperoleh dalam jumlah matriks atau daftar kategori setiap data yang didapat, penyajian data biasanya digunakan berbentuk teks naratif. Biasanya dalam penelitian mendapat data yang banyak.

Data yang didapat tidak mungkin dipaparkan secara keseluruhan. Untuk itu, dalam penyajian data penelitian dapat dianalisis untuk disusun secara sistematis. Sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti. Maka dalam display data peneliti disarankan untuk tidak gegabah dalam mengambil kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan / verifikasi

Menarik kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi data, dan display data sehingga data dapat disimpulkan dan peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan.

Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan data-data dilapangan, dengan cara mereflesikan kembali, dapat bertukar fikiran, sehingga kebenaran ilmiah dapat tercapai. Setelah hasil penelitian telah

(6)

diuji kebenarannya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan dalam bentuk deskriptif laporan penelitian. Kesimpulan dilakukan selama berada dilapangan atau selama penelitian, maka dilakukan dengan pengulangan supaya data yang didapatkan tidak ada yang salah.

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan September-Oktober 2014 yang telah dilaksanakan di Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah Muara Labuh Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Ahklak Anak Asuh Di Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah Muara Labuh Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan.

1. Pengaruh Media Massa

Pada saat sekarang ini tekhnologi sudah semakin maju. Dimana orang dalam memerlukan berita atau informasi sudah sangat mudah memperolehnya. Dari sekian banyak tekhnologi salah satu diantaranya faktor yang mempengaruhi akhlak anak asuh di Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah adalah media massa seperti televisi dan handpone.

Dalam hal penyebab kemerosotan akhlak atau prilaku anak asuh yang berada di Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah Muara Labuh indikasinya adalah kehadiran televisi di tempat tinggal mereka. Lantaran berbagai macam acara hiburan yang ditayangkan dalam televisi yang memikat dan menggiurkan para pelajar atau anak asuh, dengan adanya televisi dan handpone itu mampu memporak-porandakan jadwal waktu belajar mereka karena mereka sudah tergiur dan terpengaruh oleh kenikmatan yang ditayangkan oleh televisi.

Dari sekian banyak program acara yang ditayangkan di televisi, kebanyakan dapat mempengaruhi sikap penontonnya setelah atau pada waktu melihat tayangan televisi.

Banyak fakta yang kita jumpai dari informasi yang disampaikan televisi, baik fakta positif maupun fakta negatif. Sehingga ada dua pengaruh televisi terhadap akhlak atau tingkah laku anak asuh yaitu: pengaruh positif dan pengaruh negatif. Adapun pengaruh yang bersifat positif adalah adanya sinetron yang bernafaskan keagamaan seperti rahasia ilahi, kuasa ilahi, adanya acara atau tayangan yang bernuansa pendidikan atau pengetahuan seperti cerdas cermat dan berita. Adapun pengaruh yang negatifnya adalah sering menonton televisi dapat mempengaruhi

akhlak anak asuh itu seperti mencuri, berpakaian ketat di panti serta melawan kepada pengasuh.

Jika dikaitkan dengan teorinya adalah menggunakan teori tindakan sosial rasional instrumental, karena dengan adanya televisi anak asuh itu lebih suka menonton sinetron dan mempengaruhi prilaku atau akhlak anak asuh itu dengan meniru apa yang telah ditayangkan dalam acara televisi tersebut.

Anak asuh itu tidak bisa berpikir lagi secara rasional bahwasanya televisi itu sudah mempengaruhi akhlak atau prilaku mereka.

2. Faktor Lingkungan

Faktor yang mempengaruhi akhlak anak asuh di Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah selain pengaruh media massa adalah faktor lingkungan. Berdasarkan observasi yang peneliti lihat di lapangan bahwa anak asuh tersebut lebih sering bergaul dengan teman yang berada di luar panti, Anak asuh itu bermain dengan temannya setelah siap magrib, meraka main domino dan berkumpul dengan temannya di warung dekat panti itu atau nongkrong di taman Muara Labuh, dan anak asuh itu pulang ke panti jam setengah sepuluh malam. Dari faktor lingkungan atau pergaulan dari luar lah yang sangat kuat pengaruhnya atau sangat dominan pengaruhnya dalam pembentukan akhlak atau tingkah lakunya.

