UPAYA-UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA
EFFORT OF COUNSELOR GUIDANCE AND COUNSELING IN INCREASING STUDENTS’ DISCIPLINE
Oleh:
Wa Pati SMPN 1 Wangi-wangi Email: [email protected] Kata Kunci:
Kedisiplinan Siswa
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui upaya-upaya guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kedisiplinan belajar siswa SMP Negeri 5 Wangi-Wangi. Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subyek dalam penelitian ini terdiri dari 1 guru bimbingan dan konseling, 1 Wakasek kesiswaan dan 2 orang siswa. Metode Pengumpulan data yaitu wawancara.
Metode analisis data menggunakan analisis kualitatif Miles & Huberman.
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan upaya-upaya guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 5 Wangi- wangi adalah : a) upaya yang bersifat preventif seperti memberikan layanan informasi, memberikan layanan bimbingan kelompok dan memasang brosur yang isinya tentang tata tertib sekolah., b) upaya yang bersifat pemeliharaan dan pengembangan dalam bentuk memberikan layanan informasi tentang kedisiplinan secara terus menerus agar siswa selalu mengingatnya., dan 3) upaya yang bersifat kuratif seperti pemberian konseling individu dan pemberian sanksi atau hukuman.
Keywords:
Students’ Discipline
ABSTRACT
The purpose of: Design of this Research is Qualitative. Subject of this Research are four Respondents, there is one counselor and one deputy of school headmaster and two students. Method of data collection are interview and documention. Method of data analysis qualitative by Miles & Huberman.
Based on of research result, it found that Effort of counselor guidance and conseling in increasing students’ discipline. at SMP Negeri 5 Wangi-Wangi, there are : a) effort that preventif as giving of information attendance, giving of guidance of group attendance and brochure about school roles. b) Maintenance and development efforts in the form of providing information attendance about continuous discipline to keep students in mind, and c) curative efforts such as individual counseling and sanctions or punishment.
Pendahuluan
Kedisiplinan merupakan salah satu karakter yang penting untuk ditanamkan pada diri siswa sejak dini, salah satunya dalam kegiatan belajar mengajar. Kedisiplinan di sekolah dapat dilihat dan ketertiban siswa dalam menaati tata tertib sekolah. Kedisiplinan diartikan sebagai perilaku seseorang mengikuti pola-pola tertentu yang telah ditetapkan atau disetujui terlebih dahulu baik persetujuan tertulis, lisan maupun berupa peraturan-peraturan atau kebiasaan. Kedisiplinan merupakan modal dasar dalam keberhasilan belajar, dengan sikap disiplin seseorang akan tahu mana yang diharapkan dan yang tidak diharapkan.
Kedisiplinan merupakan kunci meraih kesuksesan, sehingga kedisiplinan merupakan suatu hal yang mutlak dalam kehidupan manusia, karena seorang tanpa disiplin yang kuat akan merusak sendi- sendi kehidupannya, yang akan membahayakan dirinya dan manusia lainnya, bahkan alam sekitarnya (Hani, 2008: 17). Kedisiplinan ini diajarkan oleh orangtua sejak dini, hal ini dimaksudkan agar anak terbiasa dengan hidup teratur karena hal ini juga akan berdampak positif bagi kehidupan di masa yang akan datang. Pendidikan disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk menanamkan pola perilaku tertentu, kebiasaan-kebiasaan tertentu, atau membentuk manusia dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas mental dan moral.
Apabila disiplin itu telah terbentuk maka akan terwujudlah disiplin pribadi yang kuat, yang setelah dewasa akan diwujudkan pula dalam setiap aspek kehidupan, antara lain dalam bentuk disiplin kerja, disiplin mengatur keuangan rumah tangga dan disiplin dalam menunaikan perintah serta meninggalkan larangan Allah SWT. Dalam keadaan disiplin itu mampu dilaksanakan oleh semua anggota masyarakat atau warga negara, terutama berupa kepatuhan dan ketaatan terhadap ketentuan- ketentuan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, maka akan terwujud disiplin nasional.