Seperti yang dibilang orang siapa yang bergaul dengan jualan minyak wangi maka kita akan dapat wanginya, ada juga orang mengatakan apabila kita bergaul dengan orang yang mencuri maka kita juga akan ikut mencuri.

Faktor yang paling dominan mempengaruhi akhlak anak asuh di Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah ini adalah faktor eksternal yaitu pengaruh lingkungan, lingkungan yang mempengaruhiya adalah lingkungan dari luar. Apabila anak asuh tidak bisa bersosialisasi dengan baik cendrung melakukan deviasi atau penyimpangan, karena anak asuh yang tinggal di panti asuhan ini termasuk kedalam sosialisasi primer sebab anak yang tinggal di panti asuhan tersebut tidak ada orang tua

Jika dikaitkan dengan teori nya adalah menggunakan teori tindakan sosial afektif, karena anak asuh bergaul dengan temannya yang berada di luar panti mempunyai reaksi yang tidak terkontrol terhadap akhlak atau tingkah lakunya.

(7)

B. Upaya Pembinaan Akhlak Terhadap Anak Asuh Di Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah Muara Labuh Kecamatan Sungai Pagu Kabupten Solok Selatan

1. Wirid Remaja

Dalam konteks kehidupan beragama pembinaan mental keagamaan adalah usaha yang dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran. Memelihara secara terus menerus terhadap tatanan nilai-nilai agama agar prilaku hidupnya senantiasa pada norma-norma yang ada dalam tatanan itu. Dalam acara wirid remaja tersebut diberi pengarahan tentang bagaimana berprilaku yang baik dan prilaku yang tidak baik agar anak asuh tersebut tidak terjerumus kedalam akhlak yang buruk. Wirid remaja ini diadakan supaya dapat merubah akhlak anak asuh yang mempunyai akhlak yang buruk menjadi kearah yang lebih baik

.

Upaya pembinaan akhlak terhadap anak asuh yang masuk kedalam bentuk tindakan sosial yang rasional nilai adalah wirid remaja.

Wirid remaja ini diikuti oleh seluruh anak asuh yang berada di Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah Muara Labuh. Wirid remaja ini diadakan supaya dapat merubah akhlak anak asuh kearah yang lebih baik. Jadi kaitannya dengan teori tindakan rasional nilai karena wirid remaja ini ditentukan oleh suatu kepercayaan yang sadar akan nilai itu sendiri, dan dengan adanya nilai yang terkandung dari wirid remaja itu dapat merubah akhlak atau tingkah laku anak asuh itu sendiri.

2. Pemberian Nasehat

Nasehat merupakan penyampaian pesan dari sumbernya kepada yang memerlukannya.

Sehingga isi kandungan Al-Qur’an banyak yang mengandung nasehat. Nasehat ini merupakan bentuk pembinaan yang sering digunakan dalam bentuk watak dan kepribadiaan seseorang terutama dalam pembinaan akhlak anak asuh. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di lapangan terlihat bahwa nasehat diberikan oleh pengasuh dalam pembinaan akhlak terhadap anak ketika ada anak yang berkelahi, berkata kotor, yang mencuri, maka pengasuh langsung memberikan nasehat kepada anak tersebut. Nasehat itu diberikan oleh pengasuh dengan cara memanggil anak asuh yang bermasalah tersebut ke ruangan kemudian baru dinasehati oleh pengasuh.

Upaya pembinaan akhlak terhadap anak asuh yang masuk ke dalam bentuk tindakan afektif adalah upaya pembinaan akhlak dengan cara menasehatinya, ketika anak asuh melakukan kesalahan yang mana diberikan nasehat kepada anak asuh tersebut, Jadi

kaitannya dengan teori tindakan afektif ini karena ketika ada anak asuh yang melakukan kesalahan maka anak asuh tersebut dinasehati oleh pengasuh atau pengurus.

3. Pemberian Hukuman

Hukuman sebagai tindakan yang dijatuhkan kepada anak asuh secara sadar dan sengaja seperti: setelah diberi pengarahan atau nasehat dan memberikan kesempatan kepada anak untuk memperbaiki keselahannya namun tetap juga diulanginya, baru diberi sangsi agar anak itu sadar dan tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di lapangan terlihat bahwa ada diantara anak asuh yang nakal kepada pengasuhnya seperti melawan kepada pengasuhnya, yang mana pada waktu itu pembinaan langsung diberikan. Bagi anak asuh yang pernah melakukan kesalahan apabila sudah di nasehati masih juga mepunyai kesalahan maka anak asuh tersebut diberi hukuman, dan sebagai hukumannya adalah membersihkan halaman panti dan membersihkan kamar mandi.

Weber menyebutkan bahwa rasionalisasi merupakan ciri paling signifikan masyarakat modern yang mana ditandai dengan empat tipe-tipe tindakan, dari keempat tipe tindakan Weber hanya satu tipe tindakan yang sesuai dengan upaya pembinaan akhlak dengan cara memberikan hukuman kepada anak asuh yang mempunyai akhlak kurang baik yakni tipe tindakan sosial yang bersifat rasional instrumental.

Dimana tipe tersebut merupakan bagian- bagian dari pencapaian upaya pembinaan akhlak terhadap anak asuh. Apabila ada anak asuh yang bermasalah di panti asuhan itu seperti mencuri, melawan kepada pengasuh, berkata kotor maka anak anak asuh tersebut ditegur dan dinasehati, apabila mereka melakukan kesalahan lagi maka mereka akan diberikan hukuman seperti membersihkan semua perkarangan panti asuhan tersebut.

Jadi kaitannya dengan teori tindakan rasional instrumental, karena upaya pembinaan akhlak dengan memberikan hukuman ini merupakan bentuk pencapaian dan tujuan secara efisien dan efektif dalam melakukan upaya pembinaan akhlak

.

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan uraian yang telah peneliti kemukakan pada bab sebelumnya, maka pada bab ini peneliti mengemukakan beberapa kesimpulan penelitian yang peneliti laksanakan di Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah Muara Labuh Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan adalah sebagai berikut :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak anak asuh di Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah Muara Labuh Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan adalah:

a. Pengaruh media massa seperti televisi dan handpone. Dengan disediakannya televisi di panti asuhan tersebut dapat mempengaruhi akhlak anak panti tersebut, mereka lebih suka menonton televisi daripada belajar.

b. Pengaruh lingkungan.

2. Upaya pembinaan akhlak di Panti Asuhan Ar- Rahman Muhammadiyah Muara Labuh Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan adalah:

a. Mengadakan wirid remaja b. Dengan cara pemberian nasehat c. Dengan cara pemberian hukuman Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti memberikan saran kepada:

1. Pengurus Panti Asuhan Ar-Rahman Muhammadiyah Muara Labuh agar dapat:

a. Membuat tata tertib atau peraturan yang lebih ketat di panti agar anak asuh itu mempunyai akhlak yang baik, baik kepada pengurus ataupun kepada temannya.

b. Membatasi waktu anak asuh dalam menonton televisi dan mengontrol acara yang selayaknya ditonton.

c. Tidak membiarkan anak asuh membawa handpone yang ada kameranya.

2. Anak asuh yang berada di Panti Asuhan Ar- Rahman Muhammadiyah:

a. Agar mematuhi peraturan yang ada di panti tersebut.

b. Diharapkan kepada anak asuh supaya rajin-rajin dalam belajar agar mendapatkan nilai yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

Jalaluddin, Said. 1994. Pustaka Pendidikan Islam.

Jakarta: Raja Grafindo.

M. Arifin. 1996. Filsafat Pendidikan Islam.

Jakarta: Buni Aksara.

Tim Redaksi, Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokus Media.

Miles, Mathew dan Michael Huberman. 1992.

Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Pers.

KARYA ILMIAH

Jongki Eka Putra 2013 dengan judul “ Upaya Guru Agama dalam Membina Akhlak Siswa di SMP N 3 Sangir Kabupatan Solok Selatan”. Skripsi jurusan PAI Fakultas Tarbiyah IAIN.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengasuh Panti Asuhan Media Kasih Banda Aceh tujuan dilaksanakannya program kerja untuk meningkatkan perilaku sosial anak asuk Panti