Secara ideal apabila telah ada tata tertib yang mengatur siswa untuk berdisiplin maka seluruh siswa harus dengan sadar mentaatinya. Sehingga, dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah akan berjalan dengan tertib, efektif dan efisien. Para guru akan merasa nyaman ketika mengajar di dalam kelas maupun ketika berada di luar kelas. Siswa-siswi juga akan merasakan hal yang sama sehingga mereka akan dapat belajar dengan tenang dan mencapai hasil yang memuaskan.
Secara ideal, apabila telah ada tata tertib yang mengatur siswa untuk berdisiplin maka seluruh siswa harus dengan sadar menaatinya. Sehingga, dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah akan berjalan dengan tertib, efektif dan efisien. Para guru akan merasa nyaman ketika mengajar di dalam kelas maupun ketika berada di luar kelas. Siswa-siswi juga akan merasakan hal yang sama sehingga mereka akan dapat belajar dengan tenang dan mencapai hasil yang memuaskan. Sekolah sudah selayaknya menerapkan kedisiplinan bagi setiap siswanya. Kedisiplinan tersebut dimulai dari awal mereka memasuki lingkungan sekolah sampai dengan nanti keluar dari lingkungan sekolah.
Biasanya kedisiplinan yang ditanamkan di sekolah secara terus menerus akan menjadi kebiasaan dalam diri siswa. Namun kenyataannya kedisiplinan yang diterapkan siswa masih minim, hal ini ditunjukkan dengan masih adanya siswa yang melanggar aturan dan tata terbib sekolah. Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam tentang upaya-upaya yang dilakukan guru BK di SMP Negeri 5 Wangi-wangi dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.
Definisi kedisiplinan
Hurlock (2002: 82) menyebutkan bahwa disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple”, yakni seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seorang pemimpin. Orangtua dan guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang belajar dari mereka cara hidup yang menuju ke hidup yang berguna dan bahagia. Selain itu, disiplin adalah suatu cara untuk membantu anak agar dapat mengembangkan pengendalian diri.
MacMillan (,2004: 20) menjelaskan kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Istilah disiplin berasal dari bahasa latin “Disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar.
Sedangkan istilah bahasa Inggrisnya yaitu “Discipline” yang berarti : 1. Tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri.
2. Latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral.
3. Hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki.
4. Kumpulan atau sistem-sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.
5. Disiplin memunyai makna yang luas dan berbeda–beda, oleh karena itu disiplin memunyai berbagai macam pengertian. Seperti yang dikemukakan oleh Rasdiyanah (1995: 28) yaitu kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan,perintah atau peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah kepatuhan mentaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. Sedangkan Depdikbud (1992:
3) disiplin adalah tingkat konsistensi dan konsekuen seseorang terhadap suatu komitmen atau kesepakatan bersama yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai waktu dan proses pelaksanaan suatu kegiatan.
6. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan disiplin adalah suatu sikap moral siswa yang terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai–nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan dan ketertiban berdasarkan acuan nilai moral.
Fungsi dan pentingnya kedisiplin
Tu’u (2004: 38) menyatakan fungsi kedisiplinan adalah sebagai berikut:
1. Menata kehidupan bersama. Manusia adalah makhluk unik yang memiliki ciri, sifat, kepribadian, latar belakang dan pola pikir yang berbeda-beda. Sebagai makhluk sosial, selalu terkait dan berhubungan dengan orang lain.
2. Membangun kepribadian. Pertumbuhan kepribadian seseorang biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah.
Disiplin yang diterapkan di masing-masing lingkungan tersebut memberi dampak bagi pertumbuhan kepribadian yang baik. Jadi lingkungan yang berdisiplin baik,sangat berpengaruh terhadap kepribadian seseorang.
3. Melatih kepribadian. Sikap, perilaku dan pola kehidupan yang baik dan berdisiplin tidak terbentuk serta merta dalam waktu singkat.
4. Pemaksaan. Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri. Disiplin dengan motif kesadaran diri ini lebih baik dan kuat.Disiplin dapat pula terjadi karena adanya pemaksaan dan tekanan dari luar. Dikatakan terpaksa karena melakukannya bukan berdasarkan kesadaran diri, melainkan karena rasa takut dan ancaman sanksi disiplin.
5. Hukuman. Tata tertib sekolah biasanya berisihal-hal positif yang harus dilakukan oleh siswa. Sisi lainnya berisi sanksi/hukuman bagi yang melanggar tata tertib tersebut. Ancaman sanksi/hukuman sangat penting karena dapat member dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya. Tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah.
6. Mencipta lingkungan kondusif. Sekolah merupakan ruang lingkup pendidikan (wawasan wiyatamandala). Dalam pendidikan ada proses mendidik, mengajar dan melatih. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik.
Rachman (Tu’u, 2004: 35-36), pentingnya disiplin bagi para siswa sebagai berikut:
1. Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
2. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.
3. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan siswa terhadap lingkungannya.
4. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya.
5. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.
6. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
7. Siswa belajar dan bermanfaat baginya dan lingkungannya.
8. Kebiasaan baik itu menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya.
Dapat disimpulkan fungsi disiplin adalah menata kehidupan bersama, membangun kepribadian, melatih kepribadian, bersifat pemaksaan jika anak tidak mampu menyadari pentingnya suatu perbuatan, hukuman dan menciptakan lingkungan kondusif. Sedangkan fungsi dari kedisiplinan
adalah mengerti perilaku yang baik dan buruk, memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan siswa terhadap lingkungannya, untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya, menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah, mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar, siswa belajar dan bermanfaat baginya dan lingkungannya dan membentuk kebiasaan baik yang akan menyebabkan ketenangan jiwanya dan lingkungannya.
Unsur-unsur dalam kedisiplin
Hurlock (2002: 85) menyatakan bahwa unsur-unsur disiplin meliputi:
1. Peraturan sebagai pedoman perilaku 2. Konsistensi dalam peraturan
3. Hukuman untuk pelanggaran
4. Penghargaan untuk perilaku yang baik.
Terdapat unsur pokok yang membentuk disiplin, pertama sikap yang telah ada pada diri manusia dan sistem nilai budaya yang ada di dalam masyarakat. Sikap (attitude) merupakan unsur yang hidup di dalam jiwa manusia yang harus mampu bereaksi terhadap lingkungannya, dapat berupa tingkah laku atau pemikiran. Sedangkan sistem nilai budaya merupakan bagian dari budaya yang berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman dan penunutun bagi kelakuan manusia. Perpaduan antara sikap dengan sistem nilai budaya yang menjadi pengarah dan pedoman tadi mewujudkan sikap mental berupa perbuatan atau tingkah laku. Unsur tersebut membentuk suatu pola kepribadian yang menunjukkan perilaku disiplin atau tidak disiplin.
Upaya guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kedisiplinan siswa
Keterlibatan semua konponen sekolah dan masyarakat dalam menegakkan disiplin sangat penting bagi terciptanya suasana yang kondusif. Guru BK sebagai salah satu komponen sekolah memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat enting dalam peningkatan kedisiplinan siswa di sekolah terutama dalam menaati tata tertib sekolah.Tugas dan tanggung jawab itu diwujudkan dalam berbagai upaya baik yang bersifat pencegahan maupun pengentasan.
Winkel (1991: 495) mengemukakan upaya guru bimbingan dan konseling adalah usaha yang dilakukan guru bimbingan dan konseling dalam memberi bimbingan kepada siswanya, untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal kepada diri, sekolah, keluarga serta masyarakat. Berbicara tentang upaya guru bimbingan dan konseling tidak terlepas dari tujuan keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah sebagaimana tertuang dalam penjelasan Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990. Selanjutnya Sukardi (Ahmadi dan Rohani, 2001: 50) menjelaskan bahwa upaya guru bimbingan dan konseling dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah diwujudkan dalam tindakan-tindakan.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 5 Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi yang beralamat di Kecamatan Wangi-wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yakni peneliti hanya mendeskripsikan atau menggambarkan tentang upaya guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 5 Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wawancara ditujukan kepada guru bimbingan dan konseling pada SMP Negeri 5 Wangi-wangi. Wawancara dilakukan dengan berpedoman pada kisi-kisi wawancara yang telah dibuat peneliti, wawancara memuat tentang upaya guru bimbingan dan konseling dalam meningkatkan kedidiplinan siswa di SMP Negeri 5 Wangi-wangi dan Studi dokumen yaitu pengumpulan data dengan cara mengambil dokumen atau bukti pada tempat penelitian mengenai data pelanggaran siswa yang tercatat di bimbingan dan konseling, data ini digunakan sebagai data penunjang.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini kemudian akan dianalisis secara deskriptif, di mana penelitiaan mendeskripsikan hasil-hasil penelitian berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan guru bimbingan dan konseling pada SMP Negeri 5 Wangi-wangi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian
Ketertiban dalam lingkungan sekolah sangat diinginkan oleh semua pihak khususnya pihak sekolah SMP Negeri 5 Wangi-wangi. Dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 5 Wangi-wangi dibutuhkan kerja sama yang baik oleh pihak sekolah dengan orangtua siswa dan siswa yang bersangkutan. Dalam meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 5 Wangi-wangi Kabupaten Wakatobi kepala sekolah menyerahkan kepada Guru Bimbingan dan Konseling untuk mengatasi perilaku siswa yang sering melanggar aturan sekolah.
Dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa, guru BK di SMP Negeri 5 Wangi-wangi melakukan upaya-upaya pencegahan sebagai berikut:
1. Memberikan layanan informasi
Untuk mencegah pelanggaran kedisiplinan, maka peneliti di SMP Negeri 5 Wangi-wangi memberikan layanan informasi. Layanan informasi ini diberikan kepada seluruh siswa pada waktu-waktu tertentu seperti saat apel pagi dan apel siang, saat ada kelas yang kosong dan ketika ada kegiatan-kegiatan di sekolah.
2. Memberikan bimbingan kelompok
Upaya pencegahan selanjutnya adalah dengan melaksanakan bimbingan kelompok. Siswa-siswa yang masih kurang memahami dengan penyampaian melalui layanan informasi, selanjutnya diikutkan dalam kegiatan bimbingan kelompok.
3. Memasang brosur atau poster tentang kedisiplinan
Dalam meningkatkan kedisiplinan siswa juga melalui brosur atau poster yang isinya mengajak kepada siswa untuk disiplin yaitu mematuhi peraturan yang berlaku di sekolah.
Selain melalui upaya-upaya pencegahan di atas, peneliti di SMP Negeri 5 Kendari juga melakukan upaya-upaya yang bersifat pemeliharaan dan pengembangan. Upaya yang berifat pemeliharaan dilakukan oleh guru BK seperti memberikan layanan informasi sering-sering mengingatkan tentang keadaan yang sudah baik agar siswa mempertahankan kondisi itu.
Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedisiplinan diperlukan agar sekolah menjadi sebuah lembaga yang handal dan tertib. Tanpa menegakkan kedisiplinan di sekolah akan membuahkan sekolah yang penuh dengan kekacauan, tempat yang penuh dengan konflik yang berkembang dalam lingkungan sekolah karena tindak indisipliner tersebut. Kedisiplinan yang dibahas dalam penelitian ini tentunya kedisiplinan seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Guru BK memiliki peran besar dalam upaya meningkatkan kedisiplinan siswa di sekolah. Guru BK dalam hal ini perlu memastikan bahwa peserta didiknya tidak mengalami masalah kedisiplinan secara terus menerus karena akan dapat mengganggu proses belajar mengajar dan akan dapat merugikan siswa itu sendiri.
Upaya-upaya tersebut sebagaimana pendapat Sukardi (2000: 56) yang menjelaskan bahwa guru bimbingan adalah sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, dalam penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah memiliki tugas sebagai guru BK pada poin a) mengumpulkan data dan menyusun program BK, b) melaksanakan segenap layanan BK, dan c) melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian terhadap layanan yang telah dilaksanakan. Sejalan dengan Sukardi, Nurihsan (2006: 27) mengemukakan beberapa upaya guru BK yaitu; a) mengumpulkan dan menyusun data-data mengenai anak didik, b) mengadakan penelitian terhadap anak didik dan keluarga dari anak yang memerlukan bantuan bimbingan, c) menyelenggarakan program testing untuk seleksi masuk bagi calon-calon murid dan d) menilai apakah bimbingan yang diberikan di sekolah telah mencapai tujuannya atau belum.
Dalam menegakkan kedisiplinan diperlukan paksaan dan hukuman, paksaan diharuskan kepada semua siswa agar menaati. Sedangkan hukuman berupa ancaman sanksi/hukuman yang sangat penting karena dapat memberi dorongan dan kekutan bagi siswa untuk menaati dan mematuhinya.
Tanpa ancaman hukuman/sanksi, dorongan ketaatan dan kepatuhan dapat diperlemah sehingga sulit untuk mengubah perilaku siswa yang indisipliner (Tu’u, 2004: 38). Lebih lanjut Tu’u mengemukakan bahwa kedisiplinan berfungsi membentuk dan melatih kepribadian, menata kehidupan bersama, dan menciptakan kehidupan yang kondusif.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa guru BK di SMP Negeri 5 Wangi-wangi melakukan upaya dalam meningkatkan kedisiplinan siswa. Upaya-upaya tersebut meliputi: 1) upaya yang bersifat preventif, 2) upaya yang bersifat pemeliharaan dan pengembangan dan upaya-upaya yang bersifat kuratif. Upaya-upaya itu dilakukan dalam rangka menciptakan suasana yang aman dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas dan di sekolah.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada hasil dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan upaya-upaya guru BK pada SMP Negeri 5 Wangi-wangi dalam meningkatkan kedisiplinan siswa yaitu: a) upaya yang bersifat preventif seperti memberikan layanan informasi, memberikan layanan bimbingan kelompok dan memasang brosur yang isinya tentang tata tertib sekolah, b) upaya yang bersifat pemeliharaan dan pengembangan dalam bentuk memberikan layanan informasi tentang kedisiplinan secara terus menerus agar siswa selalu mengingatnya, dan 3) upaya yang bersifat kuratif seperti pemberian konseling individu dan pemberian sanksi atau hukuman.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut.
1. Hendaknya guru BK selalu berkoordinasi dan berkolaborasi dengan guru, wali kelas, siswa dan orangtua siswa agar memeroleh hasil yang optimal dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.
2. Hendaknya orangtua dilibatkan dalam mengawasi anaknya yaitu agar tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran kedisiplinan di sekolah, mengingatkan orangtua tentang pentingnya peran orangtua dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.
3. Hendaknya guru BK, guru mata pelajaran, wali kelas dan orangtua siswa untuk saling memberikan informasi tentang perkembangan anaknya, khususnya terkait kedisiplinan. Sehingga diharapkan dampak negatifnya dapat diminimalisir atau bahkan perlu untuk diatasi bersama.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan Rohani, Ahmad. (2001). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Depdikbud. (1992). Petunjuk Teknis Disiplin dan Tata Tertib Sekolah Dasar. Jakarta: Depdikbud.
Handoko, T Hani. (2008). Manajemen Personalia dan sumber Daya Manusia,. Edisi 2. Yogyakarta:
BPFE.
Hurlock, Elizabeth. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga Press.
Moles, Joan Gaustad. (1992). The Fundamentals of School Security, ERIC Digest.
Nurihsan, Ahmad Juntika. (2006). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Peraturan Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah.
Rimm, Sylvia. (2003). Mendidik dan Menerapkan Disiplin Pada Anak Pra Sekolah. Alih bahasa:
Lina Yusuf. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Subari. (1994). Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Perbaikan Situasi Pembelajaran Di Taman.
Kanak-kanak. Malang: Lokakarya di TK Negeri Pembina.
Sukardi, Dewa Ketut. (2000). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di.
Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
________ (2008). Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Tu'u, Tulus. (2004). Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Belajar. Jakarta: Grasindo.
Winkel, W.S. (1991). Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.